PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan adalah menunjukkan kepada hal yang terlepas dari tempat kejatuhannya
kemudian kepada kedudukan semula. Bisa dikatakan bahwa seseorang yang terlepas dari
kuasa dosa sehingga mendapatkan kesucian atau seseorang yang terlepas dari kuasa maut.
Dapat juga dikatakan bahwa seseorang yang telah lama bermusuh dengan Allah kemudian
menjadi berdamai atau seseorang menjadi hamba kemudian menjadi anak. Maka hal tersebut
disebut sebagai pemindahan kedudukan. Seseorang dapat juga dikatakan dalam kondisi
diselamatkan. Orang ini bukan diselamatkan bukan karna dirinya sendiri melainkan karena
cinta kasih si penyelamat.[1]
Dengan pernyataan bahwa seseorang dapat diselamatkan itu bersifat pribadi, proses
ketika seseorang percaya kepada Tuhan sehingga kepercayaan berakibat tindakan. Seseorang
yang diselamatkan pada satu sisi bersandar kepada anugerah Tuhan tetapi dipihak lain
bersandar pada imannya sendiri. Iman tersebut juga merupakan anugerah Tuhan yang
ditentukan oleh berapa besar penerimanya.
Arti keselamatan secara etimologi adalah Yesuah dengan kata dasar yasha dan
kata syalom. Kata yasha memiliki arti luas, lebar (lawan kata “sempit). Penggunaan di
Perjanjian Lama, yasha seringkali digunakan dalam pengertian membebaskan atau mencari
jalan untuk menolong seseorang dari beban hdup, penderitaan ataupun bahaya. Hal
pertolongan tersebut menghasilkan kemenangan, kebahagian dan selamatan. Sedangkan
kata syalom dipaka 237 kali dalam Perjanjian Lama yang artinya adalah damai sejahtera,
keselamatan atau pertolongan. Keadaan yang puas, bahagai dan utuh. Ketika kata ini
diterjemahkan dalam Perjanjian Baru yaitu dengan kata eirene. Ketika berbicara dalam
Perjanjian Lama, maka keselamatan merujuk kepada keselamatan dari berbagai hal seperti
bencana, mara bahaya, penyakit, kematian sehingga menunjukkan kepada pembebasan bagi
Tuhan untuk melaksanakan rencanaNya yang khusus (yes. 43:11-12, 49:6).[2]
Melihat pengertian dan arti keselamatan secara etimologi diatas maka tentu hal
tersebut akan berdampak kepada semua manusia. Sebab manusia tidak ada yang abadi dan
tentu semua orang mengharapkan keselamatan ketika proses kematian telah dialami. Agama
apapun orang tersebut pasti mengharapkan sehingga mendapatkan keselamatan. Bagi orang
Kristen secara umum, bahwa keselamatan sudah didapat bagi semua orang Kristen. Hanya
bagaimana seseorang saja menerima dan melakukan melalui tindakan untuk mengasihi
sesama.
Adapun konteks tempat akan penulis angkat adalah Gereja Kalimantan Evangelis
secara umum. Sehingga orang-orang Kristen secara khusus Gereja Kalimantan Evangelis
dapat mengetahui dan memahami keselamatan secara mendalam untuk menerapkannya
dalam tindakan. Melalui tulisan ini juga dapat memberikan pemaparan kepada orang-orang
Kristen terkhusus untuk Gereja Kalimantan Evangelis bahwa keselamatan memiliki peran
dan ambil andil dalam kehidupan orang-orang Kristen. Maka proses penulisan ini diperlukan
keselarasan melihat arti dan makna keselamatan menurut berbagai konteks seperti Alkitab,
tradisi gereja, budaya agama lokal dan perubahan-perubahan sosial.
Pada bagian akhir maka penulis akan melakukan analisa terhadap pandangan
keselamatan untuk berbagai konteks sehingga menghasilkan bahwa secara Alkitab yang
benar dari berbagai konteks yang ada. Sehingga hal ini dapat diterapkan di Gereja
Kalimantan Evangelis dan dapat diterima sebagai penjelasan bahwa keselamatan diperlukan.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis mengajukan tulisan
yaitu “KESELAMATAN (MODEL TERJEMAHAN)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan masalah diatas, maka diperlukan rumusan masalah berupa
beberapa pertanyaan sebagai fokus penelitian yang ada. Berikut ini :
a. Bagaimana pandangan keselamatan menurut Alkitab dan tradisi gereja?
b. Bagaimana pandangan keselamatan menurut konteks GKE, budaya agama lokal dan
perubahan-perubahan sosial?
c. Bagaimana analisa terhadap keselamatan menurut berbagai konteks seperti Alkitab, tradisi
gereja, budaya agama lokal dan perubahan-perubahan sosial?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
a. Memaparkan pandangan keselamatan menurut Alkitab dan tradisi gereja.
b. Menjelaskan pandangan keselamatan menurut konteks GKE, budaya agama lokal dan
perubahan-perubahan sosial.
c. Menguraikan analisa terhadap keselamatan menurut berbagai konteks seperti Alkitab, tradisi
gereja, budaya agama lokal dan perubahan-perubahan sosial.
D. Batasan Masalah
Penulis akan mengarahkan penulisan makalah ini mengenai pandangan keselamatan
pada berbagai konteks yaitu Alkitab, tradisi gereja, budaya agama lokal dan perubahan sosial.
Kemudian dari penjelasan keseluruhan maka penulis akan melakukan analisa terhadap
pandangan keselamatan dari berbagai konteks sehingga dapat menemukan refleksi bagi
kehidupan bergereja.
E. Metode Penulisan
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka penulis menggunakan metode
penulisan yaitu studi pustaka, dengan memperhatikan buku-buku, jurnal, skripsi dan tesis.
Sedangkan metode penulisan yang kedua adalah menggunakan beberapa website yang dapat
dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan tulisannya.
PEMBAHASAN
BAB I PANDANGAN KESELAMATAN MENURUT TAFSIRAN ALKITAB DAN
TRADISI GEREJA
A. Tafsiran menurut Kisah Para Rasul 28 : 28
Pada bagian ini penulis memaparkan tafsiran dari umum ke khusus. Maksudnya
adalah penulis akan memaparkan dari garis besar kitab Kisah Para Rasul, kemudian berlanjut
kepada Kisah Para Rasul 28 : 28 secara spesifik.
Kitab Kisah Para Rasul merupakan bagian kedua dari karya penulis Injil Lukas. Kitab
ini merupakan sambungan dari Injil Lukas. Adapun penulis dari kitab Kisah Para Rasul
hendak menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat menghalangi penyebarluasan Injil Yesus
ke seluruh dunia. Pada bagian ini juga bercerita tentang khotbah-khotbah dan pengalaman-
pengalaman Paulus, termasuk ketika perjalanannya ke seluruh kawasan sekitar Laut Tengah
sebelah timur dan utara.[3] Pada pasal terakhir ini menceritakan tentang pengalaman Paulus
setelah ia selamat di pantai Malta. Kemudian Paulus berangkat ke Roma dan memberikan
kesaksiannya di situ kepada orang-orang Yahudi maupun kepada orang-orang bukan Yahudi.
Pada saat itu untuk pertama kalinya Paulus menginjak kota Roma dimana di kemudian hari ia
wafat. Tetapi pada tahanan itu Paulus tidak menderita nasib itu, setelah beberapa tahun di
Roma maka Paulus dibebaskan. Lalu ia pergi memberitakan Injil dimana-mana.[4]
Penulis dari kitab Kisah Para Rasul adalah Lukas (bandingkan Kis 1 : 1 dengan Luk
1 : 1-4). Lukas merupakan orang bukan Yahudi. Ia seusia dengan Paulus dan menjadi kawan
tetapnya selama dua puluh tahun terakhir daripada kehidupan Paulus. Lukas adalah seorang
dokter dan sarjana yang berbakat dan daam kehidupan Kristennya terdapat sifat-sifat seperti
kebaikan, kesetiaan, iman dan sukacita. Penulisan Kisah Para Rasul ini sekitar tahun 61,
ketika Paulus masih dipenjarakan di Roma (Kis 28). Tugas yang dilakukan yaitu kepada
jemaat mula-mula, mencakup seluruh dunia. Umumnya jalan perkembangannya adalah dari
timur ke barat, dari Yerusalem ke Antiokhia (Siria) ke Efesus ke Roma. Maka dari keempat
kota itu, sebagian besar keterangan yang tercantum di dalam Kisah Para Rasul bertalian
dengan Yerusalem dan Antiokhia.[5] Pada ayat 28-29 ingin menyatakan bahwa prinsip
Paulus dalam P.I. digariskan di sini. Maka sebenarnya lebih dahulu orang Yahudi diberitakan
Injil. Maka ketika mereka telah mendengarkannya barulah Injil disampaikan kepada bangsa-
bangsa lain.[6] Pada pasal 28 ayat 28 ingin menyatakan bahwa pada akhirnya sejarah
Kerajaan Allah tidak akan berhenti. Betapa sakitnya kedengaran di telinga orang-orang
Yahudi, dengan terus terang Paulus mengatakan bahwa Israel akan menolak keselamatan itu
dan akan jatuh, tetapi hal itu berarti bahwa kebangkitan bagi orang-orang kafir (bangsa-
bangsa lain). Mereka akan menerima berita Injil dan menerimanya. Melihat dan mendengar
hal tersebut maka orang Yahudi menjadi menyesal karena mereka tidak pernah mau mengerti
janji Allah kepada Abraham.[7]
B. Tradisi Gereja tentang keselamatan
a. Agustinus
Aurelius Augustinur Hipponensis lahir pada 13 November 345, dikenal sebagai Santo
Agustinus atau Saint Augustine dan Saint Austin dalam bahasa Inggris. Ia merupakan
seorang filsuf dan seorang teolog Kristen awal yang tulisannya mempengaruhi
perkembangan Kekristenan Barat dan Filsafat Barat. Ia juga merupakan seorang uskup
Hippo Regius yang terletak di Numidia. Ia dipandang sebagai salah satu Bapa Gereja
terpenting dalam Kekristenan Barat karena tulisan-tulisannya pada Era Patristik. Diantara
karya-karyanya yang terpenting misalnya adalah Kota Allah dan Pengakuan-Pengakuan.[8]
Adapun pengajaran Agustinus (354-430 AD) mengenai keselamatan, yaitu setiap
kehendak Allah itu mutlak dan nyata, kematian Kristus untuk semua orang dan semua
manusia sehingga dapat diselamatkan berdasarkan pada Kristus Yesus. Adapun kematian dan
penebusan Yesus Kristus untuk membayar kepada Allah. Teori ini dapat diterima oleh Gereja
Roma Khatolik dan Protestan sebagai doktrin yang ortodoks.[9] Kitab Kisah Para Rasul ini
menceritakan tentang menyebarkan Injil, tentang Saulus yang bertobat menjadi Paulus dan
tentang khotbah-khotbah dari Paulu. Perjalanan Paulus ke seluruh kawasan sekitar Laut
Tengah sebelah timur dan utara. Paulus pun melakukan pemberitaan Injil sampai dengan ke
Roma.[10]
b. Martin Luther
Martin Luther lahir di Eiisleben, kekaisaran Romawi pada 10 November 1483. Matin
Luther adalah seorang Jerman yang dididik menjadi Pastor dan Professor Teologia. Ia adalah
pendiri gereja Lutheran, gereja Protestan yang merupakan pecahan dari gereja Katolik Roma.
Ia mrupakan seorang tokoh terkemuka bagi Reformasi dan memiliki doktrin dan budaya
Lutheran serta tradisi Protestan. Melakukan beberapa seruan kepada ajaran-ajaran Alkitab
sehingga melahirkan tradisi gereja yang baru dalam sejaraha Kekristenan. Gerakan
pembaharuannya mengakibatkan gerakan yang membuat Gereja Katolik Roma menjadi
marah besar. Adapun setiap sumbangan-sumbangan pemikiran yang dilakukan oleh Martin
Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Salah satu yang
menarik dari kehidupan yang telah diukirnya sehingga menjadi contoh kehidupan pendeta
sampai pada masa sekarang adalah pernikahan yang dilakukannya dengan Katharina von
Bora pada 13 Juni 1525, hal ini membuat gerakan pernikahan di kalangan banyak tradisi
Kristen.[11]
Melalui studi yang ia lakukan yaitu studi Alkitab dari kitab Roma, Mazmur, Galatia
dan Ibrani yang ia pelajari maka ia menemukan sebuah kebenaran bahwa manusia dibenarkan
oleh karena iman. Pada tanggal 31 Oktober 1517, ia melakukan reformasi memprotes Roma
Khatolik. Kemudian pada tahun 1537, ia menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman.
Martin Luther menitik-beratkan teorinya mengenai penebusan manusia yaitu kepada nilai
darah Kristus, bahwa pernyataan kasih Allah yang sempurna dan tak berkesudahan, sebagai
penghentian dari murka Allah, sebagai pendamaian orang percaya dengan Allah, sebagai
kuasa dosa dan hukuman yang dapat ditebus oleh Kristus Yesus yang satu-satunya yang
dapat melaksanakan penebusan. Ia juga menitik-beratkan bahwa anugerah Allah atas orang
yang percaya sehingga setiap orang percaya dapat menikmati anugerah Allah. Penebusan
yang dilakukan adalah untuk seluruh umat manusia, adapun caranya adalah melalui iman
untuk memperoleh seluruh penebusan. Orang-orang yang dapat diselamatkan adalah orang-
orang yang berdosa, jadi tidak hanya mencakup orang-orang yang berkelakuan baik atau
yang memiliki jasa. Sebab Yesus Kristus datang tidak hanya untuk menebus dan
menyelamatkan orang berdosa yang tak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.[12] Jadi, teori
keselamatannya menekankan pada anugerah dan kasih Allah dan iman manusia. Lebih
cenderung kepada anti Katholik.[13]
c. Yohanes Calvin
Yohanes Calvin (bahasa Inggris : John Calvin, bahasa Perancis : Jean Calvin) dengan
nama lahir Jehan Cauvin lahir pada 10 Juli 1509 di Noyon, Picardie, Kerajaan Perancis. Ia
merupakan seorang teolog Kristen terkemuka pada masa masa Reformasi Protestan yang
berasal dari Perancis. Namanya dikenal dengan sistem teologi Kristen yang disebut
Calvinisme. Ia melakukan gerakan reformasi Protestan di Jenewa dan seluruh Eropa.[14]
Pada usia 14 tahun ia masuk universitas di Paris. Ia menjadi seorang ahli hukum dan
filsuf yang baik pada umur 26 tahun. Adapun buku yang diterbitkan adalah sebuah buku
teologia yaitu “The Institutes of the Christian Religion”. Adapun menurut Calvin tentang
penebusan adalah bahwa manusia semuanya jatuh ke dalam dosa dan manusia secara sifat
sudah rusak, penuh tipu dan tak mampu berbuat sedikitpun kebaikan. Maka melihat hal
tersebut, hanya Yesus saja yang menjadi satu-satunya jalan bagi orang berdosa agar dapat
diselamatkan. Adapun tugas penyelamatan diberikan Allah kepada Yesus dan oleh darahNya
sendiri Ia melakukan penebusan. Maka cara penebusan Kristus adalah dengan cara
penggantian, yaitu dengan tidak berdosa menggantikan yang berdosa, yang tidak benar
diganti oleh yang benar. Maka teori-teori yang dikemukakan oleh Calvin sebenarnya diterima
oleh Gereja Presbyterian.[15]
Kemudian, pada buku “Institutio” menyatakan bahwa seluruh pokok keselamatan
manusia adalah bagian yang terkandung di dalam Kristus Yesus. Maka oleh sebab itu
janganlah beranggapan bahwa keselamatan berasal dari orang lain. Jika berbicara tentang
keselamatan maka hanya Kristuslah yang menjadi sumbernya.[16]
d. Pietisme dan France.
Latar belakang dari munculnya pietisme adalah muncul dari daratan Eropa Barat,
diawali dengan pernyataan protes dari berbagai pihak atas kekurangannya gereja. Aliran
pietisme adalah aliran yang menekankan kesalehan dan penghayatan iman. Kemudian,
gerakan pietisme ini muncul pada abad ke-17 sampai berakhirnya abad ke-18. Adapun
penyebab muncul dikarenakan rendahnya peran gereja terhadap jemaat dan berkembangnya
semangat dunia yang sudah merajalela terhadap masyarakat Kristen. Kaum Pietisme
beranggapan bahwa khotbah yang diberikan hanya memuaskan otak manusia saja dan para
petinggi yang khotbah di mimbar-mimbar tidak ikut ambil bagian dalam kehidupan
masyarakat Kristen. Maka diperlukanlah tindakan yang diterapkan di dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat memperlihatkan bahwa manusia tersebut adalah orang Kristen.
Adapun tokoh-tokoh pietisme salah satunya adalah August Hermann Francke yang
lahir di Lubeck di dekat kampung Hamburg pada tanggal 22 Maret 1663. Menurut Francke,
kehidupannya terlihat berhasil namun sebenarnya tidak berarti, sebab ia belum memiliki iman
yang hidup. Kemudian, sejak tobatnya Francke maka ia mendalami lingkungan Spener. Pada
tanggal 7 Januari 1692, Francke tiba di Halle dan menjadi guru besar di Universitas Halle.
Oleh sebab itu Halle menjadi pusat pietisme.
Ajaran yang ada dari kaum Pietisme adalah sebagai berikut :[17]
1. Iman yang hanya berpusat pada Alkitab, tidak kepada ajaran gereja.
2. Ketika rasa berdosa, pengampunan, pertobatan, kesucian hidup dan persekutuan sebagai
suatuyang khas dalam kehidupan kristiani.
3. Pengungkapan iman secara khas melalui nyanyian, kesaksian dan semangat menginjili.
Melihat hal tersebut maka kaum Pietisme tidak secara mendalam membahas
mendalam mengenai keselamatan. Kaum Pietisme lebih mendalam mengenai kehidupan yang
saleh.
BAB II PANDANGAN KESELAMATAN MENURUT KONTEKS GKE, BUDAYA
AGAMA LOKAL DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN SOSIAL
Pada bagian ini penulis akan menganalisis terhadap keselamatan menurut berbagai
konteks seperti Alkitab, tradisi gereja, budaya agama lokal dan perubahan-perubahan sosial
dengan konteks tempat yaitu Gereja Kalimantan Evangelis.
Menurut Roma 28 : 28 bahwa melihat dari konteks umumnya yang dimiliki oleh kitab
Kisah Para Rasul. Kemudian, pemaparan dan tafsiran dari Roma 28 : 28 menjelaskan bahwa
keselamatan diberikan awalnya kepada orang Yahudi kemudian keselamatan diberikan
kepada orang yang bukan Yahudi. Maksudnya adalah keselamatan tersebut tidak hanya
kepada orang Israel saja, tetapi diberikan juga kepada semua bangsa dan semua orang.
Keselamatan tersebut bersumber dari Yesus Kristus yang rela mati di kayu salib untuk
menebus semua dosa-dosa manusia. Maka keselamatan sudah diterima oleh semua orang
percaya.
Menurut tradisi gereja yang penulis paparkan adalah Augustinus, Martin Luther,
Calvin dan Pietisme. Maka penulis melihat dari Augustinus menyatakan bahwa keselamatan
yaitu setiap kehendak Allah itu mutlak dan nyata, kematian Kristus untuk semua orang dan
semua manusia sehingga dapat diselamatkan berdasarkan pada Kristus Yesus. Sedangkan
menurut Martin Luther, keselamatan adalah menekankan pada anugerah dan kasih Allah dan
iman manusia. Yohanes Calvin menyatakan bahwa keselamatan adalah berasal dari orang
lain. Jika berbicara tentang keselamatan maka hanya Kristuslah yang menjadi sumbernya.
Namun, menurut Pietisme menyatakan keselamatan adalah tidak dibahas dan dinyatakan
secara terperinci sebab kaum Pietisme lebih banyak membahas mengenai kesalehan hidup
manusia.
Menurut budaya agama lokal yaitu dayak Maanyan dan dayak Ngaju, sesuai dengan
pemaparan diatas maka penulis menggunakan salah satu contoh upacara yang dimiliki oleh
kedua suku Dayak yaitu upacara Tiwah dan upacara Ijambe. Masing-masing upacara
memiliki ciri khasnya tersendiri, namun penulis melihat dari keduanya memiliki unsur
keselamatan yang hendak diceritakan dan dipercayai oleh orang-orang suku Dayak. Unsur
keselamatan tersebut didapat dan diberikan dari para leluhur dengan menggunakan perantara
yaitu para pemimpin dari upacara. Upacara dilakukan dengan menggunakan hewan-hewan
korban dan beberapa persyaratan lainnya sesuai dengan tempat pelaksanaan upacara.
Menurut perubahan-perubahan sosial menyatakan bahwa keselamatan disimpulkan
didapat dari beberapa pemikir gereja dan ordo-ordo. Keselamatan bersifat seperti sesuatu
yang didapat dengan iman. Ada juga yang menyatakan bahwa keselamatan sebagai sebuah
karya dari Allah, yaitu Roh Kudus yang menuntun. Keselamatan juga anugerah yang
diberikan oleh Tuhan kepada manusia.
Ketika melihat dan memperhatikan analisa terhadap keselamatan diterapkan dalam
konteks GKE maka konteks Alkitablah yang menjadi acuan sehingga dapat menyadarkan dan
mengingatkan setelah belajar dari berbagai konteks diatas. Ingin menjelaskan bahwa konteks
Alkitab yang menyatakan tentang keselamatan yang paling benar menyatakan kebenaran
sebab keselamatan berasal dari Allah yang diberikan kepada seluruh bangsa, tidak hanya
bangsa Israel saja. Menyatakan bahwa keselamatan berhak didapat dan dimiliki oleh semua
bangsa tanpa terkecuali. Jika di dalam konteks tempat yaitu Gereja Kalimantan Evangelis
bahwa keselamatan juga berhak ada dan dimiliki oleh semua orang GKE. Sebab Gereja
Kalimantan Evangelis adalah orang-orang yang juga dikasihi oleh Yesus Kristus. Ketika
mengetahui bahwa keselamatan berhak dimiliki oleh Gereja Kalimantan Evangelis terbukti
juga salah satunya dari katekismus yang di muat oleh GKE, namun itu hanya tulisan.
Hendaknya dapat dibaca dan bagi para pekerja GKE mampu menyebarkan kepada seluruh
jemaat sehingga dapat dipraktekkan dan dipahami dengan baik.
PENUTUP
Menurut penulis keselamatan adalah sesuatu yang hendaknya dimiliki oleh semua
orang sehingga ketika seseorang sudah memilikinya maka hendaknya mensyukuri
keselamatan tersebut. Menurut agama Kristen, keselamatan berasal dan hanya diberikan oleh
Yesus Kristus. Caranya adalah sama melalui salib dengan menebus dosa-dosa manusia.
Penulis sudah mengangkat melalui makalah ini mengenai keselamatan sehingga
melihat dari berbagai konteks seperti Alkitab, Tradisi Gereja, Budaya Agama Lokal dan
Perubahan-Perubahan Sosial. Adapun yang menjadi konteks tempat yang digunakan adalah
Gereja Kalimantan Evangelis. Kemudian diakhir makalah ini kelompok melihat aktualisasi
dan refleksi bagi Gereja Kalimantan Evangelis setelah melihat dan memperhatikan pengertian
dan pandangan keselamatan dari berbagai konteks.
SARAN
Ketika pandangan keselamatan dipahami dan di refleksikan kepada Gereja
Kalimantan Evangelis, yaitu :
1. Gereja mampu mewadahi sehingga dapat memaknai keselamatan melalui berbagai seminar,
buku yang diterbitkan, khotbah-khotbah dan berbagai pelayanan kategorial lainnya.
2. Gereja mampu memberikan warna untuk jemaat sehingga setiap pelayanan yang menyangkut
tentang keselamatan tidak hanya bersifat tetap. Maksudnya menggunakan cara yang kreatif.
Daftar Pustaka
Buku
Brink, H. V. D. Tafsiran Alkitabib Kisah Para Rasul. Jakarta : BPK Gunung Mula, 2000.
Calvin, Yohanes. Institutio (Pengajaran Agama Kristen). Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983.
Ukip Bae, Sutopo. Sejarah Suku Dayak Maanyan, Banjar dan Merina di Madagaskar. Jakarta : ,
1995.
Internet