Anda di halaman 1dari 6

PANDANGAN GEREJA KATOLIK TENTANG PERKAWINAN

Oleh: Rexy Rumimpunu

Kata Pengantar

Gereja Katolik sangat memberi perhatian yang khusus bagi perkawinan,


sehingga ada begitu banyak hal yang menjadi ketentuan-ketentuan dalam
melaksanakan perkawinan di dalam Gereja Katolik untuk mencapai tujuan
perkawinan. Perkawinan merupakan suatu perjanjian yang terikat antara laki-laki
dan Perempuan dalam hal ini adalah suami dan isteri. Perkawinan bukanlah
sesuatu yang gampang untuk dijalani. Ada begitu banyak hal yang harus
diperhatikan. Gereja Katolik memberikan pandangan bagi sebuah perkawinan,
dimana perkawinan adalah sesuatu yang sakral juga menyangkut ikatan lahir dan
batin antara laki-laki dan Perempuan. Perkawinan memiliki tujuan yaitu dengan
membentuk suatu keluarga. Mereka yang hidup berkeluarga memiliki tujuan
untuk Bahagia.

Makalah ini membahas bagaimana pandangan Gereja Katolik tentang


perkawinan dan tentunya dalam sebuah perkawinan Katolik. Dimana akan
membahas tentang ajaran-ajaran Gereja tentang perkawinan dan juga ajaran Kitab
Suci tentang perkawinan. Selanjutnya akan memahami bagaimana suatu
perkawinan dalam Gereja Katolik itu berkembang dan dapat menjaga sebuah
perjanjian untuk mencapai tujuan perkawinan yaitu kebahagiaan suami dan istri
juga menyangkut kelahiran anak dan Pendidikan anak. Makalah ini juga akan
membahas bagaimana proses-proses dalam sahnya suatu perkawinan menurut
Gereja Katolik dan mengatasi berbagai masalah dalam menjalankan hidup
berkeluarga yang merupakan buah dari sebuah perkawinan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Moral Perkawinan
yang biasanya didapatkan oleh mahasiswa STP Don Bosco Tomohon pada
semester 5. Diharapkan agar melalui makalah ini kita semua dapat terbantu dalam
hal pengetahuan.

Tomohon, 17 Oktober 2023


BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkawinan adalah hubungan yang kurang lebih mantap dan stabil antara
pria dan Wanita (entah seorang atau beberapa orang) justru sebagai pria dan
wanita, jadi hubungan seksual, yang oleh Masyarakat yang bersangkutan (kurang
lebih luas) sedikit banyak diatur, diakui dan dilegalisasikan. (Dr. C. Groenen
OFM, Perkawinan Sakramental,hlm. 19).

Perkawinan adalah sebuah Persekutuan cinta kasih yang merupakan


sebuah anugerah dan Rahmat dari Allah. Maka yang menjadi dasar sebuah
perkawinan adalah perjanjian. Dimana seorang laki-laki dan seorang Perempuan
saling membentuk diantara mereka Persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang
memiliki ciri-ciri kodrati yaitu terarah pada kesejahteraan suami-istri dan
kelahiran serta pendidikan anak.

Perkawinan Katolik tidak sembarangan diatur begitu saja, melainkan harus


memenuhi beberapa hal diantaranya tidak memiliki halangan, dan memiliki
persetujuan.

I.2 Tujuan

1. Melihat mengenai pandangan sebuah perkawinan dari beberapa dokumen


Gereja.
2. Mengidentifikasi mengenai hakikat perkawinan dalam Gereja Katolik
3. Melihat dan membahas apa sesungguhnya yang membentuk sebuah
perkawinan
4. Mempelajari bagaiman sebuah perkawinan dapat berjalan pada masa
sekarang ini, melihat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi
perkembangan masa sekarang ini.
BAB II. PEMBAHASAN

II.1 Hakikat Dalam Perkawinan Katolik

Dalam Gereja Katolik, perkawinan memiliki dua hakikat yang tidak dapat
terpisahkan, yaitu sebagai sebuah perjanjian dan sebagai sakaramen. Disebut
sebagai perjajian karena Langkah pertama sebelum menuju kepada sakramen,
laki-laki dan Perempuan harus memiliki perjanjian melalui kesepakatan untuk
menikah. Selanjutnya disahkan sebagai sakramen untuk menghadirkan Allah
dalam hidup berkeluarga yang menjadi tujuan perkawinan.

II.2 Perkawinan Sebagai Sebuah Perjanjian

Perjanjian atau juga kesepakatan perkawinan adalah perbuatan yuridis


atau hukum menurut ajaran Gereja. Kesepakatan perkawinan atau consensus
merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang akan
melaksanakan perkawinan, maka harus berasal dari kemauan diri sendiri yang
memiliki kehendak bebas.

juga merupakan kata yang keluar dari batin seseorang sehingga sangat
perlu diungkapkan dengan kata-kata atau isyarat. Inti dari kesepakatan
perkawinan atau consensus adalah dengan perbuatan kehendak atau actus
voluntatis yang bersifat batiniah.

II.3 Perkawinan Sebagai Sakramen, Dasar Biblis dan Ajaran Gereja

Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan dari Allah. Melalui


sakramen, seseorang disatukan dengan Allah. Sama halnya dengan perjanjian,
sakramen perkawinan merupakan “Perjanjian Perkawinan”, dengan mana pria dan
Wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari sifat kodratinya
terarah pada kesejahteraan suami-istri pada kelahiran dan Pendidikan anak dan
oleh Kristus Tuhan perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke
martabat sakramen.(KHK kan. 1005?1).

1. Perkawinan dalam rencana Allah (Wahyu 19:7.9)


2. Perkawinan dalam Tata Ciptaan ( GS 48,1)
3. Perkawinan di Bawah Kekuasaan Dosa
4. Perkawinan di Bawah Bimbingan Hukum
5. Perkawinan dalam Tuhan

II.4 Kesepakatan Perkawinan

Perjanjian Perkawinan diikat oleh seorang pria dan seorang Wanita yang telah
dibaptis dan bebas untuk mengadakan Perkawinan dan yang menyampaikan
kesepakatannya dengan sukarela dan bebas, berarti:

 Tidak berada dibawah paksaan


 Tidak dihalang-halangi oleh hukum kodrat atau Gereja
BAB III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Gereja Katolik sangat memperhatikan dengan sangat kusus suatu


perkawinan. Maka perkawinan harus dilaksanakan dengan baik dan benar seturut
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam melaksanakan perkawinan. Tujuan dari
sebuah perkawinan adalah untuk membentuk keluarga, dimana didalamnya untuk
kesejahteraan suami-istri, kelahiran dan Pendidikan anak.

Perkawinan dalam Gereja Katolik merupakan sebuah kesepakatan atau


perjanjian yang dilakukan oleh seorang pria dan seorang Wanita untuk
membentuk sebuah pernikahan yang Bahagia demi terwujudnya suatu keluarga
katolik.

Perkawinan dalam Gereja Katolik dipandang sebagai sebuah sakramen.


Dimana melalui perkawinan, Allah menunjukkan karya penyelamatannya untuk
keselamatan manusia dalam hal ini adalah suami dan istri.

III.2 Saran

Saya menyadari dalam penulisan ini memiliki kekurangan dalam penulisan, dalam
mencari sumber dan struktur penulisan. Maka saya menerima saran dan kritik
untuk penulisan makalah ini.

Akan tetapi saya memiliki saran khusus untuk penulisan makalah ini.

1. Saran saya bagi kampus yaitu, kampus semestinya menyediakan beragai


sarana berupa menyediakan jurnal-jurnal untuk mengambil beberapa
sumber dalam pembuatan sebuah makalah.
2. Saran saya untuk mata kuliah Moral perkawinan yaitu, sedapatnya selalu
memberikan tugas yang sama, agar para mahasiswa dapat terbiasa dengan
sebuah penulisan untuk memajukan kualitas diri.
DAFTAR PUSTAKA/SUMBER REFERENSI

Sujoko Albertus, Teologi Keluarga, Memahami Rencana Allah bagi Keluarga


Menurut Familiaris Consortio, Kanisius. 2011.

Diktat Mata Kuliah Sakramentologi

Http://repository.radenFatah.ac.id (Ruang Lingkup Perkawinan Katolik)

Anda mungkin juga menyukai