Anda di halaman 1dari 10

BAB VI-B

SAKRAMEN PERKAWINAN
 Setiap manusia, tentunya senantiasa mengharapkan masa depan
yang baik.
 Ada banyak tawaran dan harapan yang dapat digapai demi masa
depan kita.
 Salah satu tawaran dan bentuk kehidupan/ panggilan masa depan
itu adalah hidup berkeluarga.
 Panggilan hidup berkeluarga merupakan salah satu bentuk
keikutsertaan manusia dalam karya Allah.
 Allah memanggil manusia untuk ikut serta dalam karya
pewartaan-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah dan ikut serta
dalam pemeliharaan alam ciptaan-Nya.
 Setiap manusia yang hidup di dunia ini dipanggil oleh Allah untuk
ikut serta dalam karya tersebut.
PANDANGAN TENTANG PERKAWINAN
 Panggilan hidup berkeluarga sering kita sebut dengan perkawinan.
 Perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan atas dasar ikatan cinta kasih yang total dengan persetujuan bebas
dari keduanya.
 Namun demikian, dalam masyarakat kita ada beberapa pandangan tentang
perkawinan, misalnya:
1. Ada orang yang memandang bahwa perkawinan sebagai kontrak atau
perjanjian.
2. Ada juga pandangan yang hanya menekankan perkawinan dari segi tujuannya
hanya untuk mendapatkan anak atau keturunan, sehingga jika sulit
mendapatkan keturunan, maka perkawinan dapat diceraikan.
3. Ada juga yang menghubungkan perkawinan sebagai usaha untuk memperoleh
status, harta warisan, kekuasaan, dan sebagainya.
 Pandangan-pandangan tentang perkawinan tersebut akan menentukan
penghayatan hidup perkawinan itu sendiri.
PANDANGAN GEREJA TENTANG PERKAWINAN
 Dalam Gereja Katolik, dasar perkawinan adalah cinta di antara dua orang (laki-laki
dan perempuan) yang mengikat janji dalam sebuah perkawinan.
 Dalam Gaudium et Spes (GS) artikel 48, Gereja Katolik memandang dan memahami
bahwa hidup berkeluarga itu sungguh suci dan bernilai luhur, karena keluarga
merupakan “Persekutuan hidup dan kasih suami istri yang mesra, yang diadakan
oleh Sang Pencipta, dan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya, dan dibangun oleh
janji pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik Kembali.
Demikianlah karena tindakan manusiawi, yakni saling menyerahkan diri dan saling
menerima antara suami dan isteri, timbullah statu lembaga yang mendapat
keteguhannya, juga bagi masyarakat, berdasarkan ketetapan ilahi.”
 Dalam iman Kristiani, perkawinan dipandang sebagai Sakramen.
 Perkawinan tidak hanya menyangkut hubungan antara laki-laki dan perempuan,
tetapi adanya keterlibatan Tuhan di dalamnya.
 Oleh karena itu, perkawinan dalam Gereja Katolik memiliki nilai yang luhur.
 Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa panggilan hidup berkeluarga juga
memiliki nilai yang luhur, sebab perkawinan pada dasarnya luhur.
 Perkawinan dalam Gereja Katolik disebut sebagai
Sakramen karena melambangkan hubungan antara Kristus
dan Gereja-Nya (Efesus 5:22-33).
 Mereka akan hidup sebagai suatu persekutuan seperti
halnya Gereja adalah juga persekutuan.
 Persekutuan yang dibentuk melalui perkawinan ini dapat
disebut sebagai Gereja Mini.
 Sebagai persekutuan, mereka bukan lagi dua melainkan
satu daging (Kejadian 2:24).
 Dengan hidup dalam persekutuan yang didasarkan kasih,
maka perkawinan memperlihatkan dan melambangkan
kasih Allah kepada manusia dam kasih Yesus kepada
Gereja-Nya.
MEMAKNAI PERKAWINAN
DALAM KONTEKS KITAB SUCI
 Bacalah Kejadian 2:18-25.
2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia."
2:19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah
semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan
manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.
2:20 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala
binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
2:21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu
rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
2:22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu
dibawa-Nya kepada manusia itu.
2:23 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai
perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging.
2:25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
 Bacalah Markus 10:1-9.
 10:1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di
situ pun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.
 10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya
kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"
 10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?"
 10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat
cerai."
 10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa
menuliskan perintah ini untuk kamu.
 10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
 10:7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya,
 10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu.
 10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
 Bacalah Efesus 5:22-33.
5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh.
5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam
segala sesuatu.
5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan
diri-Nya baginya
5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat
atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi
isterinya mengasihi dirinya sendiri.
5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama
seperti Kristus terhadap jemaat,
5:30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging.
5:32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
5:33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan
isteri hendaklah menghormati suaminya.
CIRI PERKAWINAN KATOLIK
 Ada pun ciri perkawinan Katolik adalah:
1. MONOGAM
2. TAK TERCERAIKAN
 Ciri-ciri hakiki perkawinan ialah kesatuan dan sifat tak dapat diputuskan,
yang dalam perkawinan Kristiani memperoleh ketetapan khusus atas dasar
Sakramen (KHK Kan. 1056).
 Dalam perkawinan Kristiani tidak dikenal adanya perceraian.
 Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Markus
10:9).
 Selain tidak terceraikan, perkawinan Kristiani bersifat monogam, sebab cinta
antara seorang suami dan seorang istri bersifat total atau tak terbagikan.
 Seorang suami harus mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri (Efesus
5:28), demikian juga istri haruslah mengasihi suaminya.
TUJUAN PERKAWINAN KATOLIK
 Ada pun tujuan perkawinan Katolik adalah:
1. Kebahagiaan suami istri sebagai pasangan;
2. Untuk memperoleh keturunan atau kelahiran anak;
3. Untuk menjamin pendidikan anak;
4. Untuk kesejahteraan masyarakat.
 Oleh karena itu, tiadanya anak atau keturunan,
tidak menjadi alasan untuk terjadinya perceraian,
karena keturunan bukan satu-satunya tujuan dari
perkawinan Katolik.

Anda mungkin juga menyukai