I . PENGANTAR
Doa bukanlah aturan atau juga kewajiban yang tuhan bebankan kepada
kita,melainkan kehendak dan keinginan Tuhan agar kita berdoa. Jika doa
merupakan aturan yang harus dilakukan setiap orang percaya maka kita berdosa
jika kita tidak berdoa. Mengabaikan doa adalah kebodohan besar yang biasa
dilakukan orang Kristen. Hal ini bukanlah soal dosa atau bukan, tapi merupakan
kerugian besar karena berkat rohani yangTuhan sediakan kepada orang yang
berdoa sangatlah besar.
Karena Iblis sedang berusaha menghancurkan orang percaya(1 Pet 5:8, Luk
22:31-32;Ef 6:12-13,18).
, kita menjadi sasaran atau target utama Iblis. Setan akan melakukan segala
macam cara untk menghancurkan kita tanpa ampun. Itu sebabnya, Tuhan sangat
menginginkan kita berdoa demi kebaikan kita, agar kita terhindar dari jerat Iblis
Ketika kita berdoa dengan sunggu-sunggu, hati kita sedang mengharapkan belas
kasih Allah. Doa yang sejati hanya mungkin dipanjatkan oleh setiap orang yang
mengakui ketidakmampuan dirinya dan kesanggupan Allah dalam
memberkatinya.Doa siapa yang didengar Tuhan?
Tuhan Mendengar doa orang benar (yak 5:16; Mazm 34:16,18; Ams 15:29).
Banyak orang salah mengerti ayat ini. Ayat ini tidak mengatakan bahwa kita
harus menjadi benar dulu dalm perbuatan atau kelakuan kita baru Tuhan
mendengar doa kita. Orang benar dalam ayat ini menunjuk pada identitas
seseorang didalam kristus. Ketika orang berdoa menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat, maka secara otomatis Allah membenarkan orang
tersebut. Orang itu terhitung benar karena imannya didalam Yesus. Jadi secara
posisi atau kedudukan orang berdoa yang bertobat adalah orang benar atau orang
kudus. Bila yang dimaksudkan Tuhan bahwa orang benar itu adalh orang yang
berhasil hidup benar, maka doa-doa kita kemungkinan besar sulit dijawab karena
untuk menjadi benar dalam karakter sunggu-sunggu sulit dan hal tersebut terjadi
melalui proses.
Tuhan mendengar doa orang yang taat kepada Firman Allah (Yoh 15:7).
Dalam alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam
pendekatannya kepada Allah orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja,
mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa.
Doa sebagai perbuatan tertingg yang dapat dilakukan oleh roh manusia dapat juga
dipandangan sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan
kepada prakarsa ilah. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya.
Dalam Alkitab bukanlah suatu tanggapan wajah dari manusia, karena apa yang
dilahirkan dari daging adalah daging (Yoh 4:24). Sebagai akibatnya Tuhan tidak
mengindahkan setiap doa (Yes 1:15;29:13). Ajaran Alkitab mengenai doa
menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan
penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian dengan Dia, lalu secara penuh
masuk kedalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.
II. PERJANJIAN LAMA
Kohler (Old Testament Theology, 1957 hlm 251, catatan 153) mendapati Kr 85
doa asli dalam PL. Sebagai tambahan ada kurang 60 mazmur lengkap dan 14
bagian mazmur dapat disebut doa
A. .Zaman para bapak leluhur
Pada zaman bapak leluhur doa adalah menyeruh nama Tuhan (Kej.
4:26;12:8;21:33) yakni nama yang kudus itu disebut dalam doa atau
permohonan. Karena itu ada hubungan langsung dan keakraban dalam doa
(Kej. 15:2 dab 18:23 dab 24:12-14,26 dab). Doa juga dihubungkan erat dengan
persembahan korban (Kej. 13:4,26:25;28:20-22) sekalipun penggabungan ini
muncul juga pada zaman-zaman yang kemudian. Persembahan doa dalam
hubungan korban ini memberi kesan adanya kesatuan antara kehendak
manusia dan kehendak Allah, suatu penyerahan dan penaklukan diri manusia
kepada Allah. Khususnya hal ini terjadi pada doa yakub yang dikaitkan dengan
janjinya kepada Tuhan. Janji itu yang pada dirinya adalah suatu doa
menjanjikan pelayanan dan kesetiaan jika berkat yang dicari itu diberikan
(Kej. 28:20 dab).
b.a. Pada zaman ini salah satu tekanan doa ialah syafaat ; memang syafaat juga
telah ada pada zaman bapak leluhur (Kej. 18:22 dab). Syafaat khususnya
penting dalam doa-doa Musa (Kel. 32:11-13,31 dab; 33:12-16;3:9; Bil
11:11-15; 14:13-19; 21:7; Ul 9:18-21; 10:10). Ul 30 sebagian besar adalah
juga doa syafaat, seperti halnya dengan doa-doa Harun (Bil. 6:22-27),
Samuel (1 Sam 7:5-13;12:19,23), Salomo (1 Raj. 8:22-53) dan Hizkia (2
Raj. 19:14-19). Kesimpulannya agaknya demikian, bahwa syafaat itu
terbatas pada pribadi-pribadi penting, yang oleh kedudukan yang diberikan
Allah kepada mereka apakah sebagai nabi, imam atau raja, memiliki
kekuasaan khusus dalam doa sebagai pengantara Allah dan manusia. Tapi
Tuhan senantiasa tetap bebas untuk melaksanakan kehendak-Nya; justru
ada doa syafaat yang tak berhasil (Kej. 18:17 dab; Kel. 32:30-35). Dalam
Am 7:1-6 “Tuhan menyesal” terhadap perbuatan tertentu sebagai jawaban
terhadap syafaat nabi, namun pada ayat-ayat berikutnya (7:7-8:3) Israel
akhirnya diangkut sebagai tawanan. Bahkan Yeremia dilarang mewakili
Israel untuk menghadap Allah (Yer. 7:16; 11:14; 14:11). Dilain pihak,
syafaat Lot (Kej. 19:17-23), Abraham (Kej. 20:17), Musa (Kel. 9:27-33;
Bil. 12:9 dab) dan Ayub (Ayb. 42:8,10) berhasil. Yang mendasari doa-doa
syafaat ini ialah hubungan pribadi yang “kuat” dengan Allah, yang dimiliki
oleh para pengantara itu.
b.c. Doa tentu tak dapat diabaikan dalam pelayanan para nabi. Penerimaan
pernyataan Firman dari Allah sudah melibatkan nabi yang penuh doa ke
dalam hubungan dengan Allah. Mungkin sekali bahwa doa bersifat hakiki
bagi nabi untuk dapat menerima Firman (Yes. 6:5 dab; 37:1-4; Yer.11:20-
23;12:1-6; 42:1 dab). Penglihatan atau wahyu kenabian mendatangi Daniel
ketika ia sedang berdoa (Dan. 9:20 dab). Kadang-kadang Tuhan
membiarkan nabi menunggu untuk waktu yang agak lama dalam doa (Hab.
2:1-3). Dari tulisan-tulisan Yeremia kita tahu, bahwa sekalipun doa menjadi
syarat hakiki dan realita dalam pengalaman dan pelayanan nabi, namun
sering doa mewujudkan suatu latihan roh yang bergejolak (Yer. 18:19-23:
20:7-18), dan juga suatu persekutuan yang menyenangkan sekali dengan
Allah (1:4 dab; 4:10; 10:23-25; 12:1-4; 14:7-9, 19-22; 15:15-18; 16:19;
17:12 dab)
b.d. Pada beberapa mazmur ada gabungandari pola dan spontanitas dalam doa.
Disamping doa-doa “tempat suci” yang formal (ump Mzm. 24:7-10; 100;
150) ada doa-doa pribadi untuk mohon pengampunan (51), bersekutu (63),
perlindungan (57), kesembuhan (6), pemulihan nama baik (109), dan doa-doa
yang penuh pujian (103). Korban dan doa juga gabung dalam beberapa
Mazmur (54:6; 66:13 dab).
B. ZAMAN PEMBUANGAN
Selama masa pembuangan factor penting dalam agama bagi orang
Yahudi ialah munculnya rumah sembahyang (sinagoge). Bait Suci di
Yerusalem telah menjadi puing, dan upacara-upacara di mezbah serta korban-
korban tak dapat dilayankan di Babel yang tidak suci itu. Seorang Yahudi kini
tidak lagi orang yang telah dilahirkan dalam persekutuan dan menetap di situ,
tapi lebih berwujud seseorang yang memilih menjadi Yahudi. Pusat umat
beragama adalah rumah sembahyang, dan di antara kewajiban keagamaan
yang diterima seperti sunat, berpuasa dan pemeliharaan sabat, maka doa
menjadi penting. Ini tidak dapat dielakkan, karena setiap persekutuan kecil di
pembuangan kini tergantung kepada pelayanan sinagoge, di mana Firman
dibicarakan dan diterangkan serta doa-doa dinaikkan. Setelah kembali ke
Yerusalem, sama seperti Bait Suci tidak diperbolehkan mengganti sinagoge,
atau imam mengganti ahli Taurat, atau korban mengganti Firman yang hidup,
demikianlah upacara tidak menggantikan doa. Baik di Bait Suci maupun
Sinagoge dalam upacara imamat dan pengajaran ahli Taurat, penyembah yang
beriman kini mencari wajah Tuhan, mencari kehadiran-Nya secara pribadi
(Mzm. 100:2; 63:1 dab), dan menerima berkat-Nya dengan ungkapan
penyinaran wajah-Nya atasnya (Mzm 80:3,7,19).
C. ZAMAN PEMBUANGAN
Tidak dapat diragukan bahwa setelah masa pembuangan ada kerangka
kebaktian keagamaan, tapi di dalamnya kebebasan bagi perseorangan dijamin.
Hal ini nampak dalam diri Ezra dan Nehemia, yang sekalipun mereka
menekankan pemujaan Taurat, dan upacara serta korban, yaitu segi sosial dari
ibadat. Namun mereka juga menekankan faktor rohani dalam kesalehan (Ezr
7:27; 8:22 dab; Neh 2:4; 4:4,9), Doa-doa mereka juga mengandung pelajaran
(Ezr 9:6-15; Neh 1:5-11;9:5-38; bnd juga Dan 9:4-19). Di sini boleh dicatat,
bahwa mengenai posisi tubuh saat berdoa tidak mempunyai aturan yang tetap
(Mzm 28:2; 1 Sam 1:26; 1 Raj 8:54; Ezr 9:5; 1 Raj 18:42; Rat 3:41; Dan
9:3,20). Demikian juga ihwal waktu untuk berdoa; doa bermanfaat pada setiap
saat, sama dengan pada jam-jam yang ditetapkan (Mzm 55:17; Dan 6:10).
Maka pada zaman setelah pembuangan terdapat campuran dari upacara yang
teratur di Bait suci, kesederhanaan pertemuan di sinagoge, dan spontanitas
kebaktian perseorangan jelas adalah sulit untuk membuat sistem doa secara
lengkap. Dalam PL memang ada pola-pola bagi doa, tapi tiada aturan yang
mengikat dan mengatur baik isinya maupun upacaranya. Doa yang mekanis,
doa yang dikurung oleh aturan-aturan yang memaksa, tidak muncul sampai
menjelang penutupan zaman antara PL dan PB, seperti dijelaskan injil-injil.
Kemudian, sayangnya baik melalui korban di Bait suci di Yerusalem dan
melalui pujian, maupun doa dan eksposisi Firman dalam sinagoge di
perantauan, dan melalui sunat penyucian sabat, persepuluhan, puasa dan
perbuatan-perbuatan yang berlebih-lebihan, orang-orang yang beribadah baik
di Bait Suci maupun di sinagoge adalah sama-sama berusaha mendapat
imbalan jasa diterima oleh Allah.
D. DALAM PERJANJIAN BARU
sumber Ada tempat-tempat tertentu dimana ajaran PB tentang doa
dikemukakan, tapi pokok dari mana semua ajaran tentang doa mengalir adalah
doktrin dan praktik Kristus sendiri.
1. Injil-injil
A. Puasa merupakan salah satu ritual atau ibadah keagamaan yang senantiasa
dilaksanakan oleh seluruh pemeluk agama didunia sejak umat-umat terdahulu hingga
sekarang. Puasa merupakan salah satu bentuk ritus agama yang dapat meningkatkan
kualitas manusia dan sebagai wahan penyucian diri guna mendekatkan diri kepada
Tuhan yang dalam pelaksanaannya mengacu pada kita suci masing-masing, termasuk
ajaran puasa itu sendiri. Kata Puasa itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu
NESTEA yang berarti NES = Tidak dan ESTEA = Makan berarti Tidak Makan.
Berpantang terhadap tidak makan, yang secara meluas masih merupakan kewajiban
regilius. Hal tersebut dilakukan bersam dengan doa, dan merupakan symbol
kerendahan hati manusia dikalangan orang Ibrani (hak 20:26). Puasa diformalkan
selama Pembungan dan sesudahnya. Hari raya Penghapusan dosa ditetapkan sebagai
hari Puasa Nasional. Nabi-nabi Misalnya Yer 14:12 mengajukan protes bahwa
melakukan puasa tanpa pertobatan tidak akan membawa hasil apa pun. Pada Zaman
Perjanjian Baru orang Yahudi berpuasa pada hari Raya Penghapusan Dosa (Im
16:29),dan orang orang Farisi juga berpuasa selama dua hari setiap minggu (Luk
18:12). Yesus berpuas ( Mat 4:2), dan Gereja Perdanpun berpuasa (Kis 13:2).
Sebelum dibaptiskan Paulus berpuasa ( Kis 9:9), dan hal ini menjadi praktik yang
lazim dalam jemaat, misalnya sebelum pembaptisan dan pada waktu Paskah. Tampak
perikop menarik dalam Mrk 2:18 dst. Mencerminkan praktik puasa dalam jemaat
yang tidak sejalan dengan apa yang diingat tentang Yesus. Murid-murid Yesus
dipersalahkan karena tidak berpuasa (Mrk 2 :18), Sepertinya ada perkataan Yesus
yang asli mengenai Kesukacitaan Bersama Yesus seperti halnya kesukacitaan dalam
pesta pernikahan, yang telah diperluas oleh jemaat untuk mempertahankan diri dalam
pertentangan mereka dengan orang-orang yahudi pelawannya pada saat itu.
B. Memahami Puasa dalam Perjanjian Lama Yesaya 58:1-5
Alkitab dengan jelas mengajarkan kepada kita terjanya bukan Puasa itu yang menjadi
Pertama dan utama tetapi apa yang dikerjakan dalam Puasa yaitu Bagaimana hidup
benar menegakkan keadilan dan bagaimana kita menolak kelaliman dan menolong
orang, artinya Spirit dan semangat dari puada itu yang harus kita tangkap, dan
celakanya lagi kita selalu meributkan sebatas ritualnya saja dari pada puasa itu kapan
mulainya jam berapa bukanya harus bagaiman semua itu seolah-olah tampaknya Suci,
tampak bersih dan kudus tetapi sebenarnya jauh ari tujuan sesungguhnya. Memahami
Puasa harus dalam konteks yang pas yaitu spiritnya dan semangatnya bukan sebatas
rituanya saja. Mari kita coba telusuri apa yang terjadi dalam Perjanjian lama. Dalam
Perjanjian Lama memang puasa itu mereka terjemakan beberapa hal.
1. Merendahkan diri
Merendahkan diri menjadi suatu bagian dari sikap bagi bangsa Israel untuk
memberi hormat kepada Tuhan maka mereka berpuasa, dalam merendahkan diri
kepada Tuhan dalam bentuk puasabahwa itu menujukkan nilai kualitas
kerohanian mereka ini menjadi masalah mereka hanya melakukan ritualnya saja
sehingga mereka benar.
2. Pengakuan dosa Yang Khusus
Puasa dalam Perjanjian Lama juga sebagai bentuk Pengakuan dosa yang khusus
misalnya Nehemia melihat bangsanya berdosa lalu dia mengajak banyak orang
berdoa dan mengaku dosa kepada Tuhan Berpuasa kepada Tuhan niniwe mau
dimurka oleh Tuhan tetapi kemudian mereka diselamatkan Tuhan mereka disuruh
berpuasa jadi mengaku dosa khusus juga bias itu yang terjadi dalam Perjannian
Lama Nah karena itu banyak orang kalua sudah berpuasa untuk pengakuan dosa
mengaggap diri dosanya sudah dibereskan pada hal hidupnya belum beresa ia
berpuasa pengakuan dosa tapi buruhnya dipaksa paksa.
3. Permohonan yang khusus
Puasa juga bias sebagai permohonan yang khusus ini pernah dilakukan oleh Ester
ketika menghadapi situasi felik orang Israel mereka bisa mati dengan fitnah
Haman fitnah musuh mereka sehingga fitnah ini menjadi sebuah fitna mengerikan
sehingga bagaiman kemudian Mordekai datang dan memberitau kepada Ester
situasi felik yang dihadapi bangsa Israel nah Ester harus menghadap raja dulu
untuk menceritakan kepada raja apa yang akan terjadi persoalannya adalah kalua
tidak dipanggil menghadap raja persoalannya berat ester bias mati bagaimana
dengan Ester dia bias mati ini bahaya disisi lain dia harus menolong bangsa Israel
tidak mungkin dia berpangku tangan sehingga untuk itu Ester harus menghadap
raja dengan meminta kepada Mordekai dan kawan kawan berpuasa dulu semoga
Tuhan pimpin, sementara Haman sedang bergerak dengan kawan-kawannya untuk
mau menghabisi orang Israel. Maka. Puasa juga dapat dilakukan sebagai
permohona doa yang khusus, seperti Ester, itu di perjanjian lama sehingga mereka
melakukan itu tetapi balik lagi bahwa tidak ada sebuah doa yang hebat hanya
karena puasa karena doa yang luar biasa adalah doa orang benar. Ketika orang
berdoa dan Berpuasa sikap hidupnya yang benar itu membuat Tuhan
mendengarkan doanya,, Kalau hanya berpuasa lalu Tuhan mendengarkan doanya
apa susahnya marilah kita berpuasa. Disini kita perlu hati-hati ketika kita
memohon yang khusus menjadi sebuah nilai penting adalah Sikap Hidup kita
yang benar dihadapan Tuhan
4. Pola hidup yang saleh.
Setiap orang-orang Israel itu melakukan puasa nanti kita juga lihat itu diperjanjian
baru juga kita melihat orang Farisi sebagai suatu model hidup keberagamaan
hidup yang saleh hanya saja balik lagi mereka puasa tetapi sikap hidupnya tetap
saja melanggar kehendak Allah. Jadi puasa ini banyak sekali terjebak dengan
ritual ritual yang salah sampai Tuhan kemudian marah , itu sebabnya Tuhan
berkat orang-orang Israel lewat Yesaya 58 bahwa ternyata Puasa sejati adalah
Puasa adalah Puasa dimana Kita Melakukan Ketetapan Kehendak Allah secara
Aktual dalam Hidup Kita. sehingga hidup kita itulah membuat puasa kita bernilai
tetapi puasa yang kita lakukan itu tidak bernilai kalau hidup kita tidak dalam
konteks menegakkan keadilan,kebenaran dan melawan kelaliman dst. Jadi inilah
menjadi pergumulan serius bagi orang percaya dalam hidupnya bagiaman
melakukan apa yang menjadi kehendak Allah sehingga dengan demikian mereka
sungguh memahamidan melakukan kehendak Allah dalam hidupnya.
D. PEDOMAN PUASA
5. Disertai dengan :
a. Doa (Ezr 8:23;Dan 9:3); Pengakuan dosa (1 Sam 7:6; Neh 9:1,2).