Anda di halaman 1dari 2

Hidup yang berkenan kepada Tuhan

Yakobus 4:1-10
surat Yakobus memiliki pergumulan kehidupan sebagai gereja atau sebagai seorang Kristen (baca
umat). Umat tengah kehilangan gairah hidup dan condong kepada formalisme, karena pengakuan
iman mereka tidak nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga si pengirim surat butuh memberi
nasihat-nasihat moral kepada mereka. Tetapi apakah hanya nasihat moral? Inilah yang perlu didalami
lagi dari surat Yakobus, teramat khusus pasal 4, sebab bisa saja ini menyangkut kehidupan itu sendiri
secara umum, dan bukan sekadar hal-hal moral saja.
Membaca dengan seksama Yakobus 4, maka paling tidak ada empat nasihat yang
disampaikan. Pertama, soal kehendak manusia versus kehendak Allah atau persahabatan dunia versus
persahabatan dengan Allah atau hawa nafsu manusia versus keinginan Roh (ayat 1- 6), khususnya
dalam hubungannya dengan keinginan manusia, termasuk dalam doanya sekalipun. Kedua, soal
ketundukan kepada Allah (ayat 7- 10); ketiga, soal menghakimi dan memfitnah (ayat 11- 12) lalu
yang keempat, soal arti hidup dalam kehendak Tuhan (ayat 13- 17).  
Pertama, soal kehendak manusia versus kehendak Allah
I) Akibat hawa nafsu / keinginan / iri hati.
1)   Ada konflik dalam diri kita. Ay.1
2)   Ada konflik antara diri kita dengan orang lain (ay 1-2).
3)   Ada konflik antara diri kita dengan Allah.
Perlu diingat bahwa konflik dengan sesama otomatis akan menimbulkan konflik dengan
Allah.
Konflik dengan Allah ini dinyatakan oleh Yakobus dengan menunjukkan beberapa hal:
a)   Tidak berdoa (ay 2 akhir).
b)   Kita berdoa dengan motivasi yang salah (ay 3).
c)   Persahabatan dengan dunia menyebabkan kita menjadi musuh Allah (ay 4  bdk. 1Yoh
2:15).
II) Asal usul hawa nafsu / keinginan / iri hati.
Ay 5
artinya: roh kita condong pada iri hati. Ini sejalan dengan beberapa ayat Perjanjian Lama
yang menunjukkan kecondongan manusia kepada dosa seperti Kej 6:5  Kej 8:21 dsb. Jadi
mungkin ayat-ayat inilah yang ada dalam pikiran Yakobus saat itu.
Jadi ay 5 ini berarti: karena kita adalah manusia yang lahir dalam dosa, maka kita pasti juga
condong pada iri hati.

Kedua, soal ketundukan kepada Allah


1. Tunduk
2. Mendekat kepada Tuhan
3. Sadar akan kemalangan
4. Rendahkan diri
ketiga, soal menghakimi dan memfitnah (ayat 11- 12)
pembuat hukum Tuhan dan hakimnya Pun Tuhan, kita tidak boleh menghakimi orang lain
1. Kita tidak boleh menjadi memfitnah
2. Orang yang memfitnah berarti menjadi Hakim
3. Mencela hukum berarti mengangap hukum tidak berjalan baik dan hakim tidak bekerja baik
4. Hukum Tuhan yang buat
5. Hakimnya Pun Tuhan
keempat, soal arti hidup dalam kehendak Tuhan (ayat 13- 17).  
Jika Tuhan menghendakinya. (hidup harus melibatkan Tuhan dalam setiap kesempatan) kita harus
berdoa menyerahkan apa yang akan kita kerjakan kepada Tuhan

Untuk durenungkan :
1. Apakah didalam diri kita pernah ada konflik (pertengkaran) baik itu dalam diri atau juga
dengan orang lain bahkan dengan Tuhan.? Bagaimana kita menyelesaikan Pertengkaran
tersebut?
2. Pernahakah kita mendengar orang berkata yang tidak benar tentang kita atau mungkin kita
sendiri juga pernah berkata tidak benar tentang orang lain?
3. Bagaiaman seharusnya sikap Tunduk kepada Tuhan yang benar?

Firman telah mengatakan banyak hal mengenai ketundukan terhadap "kuasa yang lebih
tinggi." Ini merujuk kepada penetapan prinsip yang telah ditentukan Allah tentang dunia ini -
pemerintah dan penguasa, dalam posisi dan jabatannya, yang telah Allah letakkan sebagai
otoritas di atas kita di dunia ini. Bagian Alkitab yang mengajarkan ini adalah Roma 13:1-7;
Ibrani 13:17; 1 Petrus 2:13-14; dan Titus 3:1. Prinsipnya secara pendek ialah bahwa kita
harus taat kepada otoritas yang berkuasa di atas kita, siapapun otoritas itu, dan
ketundukan itu akan membawa berkat nyata di dunia ini, dan bagi orang percaya,
kelak di surga. Otoritas tertinggi ialah Allah, dan Ia mendelegasikan otoritas kepada
pihak lain; jadi, dalam tunduk kepada Allah, kita tunduk kepada otoritas yang telah Ia
tetapkan di atas kita. Anda mungkin akan sadar bahwa tidak ada peringatan khusus untuk
membedakan antara otoritas yang baik ataupun buruk ataupun adil dan tidak adil. Hanyalah
bahwa kita harus merendahkan diri dan menaati mereka "serupa ketaatan kita kepada Tuhan."

Kita juga dihimbau untuk berserah diri kepada Allah (Yakobus 4:7). Di dalam Efesus
kita membaca bahwa sang istri harus tunduk kepada sang suami sama seperti kepada Tuhan
dan sang suami juga harus "mengasihi" istrinya (Efesus 5:22-25). Rasul Petrus menulis,
"Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua.
Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: 'Allah menentang
orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.' Karena itu rendahkanlah
dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (1 Petrus
5:5-7). Tema di dalam bagian ini adalah rendah hati. Seseorang tidak dapat tunduk kepada
Allah tanpa berrendah hati. Ketaatan mensyaratkan kita untuk merendahkan diri kepada
otoritas lain, dan kita diberitahu bahwa Allah menolak kesombongan - kebalikan dari rendah
hati - dan kecongkakan yang memupuk kesombongan.

Jadi, memiliki rendah hati dan sebuah hati yang tunduk adalah pilihan yang harus kita
ambil. Ini berarti sebagai orang yang telah lahir-baru kita harus memilih setiap hari untuk
menundukkan diri kepada Allah supaya karya Roh Kudus di dalam diri kita akan
"menyesuaikan kita serupa dengan Kristus." Allah akan menggunakan situasi kehidupan
untuk memberi kesempatan untuk tunduk padaNya (Roma 8:28-29). Orang percaya kemudian
menerima anugerahNya dan semua yang tersedia untuk berjalan dalam Roh dan tidak
mengikuti lagi khodrat yang lama. Karya ini dapat terlaksana dengan memilih untuk
mempraktekkan Firman Allah kepada hidup kita dan belajar akan semua yang telah Allah
sediakan bagi kita di dalam Kristus Yesus. Dari detik kita lahir baru, kita telah dilengkapi
dengan semua yang kita butuhkan, dalam Kristus, untuk menjadi seorang percaya yang
dewasa, akan tetapi kita harus memilih untuk mempelajari semua yang tersedia melalui
pembacaan dan pembelajaran Firman maupun menerapkannya di dalam kehidupan pribadi
kita hari demi hari.

4. Apakah Saudara termasuk: Yang hidup dengan perencanaan?,Yang mengetahui arti hidup?
Yang mempunyai tujuan hidup?
Jika jawaban Saudara “ya”, bagaimanakah Saudara mengetahui bahwa itu kehendak Allah?

Anda mungkin juga menyukai