Anda di halaman 1dari 8

AJARAN GEREJA KATOLIK

TENTANG PERKAWINAN

1. a. Hakekat perkawinan :
persekutuan hidup antara seorang pria
dan wanita, atau
dasar saling mencintai untuk membentuk hidup bersama
secara tetap dan memilki tujuan yang sama, yaitu saling
membahagiakan

b. Tujuan dan sifat perkawinan


1.

Mewujudkan kebahagiaan dan


kesejahteraan suami istri ( unitif )

2.

Terarah pada keturunan


( prokreatif )

3.

Menghindari perzinahan dan


penyimpangan sexual.

4.

Kemandulan tidak membatalkan


perkawinan, tidak menjadi alasan
untuk meninggalkan pasangan.

2. Kekhasan perkawinan Katolik.

Kanon 1055 KHK 1983, pengertian dasar perkawinan Katolik.


Dengan perjanjian, pria dan wanita membentuk kebersamaan seluruh
hidup, dari sifat kodratnya, perjanjian terarah pada kese-jateraan suami
isteri serta kelahiran anak ; oleh Kristus Tuhan perjanjian antara orangorang dibaptis diangkat ke martabat sakramen

Cinta Kristus kepada


Gereja menjadi dasar perkawinan Katolik.
( bdk Yoh 15 ; 9 -17 ; Ef5 : 22 - 33 )
Sifat sifat perkawinan :
+
Unitas, kesatuan cinta yang eksklusif.
+
Indisolubilitas, tak terceraikan. yang diputuskan oleh kematian.
+
Sakramental, konsensus/perjanjian dua orang dibaptis, tanda
kehadiran Allah yang menyelamatkan.

3. Sakramentalitas perkawinan.

Sakramentalitas perkawinan terjadi pada perkawinan keduanya dibaptis

Kanon 1055 menyebutkan bahwa Kristus telah mengangkat perkawinan menjadi sakramen
( $ 1 ) sehingga sifat perkawinan perkawinan antara orang-orang yang telah dibaptis adalah
sakramen.
( $ 2 ).Kanon ini menandaskan adanya identitas antara perjanjian orang-orang dibaptis dengan
sakramen.
Identifikasi ini konsekuensinya :
a.
Semua perkawinan sah yang diselenggarakan antara orang-orang yang dibaptis
merupakan sakramen.
b.

Sakramentalitasnya terletak pada kedua mempelai sendiri yang membuat perjanjian.

c.

Perkawinan sakramen disempurnakan melalui persetubuhan, disebut ratum, sacra


mentum et consumatum. Perkawinan ini bersifat tidak dapat diceraian secara

absolut.

4.Spiritualitas Perkawinan
Dalam hidupnya pasutri mampu
memberi kesaksian hidup,
menjadi
sakramen,
tanda
keselamatan dan menghadirkan
Kerajaan Allah.( bdk FC 47 ).
Berkat sakramen perkawinan,
suami isteri menunaikan
kewajiban mereka sebagai
suami isteri dalam keluarga.

2. Halangan nikah dalam hukum gerejawi

Halangan nikah dikatakan bersifat gerejani karena


diciptakan oleh otoritas Gereja.
Tujuannya untuk kesejahteraan umum, karena
keselamatan jiwa-jiwa adalah norma
hukum tertinggi ( Kan 1752 )
Menurut Kitab Hukum Kanonik, halangan halangan itu
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Halangan umur
Halangan beda agama.
Halangan tahbisan suci
Halangan kaul kemurnian
Halangan penculikan
Halangan kriminal
Halangan hubungan darah
Halangan hubungan semenda.
Halangan kelayakan publik
Halangan pertalian hukum

6. Panggilan Dasar Keluarga Katolik.


Menyambut dan mencintai kehidupan.
+ Anak harus dipelihara,dirawat sebagai
buah cinta, tumbuh menjadi manusia utuh.
+ Pasangan mengusahakan kesejateraan
hidup bersama harus tetap memperhati
-kan nilai nilai moral diajarkan Gereja.
+ Pasangan Katolik mengikuti ajaran moral
yang benar, hal ini mengingat hidup dalam
dunia yang ditandai oleh mentalitas
hedonisme.

TERIMA KASIH
TUHAN BERKATI

Anda mungkin juga menyukai