Profesionalisme Kerja & Kejujuran Titus 2
Profesionalisme Kerja & Kejujuran Titus 2
2:78
Oleh: Hary Mulyono MA, M.Th.
"Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah
engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak
bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada
hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita." (Titus 2:7-8)
I. PENDAHULUAN
Puji Tuhan! Penentuan judul pembahasan di atas diambil dari Titus 2:7-8.
Menurut pengelompokannya, surat Titus ini masuk dalam surat-surat
"Penggembalaan" yang ditulis oleh Paulus (Tit. 1:1). Ada 2 hal yang ditonjolkan
oleh Paulus dalam kedua ayat tersebut:
1. Dalam Titus 2:7, Paulus berbicara tentang "Integritas Pribadi Pelayan Tuhan,"
dengan ciri-ciri:
- Bertingkah laku baik
- Hidup jujur
- Bersungguh-sungguh
- Konsisten di dalam pengajaran yang benar
2. Dalam Titus 2:8, Paulus berbicara tentang "Kualitas Pelayanan Pelayan Tuhan,"
dengan ciri-ciri:
- Pelayanan yang sehat
- Pelayanan yang tidak bercela
- Pelayanan yang tidak berindikasi buruk
Jika disimpulkan semua karakteristik di atas menunjuk pada profesionalisme
kerja dan kejujuran para pelayan Tuhan.
II. PROFESIONALISME KERJA
Ada 3 kata yang berdekatan dengan istilah "profesionalisme kerja" ini
sehubungan dengan tugas pelayanan yang harus kita lakukan yakni: profesi,
profesional dan profesionalisme kerja.
Profesi
Profesi adalah status atau pekerjaan seseorang yang dilatarbelakangi oleh
pendidikan atau keahlian tertentu. Profesi bisa bersifat akademis, motoris
maupun kedua-duanya.
a. Akademis, yaitu seseorang yang menjadi ahli karena memiliki latar belakang
pendidikan tertentu, sehingga memungkinkan seseorang itu memiliki status atau
pekerjaan tertentu pula. Contohnya: Paulus (Kis. 22:3; 19:9-10)
b. Motoris, yaitu seseorang yang memiliki keahlian karena pengalaman yang
terjadi terus menerus dalam bidang tertentu.
Profesional
Seorang akademis biasanya lebih dalam teori tetapi kurang di dalam
pengalaman. Sedangkan seorang motoris lebih dalam pengalaman, tetapi
kurang dalam teori. Itu sebabnya seseorang yang telah selesai sekolah Alkitab
perlu praktek terlebih dahulu (PKL) agar dia menjadi seorang pekerja pelayan
yang profesional. Jadi orang yang profesional adalah orang yang menjalankan
profesinya dengan dilengkapi oleh keahlian akademis dan motoris guna
terwujudnya satu keefektifan (perubahan nilai) baik menyangkut pribadi, kualitas
kerja, kualitas pelayanan, serta hasil yang dicapai.
Contoh dalam hal iman, bisa dipandang dari sudut akademis maupun motoris:
a. Ibrani 11:1, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan
bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."
Ini adalah definisi iman yang membuat kita memiliki pengertian tentang iman
(sifatnya akademis, pengetahuan, teori).
b. 2 Petrus 1:5-7, "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh
berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan
diri..."
Di sini Iman dibuktikan dengan praktek iman, salah satunya adalah kebajikan
atau "agathosune," yang artinya kesukaan untuk melakukan kebenaran (Yoh.
17:17). Dalam Lukas 5:3 Petrus mendengar dan mengerti ajaran Firman Tuhan,
ini sifatnya akademis. Tetapi ketika dalam Lukas 5:4-5 Petrus melakukan Firman,
ini motoris. Dan pada Lukas 5:6 Petrus berhasil. Jadi bisa dirumuskan: A+M=B.
Orang yang memiliki iman sejati pasti akan nampak dari perbuatan atau
tindakannya (Yak. 2:17). Iman disertai praktek iman itulah yang membuat
berhasil.
Profesionalisme Kerja
Profesionalisme kerja berbicara tentang kualitas kerja seseorang yang
profesional yang diekspresikan dalam tindakan-tindakan sebagai ciri pribadi yang
bermoral guna mencapai hasil kerja yang maksimal. Hamba Tuhan atau pelayan
Tuhan atau Pendeta adalah profesi kita dan untuk mencapai hasil pelayanan
yang maksimal, profesionalisme kerja sangat dibutuhkan, yaitu meliputi:
a. Pengetahuan (Akademis)
b. Pengalaman (Motoris)
c. Perubahan hidup (Moral),
2 Korintus 5:17. Kata "Baru" dalam 2 Korintus 5:17 memiliki 2 arti, yaitu:
Pertama, di dalam Kristus Roh Kudus mengubah hidup kita sesuai dengan citra
Allah (gambar Allah). Kedua, di dalam Kristus Roh Kudus mengubah hidup kita
sesuai dengan standar Firman Tuhan.
III. KEJUJURAN
Kejujuran adalah sifat yang sangat penting dalam status kita selaku pelayan
Tuhan, karena semua yang kita kerjakan dipertanggungjawabkan pada Tuhan
secara langsung. Menurut pendapat Poerwadarminta, kejujuran adalah keadaan,
sifat moral, dan hati manusia yang memiliki kelurusan dan ketulusan. Menurut
Pdt. Dr. L. Lapian, MA, "moral" adalah suatu kekuatan atau daya jiwa manusia
yang menerbitkan tindakan dan perbuatan. Sedangkan jujur atau bohong, tulus
atau curang merupakan suatu tindakan yang didorong oleh kekuatan jiwa
manusia yang disebut "moral." Jadi baik buruknya suatu tindakan seseorang
tergantung situasi moral kita.
baik, yang dapat menimbulkan kualitas diri, kualitas pelayanan, serta hasil yang
lebih baik pula.
Kejujuran
Kejujuran adalah sifat yang sangat penting yang harus melengkapi pribadi
pelayan Tuhan guna menjalankan tugasnya secara tulus dan lurus hati baik
terhadap Tuhan, terhadap sesama dan terhadap diri sendiri. Karena kejujuran
adalah tindakan yang dihasilkan sebagai akibat dari iman serta perubahan hidup
di dalam Kristus.