Anda di halaman 1dari 2

Hakekat pernikahan Kristen

1.1. Pernikahan adalah Anugerah Allah Allah mengaruniakan perkawinan kepada kita
Sering orang menganggap bahwa pernikahan adalah kemauan manusia untuk kesejahteraan masyarakat,
tanpa campur tangan dari luar dirinya. Kejadian 2:18-24 menjelaskan untuk mengatur kehidupan keluarga,
mengenai hakekat pernikahan, bahwa pernikahan adalah bagian atau dan sebagai tempat kelahiran serta wadah pemeliharaan dan pendidikan
termasuk tatanan penciptaan Allah. Allah menyadari bahwa “Tidak baik,
kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong anak-anak yang dikaruniakan Tuhan
baginya yang sepadan dengan dia.” (Kej. 2:18) Di sini nyata bahwa agar mereka pun mengenal Allah dan takut kepadaNya.
hakekat manusia adalah makhluk dalam relasi, makhluk sosial, yang Pendidikan kepda anak/ tanggung jawab kepada anak bukan hanya soal
memerlukan teman hidup. Manusia laki-laki dan perempuan saling asal ma, baju te mai pia, asal kumande, namun dalam keluarga anak juga
membutuhkan dalam segala bentuk relasi: dalam keluarga, dalam bermain berhk untuk mendapatkan Pendidikan akan siapa Tuhannya, dan
terutama pada masa kanak-kanak, dalam bekerja, dalam saling mendengar bagaimana hidup nyang seharusnya
dan mendukung. Namun bentuk yang paling mendalam dari relasi
tersebut adalah dalam hubungan suami isteri.
.3. Makna pernikahan Kristen: Pasangan yang sepadan
Dalam Perjanjian Baru, misalnya dalam Efesus 5:22-33 dan Kolose 3:18-19
Dalam Kej. 2:21 diceriterakan bahwa Allah menciptakan bagi manusia
hubungan Kristus dengan jemaat yang berdasar pada kasih, dijadikan
(Adam) seorang perempuan yang akan menjadi penolong yang sepadan
sebagai model bagi hubungan suami isteri.
dengannya
Kemudian Adam yang sebenarnya menunjuk kepada manusia, lebih
Allah mengaruniakan perkawinan kepada kita sebagai diasosiasikan dengan laki-laki. Kata “sepadan” diterjemahkan dari kata
sebuah misteri kudus, ‘kenegdo’ yang artinya tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah
yang didalamnya seorang lelaki dan seorang perempuan dipersatukan, daripada yang lain. Kemanusiaan laki-laki dan perempuan sama, mereka
dan menjadi satu, seperti Kristus adalah satu dengan gerejaNya. berdua setara, keduanya adalah imago Dei,/. Yang membedakannya
hanyalah tugas dan tanggung jawabNya.
1.2 Tujuan pernikahan Kristen: Mereka bukan lagi dua, tetapi menjadi
satu Karena itu suami isteri perlu saling menghargai satu terhadap yang lain,
Tujuan pernikahan adalah membangun kebersamaan. Mereka bukan lagi termasuk karunia yang berbeda-beda yang diberikan Tuhan kepada
dua, tetapi menjadi satu (Kej. 2:24). Allah menciptakan laki-laki dan masing-masing mereka, yang memungkinkan mereka dapat saling
perempuan, melengkapi dan mendukung dalam menjalani kehidupan bersama.
dan mengaruniakan perkawinan bagi kita, 1.4. Janji Tuhan
sehingga suami dan isteri dapat saling menolong dan menghibur,
hidup setia bersama dalam kelimpahan dan kekurangan, Setiap pasangan yang akan menikah harus yakin bahwa Tuhan berperan
dalam pernikahan
dalam sukacita dan dukacita,
mereka. Bukan saja dalam proses perjumpaan mereka, tetapi Allah
dalam keadaan sehat maupun sakit, sepanjang hidup mereka menjanjikan berkatNya, yakni
kebahagiaan kepada keluarga sehingga keluarga Kristen menjadi saluran
berkat bagi sekitarnya. Kita bersukacita karena perkawinan diberikan oleh Allah,
(Mazmur 128; Yohannes 2:1-12 diberkati oleh Tuhan kita Yesus Kristus, dan dipelihara oleh Roh Kudus.
Oleh karena itu, marilah kita semua memelihara kesucian setiap
Bukan saja dalam proses perjumpaan mereka, tetapi Allah menjanjikan perkawinan.
berkatNya, yakni
kebahagiaan kepada keluarga sehingga keluarga Kristen menjadi saluran
berkat bagi sekitarnya.
(Mazmur 128; Yohannes 2:1-12). Janji Tuhan ini harus disambut dengan
sebuah komitmen untuk
menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan keluarga Kristen.

Dalam perkawinan, suami isteri dipanggil untuk


menjalani kehidupan yang baru,
yang diciptakan, diatur dan diberkati Allah.
Jalan kehidupan ini tidak boleh dimasuki dengan sembrono,
atau hanya didorong oleh motivasi yang mementingkan diri sendiri.
Kehidupan pernikahan hendaknya dijalani
dengan bertanggung jawab dan berdoa.

Dewasa ini ancaman terhadap keutuhan pernikahan semakin meningkat.


Jumlah perceraian semakin bertambah. Dalam terang iman kristiani kita
yakin bahwa pernikahan adalah anugerah Allah, karena itu kesuciannya
perlu dipelihara oleh pasangan suami isteri yang telah mengikat janji
kesetiaan. Perceraian seharusnya tidak terjadi. Itulah sebabnya ketika
menjawab pertanyaan orang Parisi bolehkah orang bercerai, Yesus
mengutip Kej. 2 : 23-24 dan dengan tegas menjawab, “apa yang
dipersatukan oleh Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia.” (Matius
19 : 4-7) Lebih jauh Yesus menjelaskan bahwa kalau Musa mengisinkan
kamu memberi surat talak kepada isteri itu bukan karena boleh bercerai
tetapi karena ketegaran hati kamu. Artinya kalau terjadi perceraian itu
adalah ketegaran hati yang bersangkutan. ( Mat. 19:7-9)

Anda mungkin juga menyukai