Nim : 20180101006
Semester/Jurusan : III (Tiga)/Teologi Kependetaan
Mata Kuliah : Pembimbing Perjanjian Lama 2
Dosen Pengampu : Pdt. Eklesia Daeli, M.Th.
KIDUNG AGUNG1
(REVISI)
I. PENDAHULUAN
Kitab Kidung Agung dalam bahasa Ibrani ditulis שיר השיריםdan dalam Inggris Kidung
Agung berarti Song of Songs didalam bahasa daerah Nias berarti Sinunӧ Sebua. Kitab Kidung
Agung termasuk dalam kumpulan lima gulungan megillot2 yang dibaca pada hari raya Paskah,
yaitu pesta untuk memperingati kelepasan dari Mesir.3 Sudah lama kanonisitas kitab Kidung
Agung tidak diakui oleh rabi-rabi Yehuda sampai pada synode di Yamnia pada tahun 100.
Barulah dalam sinode tersebut kitab Kidung Agung dipandang sebagai sebuah kitab nyanyian
rohani yang memuji kasih Yahweh terhadap bangsaNya. Didalam Gereja Kristen, kitab ini
dipandang seperti nyanyian yang memuji relasi antara Kristus dengan Gereja-Nya atau manusia
yang percaya kepada-Nya. Menurut tradisi, kitab Kidung Agung berasal dari Raja Salomo, sebab
namanya beberapa kali disebut dalam nyanyian itu.4
Kitab Kidung Agung ini ditempatkan diantara kitab-kitab hikmat dan syair dalam
Septuaginta dan dimana hampir dalam semua Alkitab versi bahasa Inggris. Meskipun tidak
diklasifikasi sebagai sastra hikmat dalam pengertian yang sebenarnya, kitab Kidung Agung
memiliki beberapa persamaan dengan hikmat karena kitab itu sendiri berhubungan dengan Raja
Salomo yang bijaksana (1 Raja-raja 4: 29-34), membahas misteri manusia yang diciptakan
sebagai laki-laki dan perempuan, dan memberikan ajaran (kendatipun secara tersirat) tentang
perilaku dalam hal seksualitas dan pernikahan.5
II. ISI
A. Latar Belakang Pembentukan Kitab
Menurut tradisi Kidung Agung ditulis oleh Salomo. Pendangan ini didasarikan pada
acuan yang merujuk padanya sepanjang kitab Kidung Agung ini seperti sedang
menceritakan kehidupan seorang Salomo yang sedang jatuh cinta (Kid. 1:5; 3:7,9,11), dan
yang memperkuatnya lagi, Salomo yang sepertinya menuliskan kitab ini terutama pada
judulnya (Kid.1:1) kata Lisylomo bila diartikan secara harafia berarti “untuk Salomo”;
“sesuai Salomo”; atau “oleh Salomo”.6
Kitab Kidung Agung ini secara umum seperti menyebutkankan pada masa
pemerintahan Salomo secara umum (sekitar tahun 970-930 SM), dan para ahli juga tidak
1
Ujian Tengah Semester Ganjil TP.2019/2020
2
Megillot dalam bahasa Ibrani artinya: gulungan; tafsiran oleh para rabi tentang kitab Kidung Agung, Rut,
Pengkhotbah, Ester, dan Ratapan.
3
W.R.F. Browing,Kamus Alkitab,(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2007) hlm.263
4
Dr. J. Blommendaal,Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2003) hlm. 157
5
Andrew E. Hill, John H. Walton,Survei Perjanjian Lama,(Jawa Timur: Penerbit Gandum Mas, 2004) hlm. 489
6
W.S Lasor, D.A Hubbard, F.W Bush,Pengatar Perjanjian Lama 2,(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2007) hlm. 167
1
ada yang lain dapat dikemukakan tentang latar belakang sejarah kitab ini berada pada zaman
pemerintahan siapa, sehingga menurut tradisi Kidung Agung ini berada pada masa sesuai
penulisnya pada masa Salomo. Syair-syairnya juga seperti syair-syair cinta yang
mencerminkan kejadian-kejadian nyata yang berhubungan dengan masa pemerintahan
Salomo, mungkin kejadian-kejadian yang diringkaskan oleh para sejarahwan Perjanjian
Lama dalam (I Raj. 3-11 dan II Taw. 1-9).7
Kitab Kidung Agung ini diperkirakan ditulis dalam bahasa Ibrani. Karena kitab ini
dihubungkan oleh Salomo yang dikenal sebagai penulis perkataan bijak dan puisi di Israel
Purba. Juga menurut pakar Kidung Agung adalah sebuah drama, sedangkan pakar-pakar
lainnya menunjukkan bahwa beberapa bagian kitab ini hampir sama dengan nyanyian
pernikahan di Mesopotamia purba dan juga syair-syair Mesir kuno.8
Dalam kitab ini terdapat beberapa nyanyian pesta perkawinan yang didalamnya
pengantin laki-laki memuji pengantin perempuan dan sebaliknya; mereka bersama-sama
memuji cinta kasih. Pengantin laki-laki dan pengantin perempuan dihormati sebagai raja dan
ratu. Ada ahli-ahli yang memandang Kidung Agung sebagai suatu drama; selain itu juga ada
yang berpendapat bahwa nyanyian-nyanyian ini pada mulanya merupakan nyanyian-
nyanyian liturgis untuk merayakan perkawinan yang kudus antara dewa Tamus (Tammuz)
dan dewi Isytar, walau ternyata teori ini tidak dapat dapat dibuktikan. Ada pandangan yang
paling baik tentang kitab ini yakni pandangan yang mengatakan bahwa dalam kitab ini
terdapat kumpulan nyanyian-nyanyian cinta-kasih yang dipakai pada pesta perkawinan oleh
pemuda untuk menghormati pengantin-pengantin itu. Kumpulan nyanyian ini berasal dari
zaman yang muda, yang ternyata dari arameisme dan beberapa kata yang diambil dari
bahasa Persia dan Yunani, itu sekitar tahun 300s.M.9
Kidung Agung dianggap sebagai ajaran tentang sifat jasmani manusia yang diciptakan
laki-laki dan perempuan oleh Allah (Kej. 1:27; 2:4-7, 18-24). Kitab ini memuji-muji
kebaikan dan kesucian cinta seksual antara laki-laki dan perempuan yang telah dipersatukan
dalam perkawinan (Kid. 2:3-7, 16; 7:9-12; Ams. 5:15-20; Pkh. 9:9; Mal. 2:14-16). Makna
Kidung Agung disambut sebagai penawar terhadap seksualitas yang tidak wajar dan
kemerosotan lembaga perkawinan. Kitab ini memuji-muji baiknya keberadaan manusia
yang diciptakan laki-laki dan perempuan serta menganjurkan kesusilaan dan martabat kasih
sayang manusia dan pernyataan seksual dalam batas-batas yang ditetapkan Allah hubungan
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (Kej. 2:23-24; bnd. Rm. 1:24-32).
Kidung Agung menunjukkan bahwa keintiman seksual antara suami dan istri memang
pantas untuk sukacita dan kenikmatan bersama dan untuk pertumbuhan serta kemajuan
hubungan itu sendiri (Kid. 6:2-3; 7:10-13; 8:1-3; bnd. Ams. 5:19; I Kor. 7:1-5). Kitab ini
hendak memberi makna hubungan suami-istri berdasarkan apa yang dialami Salomo dalam
hubungannya dengan perempuan yang kasar, sensual, dan bersifat poligami dengan “puteri-
puteri Yerusalem” (yang terdiri lebih dari 140 perempuan, bnd. 6:8) dengan kasih yang
polos, murni, sungguh-sungguh, erotis tetapi setia dari gadis Sulam itu dan gembala yang
mencintainya. Hubungan cinta yang satu menimbulkan kecemburuan dan nafsu yang
menyala-nyala (8:6); mendatangkan murka Allah (bnd. I Raj. 11:1-9). Hubungan yang satu
7
Andrew E. Hill,Op.Cit,hlm. 490
8
LAI Anggota IKAPI,Alkitab Edisi Study,(Jakarta: LAI, 2015) hlm. 1064-1065
9
Dr. J. Blommendaal,Op.Cit,hlm. 157
2
lagi bagaikan sebuah materai yang diperlihatkan dengan berani dan menjamin pemilikan
pribadi dan kesetiaan dihadapan umum – cinta sangat kuat bagaikan maut (8:6-7).
B. Latar Belakang Kehidupan Sosial, Politik, Ekonomi, Budaya Dalam Konteks Kitab
Ada juga menurut pendapat ahli Schonfield (1950:75-83) kitab ini ditulis pada masa
Persia, atau lebih tepat antara masa Nehemia dan tahun 350 sM. Berdasarkan alasan
geografis, ia menemukan gambaran tentang keagungan Salomo yang megah itu “cerminan
dari kebesaran kekaisaran Persia dan istana-istana mewah dari Raja Agung di Susan dan
Persepolis”. Tetapi, ada juga bukti arkeologi mengenai kerajaan Salomo yang indah
sehingga tampaknya tidak diperlukan suatu tesis tentang adanya pengaruh Persia; para
penulis Ibrani yang terbiasa dengan tradisi-tradisi mengenai zaman keemasan Israel, tidak
memerlukan contoh-contoh dari Persia. Kidung Agung persis mencerminkan kejayaan
Salomo, sama seperti kemewahan, kekayaan, dan hikmat yang disebut-sebut dalam Kitab
Pengkhotbah secara cermat mencatat keadaan masa pemerintahannya.
Dibawah pemerintahan Salomo, kerajaan duniawi Israel mencapai puncak kejayaan dan
kemuliaannya. Negeri Israel mengalami perluasan yang belum pernah terjadi, baik sebelum
maupun Salomo sehingga bisa dikatakan pada masa pemerintahan Salomo kehidupan
rakyatnya hidup dengan ketentraman dan damai. Bait Suci pun di Yerusalem menjadi pusat
peribadatan untuk bangsa Israel.10
Tetapi dengan segala kebijakannya itu, hal itu bukan berarti bahwa Salomo memerintah
tampa dosa. Bukannya teokrasi yang menjadi ukuran yang satu-satunya bagi Salomo
didalam hidupnya. Absolutisme raja-raja disekitarnya mempunyai gaya penarik yang kuat
bagi Salomo. Kepentingan perdagangan terlalu diutamakannya. Pada akhir hidupnya,
perempuan-perempuan asing menyeret Salomo kepada penyembahan-penyembahan berhala
mereka. Karena itu kegelisahan ada dimana-mana, baik diluar maupun didalam negeri. Putra
Salomo hanya memerintah atas mereka.11
Pada bidang Ekonomi dimasa Salomo yang dimana penulis kitab Kidung Agung ini
bisa dikatakan sangat baik, karena pengaruh juga dari ayahnya Daud yang berhasil
memerintah pada zamannya. Sehingga kehidupan zaman penerusnya juga bisa dengan
mudah ditata kembali oleh perwaris tahtanya yaitu Salomo. Sumber penghasilan pada masa
pemerintahannya yaitu seperti: tambangan di Edom; hubungan dagang antar Mesir; pajak
dari rakyat; dan rakyat juga sedikit dibebani oleh perkerjaan untuk membangun kota.
Walaupun Kerajaannya pernah mulai goncang akibat sifat Salomo monumental dan sedikit
terpengaruh oleh penyembahan berhala. Tetapi kerajaan pada masa Salomo berhasil
bertahan cukup lumayan lama sehingga bisa menyaingi kerajaan Mesopotamia maupun
Mesir pada saat itu.12
10
I. Snoek,Sejarah Suci,(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2018) hlm. 144
11
I. Snoek,Ibid, hlm. 144-145
12
Prof. S. W. Wahono,Disini Kutemukan,(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2013) hlm. 138-139
3
kitab. Garis besar berikut ini menganggap bahwa syair cinta ini menggambarkan interaksi
antara tiga peran utama (gadis Sulam, gembala yang merupakan kekasihnya, dan Raja
Salomo) dalam seretetan peristiwa yang berurutan:
No Garis Besar Pasal/Ayat
1. Superskripsi 1:1
2. Gadis Sulam yang berada di harem Salomo 1-3:1-5
a. Senda gurau raja dan gadis itu 1:2-2:2
b. Si gadis mencari kekasihnya yang tidak ada 2:3-3:5
3. Salomo merayu gadis Sulam itu 3-7:1-9
a. Lamaran pertama Salomo 3:6-5:8
b. Lamaran kedua Salomo 5:9-7:9
4. Gadis Sulam itu menolak raja Salomo 7:10-8:4
5. Gadis Sulam dan yang mencintainya dipersatukan lagi 8:5-1413
Kidung Agung dianggap sebagai ajaran tentang sifat jasmani manusia yang diciptakan
laki-laki dan perempuan oleh Allah (Kej. 1:27; 2:4-7, 18-24). Kitab ini memuji-muji
kebaikan dan kesucian cinta seksual antara laki-laki dan perempuan yang telah dipersatukan
dalam perkawinan (Kid. 2:3-7, 16; 7:9-12; Ams. 5:15-20; Pkh. 9:9; Mal. 2:14-16). Makna
Kidung Agung disambut sebagai penawar terhadap seksualitas yang tidak wajar dan
kemerosotan lembaga perkawinan. Kitab ini memuji-muji baiknya keberadaan manusia yang
diciptakan laki-laki dan perempuan serta menganjurkan kesusilaan dan martabat kasih
sayang manusia dan pernyataan seksual dalam batas-batas yang ditetapkan Allah untuk
hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (Kej. 2:23-24; bnd. Rm. 1:24-32).
Kidung Agung menunjukkan bahwa keintiman seksual antara suami dan istri memang
pantas untuk sukacita dan kenikmatan bersama dan untuk pertumbuhan serta kemajuan
hubungan itu sendiri (Kid. 6:2-3; 7:10-13; 8:1-3; bnd. Ams. 5:19; I Kor. 7:1-5). Kitab ini
hendak memberi makna hubungan suami-istri berdasarkan apa yang dialami Salomo dalam
hubungannya dengan perempuan yang kasar, sensual, dan bersifat poligami dengan “puteri-
puteri Yerusalem” (yang terdiri lebih dari 140 perempuan, bnd. 6:8) dengan kasih yang
polos, murni, sungguh-sungguh, erotis tetapi setia dari gadis Sulam itu dan gembala yang
mencintainya. Hubungan cinta yang satu menimbulkan kecemburuan dan nafsu yang
menyala-nyala (8:6); mendatangkan murka Allah (bnd. I Raj. 11:1-9). Hubungan yang satu
lagi bagaikan sebuah materai yang diperlihatkan dengan berani dan menjamin pemilikan
pribadi dan kesetiaan dihadapan umum – cinta sangat kuat bagaikan maut (8:6-7).
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kidung Agung ini menurut tradisi dituliskan oleh Salomo dan di perkirakan berada pada
masa kerajaannya sekitar tahun 970-930 SM. Keahliannya menuliskan syair dan puisi Israel
kuno merupakan bawaan dari keahlian dari seorang ayahnya Daud. Walaupun gaya
penulisanya seperti cerita romantis, tetapi Alkitab adalah sebuah buku yang praktis. Alkitab
berisikan masalah hidup sehari-hari yang sangat baik untuk dijadikan pembelajaran, karena
mengambarkan cerita kasih seorang Laki-laki yang digambarkan sebagai Allah yang
13
Andrew E. Hill,Op.Cit, (Jawa Timur: Penerbit Gandum Mas, 2004) hlm.492-493
4
mencintai seorang perempuan yang digambarkan manusia. Sehingga kesimpulannya Kitab
Kidung Agung ini di ibaratkan Kasih Allah yang mencintai umatnya.
B. Pertanyaan-pertanyaan
1. Mengapa kitab Kidung Agung dipermasalahkan saat penbuatan kanonisasi Alkitab? Dan
kapan kitab Kidung Agung di masukan didalam kanon kitab suci agama Kristen? (Tuti
Mega Nduru)
2. Mengapa kitab Kidung Agung ini disebut sebagai ajaran tentang sifat jasmani manusia
yang diciptakan laki-laki dan perempuan oleh Allah? (Yunisama Gea)
3. Apa yang disebut dengan kitab gulungan megillot? (Imanuel Laoli)
4. Kitab ini bercerita tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan, mengapa kitab ini
dimasukan diddalam kitab suci? Apa yang diambil didalam cerita laki-laki dan
perempuan itu? (Raihsaleh Telaumbanua)
5
DAFTAR PUSTAKA
Browing, W.R.F. 2007. Kamus Alkitab. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
Blommendaal, Dr. J. 2003. Pengantar Pepada Perjanjian Lama. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia,
Hill, Andrew E. John Walton, H .2004. Survei Perjanjian Lama. Jawa Timur: Penerbit Gandum
Mas
W.S Lasor, W.S. Hubbard, D.A . F.W Bush, F.W .2007. Pengatar Perjanjian Lama 2.Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia
Wahono, Prof. S. W. Disini Kutemukan. 2013. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia