Anda di halaman 1dari 4

“Implementasi perkawinan campur, larangan Allah bagi umat Israel ”

Nama : ronaldi

NIRM : 2020175060

Email : ronaldironi8@gmail.com
ABSTRAK

Pengembangan dan perluasa gereja merupakan sangat diharapkan oleh banyak gereja lokal,
salah satu cara yang paling mudah untuk melakukan dan mengembangkannya adalah dengan
melakukan penginjilan sesuai dengan amanat agung yang terterah dalam matius 28:19-20.

Israel adalah bangsa pilihan Allah yang keberadaannya di khususkan oleh Tuhan untuk
membedakan mereka dengan bangsa-bangsa lain itulah sebabnya Tuhan telah memberikan
peraturan-peraturan yang khusus untuk menyatakan apa saja yang harus mereka lakukan

PENDAHULUAN

Pemilihan terhadap bangsa israel berawal dari pemanggilan Allah terhadap Abraham yang
merupakan bapak leluhur mereka, Allah memberikan perjanjian yang didalamnya
menjanjikan tentang pemiliknya tanah kanaan, pelipat gandaan keturunan dan janji bahwa
Allah akan menjadi Allah bagi Abrahamdan keturunannya (kej 15:8,18 ;17:6-8).

Sebagai umat yang sudah dikhususkan oleh Tuhan salah satu perintah bagi bangsa israel
adalah mereka tidak boleh terpengaruh oleh bangsa-bangsa lain yang ada di sekitar mereka
terutama supaya mereka tidak mengikuti penyembahan terhadap dewa yang di percaya oleh
bangsa asing tersebut.

Dalam pikiran banyak orang arti dari perkawinan campuran biasanya di hubungkan dengan
pernikahan antara dua orang yang berbeda bangsa, tetapi sebetulnya istilah ini dapat
mempunyai arti yang luas lagi yaitu bila pasangan mempunyai agama yang berbeda.

TUJUAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pada masa saat kejutuhan yerusalem dan peristiwa
pembuangan memadamkan harapan yang di taruh pada negarah dan masa depan yakni
harapan yang di bentuk oleh keyakinan yang ada dalam iman kita oleh Tuhan.

Pada saat yang menentukan ini melalui pemeliharaan Allah, jati diri umat Allah dibentuk
oleh wujud isi kepercayaan mereka yang sebelum pembuangan justru tidak pernah berhasil
menjadi pusat kehidupan mereka

MANFAAT

Untuk memperbaiki berbagai perilaku yang tidak senonoh di antara sisa israel yang kembali
dan menanamkan harapan serta mendorong semangat juang umat untuk menyadari ketaan
pada ketetapan-ketetapan perjanjian Allah yang merupakan syarat yang wajib untuk
memperoleh berkat-berkat Tuhan dan pemulihan israel sebagai milik kepunyaan yang
khusus.

Perkawinan dengan orang asing tidak dilarang dalam hukum musa dan tidak sedikit dari
nenek moyang atau para pahlawan bangsa yahudi mempunyai perjanjian atau kontrak nikah,
tetapi di sadari bahwa bahaya khusus yang di sebabkan karena pernikahan dengan bangsa
kanaan yang pasti akan membawa sebuah masalah yang kemudian dilarang dan bapa-bapa
pendahulu telah sadar akan bahaya tersebut (kej 24; 28:1-9) dan hal ini memperlihatkan
betapa tegasnya peringatan ini pada sejarah selanjutnya dalam periode kerajaan

PEMBAHASAN

Pernikahan adalah suatu institusi yang di tetapkan oleh Tuhan. Pernikahan adalah tata tertib
yang suci yang di tetapkan Tuhan khalik langit dan bumi di dalam peraturan suci itu
diaturnya hubungan antara pria dan wanita. Sejak pada mulanya pun Tuhan menghendaki
supaya seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya sehingga ia dapat bersama istrinya
sehingga mereka sedaging.

Tujuan Tuhan dengan pernikahan yaitu supaya pernikahan itu menjadi suatu persekutuan
hidup yang meliputi seluruh kehidupan, Tuhan menghendaki supaya yang dua itu menjadi
satu didalam kasih Tuhan satu di dalam kasih mengasihi, satu di dalam memikul beban
pernikahan, satu di dalam menghayati berkat pernikahan dan satu di dalam menunjukkan
perhatian kepada pekerjaan masing-masing.

Orang-orang yang belum percaya di gambarkan seperti berjalan di dalam kegelapan,


sedangkan orang beriman berjalan di dalam terang. Dan seorang beriman dan seorang yang
belum percaya tidak akan mempunyai kesamaan rohani karena Allah hanya ada di dalam diri
orang beriman, oleh sebab itu Paulus menunjukkan bahwa orang-orang kristen adalah bait
Allah.

Antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya tidak mungkin terjalin suatu
persekutuan yang akrab dan suci walaupun mereka dapat setuju dalam hal yang paling
diantara;

1. Orang percaya melihat kebutuhannya akan keselamatan dan menyadari bahwa


harapan satu-satunya adalah percaya akan Yesus Kristus sebagai juruselamat dan
Tuhannya, tetapi orang yang tidak percaya tidak mau meneria Kristus sebagai juru
selamat.
2. Bagi orang beriman kristus adalah hidup dan menjadi Tuhannya, sedangkan bagi
orang yang tidak percaya kristus adalah satu pribadi saja yang pernah hidup
sebagaimana di tunjukkan dalam sejarah.

Tuhan melarang perkawinan campur karena tidak mungkin dua menjadi satu istilahnya
mempunyai dua tuan. Israel hanya mempunyai satu Allah yaitu YHWH, dialah yang
menetapkan dan mengatur institusi pernikahan karena itu perkawinan campur adalah
sikap penolakan terhadap YHWH dan di anggap sebagai penyembahan berhala,
sinkritisme tetap di tolak oleh iman kristen karena sinkristime identik dengan
penyembahan kepada ilah lain.

Sehingga suatu kehidupan dalam persatuan yang akrab antara orang beriman dan orang
yang tidak percaya tidak mungkin menghasilkan suatu konsentrasi yang sesungguhnya
pada pihak orang beriman tersebut.

Keadaan di atas tidak sesuai dengan suatu pernikahan yang Tuhan kehendaki yaitu suatu
kesatuan, suatu persekutuan yang sejati. Suatu persekutuan agama antara dua orang yang
berdoa sama-sama, membaca firman Tuhan bersama-sama, memuji dan bersyukur kepada
Tuhan bersama-sama. Karena perkawinan tidak boleh di lepaskan dari iman kepada
kristus yang adalah Tuhan dan kepala atas keluarga.

Anak-anak yang di hasilkan dari perkawinan campuran merupakan masalah penting bagi
gereja, baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjian baru anak yang di terima di
dalam persekutuan pernikahan dipandang sebagai berkat Tuhan. Karena cahaya janji-janji
dari Tuhan juga ditujukan bagi anak-anak, orang tua yang hidup berdasarkan iman, boleh
memandang anaknya seabagai anak perjanjian Allah.

Seorang beriman dan seorang yang belum percaya tidak mempunyai kesamaan rohani
karena Allah hidup di dalam diri orang-orang beriman. Apabila ada perbedaan kerohanian
atau kepercayaan diantara kedua orang tua seorang anak tidak dapat dibimbing dalam
suatu pendidikan kristen dengan baik, bahkan pendidikan kristen sama sekali tidak dapat
diterapkan karena kedua orang tuanya memiliki perbedaan kepercayaan.

Sebagai suatu lembaga kerohanian, gereja bertanggung jawab untuk mengambil bagian di
dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh jemaat, secara khusus dalam masalah
perkawinan. Saat yang tepat untuk dapat memulai menangani masalah-masalah dalam
pernikahan dan keluarga adalah sebelum masalah itu sendiri timbul, salah satunya adalah
konseling persiapan pernikahan yang bahagia. Seperti pencegahan penyakit yang di
lakukan untuk mencegah timbulnya penyakit dan menjaga kesehatan tubuh, demikian
juga dengan bimbingan persiapan penikahan.

Kematangan spiritual adalah faktor yang sangat penting, seseorang tidak siap untuk
menikah secara kristen bila ia bukan seorang percaya, tidak seiman, atau tidak betul-betul
menerima Tuhan Yesus sebagai juruselamat.

Dengan melihat timbulnya persoalan-persoalan yang di akibatkan oleh perkawinan


campur, sehingga tanggung jawab gereja terutama dalam pelayanan pastoral konseling
sangat penting untuk mengarahkan orang percaya supaya tidak melakukan perkawinan
campur dan untuk membimbing orang-orang percaya untuk melakukan perkawinan
campuran.
KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

Umat manusia merupakan suatu kesatuan yang tidak terhitung banyaknya, beraneka
ragam dan bermacam-macam variasinya. Tuhan tidak perna melarang percampuran
bahkan di dalam daftar silsilah Yesus Kristus pun terdapat empat orang wanita yang
berasal dari bangsa lain bukan bangsa yahudi.

Saran

Untuk menghindari terjadinya perkawinan campur antara agama yang berbeda di


perlukannya suatu pemahaman iman yang benar di dalam jemaat dan untuk mencapai hal
itu di perlukan peran gereja untuk membina pertumbuhan iman jemaat

Anda mungkin juga menyukai