Anda di halaman 1dari 3

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh

pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna“ (Roma 12:2)

Beberapa tahun terakhir ini kata “transformasi” menjadi trend dan sedang
“naik daun”, dibicarakan di kalangan orang Kristen. Di Indonesia transformasi
merupakan suatu hal yang sangat diharapkan terjadi. Saat ini, kita mengharapkan
suatu perubahan (transformasi) ke arah yang lebih baik terjadi atas keluarga,
lingkungan, kota dan bangsa kita. Gereja adalah alat atau agen transformasinya
Allah, dan Allah sendirilah “Sang Transformator” itu. Kita dapat mengharapkan
bahwa gereja akan menjadi suatu eksponen masyarakat yang berpengaruh bagi kota
dan bangsanya. Gereja benar-benar akan menjadi garam dunia, terang dunia, dan
sebuah kota di atas bukit (Matius 5:13,14).

Orang Kristen perlu menyadari bahwa melalui diri mereka Allah inginkan terjadi
perubahan atau transformasi.Roma 12:2 merupakan kunci dari transformasi sejati
yang harus dialami oleh orang Kristen untuk dapat menjangkau dan mempengaruhi
komunitas lingkungan dimana mereka berada. Paulus mengatakan agar orang percaya
“jangan serupa dengan dunia” (Roma 12:2), tetapi sebaliknya “menjadi serupa
dengan Kristus” (2 Korintus 3:18). Supaya tidak serupa dengan dunia, tetapi
serupa dengan Kristus, menjadi garam dan terang dunia, maka kita perlu mengalami
transformasi hidup.

APAKAH “TRANSFORMASI HIDUP” ITU?

Yang dimaksud dengan transformasi hidup adalah perubahan, baik yang bersifat
radikal (seketika) maupun progresif (bertahap) , yang diperlukan untuk
memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk dapat kembali melakukan
hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Kata “transformasi” berasal dari dua
kata dasar yaitu “trans” dan “form”. Trans berarti dari sisi satu kesisi
lainnya (across) atau melampaui (beyond). Form disini berarti bentuk.
Transformasi berarti perubahan bentuk yang lebih dari atau melampaui perubahan
bungkus luar saja. Jadi, pada dasarnya transformasi berarti perubahan bentuk.

TIGA TINGKAT DARI PENGALAMAN TRANSFORMASI HIDUP

tiga tingkat transformasi yang perlu dialami umat Tuhan, yaitu position
transformation, behavior transformation, dan community transformation.

1. Transformasi Posisi (Position Transformation)


Inilah transformasi tingkat pertama, yang terjadi ketika seseorang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus.4 Transformasi ini terjadi secara seketika yang dalam
Soteriologi disebut kata Yunani “palingenesia” yang artinya “pembaharuan,
kelahiran kembali, lahir baru, atau regenerasi”. 5 Paulus menyebutnya dengan
istilah “ciptaan baru” (2 Korintus 5:17). Pada tingkat ini secara judikal
seseorang mengalami perubahan status atau posisi dari orang berdosa menjadi
orang benar, dari musuh Allah menjadi anak Allah, dari orang yang mengalami
kematian kekal menjadi mendapat hidup yang kekal, dari orang yang terkutuk
menjadi orang yang diberkati, dari penyembah berhala menjadi penyembah Allah
yang hidup dan benar. Sehingga sekalipun “masih berada dalam dunia tetapi bukan
berasal dari dunia” karena telah menjadi warga kerajaan Allah.

2. Transformasi Perilaku (Behavior Transformation)


Transformasi perilaku ini diawali oleh transformasi pikiran, yang Paulus sebut
sebagai “pembaharuan budi”. Yang dimaksud dengan perilaku (behavior) ialah
karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang yang dapat dilihat (visible),
diamati (observable), dan dapat diukur (measurable).maka transformasi perilaku
terjadi secara bertahap sebagai suatu proses.

Paulus mengatakan “..karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta


kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-
10). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus
menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak,
emosi, dan hati nurani;

Transformasi pada tingkat ini juga sangat berkaitan dengan pertumbuhan rohani
seseorang sejak pengalaman regenerasi hingga dewasa rohani. Orang percaya perlu
bertumbuh secara rohani. Agar kerohanian bertumbuh secara normal seseorang harus
melakukan tiga hal yaitu: makan, minum dan latihan. Ketiganya merupakan sesuatu
yang harus ada sejak pengalaman regenerasi hingga dewasa. Tuhan tidak ingin
anak-anakNya mengalami stagnansi atau berhenti pertumbuhannya. Hal-hal yang
dapat membantu pertumbuhan rohani kita antara lain : Firman Tuhan, adalah
makanan dan minuman rohani bagi orang percaya yang memberi pertumbuhan dan
pengertian (Mazmur 119:105,130). Ibadah dan doa kepada Tuhan harus menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita, untuk itu diperlukan latihan dan
disiplin diri. Bahkan, masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari dapat
dipakai Allah sebagai sarana untuk melatih kita menjadi orang Kristen yang
dewasa dan kuat.

3. Transformasi komunitas (Community Transformation)


Transformasi komunitas ini terjadi karena kehadiran orang percaya. Komunitas
ialah lingkungan hidup tempat dimana seseorang berinteraksi dengan orang lain.
Dalam berinteraksi akan ada “saling mempengaruhi” yang bersifat negatif
ataupun positif. Kehadiran orang Kristen dikomunitasnya seharusnya memberi nilai
yang positif dan menjadi berkat, karena untuk itulah kita dipanggil dan dipilih.
Orang Kristen dapat menjadi agen perubahan di komunitas mereka. Tuhan
menghendaki anak-anakNya menjadi orang yang berpengaruh di komunitas mereka
karena “mereka semakin serupa dengan Kristus dan bukannya menjadi serupa dengan
dunia” (2 Korintus 3:18; Roma 12:2). Urutannya harus benar, bukan lingkungan
dulu yang berubah, melainkan diri kita dan perilaku kita, kemudian terjadi
perubahan lingkungan kita.

PERTOBATAN: KUNCI KEPADA TRANSFORMASI KOMUNITAS

Satu pertanyaan logis muncul: “Mengapa transformasi belum terjadi, terhambat


atau tertunda?” Salah satu kuncinya terletak pada sikap di dalam diri orang-
orang Kristen itu sendiri. Orang-orang Kristen yang sudah satu dalam Kristus
harus bersekutu (Efesus 4:2). Secara de jure Gereja telah bersatu dalam Roh,
tetapi secara de facto gereja harus mengusahakan/memelihara persatuan dengan
ikatan damai sejahtera”. Persatuan perlu dipelihara melalui persekutuan. Untuk
memelihara persatuan itu maka orang-orang percaya dari aspek positif harus
memiliki sikap sabar, ramah, lemah lembut, penuh kasih dan dari aspek negatif
harus membuang segala perkataan dusta dan kotor, kepahitan, kegeraman,
kemarahan, pertengkaran dan fitnah (termasuk gosip) dari hidup mereka (Efesus
4:17-32). Maka sejak awal sudah ditekankan pada transformasi posisi dan
transformasi perilaku untuk mewujudkan transformasi dikomunitas kita. Kini, tiba
waktunya bagi kita dengan berjiwa besar untuk mengeluarkan ”balok di mata
sendiri” sehingga kemudian dapat menolong mengeluarkan “selumbar dimata orang
lain” (Matius 7:1-5).
Pertobatan adalah langkah awal dari transformasi dalam hidup kita.

Anda mungkin juga menyukai