Anda di halaman 1dari 13

ETIKA KRISTEN III : ETIKA SEKS DAN MEDIS

“ HAKEKAT KELUARGA KRISTEN, HUBUNGAN SUAMI ISTRI,


PERAN DAN TANGGUNG JAWAB SUAMI ISTRI, HUBUNGAN
ORANG TUA DAN ANAK”

DISUSUN OLEH:

Joshua Turangan

Prisilia Kaeng

Esther Retor

Nadia Sengke

Jeklin Rumengan

DOSEN :

Pdt. Arthur Rumengan M.Pdk

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

YAYASAN DS.A.Z.R WENAS

FAKULTAS TEOLOGI

2020

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang …………………………………………………………………


b. Rumusan Masalah………………………………………………………………
c. Tujuan Penulisan……………………………………………………………….
d. Manfaat Penulisan………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

a. Hakekat keluarga Kristen dan hubungan suami istri……………………….


b. Panggilan dan tugas orang tua terhadapn anak-anaknya………………….
c. Panggilan anak terhadap orang tua………………………………………….

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan…………………………………………………………………….
b. Saran……………………………………………………………………………

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, tejadi adanya perubahan-perubahan dan pergeseran-pergeseran
yang hebat. Perubahan-perubahan di bidang politik,social,kebudayaan,kesusilaaan dan
rohani. Kehidupan keluarga sangat terpengaruh olehnya. Baik di kota-kota maupun di
desa-desa tidaklah sedikit bahaya yang mengancam kehidupan keluarga sehingga
banyak orang mengatakan tentang kehancuran keluarga-keluarga. Tetapi ada pula
orang-orang yang tidak sepesimitis itu dan mereka berkata bahwa di dalam pergaulan
hidup yang baru, keluarga itu memang telah kehilangan berbagai fungsinya, tetap
padanya tetap ada fungsi inti yang selalu ada pada tiap –tiap keluarga, dimanapun
juga didunia ini, asalkan didalam keluarga-keluarga itu diadakan peninjauan kembali.
Dilapangan inipun Etika Kristen bukanlah menjadi jurubicara pengganti
Tuhan tetapi tugasnya ialah menjadi penunjuk jalan bagi kehidupan keluarga sesuai
dengan tuntutan-tuntutan dan janji Tuhan.
Apakah keluarga itu? Keluarga dalah persekutuan yang dibentuk antara orang
tua dan anak-anak. Hal yang khas dari keluarga itu ialah bahwa keluarga merupakan
suatu tritunggal.

B. Rumusan Masalah
- Apa itu hakekat keluarga Kristen dan hubungan suami istri
- Apa itu panggilan dan tugas orangtua terhadap anak-anaknya.
- Apa itu panggilan anak terhadap orang tua
C. Tujuan Penulisan
- Mengetahui hakekat keluarga Kristen dan hubungan suami istri
- Mengetahui panggilan dan tugas orang tua terhadap anak-anaknya
- Mengetahui panggilan anak tehadap orang tua
D. Manfaat Penulisan
Menambah wawasan tentang Etika Kristen dalam hakekat keluarga Kristen, hubugan
suami istri, peran dan tanggung jawab suami istri, dan hubungan orang tua dan anak.
2

BAB II

PEMBAHASAN

HAKEKAT KELUARGA KRISTEN DAN HUBUNGAN SUAMI ISTRI

Keluarga Kristen dibentuk oleh perkawinan sepasang suami-istri, laki-laki dan


perempuan, yang percaya kepada Yesus Kristus

sebagai Tuhan dan Juruselamat dan yang melaksanakan kehidupan perkawinan


mereka dalam ketaatan kepada firman Tuhan. Perkawinan dan keluarga adalah lembaga
pertama yang ditetapkan Allah di dalam kehidupan manusia, sesuai dengan rencana,
kehendak dan karuniaNya (Kej 1:27-28; 2:18-24). Allah-lah yang mempertemukan dan
mempersatukan laki-laki dan perempuan dalam perkawinan selama hidup mereka, “karena
itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”(Mat 19:6). Karena itu
setiap pasangan suami istri dan keluarga Kristen terpanggil memelihara keutuhan maupun
kesucian perkawinan mereka (Ams 5; 1 Kor 6:12-20; Ibr 13:4) dan mendasarkan kehidupan
keluarga mereka pada kasih Kristus dan ketaatan pada kehendak Allah (Ef 5:22-31; 6:1-4; 1
Ptr 3:1-7).Perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang sepadan (Kej 2:18). Persekutuan hidup itu bersifat eksklusif (terpisah dari
yang lain) dan intim (akrab, mesra). Salah satu karunia dan penampakan berkat Allah atas
suami-isteri dan yang menjadi buah perkawinan mereka adalah keturunan (Kej 33:5). Tuhan
Allah lah yang memerintahkan kepada manusia agar berketurunan, beranak cucu dan
bertambah banyak (Kej 1:28). Anak adalah milik pusaka dan buah kandungan adalah upah
dari Tuhan (Mzm 127:3; bnd Ul. 28:4). Karena itu anak-[anak] harus diterima dengan rasa
syukur serta dipelihara dan dididik dengan penuh tanggungjawab (Kel 18:19; Ul 6:4-9, 20-
25; Ef 6:4). Rasa syukur itu tidak ditentukan oleh jumlah anak yang dikaruniakan Allah,
sebaliknya tercermin dari besarnya cinta kasih, perhatian dan didikan di dalam memelihara
pertumbuhan mereka (bnd Ams 1:18).Karena keturunan hanyalah salah satu wujud karunia
Allah yang ditambahkan atas perkawinan dan keluarga, maka suami-istri yang tidak beroleh
keturunan adalah juga keluarga yang lengkap. Mereka dapat menerima karunia Tuhan dalam
bentuk dan wujud lain; karena itu ketiadaan keturunan tidak dapat dijadikan alasan untuk
bercerai atau berpoligami. Keluarga Kristen merupakan unit (satuan) terkecil dari persekutuan
orang percaya (gereja). Oleh sebab itu dalam setiap keluarga Kristen hendaknya terlihat ciri
dan gerak hidup gereja, antara lain bentuk kehidupan yang penuh saling mengasihi, kegiatan
pendidikan dan pengajaran mengenai iman dan perilaku, ibadah, serta kesaksian dan
pelayanan di tengah kehidupan bangsa dan masyarakat (bnd Yos 24:15).1

HAKEKAT KELUARGA KRISTEN

a) Persekutuan hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam perjanjian,
kasih setia membentuk suatu keluarga yang diberkati dan dikuduskan Allah, adalah
sebuah persekutuan yang menjadi lambang persekutuan hidup antara Allah dengan
umatNya, sehingga orang yang hidup dalam pernikahan dipanggil untuk memelihara
kekudusan hidup pernikahan yang dikaruniakan Allah kepadanya (1 Tesalonika 4:3-8;
Ibrani 13:4).

1
http://www.gkpi.or.id/page/67/keluarga_kristen
3

b) Persekutuan hidup yang bersifat heterogen, yaitu antara laki-laki dan perempuan
untuk hidup bersama sebagai suami-isteri. Oleh karena itu tidak dapat menerima
pelembagaan untuk pernikahan sejenis (Kejadian 2:22).
c) Persekutuan hidup yang bersifat eksklusif, artinya hanya terdiri dari dua orang saja,
yaitu seorang laki-laki tertentu dengan seorang perempuan tertentu. Dengan demikian
pernikahan dalam keluarga kristen berpola monogami (Kejadian 2:22,24-25; bdk. 1
Korintus 7:2; 1 Timotius 3:2,12). Oleh karena tu menolak praktek poligami dan
poliandri.
d) Persekutuan hidup yang bersifat total, artinya menyangkut seluruh segi kehidupan
suami-isteri baik yang jasmani maupun yang rohani,” … keduanya menjadi satu
daging
(ay.24). Kesatuan ini adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Aspek
inilah yang membedakan secara hakiki hubungan antara suami-isteri dengan orang
lain.
e) Persekutuan hidup yang bersifat kontinyu, artinya persekutuan itu berlangsung terus
menerus selama suami-isteri hidup di dunia ini. Oleh karenanya menolak praktek
perceraian (Matius 19:16; Markus 10:9).2

HUBUNGAN SUAMI ISTERI

Syarat pernikahan Kristen adalah janji sakral yang diucapkan oleh dua orang mempelai di
depan Imam. Setelah seorang gembala atau pendeta memberikan pemberkatan kepada
mempelai, kedua mempelai resmi menyandang status suami dan istri. Hubungan suami dan
istri bukanlah hubungan yang sangat gampang seperti saat masih dalam fase pacaran.
Hubungan suami-istri akan berlangsung seumur hidup sehingga tidak boleh disepelekan sama
sekali.Banyak persiapan dan pengorbanan yang harus dilalui oleh dua insan ini supaya
mendapatkan gelar suami-istri. Itu juga tidak mudah. Hal tersebut akan semakin sulit ketika
sudah menjalani sebuah hubungan pernikahan. Pernikahan itu juga memiliki etika. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pasangan suami-istri. Inilah hubungan suami-istri
larangan dan diizinkan beberapa hal dalam pengertiannya di dalam Kristen:

1. Suami dan Istri tidak boleh bercerai;“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa
yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah” (Matius 5:32)Seorang
suami tidak boleh menceraikan istrinya. Begitu pula sebaliknya, hubungan suami istri dalam
Kristen dalam seorang istri tidak boleh menceraikan suaminya. Apa yang sudah dipersatukan
oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Mungkin, hukum negara mengizinkan
adanya perceraian dalam Kristen, tetapi Agama Kristen tentu melarang keras hal ini. Hanya
Tuhanlah yang berhak menceraikan manusia melalui kematian.

2. Poligami itu Haram;“Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama
suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang
mengikatnya kepada suaminya itu” (Roma 7:2).Seorang istri tidak boleh memiliki suami
lebih dari satu. Begitu pula sebaliknya, seorang suami tidak boleh memiliki istri lebih dari
satu. Jangan coba untuk melakukan poligami menurut Alkitab. Ketika kamu berpoligami,
kamu tidak hanya menyakiti hati pasanganmu saja. Kamu juga sudah menyakiti perasaan
Allah yang sudah menyatukan kamu dalam ikatan pernikahan. Pernikahan kedua hanya boleh
dilangsungkan ketika pasangan suami atau istri itu dipisahkan oleh Tuhan melalui kematian.

2
https://www.sabdaspace.org/hakekat_keluarga_kristen
4

3. Hubungan antara Laki-laki dan Perempuan;Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-
laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian,
pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. (Imamat
20:13)Tuhan hanya mengizinkan pernikahan antara laki-laki dan perempuan. Sayangnya, ada
pasangan gay atau lesbi yang mengklaim bahwa mereka adalah juga adalah pasangan suami
dan istri. Tuhan tentu tidak mengizinkan hal ini karena pernikahan antara laki-laki dengan
laki-laki dan perempuan dengan perempuan adalah hal yang diharamkan di dalam Kristen.
Tuhan sudah memerintahkan kita untuk beranak-cucu kepada umat-Nya. Bila pernikahan
tersebut dilakukan antara sesama jenis, bagaimana mungkin seseorang bisa memiliki
keturunan?

4. Suami-Istri akan Membentuk Sebuah Keluarga Baru;Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya. (Kejadian 2:24)Satu hal yang harus dipahami oleh
pasangan Kristen adalah hal ini. Mereka harus paham hubungan suami istri dalam Kristen
kalau suami dan istri akan melepaskan diri dari pihak orang tua dan membentuk keluarga
baru. Keluarga yang baru ini haruslah independen dan kebijakan mereka tidak boleh
diintervensi oleh keluarga lama mereka. Mungkin, kita harus belajar dari orang tua kita
tentang bagaimana caranya untuk membina sebuah keluarga, tetapi bukan berarti orang tua
harus melakukan intervensi terhadap hubungan anaknya. Tidak jarang, intervensi orang tua
terhadap pernikahan anaknya justru menyebabkan perceraian.

5. Suami dan Istri adalah Sahabat;Hubungan suami dan istri bukan hanya tentang perkara
seks saja. Baik suami dan istri harus paham bahwa menikah itu bukan soal ranjang saja, tapi
juga tentang sahabat yang sahabat sehidup semati yang hanya maut saja yang boleh
memisahkan. Laki-laki harus mencintai perempuan yang dinikahinya. Begitupun sebaliknya,
perempuan harus mencintai laki-laki yang dicintainya. Tidak jarang, suami hanya menjadikan
istrinya sebagai objek pemuas seksual saja. Hal ini tentu salah karena dengan begitu si suami
sudah menjadikan istrinya hanya sebagai budak pemuas seksual semata. Tuhan Allah tentu
murka apabila ada pihak yang menikah hanya untuk melakukan seks semata bukan untuk
menjalin hubungan sehidup semati. Tak jarang, hubungan yang dilakukan hanya untuk seks
diakhiri dengan perceraian.

6. Suami dan Istri Membentuk Organisasi;Ketika dipersatukan oleh Allah, laki-laki dan
perempuan adalah satu-kesatuan yang utuh. Mereka akan membentuk sebuah organisasi baru
yang disebut dengan keluarga dengan suami sebagai kepala keluarganya. Ketika sebuah
pernikahan dikaruniai oleh anak, maka mereka akan mendapatkan anggota keluarga yang
baru. Manajemen yang efektif harus dilakukan oleh suami, istri, dan anak, mulai dari
pengaturan keuangan, kebutuhan, hingga iman. Semuanya harus diperhatikan oleh suami dan
istri. Yang terpenting adalah suami, istri, dan anak harus tahu masalah apa yang sedang
dialami oleh anggota keluarga supaya masalah yang dialami oleh salah satu anggota keluarga
tidak membesar.

7. Suami dan Istri Terikat dengan Ikatan Seksual;“Tetapi mengingat bahaya percabulan,
baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai
suaminya sendiri.  Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian
pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya,
demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.”(1 Korintus 7:2-
4) Sangat jelas tertulis bahwa suami dan istri juga bersatu dalam hubungan yang intim.
Hubungan seksual dibutuhkan oleh manusia supaya memperoleh anak karena Allah juga
meminta manusia untuk beranak-cucu. Namun, bukan berarti manusia bebas untuk
5

melakukan hubungan intim. Semuanya itu sudah dikontrol oleh Tuhan sendiri. Manusia tidak
boleh sembarangan dalam hubungan suami istri dalam Kristen melakukan hubungan seks
dengan sesama jenis. Seorang suami hanya boleh berhubungan badan dengan istrinya saja.
Seorang istri hanya boleh berhubungan badan dengan suaminya saja. Bila suami atau istri
berhubungan badan dengan orang selain pasangan mereka, maka mereka sudah melakukan
zinah. Tuhan juga memerintahkan manusia untuk tidak berzinah. Salah satu hal yang harus
dipahami oleh kita adalah salah satu penyebab kenapa virus HIV dan penyakit AIDS bisa
menyebar begitu cepat karena hubungan seks yang menyimpang. Menurut data Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017, jumlah orang terbanyak yang terkena virus
HIV berdasarkan profesi justru dari kalangan Ibu Rumah Tangga. Hal ini menunjukkan
bahwa kita tidak boleh sembarangan untuk melakukan hubungan seksual. Tuhan sudah
memperingatkan kita untuk melakukan hubungan seksual dengan suami/istri saja.

8. Suami dan Istri adalah Satu Kesatuan;Suami dan istri bukan lagi dua invidu melainkan
satu. Hal ini adalah ucapan Allah sendiri. Oleh sebab itu, suami dan istri harus saling
melengkapi satu sama lain. Bukan hanya itu saja, suami juga harus mengetahui masalah yang
dialami oleh istri dan istri juga harus mengetahui masalah yang dialami oleh suami. Masalah
suami adalah masalah istri juga. Masalah istri adalah masalah suami juga. Permasalahan
harus diselesaikan secara bersama-sama. Setiap pendapat antara suami dan istri itu setara,
tidak ada yang merasa lebih tinggi derajatnya. Hal yang tentu diperhatikan dari satu kesatuan
ini adalah suami dan istri itu haruslah seiman.

9. Bersatu dalam Tubuh Kristus;Suami dan istri itu haruslah seiman. Mereka harus
memiliki iman yang sama, yakni meyakini bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dunia.
Hal ini tidak bisa diganggu gugat lagi. Suami dan istri hukum nikah beda agama menurut
Kristen. Kristen melarang keras pernikahan beda agama. Ketika bersatu dalam tubuh Kristus,
pasangan suami-istri harus menerima kekurangan masing-masing pasangannya. Meskipun
menerima kekurangan masing-masing, pasangan juga harus mendukung satu sama lain untuk
menguranginya. Contohnya adalah suami yang merupakan perokok berat. Istri harus
menerima kekurangan suaminya yang merupakan perokok. Meskipun begitu, istri tidak boleh
banyak mendiamkan saja kekurangan tersebut. Istri harus membantu suaminya untuk
mengurangi intensitas rokok sang suami. Bila istri juga memiliki kekurangan seperti boros
dalam berbelanja, suami pun harus membantu istrinya untuk jadi lebih hemat. Itulah yang
disebut dengan bersatu dalam tubuh Kristus.

10. Suami dan Istri yang Dikaruniai Anak Harus Merawat Anaknya dengan Baik;Anak
adalah titipan Tuhan yang dititipkan-Nya kepada kita. Oleh sebab itu, suami dan istri harus
bekerja sama untuk merawat anak mereka. Meskipun suami bertugas sebagai pencari nafkah,
suami juga harus tetap melakukan komunikasi yang intensif dengan anaknya. Banyak kasus
anak broken home terjadi karena komunikasi dengan ayahnya jarang terjadi. Kasus ini terjadi
karena adanya miskomunikasi antara ayah dan anak. Oleh sebab itu, rawatlah anak yang
dititipkan oleh Bapa kepadamu dengan baik. Zaman sudah semakin canggih. Komunikasi
terhadap anak bisa dilakukan di mana saja. Meskipun anak sedang kuliah di Jerman, kita bisa
menghubungi anak melalui gadget. Suami dan istri juga harus bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan anaknya sampai anaknya sudah resmi bisa dilepas pada jenjang pernikahan nanti.3

PANGGILAN DAN TUGAS ORANG TUA TERHADAP ANAK-ANAKNYA


3
https://tuhanyesus.org/hubungan-suami-istri-dalam-kristen
6

Telah kita bicarakan tentang kewibawaan orangtua. Telah kita ketahui bahwa
mereka membawa mandat dari Tuhan. Baik!ah kita lanjutkan sekarang dengan
meninjau lebih dalam isi mandat itu, yakni tugas dan panggilan orangtua.
1. Mengurus keperluan jasmani anak-anak

Salah satu tugas orangtua yang palimg elementer ialah mengurs salah
saltu kata yang pailing banyak kita jumpai untuk kata mendidik (mengasuh)
ialah „trepho". Kata itu mempunyai dua arti, yakni memberi makan dan
mendidik. Maka jelaslah di sini, bahwa tugas pertama orang tua
ialah ,menmberi makan kepada anak-anaknya, artinya mencukupi keperluan
jasmani anak-anaknya, misalnya memberi makan, pakaian dan tempat tinggal.

Jika orangtua, karena keadaan tertentu, untuk sementara tidak dapat atau
kurang cukup memenuhi keperluan-keperluan hidup yang elementer (yang
pokok) bagi anak-anaknya, maka masyarakat Kristen terpanggil untuk
membantunya di dalam hal itu dengan pertolongan diakonia
(denganperantaraan para diaiken atau syamas), supaya anak-anak iu jangan
sampai meragukan rahmat Tuhan terhadap keperluan mereka. Pemeliharaan
yang dilaksanakan oleh orangtua untuk mencukupi keperluan badani dan
sosial bagi anak-anak itu hendaklah merupakan pencerminan dari
pemeliharaan Bapa dan ,kemurahan Tuhan atas hidupnya.4

2. Menciptakan suatu home bagi anak-anak

Tugas yang kedua bagi orangtua ialah menciptakan suatu „home" untuk
anak-anak. Dengan sengaja kami mempergunakan perkataan Inggris „home"
itu, karena kata itu menyatakan dengan tepat sekali apa yang dimaksudkan.
Supaya anak-anak dapat berkembang dengan subur mereka memerlukan
suasana kemesraan, kasih, keramah-tamahan, kerumah-tanggaan. Mereka
memerlukaan suatu tempat yang tentu, di mana mereka merasa aman, suatu
pernaungan, suatu tempat berlindung, di mana mereka merasa kuat-sentosa.
Mereka memerlukan suatu home, di mana keadaan mereka diperhatikan, di
mana mereka diliputi oleh kasih-mesra, di mana mereka tidak lagi merasa
kesepian.

Anak-anak memerlukan kemesraan, kasih, keamanan. Oleh sebab itu


rumah orangtua mereka haruslah menjadi suatu home bagi mereka.5

3. Tugas pendidikan

Tetapi belumlah cukup, Apabila orangtua hanya memberikan makan,


pakaian dan tempat-tinggal kepada anak-anak mereka. Bahkan belum pula

4
DR.J.VERKYUL, Etika Kristen Seksuil (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1987), 174
5
DR.J.VERKYUL, Etika Kristen Seksuil (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1987), 175
7

cukup, jika orangtua hanya menyediakan suatu horme bagi anak-anaknya.


Salah satu tugas terpenting bagi orangtua ialah mendidik anak2 mereka.

Jika tugas didik orang tua maka haruslah kita berpangkal pada Didikan
dan pendidik ilahi. Tugas-didik orangtua adalah suatu tugas, yang harus
dijalankan di bawah pimpinan Tuhan, dibawah pengawasanNya. Dalam hal
ini orang tua memerlukan kasih karuniaNya, hikmatNya, asas tujuanNyadan
norma-normaNya.6

PANGGILAN ANAK TERHADAP ORANGTUA

Hormatilah ayahmu dan ibumu , Suatu firman yang banyak isinya :


mengakui kewibawaan atau menghargai tinggi-tinggi . Hendak kami tegakan
di sini , bahwa di situ tidak tertulis : pujalah ayahmu dan ibumu . Memuja
orangtua dan nenek moyang itu bertentangan dengan firman atau perintah
Tuhan . Dalam Firman kelima itu tidak meniadakan firman pertama, bahkan
mengiakannya , mengamininya . Tuhan melarang pemujaan nenek-moyang
dan pemujaan orangtua. Terhadap orangtua janganlah kita mengambil sikap
yang hanya layak terhadap Tuhan .

Kepada anak-anak itu Tuhan pertama-tama meminta , supaya mereka


mendengarkan nasihat dan pengajaran orangtua yang penuh kasih
Mendengarkan dengan hormat .7

Tuhan meminta sikap dengar-dengaran dari anak-anak . Paulus menulis ,


bahwa haruslah anak-anak menurut perintah orangtua , didalam Tuhan
(Efesus 6:1) . Artinya , Oleh karena kehendak Yesus yang telah memberikan
orangtua itu kepada anak-anak . Namun haruslah anak-anak melihat satu
perkara , yakni bahwa Tuhan telah berkenan memberikan ayah itu dan ibu itu
kepada mereka . Tuhan pun telah berkenan memerintah anak-anak dengan
perantaraan ayah atau ibu yang tertentu itu .

Itu juga berarti , bahwa anak-anak boleh mencari pertolongan kepada


Bapa yang di sorga , apabila bapa duniawi gagal di dalam pertolongannya .8

Masalah pembentukan keluarga

a. Anak sebagai berkat Tuhan

Baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjian baru, anak yang diterima di dalam
persekutuan pernikahan itu dipandang sebagai berkat Tuhan. Baik perjanjian lama atau
perjanjian baru, cahaya janji-janji Tuhan menerangi kehidupan pernikahan di hadirat Tuhan
dan janji-janji itu adalah bagi anak-anak kita juga (kisah parah rasul 2:39). Orang tua, yang

6
DR.J.VERKYUL, 176
7
DR.J.VERKYUL, 191
8
DR.J.VERKYUL, 192
8

hidup berdasarkan iman, boleh memandang anaknya sebagai anak perjanjian Tuhan. sebagai
ahliwaris kerajaan Allah.9

Doa hanna itu amat penting untuk visi Alkitab mengenai soal pembentukan keluarga. di sini
dan tempat lain-nya dalam perjanjian lama dan baru dikatakan dengan jelas kepada kita
bahwa Tuhan mengasihi mereka yang dapat menghargai keluarga secara positif. Ia berkenan
memandang kepada dua orang yang telah menikah dan yang ingin juga mendapat anak yang
mengabdi kepadanya dan sesama manusia, kepada gereja dan masyakarat.

Apabila dua orang menikah tanpa kesediaan untuk membentuk keluarga, maka mereka itu
berdosa besar. Kesediaan menerima anak sebagai berkat adalah termasuk norma-norma
elementer pernikahan kristen adalah bertentangan dengan kodrat, bahkan dapat dikatakan
pervers (sangat busuk).

Pada perempuan selalu gejala-sejala keibuan, yakni sesuatu yang menampakkan


keinginannya mendapat seorang anak yang dilahirkan sendiri untuk di timang-timang dan
dipelihara. Pada laki-laki selalu terdapat gejala-gejala kebapaan, yakni sesuatu yang
menampakkan keinginannya untuk menjadi seorang ayah, mempunyai ahli-waris yang dapat
mewarisi sedikit dari apa yang memenuhi hidupnya untuk dibawa turun-temurun. 10 Apabila
dua orang menikah janganlah mereka itu saling memandan hanya sebagai suami atau isteri,
hanya sebagai partner ataupun kawan saja, tetapi juga sebagai calon ayah dan calon ibu.
Adam pun tidak memandang isterinya hanya sebagai perempuan, tetapi juga sebagai ibu, ibu
semua yang hidup. Pandangan Adam terhadap isterinya itu adalah hakiki untuk setiap
kehidupan pernikahan yang sesungguhnya. Apabila dua orang menikah, keberanian untuk
menerima anak. itulah segi yang pertama yang hendak kami tegaskan.

b. Tanggungjawab atau pembentukan keluarga

Panggilan untuk menerima keluarga dengan berani dan gembira. Itulah segi yang pertama
dari soal pembentukan keluarga. Tetapi ada segi kedua yang tak boleh diabaikan pula, yakni
bahwa kedua orang yang telah menikah itu bertanggung jawab atas pembentukan dan
besarnya keluarga. Tuhanlah yang memberikan anak, menurut waktunya, menurut
rencananya.

Di dalam persetuhan dan pembentukan keluarga, kita tidak boleh bersikap acuh tak acuh atau
sembrono. Janganlah manusia hidup seperti tumbuh-tumbuhan hidup menurut naluri atau
dorangan perasaan11

Tetapi janganlah manusia hidup menurut naluri. Kita diciptakan menurut gambar Allah, oleh
sebab itu kitapun bertanggung jawab kepada Allah dengan cara kita mempergunakan
kemungkinan-kemungkinan kehidupan seksual kita.12

9
DR.J.VERKYUL, Etika Kristen Seksuil (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1987), 80
10
DR.J.VERKYUL,81
11
DR.J.VERKYUL, Etika Kristen Seksuil (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1987),82
12
DR.J.VERKYUL,83
9

Walaupun demikian, mungkin juga menyebutkan beberap faktor yang patut diperhatikan oleh
orang tua yang bertanggung jawab :

1. Karena alasan-alasan fisis dan psychis demikian menurut keterangan para ahli gynaecologi
yang mereka nyatakan dengan berbagai cara maka selang antara kelahiran tiap-tiap anak itu
janganlah terlalu pendek.

2. Jika ada indikasi medis, yakni pentunjuk-petunjuk dari dokter, maka hendaklah suami-
isteri memperhatikannya sungguh-sungguh .

3. Tetapi betulkan, bahwa hanya indikasi medis saja yang dapat dang boleh menjadi satu-
satunya alasan untuk membatasi jumlah anak.13

Perkembangan masyarakat juga di Indonesia, menyebabkan orang tua lebih bertanggung


jawab atas pengajaran/pendidikan anak-anaknya dari pada zaman dahulu.Dewasa ini anak-
anak kita mendapat pendidikan dan pengajaran yang lebih lama dan lebih lama pula mereka
itu menjadi tanggungan orangtua. Tuhan menghendaki supaya kita sebagai orang tua yang
bertanggung jawab, menimbang dan menelaah segala faktor semacam itu. Ia pun
menghendaki supaya kita dengan kepercayaan mempergunakan akal dan kehendak kita untuk
dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hakekat Keluarga Kristen adalah menunjuk pada kesatuan hidup


yang meliputi segala aspek kehidupan baik jasmani maupun rohani yang
ditetapkan oleh Allah untuk dipelihara kekudusan hidup Keluarga.Dalam
13
DR.J.VERKYUL,84
10

hubungan suami istri saling mengasihi dan meyakini bahwa perkawinan


adalah karunia dari Tuhan dan selalu dibawah dalam Doa sehingga
kehadiran Allah menuntun kehidupan berumah tangga.
Kesadaran Suami dan istri untuk melakukan apa yang dikehendaki
Allah mendatangkan berkat kehidupan dengan demikian maka setiap
suami dan istri yang dipanggil untuk perkawinan yang kudus
memperkenalkan kasih dan kehendak Allah bagi keluarga termasuk anak-
anak.Supaya dapat menikmati kasih karunia dan damai sejahtera Allah
yang penuh berkat.
11

DAFTAR PUSTAKA

Verkyul,J. 1987. ETIKA KRISTEN SEKSUIL. Jakarta: BPK Gunung Mulia

http://www.gkpi.or.id/page/67/keluarga_kristen

Anda mungkin juga menyukai