Anda di halaman 1dari 8

PERUBAHAN OLEH PEMBAHARUAN BUDI PADA

REMAJA PEMUDA GENERARI MILENIAL


BERDASARKAN ROMA 12:2

Roma 12:2 LAI TB, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

KJV, And be not conformed to this world: but be ye transformed by


the renewing of your mind, that ye may prove what is that good, and
acceptable, and perfect, will of God.

TR, καὶ μὴ συσχηματίζεσθε τῷ αἰῶνι τούτῳ ἀλλὰ μεταμορφοῦσθε τῇ


ἀνακαινώσει τοῦ νοός ὑμῶν εἰς τὸ δοκιμάζειν ὑμᾶς τί τὸ θέλημα τοῦ
θεοῦ τὸ ἀγαθὸν καὶ εὐάρεστον καὶ τέλειον

Translit interlinear: kai {lalu} mê {janganlah} suskhêmatizesthe


{kalian dijadikan serupa} tô aiôni {dengan dunia} toutô {ini} alla
{tetapi} metamorphousthe {kalian diubah} tê anakainôsei {oleh
pembaharuan} tou noos {pemikiran/ akal budi} humôn {kalian} eis
{sehingga} to dokimazein {kengetahui/ menyetujui} humas {kalian}
ti {apa} to thelêma {kehendak} tou theou {Allah} to agathon {yang
baik} kai {dan} euareston {yang disenangi (Allah)} kai {dan} teleion
{sempurna}

'Persembahan tubuh' dan' ibadah' yang disebut dalam ayat 1 memiliki


segi negatif dan segi positif. Segi negatifnya ialah orang Kristen tidak
boleh lagi membiarkan pola hidup mereka ditentukan oleh dunia.
Menurut terjemahan harfiah: 'jangan lagi biarkan dirimu menjadi
sepola dengan dunia ini'. 'Dunia' merupakan terjemahan αιων – aiôn,
bandingkan 'eon' dalam Kamus Besar. Artinya 'masa yang sangat

1
panjang', 'masa hidup dunia'; dari situ 'dunia', bandingkan misalnya 1
Korintus 1:20 dan 2:6.
Tetapi dalam Alkitab kita menemukan pula pandangan yang berakar
dalam apokaliptik Yahudi, yaitu bahwa ada dua 'eon'.
Eon yang satu sedang berlangsung sekarang, yang lain akan datang.
Yang satu dikuasai dosa, kerusakan, kematian; yang lain ditandai
oleh kesempurnaan, kehidupan.
Dalam Roma 12:2 ini tambahan ini menunjukkan bahwa 'eon' dipakai
dengan arti tersebut terakhir. Maka kita dapat saja memakai
terjemahan 'dunia', asal istilah 'dunia' mengandung arti 'dunia yang
dikuasai dosa dan ketidaksempurnaan'. Di sini kita hadapi
pertentangan yang sama seperti dalam Roma 5:12-21, yaitu antara
zaman dosa berkuasa den.gan zaman kasih karunia berkuasa.

Jadi, kata-kata janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tidak
boleh ditafsirkan seakan-akan orang percaya diajak menjauhi dunia.
dalam arti kenyataan jasmani. Yang dimaksud di sini bukanlah
anjuran beraskese (bertapa). Sekali lagi, tafsiran semacam itu dicegah
oleh dekatnya perkataan 'tubuh' dalam ayat 1.

Dilihat dari segi positif, anjuran Paulus berbunyi: 'berubahlah oleh


pembaharuan budimu'. Atau, menurut terjemahan yang mungkin
lebih tepat, 'biarlah rupamu diubah terus' 'Rupa' itu bukan hanya segi
manusia yang lahiriah. Sebagaimana tampak dalarn Filipi 3:21, baik
'pola' maupun 'rupa' bagi Paulus menganjung pengertian: wujud, yang
menunjukkan hakikat. Maka perubahan yang diharapkan dari orang
percaya Itu bukan hanya perkara lahiriah saja. Yang diharapkan ialah
perubahan hati. yang terwujud dalam seluruh kehidupan.

Perubahan itu berlangsung oleh pembaharuan budimu. Perkataan


Yunani νους – nous, yang di sini diberi terjemahan 'budi', muncul

2
juga dalam Roma 1:28, dalam 7:23 dan 25, dan dalam 11:34. Di situ
LAI memakai terjemahan 'pikiran' atau 'akal budi'.
Agaknya di sini 'budi' dipilih karena dalam hubungan ini artinya
memang perubahan kelakuan manusia. bukan perubahan pikirannya
saja, Yang dimaksud ialah pusat kemauan kita, yang mengambil
keputusan-keputusan yang menentukan tindakan kita (bandingkan
Amsal 4:23). Pusat itu perlu dibarui. Telah kita lihat bahwa
pembaruan hidup dikerjakan oleh Roh Kudus (7:6; 8:4). Namun, di
sini manusia sendiri juga diajak membarui diri.

Bagian kedua ayat ini menyebut hasil pembaruan budi. Tujuannya


ialah sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah.
Kata kerja Yunani dokimazein berarti: memeriksa, menguji. Ternyata
kehendak Allah tidak dengan sendirinya jelas, karena dua alasan:
Pertama, karena dalam kehidupan sehari-hari seorang Kristen
dihadapkan dengan berbagai keadaan. Sering sulit baginya untuk
begitu saja menentukan sikapnya. Apalagi pada masa kini, dengan
perkembangan teknologi yang cepat di berbagai bidang, orang
Kristen tidak begitu saja dapat menentukan apakah la boleh
menggunakan anekaragam sarana mutakhir.

Kita dapat membayangkan perkembangan di bidang medis, atau di


bidang teknologi nuklir (masih terlepas dari soal persenjataan).
Dalam semua hal itu diperlukan penimbangan matang sebelum kita
dapat menentukan (itu pun dengan hati-hati) manakah kehendak
Allah.
Kedua, kita diajak mengusahakan 'budi' kita dalam mencari kehendak
Allah, karena Alkitab bukanlah kitab hukum. Alkitab tidak
menyajikan kepada kita seperangkat peraturan yang menunjuk jalan
kepada orang Kristen sekaligus mengikat mereka. Sebab Injil tidak
merupakan hukum yang haru, tetapi justru memberi kita kebebasan
anak-anak Allah (Roma 8:15,21).

3
Kita mencatat lagi bahwa anjuran ini diarahkan oleh Paulus kepada
setiap anggota jemaat di Roma (bandingkan ayat 3). Jadi, kita boleh
menganggapnya diarahkan kepada setiap orang Kristen. Bukan
pendeta, atau penatua, atau sinode, atau uskup, yang harus
menentukan 'manakah kehendak Allah', lalu menurunkan
keputusannya ke jemaat. Anggota-anggota jemaat tidak boleh malas
menunggu petunjuk 'dari atas'. Setiap orang percaya dipanggil dan
diperbolehkan mempertimbangkan sendiri kehendak Allah.

Hanya, dengan demikian kita tidak boleh mengabaikan seginya yang


lain, yaitu bahwa anjuran ini diarahkan oleh Paulus kepada setiap
anggota jemaat di Roma. Orang-orang Kristen bukan individu-
individu yang hidup sendiri-sendiri. Mereka merupakan satu tubuh
(ayat 4!). Maka dalam mencari kehendak Allah pun mereka akan
berkumpul, dan saling meminta nasihat. Itulah juga antara lain makna
sidang majelis dan sidang sinode. Tinggal kita tafsirkan tiga kata
yang dipakai Paulus umuk merinci kehendak Allah:
- apa yang baik,
- yang berkenan kepada Allah
- dan yang sempurna.
Mungkin kita anggap luapan kata-kata ini agak berlebihan. Tetapi
agaknya dalam jemaat Roma ada yang cenderung mengutamakan
kebebasan orang percaya tersebut di alas begitu rupa, sehingga
mereka tidak mau lagi terikat pada aturan aturan bagi kelakuan
mereka Berhadapan dengan orang seperti itu perlu dipentingkan
bahwa melakukan kehendak Allah adalah melakukan 'yang baik'.

Dari Galatia 6:10 dan I Tesalonika 5: 15 kita tahu bahwa 'yang baik '
itu ialah perbuatan yang sederhana dan sangat konkret: menolong
orang yang berkebutuhan, mengampuni mereka yang bersalah kepada
kita. Dalam ayat 9 dyb. Paulus merinci lagi apa 'yang baik' itu.

4
Dengan menambahkan yang berkenan kepada Allah, Paulus
menjelaskan sekali lagi apa itu 'yang baik'. Yang baik itu bukanlah
asas abstrak, tetapi menyatakan diri dalam pergaulan antara seorang
percaya dengan Allah. Pergaulan itu menuntut pengabdian
sepenuhnya. Itulah makna kata-kata yang sempurna. Sebagaimana
dikatakan dalam Markus 12:30-31 "Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu .... Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri...." Perkataan 'sempurna' ini
menentukan arti 'yang baik' dan juga arti 'yang berkenan'. Yang baik
dan berkenan itu bukanlah sesuatu yang dapat kita jangkau, yang
dapat kita anggap telah terlaksana (bandingkan Matius 5:48).
Sebaliknya kesempurnaanNya merupakan tujuan yang selalu harus
kita kerjar.

Kesimpulan: Roma 12:1-2 menggunakan istilah yang dipakai dalam


Perjanjian Lama (PL), dan mengingatkan kita bahwa orang-orang
percaya Yahudi mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan di dalam
peribadatan mereka. Tetapi kita, orang-orang Kristen, sebaliknya
daripada mempersembahkan sesuatu di luar diri kita, harus
mempersembahkan tubuh kita sendiri kepada Allah sebagai Kurban
yang hidup, kudus dan yang berkenan (pantas). Yang dimaksudkan
adalah sesuatu pelayanan rohani yang melibatkan seluruh
kemampuan nalar kita yang sejati (logikos). Karena termasuk dalam
pengabdian kita, maka orang-orang percaya harus berhenti menjadi
serupa dengan dunia ini dan membiarkan diri kita berubah oleh
pembaharuan budi kita (νους – nous). Pembaharuan dan perubahan
semacam ini harus kita buktikan dengan menyelidiki kehendak Allah
yaitu mana yang baik dan yang berkenan kepada Allah yang
sempurna.

5
Remaja Pemuda Generasi Milenial
Apa itu Generasi Milenial, Baby Boomers, Gen X, Gen Z, dan Gen Alpha
Mengutip laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, memang
terdapat penggolongan generasi.
1. Pertama, ada generasi Baby Boomer yang lahir pada tahun 1946-1964.
2. Kedua, generasi X yang lahir pada tahun 1965 hingga 1980.
3. Ketiga, generasi Y atau Milenial mereka yang lahir pada tahun 1981
hingga 1996.
4. Keempat, generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga
2012.
5. Kelima, generasi Post Gen Z atau Alpha yakni mereka yang lahir pada
2013.
Bila diperhatikan, mereka yang termasuk ke dalam milenial adalah para
anggota generasi Y, bukan generasi Z apalagi Alpha.
Sementara itu, selain usia, sebenarnya terdapat perbedaan besar antara
generasi milenial dengan Gen Z.
Hal tersebut terkait dengan bagaimana mereka mengenal dan berinteraksi
dengan teknologi. Generasi Y memang disebut telah memiliki keakraban
tersendiri dengan internet. Karena itu, generasi milenial sebenarnya juga
dikenal dengan sebutan ‘digital native’. Sedari kecil, mereka tumbuh
dengan teknologi dan internet.
Terlebih lagi, pada tahun 1980, generasi ini berkenalan dengan komputer
pribadi pertama. Namun, generasi Z bukan hanya telah mengenal teknologi
sedari kecil, melainkan juga internet.
Generasi inilah yang memprakarsai era hidup bersama internet, ponsel,
hingga komputer. Karena itu, jangan salah lagi, tidak semua anak muda kini
bisa dikategorikan sebagai generasi milenial, melainkan ada pula yang
merupakan gen Z.

Remaja pemuda gereja generasi milenial merujuk pada kelompok


muda
- yang aktif dalam kegiatan gereja, memiliki ciri khas
teknologi, dan terpengaruh oleh tren dan budaya digital.
Mereka menghadapi tantangan unik dalam menggabungkan
nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan akan inovasi dan
adaptasi.
Refleksi:

6
Umumnya, banyak orang menginginkan terjadi perubahan di segala
lini kehidupan. Tapi, ketika arus perubahan dan pembaharuan terjadi,
tidak sedikit yang memberi penolakan. Ketika ada yang mengajak
berubah dan melakukan hal-hal baru, tidak banyak yang mau ikut
serta. Bahkan, saking semangatnya, seorang muda bercita-cita untuk
mengubah dan memperbaharui dunia. Alih-alih hendak mengubah
dan memperbaiki dunia, malahan si pemuda lupa mengubah dan
memperbaiki diri sendiri; dan ketika sudah tua tak berdaya, ia baru
sadar: tak mengubah dan memperbaharui apa-apa, termasuk dirinya
sendiri. Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Firman Tuhan pada hari ini, mengajak kita untuk tidak serupa dengan
dunia; bukan berarti bahwa kita harus membenci atau meninggalkan
dunia. Laut yang asin, tidak pernah berhasil membuat ikan menjadi
asin. Sebab, ikan mempunyai kemampuan untuk menyaring air laut
dan mencegah masuknya kandungan “asin” itu masuk ke tubuhnya.
Demikianlah hendaknya orang percaya. Kalaupun lingkungan
sekitarnya tidak mengandalkan Tuhan, dan banyak orang yang
berlaku curang dan tidak adil; seharusnya orang percaya tetap mampu
setia kepada Tuhan, melakukan yang baik dan adil. Itu bisa terjadi
karena kemampuan orang percaya untuk menyaring dan mencegah
pengaruh lingkungan, melalui semangat berubah oleh pembaharuan
budi. Berubah dan pembaharuan itu tidak berlangsung di luar diri dan
tidak berlangsung sementara. Ia berlangsung di dalam diri dan budi,
serta berlangsung terus menerus, dan tidak kembali ke sikap awal.

Dalam bahasa aslinya, Bahasa Yunani digunakan μεταμορφοῦσθε


(metamorphousthe), yang sejajar maknanya dengan metamorphosis.
Perubahan dari bentuk yang tak sempurna, menuju yang sempurna.
Dari bentuk yang menjijikkan, menuju bentuk yang indah. Dari yang
merusak, menjadi membenahi. Berubah dari ulat menjadi kupu-kupu.
Dan tujuan dari perubahan oleh pembaruan budi itu adalah mampu
membedakan kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada

7
Allah dan yang sempurna. Mari kita ingat Khotbah Yesus di Bukit:
“kamu adalah garam dan terang dunia”. Ini artinya, jangan salahkan
dunia yang hambar dan gelap, jangan-jangan garammu tawar dan
pelitamu telah redup. Mau berubah? Mau jadi baru dan terus
diperbaharui? Mulailah perubahan dan pembaharuan itu dari diri
sendiri, dimulai dari hati dan budi, dengan terus memohon bimbingan
Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai