Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MANAJEMEN DESEMBER 2017

MANAJEMEN HIPERTENSI

OLEH

Nama : Hanry P. Baso Mangedong


Stambuk : N 111 16 097

PEMBIMBING:
dr. Sumarni, M.Kes, Sp.GK

PEMBIMBING LAPANGAN
dr. Nur Ainun

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia saat ini menghadapi pergeseran polo penyakit dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Peningkatan pevelensi PTM
menjadi akibat gaya hidup tidak sehat, yang di pacu oleh urbanisasi, modernisasi
dan globalisasi. Bertabahnya usia harapan hidup sejalan dengan perbaikan sosio-
ekonomi dan pelayanan kesehatan , membawa konsekuensi peningkatan penyakit
degeneratif. [1]

Menurut catatan badan kesehatan dunia/World Health Organization


( WHO) satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, dua pertiga di antaranya
berada di Negara berkemban yang berpenghasilan rendah-sedang. Prevalensi
hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 nanti
sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hpertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian sekiat 8 juta orang setiap tahun, 1,5 kematian terjadi di
asia teggara, yang sepertiga populasinya menderita hipertensi [1]

Hasil riset kesehatan dasar (Rikesdes) 10 besar penyebab kematian di


Indonesia, enam di antaranya tergolong PTM. Stroke merupakan penyebab
kematian tertinggi 15,4%, di susul Tuberkulosis 7,5% , hipertensi 6,8 % , cedera
6,5 % perinatal 6,0 % , diabetes militus 5,7 % , tumor 5,7 % , penyakit hati 5,2 % ,
penyakit jantung iskemik 5,1 % da penyakit saluran nafas bawah 5,1 % [2]

Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah
penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang
disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti: Penyakit
Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan
Stroke. [3]
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain
mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal
maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap
tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke
dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang. [4]

Dalam populasi, risiko menjadi hipertensi bagi seorang individu dengan


riwayat hipertensi keluarga diperkirakan bisa sampai empat kali lebih tinggi dari
rata-rata [6]

Angka kejadian hipertensi pada puskesmas Singgani pada tahun 2017


sebanyak 2.120 kasus dan merupakan urutan nomor satu dalam 1 penyakit pada
puskesmas Singgani. [2]

1.2. Identifikasi Masalah


Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program penanggulangan
hipertensi yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan program penanggulangan hipertensi di Pukesmas
singgani?
2. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan
program penanggulangan hipertensi di Puskesmas singgani?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab
atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah
kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan
pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan,
yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.[1]

Pemahaman akan pentingnya manajemen Puskesmas, telah


diperkenalkan sejak tahun 1980, dengan disusunnya buku-buku pedoman
manajemen Puskesmas, yang terdiri atas Paket Lokakarya Mini Puskesmas
(tahun 1982), Pedoman Stratifikasi Puskesmas (tahun 1984) dan Pedoman
Microplanning Puskesmas (tahun 1986). Paket Lokakarya Mini Puskesmas
menjadi pedoman Puskesmas dalam melaksanakan lokakarya Puskesmas dan
rapat bulanan Puskesmas. Pada tahun 1988, Paket Lokakarya Mini
Puskesmas direvisi menjadi Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas dengan
penambahan materi penggalangan kerjasama tim Puskesmas dan lintas sektor,
serta rapat bulanan Puskesmas dan triwulanan lintas sektor. Pada tahun 1993,
Pedoman Lokakarya Mini dilengkapi cara pemantauan pelaksanaan dan hasil-
hasil kegiatan dengan menggunakan instrument Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS). Pedoman Stratifikasi Puskesmas (tahun 1984), digunakan
sebagai acuan Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota, untuk dapat
meningkatan peran dan fungsinya dalam pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.[1]

Dengan adanya perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan


pembangunan kesehatan, diantaranya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014, Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang
berbasis siklus kehidupan, Sustainable Development Goals (SDG’s), dan
dinamika permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat, maka pedoman
manajemen Puskesmas perlu disesuaikan dengan perubahan yang ada.
Melalui pola penerapan manajemen Puskesmas yang baik dan benar oleh
seluruh Puskesmas di Indonesia, maka tujuan akhir pembangunan jangka
panjang bidang kesehatan yaitu masyarakat Indonesia yang sehat mandiri
secara berkeadilan, dipastikan akan dapat diwujudkan.[1]

Pedoman Manajemen Puskesmas diharapkan dapat memberikan


pemahaman kepada kepala, penanggungjawab upaya kesehatan dan staf
Puskesmas di dalam pengelolaan sumber daya dan upaya Puskesmas agar
dapat terlaksana secara maksimal. Pedoman Manajemen Puskesmas ini juga
dapat dimanfaatkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, dalam rangka
pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis manajemen kepada Puskesmas
secara berjenjang.[1]

Untuk menjamin bahwa siklus manajemen Puskesmas yang berkualitas


berjalan secara efektif dan efisien, ditetapkan Tim Manajemen Puskesmas
yang juga dapat berfungsi sebagai penanggungjawab manajemen mutu di
Puskesmas. Tim terdiri atas penanggung jawab upaya kesehatan di
Puskesmas dan didukung sepenuhnya oleh jajaran pelaksananya masing-
masing. Tim ini bertanggung jawab terhadap tercapainya target kinerja
Puskesmas, melalui pelaksanaan upaya kesehatan yang bermutu.[1]
2.2. Gambaran Umum UPTD Urusan Puskesmas Singgani
2.2.1 Letak Geografis
UPTD Urusan Puskesmas singgani merupakan salah satu pusat
pelayanan kesehatan masyarakat yang berada di wilayah kecamatan Palu
timur kota Palu dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Talise.
- Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Tanamodindi
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Lolu Utara
- Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Kampung Baru
Wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Singgani terletak pada belahan
Timur dan Mantikuore kota Palu, dengan wilayah seluas ±104.02km2 yang
seluruhnya dapat dilalui dengan kendaraan roda empat.

2.2.2 Keadaan Suhu dan Kelembaban Udara


Secara umum suhu dan kelembaban rata-rata di wilayah kerja
UPTD Urusan Puskesmas singgani secara umum berkisar antara 20 – 30
o
C

2.2.3 Pemerintahan
UPTD Urusan Puskesmas singgani memiliki luas wilayah kerja
sebesar ±104.02km2 yang secara administrasi pemerintahan terbagi atas 5
kelurahan yaitu kelurahan Besusu Barat,Besusu Tengah , Besusu Timur ,
Lasoani , Poboya Dimana kepadatan penduduk perkilometer bujur sangkar
adalah sejumlah 9.624 jiwa, Sedangkan penyebaran jumlah kelurahan
secara administratif pemerintahan beserta luas wilayahnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel II.1
Distribusi Kelurahan Dirinci Menurut Wilayah Kerja
UPTD Urusan Puskesmas singgani Tahun 2017

No Kelurahan Luas Wilayah(km2)


1 Besusu Barat 0,87
2 Besusu Tengah 2,26
3 Besusu Timur 0,62
4 Lasoani 36,86
5 Poboya 63,42
Total 104.02

Sumber Data :
 Kantor Kelurahan Wilayah Urusan UPTD Puskesmas Singgani

Puskesmas Singgani adalah salah satu Puskesmas yang terletak di sebelah


Timur dan Mantikulore Kota Palu yang merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi
Tengah, terletak di Pusat Kota Palu , mempunyai luas wilayah kerja 
104.02km², yang terdiri dari 5 kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Talise, sebelah Timur
berbatasan dengan Kelurahan Tanamodindi, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kelurahan Lolu Utara , dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan
Kampung Baru
Puskesmas singgani memiliki visi ”Terwujudnya Pelayanan Kesehatan
Prima Menuju Masyarakat Sehat,Mandiri,Berbudaya,Beradab Berlandaskan
Iman dan Takwa”. Puskesmas Singgani memiliki 5 misi yaitu;
1. Meningkatkan kualitas SDM guna mewuudkan tenaga kesehatan yang
profesional
2. Mengembangkan sarana dan prasarana mengutamakan kualitas pelayanan
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi semua
lapian mayarakat dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
pelayanan kesehatan
4. Meningkatkan akses masyarakat trhadap pelayan kesehatan yang berkualitas
5. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat terhadap kesehatan

2.2.4 Kependudukan
a) Pertumbuhan Penduduk
Di Tahun 2017 Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD
Urusan Puskesmas Singgani mencapai 38,497 jiwa atau mengalami
penurunan sekitar 2,283 dibanding Tahun 2016 yang mencapai
40,780 jiwa.

b) Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Jenis


Kelamin
Komposisi penduduk di wilayah kerja UPTD Urusan
Puskesmas Singgani tahun 2017 menurut kelompok umur dan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.2
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas Singgani Tahun 2017

KELOMPOK
NO UMUR LAKI- PEREMPUAN TOTAL
(TAHUN) LAKI PERSEN
(%)
1 0-4 966 905 1,871 4,86
2 5-9 1,726 1.582 3,308 8,59
3 10-14 1,823 1,687 3,510 9,11
4 16-19 1,778 1,669 3,447 8,95
5 20-24 1,796 1,634 3,430 8,90
6 25-29 1,840 1,898 3,738 9.70
7 30-34 1,720 1,729 3,449 8,95
8 35-39 1,720 1,768 3,488 9,06
9 40-44 1,488 1,507 2,995 7,77
10 45-49 1,282 1,418 2,700 7,01
11 50-54 997 1,038 2,035 5,28
12 55-59 781 779 1,560 4,05
13 60-64 554 590 1,114 2,89
14 65-69 378 421 799 2,07
15 70-74 213 287 500 1,29
16 >75 230 293 523 1,35
TOTAL 19,292 19,205 38,497 99,83

Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan bahwa komposisi penduduk


di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Singgani masuk dalam
klasifikasi penduduk dewasa, dalam arti penduduk yang berusia di bawah
25 tahun cukup tinggi (9,70%), dibandingkan jumlah penduduk yang
lanjut usia (>70 tahun) yang sangat rendah (1,29%).
Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di wilayah kerja UPTD
Urusan Puskesmas Singgani tahun 2017 yaitu 19,292 jiwa penduduk laki-
laki (50,11%) dan 19,205 jiwa penduduk perempuan atau 49,88%, yang
berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah
penduduk perempuan.
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu yang disebut
”sex rasio” adalah merupakan indikator untuk mengetahui komposisi
penduduk menurut jenis kalamin. Komposisi ini sangat besar kaitannya
dengan masalah fertilitas semakin tinggi.

c) Kepadatan Penduduk
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat
kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk di
wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Singgani tahun 2017 tercatat 371
per km2

d) Beban Tanggungan
Jumlah penduduk miskin dan rasio beban tanggungan ekonomi
suatu daerah merupakan beberapa faktor yang menghambat pembangunan
ekonomi dalam suatu wilayah diantaranya adalah khusus ratio beban
tanggungan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap besarnya
income perkapita. Dapat dibayangkan jika kelompok usia produktif yang
jumlahnya sedikit mensubsidi usia tidak produktif, akibatnya adalah
income perkapita dengan sendirinya akan turun, demikian pula sebaliknya.

e) Kepadatan Huni
Kepadatan huni suatu rumah berpengaruh besar terhadap derajat
kesehatan manusia yang berada di dalamnya. Ketidak seimbangan antara
banyaknya penghuni dan kondisi bangunan dapat menyebabkan situasi
yang tidak sehat dan penularan penyakit bertambah cepat.
Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, maka tugas puskesmas
dibagi ke dalam beberapa program dengan masing-masin gprogram
memiliki cakupan kegiatan masing-masing. Beberapa program tersebut
1. Program gizi dan posyandu
2. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
3. Program kesehatan lingkungan
4. Program UKS/UKGS
5. Program KIA/KB
6. Promosi kesehatan
7. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
8. Usia Lanjut (USILA)
9. Program perawatan kesehatan masyarakat (PHN)

2.2 Hipertensi

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.


Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global,
dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di
negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama
gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat
berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan
dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di
rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang .[4]

Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa)


menderita tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg); dengan persentase
biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya.Menurut National Health
and Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi pada
orang dewasa di Amerika tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang
berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita hipertensi, dan terjadi
peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991. Tekanan darah
tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan
darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko
untuk menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan

2
darahnya normal adalah 90%. Kebanyakan pasien mempunyai tekanan
darah pre- hipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan
kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga
dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak
menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun,
sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita
hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk
hipertensi sebesar 65.4 %. .[4]

2.3 Strategi program pencegahan dan penanggulangan hipertensi yaitu :


1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan hipertensi.
2. Memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya gerakan dalam
pencegahan dan penanggulangan hipertensi.
3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam pencegahan dan
penanggulangan hipertensi.
4. Meningkatkan surveilans rutin dan faktor risiko, registri penyakit,
surveilans kematian yang disebabkan hipertensi.
5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan ( penemuan/
deteksi dini dan tata laksana hipertensi).
Melaksanakan sosialisasi advokasi pada pemerintah daerah legislatif
dan stakeholders untuk terlaksananya dukungan pendanaan dan
operasional.[5]

2.4 Sistematika penemuan kasus dan tatalaksana penyakit Hipertensi


Penemuan kasus dilakukan melalui pendekatan deteksi dini yaitu
melakukan kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko penyakit hipertensi
yang meningkat pada saat ini, dengan cara screening kasus (penderita).[4]
Tatalaksana pengendalian penyakit Hipertensi dilakukan dengan
pendekatan:
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi
dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian
hipertensi. Tujuan dari promosi adalah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pecegahan dan penanggulangan PTM
(Penyakit Tidak Menular) agar tidak menderita penyakit hipertensi.
Pencegahan yang dimaksud dengan menjalankan pola hidup sehat berupa
diet sembang dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh, garam dan
memperbanyak makan sayur dan buah-buahan, tidak merokok, perbanyak
akivitas. Jenis promosi yang dapat dilakukan antara lain promosi
penanggulangan masalah merokok, promosi peningkatan gizi seimbang
dan promosi peningkatan aktivitas fisik.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan
aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih
buruk dan menghindari terjadi Rekurensi ( kambuh ) faktor risiko.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang
diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan
berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan
penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan
melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana
pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih
buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi
serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan
manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi
profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan diberbagai tingkatan.

BAB III
PEMBAHASAN

Program penanggulangan hipertensi di Puskesmas singgani dikelola oleh


seorang perawat yang bekerjasama dengan dokter-dokter yang ada di puskesmas
singgani Adapun program kerja yang dilakukan di Puskesmas singgani terkait
dengan penanggulangan hipertensi antara lain:
1. Penemuan subjek
Penemuan subjek di puskesmas singgani dilaksanakan secara pasif. Secara
pasif, pasien ditemukan karena datang ke puskesmas atas kemauan sendiri atau
saran orang lain dan dicurigai sebagai penderita hipertensi.
2. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi di puskesmas singgani berdasarkan
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien datang berobat ke poliklinik.
Yaitu dengan cara mengukur tekanan darah menggunakan alat
spygmomanometer. Jika didapatkan tekanan darah menurut pedoman JNC VII
yakni tekanan darah sistol dan diastol 121-139 mmHg dan 81-89 mmHg di
katakan pre hipertesni , untuk tekanan darah sistol dan diastol 140-159 mmHg
dan 90-99 mmHg di katakan hipertensi stage 1 dan untuk tekanan darah sistol
dan diastol > 160 mmHg dan > 100 mmHg di katakan hipertensi stage 2
3. Pengobatan
Pasien yang terjaring dan telah didiagnosis dengan hipertensi maka akan
diterapi dengan pemberian obat penurun tekanan darah yang tersedia di
Puskesmas. Pasien diedukasi tentang jenis obat, waktu minum obat. Pasien
kemudian dianjurkan untuk datang kembali setiap 1 bulan/saat obat habis
diminum. Bila pasien terlambat mengambil obat paling lama 1 bulan maka
penanggung jawab program akan melakukan pelacakan. Namun hal ini masih
menjadi kendala dalam pelaksaan program penanggulangan hipertensi, sebab
banyak jumlah pasien yang akan dilacak tidak sebanding dengan jumlah SDM
yang ada di puskesmas singgani

4. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan tentang Hipertensi dilakukan pada saat melakukan kegiatan
kunjungan rumah pada ,posyandu lansia, senam lansia dan Prolanis. Salah satu
bentuk promosi kesehatan yaitu dengan membagikan pamflet tentang penyakit
Hipertensi dan menjelaskannya kepada masyarakat.
5. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
Program Pengelolaan Penyakit Kronis atau PROLANIS adalah suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara
terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan
dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan
biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Dalam kegiatan ini dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan, yaitu
pengukuran tinggi badan, berat badan, tensi tekanan darah. Sehingga peserta
akan mendapatkan ilmu pengetahuan tentang penyakit kronis dari petugas
kesehatan yang ada. Peserta juga dapat melakukan konsultasi kesehatan secara
langsung serta melakukan senam lansia bersama.
6. Pos Pembinaan Terpadu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia dengan sasaran
langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung yaitu pralansia 45-59
tahun, lansia 60-69 tahun, dan lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70
tahun. Dalam kegiatan ini di lakukan dengan pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan tekanan darah dan pemberian obat

Permasalahan yang menjadi kendala dalam menjalankan program


penanggulangan hipertensi di Puskesmas Singgani adalah kepatuhan pasien
dalam menjalani pengobatan yang akan berlangsung seumur hidupnya. Adanya
stigma di masyarakat awam bahwa memeriksa kesehatan akan menambah
beban hidup mereka, sehingga masyarakat takut untuk memeriksakan diri ke
petugas kesehatan.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Dalam menjalankan kegiatan program kerja penanggulangan hipertensi
di Puskesmas singgani hampir seluruh program kerja penanggulangan
hipertensi di Puskesmas singgani telah dilakukan tanpa ada hambatan.
2. Permasalahan yang menjadi kendala dalam menjalankan program
penanggulangan hipertensi di Puskesmas singgani adalah kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatan yang akan berlangsung seumur
hidupnya, kurangnya SDM dalam memonitoring pasien hipertensi, dan
adanya stigma di masyarakat,
4.1. Saran
1. Lebih sering melakukan kegiatan penyuluhan berupa penyuluhan
perorang untuk menghapus stigma dimasyarakat tentang ketakutan
berobat ke puskesmas.
2. Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenai faktor resiko
hipertensi seperti penanggulangan masalah rokok, peningkatan gizi
seimbang (diet untuk hipertensi) dan peningkatan aktivitas fisik.
3. Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif
untuk menjaring pasien-pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan
pasif.
4. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program
penanggulangan hipertensi harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh
wilayah kerja Puskesmas singgani

DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes,2013 Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksan Hipertens Di
rektorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular , Republik Indonesia Jakarta

2. Kemenkes,2013 Pedoman Teknis Penyelanggaraan Pengendalian Penyakit


Tidak Menular Di Puskesmas

3. Kemenkes,2014. Pusat Data Dan Informasi , Jakarta Selatan

4. Muchid et al, 2006.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina


Farmasi Kemenkes. Jakarta.

5. Tim Penyusun. 2017. Profil Kesehatan Puskesmas Singgani Tahun 2016. Dinas
Kesehtan Kota Palu.

6. Zades dkk, 2012Infuence Of Family Hypertension On Blood Pressure Serum


Cholestrol High Density Lipoprotein Cholestrol In General Population ,
Departemen Of Zoology, Rtm Nagpur Universuty Campus , India Vol 3/Issue
1/Jan – Mar 2012

Anda mungkin juga menyukai