Anda di halaman 1dari 2

Perkawinan dalam Tradisi Katolik.

Umat Allah adalah Bangsa Pilihan Tuhan, Gereja Katolik secara Keras Menyatakan Perkawinan
adalah sakramen yaitu tanda, Simbol atau Lambang Cinta Kasih Allah Terhadap Manusia, Sifat
Pernikahan Adalah Monobram, Gereja Katolik tidak Memperkenankan Poligami, Kawin Kontrak dan
perceraian.
Tujuan Pembelajaran .
1. Merumuskan Makna Perkawinan Menurut peraturan UUD no 1 tahun 1974.
2. Menganalisi Makna Perkawinan menurut ajaran Kitab Suci Kejadian Bab 2 ayat 18 sampai
25, Markus Bab 10 ayat 2 sampai 12, Matius Bab 19 ayat 5 sampai 6, Efesus Bab 5 ayat 25 Sampai
32, 1 Yohanes Bab 4 ayat 8 dan 16, wahyu Bab 19 ayat 7 sampai 9.
3. Merumuskan Makna dan sifat Perkawinan Menurut ajaran Gereja Katolik :
KITAB HUKUM KANONIK tahun 1055 e Gadium Es Spes Artikel 3a, Artikel 48 dan Artikel 52.
4. Menjelaskan Perkawinan Campur beda Gereja, dan Beda Agama, Serta Halangan Halangan
perkawinan.
5. Mengidentifikasi Tata Cara Komunikasi yang tepat, dalam membangun Keluarga Kristiani.
Mengidentifikasi Tata Cara Komunikasi yang tepat, dalam membangun Keluarga Kristiani.
Faktor Pendorong :
1 . Adanya Kesediaan mendengarkan.
2. Ada Keterbukaan(Transparansi, Intergritas).
3. Ada Sikap Saling percaya.
4. Adanya Sikap Rendah hati.
5. Adanya Sikap Kesabaran.
Faktor Penghambat :
1. Mengutamakan diri sendiri.
2. Emosi Berlebihan.
3. Bermusuhan.
4. Pengalaman Masa Lampau ( Komunikasi tidak harus membangkitkan Atau Mengungkit Masa
Lalu yang buruk )
5. Membela diri.
Perkawinan Campur beda Gereja dan Beda Agama, Beda
Gereja dimaksudkan adalah Pernikahan antara yang dibatasi Katolik dan Non-Katolik, dan Beda
Agama dibutuhkan Dispensasi, Gereja Katolik Menghendaki Untuk pernikahan
SeAgama Karena Iman sangat berpengaruh kuat Untuk
Kesejateraan Keluarga, Kebahagiaan, Kenyamanan, Dan
Untuk Masa Depan anak anak, yang Kedua Karena Gereja Menginginkan untuk tidak Menikah
dengan Beda Gereja, yang ketiga asa Sebuah moral dasar yang perlu Diindahkan, Artinya Dalam
Gereja ada Aturan yang tidak membahayakan
Iman Kita, adanya Banyak Kompleksitas Hidup Dimana Orang Katolik hidup berdampingan dan
Bersama dengan
Orang Non-Katolik, Karena Faktor Lingkungan dimana Terbatas untuk menemui teman seiman,
Faktor kedua karena usia Pernikahan.
Halangan perkawinan dalam Hal Gereja Katolik dibagi menjadi 2 yaitu Ilahi adalah hukum Yang
Bersumber dari Kuadrat Allah dan Hukum Kontak Dari Allah, Hukum Kanonik tahun 1092.
Yang kedua Karena Dilahirkan Dari Gereja Katolik, Maka Hanya Yang menganut Agama Katolik
yang dapat menikah. Surat Laisasi yang diberikan oleh Pemimpin tinggi Agama Katolik Sesuai
dengan kanonik.
Halangan Penculikan Kanonik tahun 1089 dimana Tidak Boleh menculik anak diSiang Hari.
Proses Perkawina( syarat Pernikahan Katolik) yang Sah :
• adanya Kesepakatan dengan sadar, Bebas Dan sukarela tanpa dihalangi Oleh Hukum Kodrat
dan Hukum Gerejawi.
• Kesepakatan itu diajukan Dan diterima Oleh Pejabat Gereja, yang Bertugas atas Nama Gereja
untuk memimpin Upacara perkawinan dan Memberi Berkat Gereja.
• Perjanjian atau Kesepakatan perkawinan Didahului Oleh persiapan Menjelang Perkawinan,
seperti Wajib mengikuti Khursus Pelatihan Perkawinan ( 3 sampai 6 Bulan).
Pernikahan Katolik Menghendaki Perkawinan Monogami, Dan memiliki sifat tak terpisahkan atau
permanen, Hanya Maut yang memisahkan (Matius 19 Bab 5 sampai 6).

Anda mungkin juga menyukai