XII
SMA Santa Maria Yogyakarta
Tujuan:
4. Pandangan 5. Pandangan
sosiologi Antropologis
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
pasal 1 UU berbunyi: “Perkawinan ialah ikatan lahir-batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
Membentuk keluarga yang bahagia erat hubungan dengan
keturunan, yang merupakan tujuan perkawinan. Pemeliharaan
dan pendidikan anak menjadi hak dan kewajiban orang tua
Pandangan Tradisional
Tujuan perkawinan ialah untuk saling mensejahterakan suami dan istri secara bersama-
sama (hakikat sosial perkawinan) dan bukan kesejahteraan pribadi salah satu pasangan.
Kitab Suci mengajarkan bahwa tujuan perkawinan ialah saling menjadikan baik dan
sempurna, saling mensejahterakan, yaitu dengan mengamalkan cinta seluruh jiwa raga.
Perkawinan adalah panggilan hidup bagi sebagian besar umat manusia untuk
mengatasi batas-batas egoisme; untuk mengalihkan perhatian diri sendiri kepada
sesama; dan untuk menerima tanggungjawab sosial; serta menomorduakan
kepentingan sendiri demi kepentingan kekasih dan anak-anak mereka bersama.
Seorang yang sungguh egois sebenarnya tidak sanggup menikah, karena hakikat
perkawinan adalah panggilan untuk hidup bersama.
Tujuan Perkawinan
2. Tak terceraikan: Suami dan istri dipilih Tuhan untuk menjadi suatu sakramen satu bagi
yang lain. Jadi, mereka diangkat menjadi tanda kehadiran Kristus yang selalu
menguduskan, menguatkan dan menghibur tanpa memasang syarat apapun. Kristus
sendiri dengan setia menyertai dan menolong suami dan istri, maka pasangan sanggup
untuk setia satu terhadap yang lain. Sifat sakramentil perkawinan Kristen itulah yang
membuat perkawinan kokoh dan tak terceraikan.
Terima Kasih
Tuhan Memberkati!