PENDAHULUAN
1
ditetapkan persyaratan kualitas air minum. Untuk itu pemerintah telah
mengeluarkan Keputusan Mentri Kesehatan (Kepmenkes) No
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Syarat air minum sesuai Permenkes itu harus bebas dari bahan-bahan
anorganik dan organik yakni bebas bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya
dan lain sebagainya. Kecenderungan penggunaan air minum isi ulang oleh
masyarakat di perkotaan semakin meningkat. Buruknya kondisi lingkungan
membuat mereka khawatir untuk mengonsumsi air tanah, bahkan air ledeng
yang disediakan pemerintah. Namun sayangnya tidak semua air minum isi
ulang (AMIU) dikelola dengan baik sesuai persyaratan Kepmenkes No
907/Menkes/SK/VII/2002.3
2
BAB II
PERMASALAHAN
3
terlihat kendala yang cuku berarti karena biasanya pengelola depot menerima saja
hasil dari pemeriksaan sampel air depot mereka dan mendengarkan edukasi dari
tim namun yang kemudian terkendala pada proses intervensi ketika kembali
dikontrol ternyata depot yang disarankan untuk mengevaluasi kembali masalah
pengelolaan air minumnya terkait hasil lab yang sebelumnya sudah didapatkan
ternyata tidak ada perubahan dari sebelumnya, depot air minum tidak
mengindahkan instruksi dan edukasi dari tim, sehingga kualitas air minum
sebelum diperiksa sampelnya da stelah diperiksa sama saja, hal ini dikarenakan
solusi yangdiberikan tim sulit untuk di terapkan oleh pengelola depot air minum,
seperti mengganti sumber air minum yang dikelola dengan sumber air yang lebih
kecil risiko tercemarnya.4
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. INPUT
Kesehatan lingkungan di Puskesmas Marawola telah berjalan
sesuai dengan pencapaian tujuan program Pemantauan Kualitas Air
Minum di wilayah kerja UPTD Marawola, yang bertujuan untuk
mengetahi kualitas air pada Damiu (depot air minum).
Adapun perangkat pelaksanaan program Pemantauan Kualitas Air
Minum mulai dari tenaga pelaksana program kesehatan lingkungan, sarana
prasarana, akses, metode, pedoman pelaksanaan, dana, waktu pelaksanaan
yang disusun dalam tabel berikut ini
No. Perangkat program Keterangan
1 SDM Berjumlah 1 orang
2 Sarana & Prasarana Alat bahan pengambilan sampel dari
labkesda Prov
3 Akses Kolaborasi dengan Tokoh Masyarakat
4 Metode Konseling, inspeksi, intervensi
5 Pedoman (Kepmenkes) No
pelaksanaan 907/Menkes/SK/VII/2002
6 Sumber dana BOK (Bantuan operasional kegiatan)
7 Waktu pelaksanaan 2 kali dalam 1 tahun
5
Untuk sarana dan prasarana juga telah dijelaskan pada lampiran II tentang
tata cara pengawasan kualitas air minum pada poin 3 bahwa pemeriksaan
sampel di lakukan di lapanga dengan alat bahan dari lab kesehatan daerah
setempat kemudian di periksa pada lab kesehatan daerah kabupaten namun
bisa dirujuk ke provinsi jika di kabupaten belum memadai. Untuk sumber
dana di UPTD marawola didaptkan dari BOK ini sudah sesuai pada BAB
IV tentang pebiayaan pasal 10 Pembiayaan pemeriksaan sampel air minum
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini dibebankan kepada pihak
pengelola air minum, pemerintah maupun swasta dan masyarakat, sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Untuk waktu
pelaksaan di UPTD marawola belum sesuai dengan pedoman yang
tercantuk pada BAB III tentang pembinaan dan pengawasan pasal 4 poin
nomor 2 yaitut pengawasan kualitas air dilakukan secara berkala sekurang-
kurangnya setiap 3 bulan.
B. PROSES
Proses manajemen program pemantauan kualitas air minum di
wilayah kerja puskesmas Marawola ditinjau dari model manajemen POAC
yakni Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(pergerakan-pelaksanaan) dan Controlling (pemantauan).
1. Planning
Untuk planning program kegiatan pemantauan kualitas air minum
di UPTD marawola ialah sebanyak 2 kali dalam satu tahun, yang mana
belum sesuai dengan pedoman. Kemudian sebelum turun mengambil
sampel sehari sebelumnya tim bersama Toma telah berkoordinasi
dengan pengelola depot air minum terkait agar supaya keesokan
harinya telah siap untuk diambil sampel air minumnya.
Menurut wawancara dengan penaggung jawab program bahwa pada
planning ini yang menjadi kendala besar karena sebelumnya telah
dijadwalkan untuk pengambilan sampel namun depot air minum pada
hari pengambilan sampel malah menutup depotnya sehingga harus
6
dilakukan penjadwalan ulang yang kemudian terkendala lagi dengan
anggaran kegiatan itu sendiri yang telah dianggarkan untuk
pengambilan sampel sebesar Rp.50.000, dan juga mengganggu jadwal
program lainnya yang dipegang oleh penaggung jawab program karena
harus menjadwalkan kembali.
2. Organizing
Pengorganisasian pelaksanaan kegiatan ini diinstruksikan langsung
oleh Dinas Kesehatan Daerah kemudian ke Kepala Puskesmas dan
diterukan ke penanggung jawab program kesehatan lingkungan sub
kegiatan pemantauan kualitas air minum dan 2 angota program
kesehatan lingkungan.
3. Actuating
Dalam pelaksanaannya program pemantauan kualitas air minum ini
berlandaskan pada pedoman yang kemudian dituangkan pada tiga
tahap yaitu inspeksi, konseling dan intervensi. Diawali dengan inspeksi
berupa observasi depot dan koordinasi untuk pengambilan sampel,
konseling ketika hasil dari lab kesehatan daerah telah keluar dan
intervensi berupa edukasi dan instruksi untuk memperbaiki kualitas air
minum yang dikelola depot terkait.untuk pengambilan sampel
dilakukan serentak pada 7 depot di wilayah kerja UPTD marawola
karena sampel minimal 2 jam sudah di lab sedangkan jarak dari
marawola ke labkesda cukup memakan waktu sehingga untuk
mengehamt tenaga dan biaya dilakukan sekali pengambilan sampel.
4. Controlling
Pemantauan dan evaluasi program dilakukan setelah pelaksanaan
kegiatan dan dibahas setiap evaluasi program yang dilakukan setiap
bulan di puskesmas marawola.
Untuk pemantauan lanjutan dari upaya intervensi pada depot juga
dilakukan setelah melakukan konseling hasil pemeriksaan sampel
meskipun demikian banyak depot yang tidak mengikuti instruksi dari
tim tentang langkah yang harus dilakkan untuk meningkatkan kualitas
7
air minum yang mereka kelola. Sesuai dengan pedoman pada
lampiran III tentang pelaksanaan pengawasan internal kualitas air
minum oleh pengelola air minum yaitu :
Langkah-langkah menjamin kualitas air minum oleh pengelola
penyediaan air minum melalui sistem perpipaan, diantaranya :
a) Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang
diberikan Dinas Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
b) Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan
melakukan usaha-usaha untuk mengatasi korosifitas air di dalam
jaringan perpipaan secara rutin.
c) Membantu petugas Dinas Kesehatan setempat dalam pelaksanaan
pengawasan kualitas air dengan memberi kemudahan petugas
memasuki tempat-tempat dimana tugas pengawasan kualitas air
dilaksanakan.
d) Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat
pengambilan sampel (permukiman, jalan, nomor rumah, titik
sampling), waktu pengambilan, hasil analisis pemeriksaan
laboratorium termasuk metode yang dipakai, dan penyimpangan
parameter.
e) Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan
setempat, dokumen ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama
minimal 5 tahun.
C. OUTPUT
Dalam melaksanakan program pemantauan kualitas air minum tim
kesehatan lingkungan UPTD marawola telah menjalankan sesuai dengan
perangkat dan input dari puskesmas namun beberapa masih belum sesuai
dengan pedoman dari kemenkes namun untuk indicator keberhasilan sudah
terjalankan dengan baik melihat dari cakupan kegiatan yang telah
dilakukan sesuai rencana 2 kali setahun.
8
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan indetifikasi masalah terkait dengan
manajemen program pemantauan kualitas air minum di wilayah kerja
puskesmas marawola maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Program pemantauan kualitas air minum pada depot air minum di
wilayah kerja puskesmas marawola telah berjalan cuku baik meskipun
ada beberpa kendala dalam pelaksanaannya dan juga beberapa hal pada
input proses dan output yang masih belum sesuai dengan pedoman
kemenkes.
2. Terdapat beberapa kendala dalam pelaksaan program pemantauan
kualitas air minum di wilayah kerja puskesmas marawola yakni pada
inspeks, konseling dan intervensi.
B. SARAN
Adapun saran atau rekomendasi yang dapat diambil dari pelaksanaan
manajemen program pemantauan kualitas air minum di wilayah kerja
puskesmas marawola, yaitu:
1. Perencanaan lintas sektor
a. Perencanaan sebaiknya dilakukan juga lintas sektor dengan aparat
desa sehingga kendala seperti anggaran bisa dianggarkan bersama
dengan desa yang memiliki damiu di wilayahnya.
b. Perencanaan lintas sektor ini juga dapat membantu untuk
pengambilan kebijakan untuk solusi dari damiu yang sumber
airnya harus diubah dari contoh : air sungai ke air yang di atas
pegunungan sehinnga dengan perencaan lintas sektor ini bisa di
antisipasi sejaka awal jika memang kedepannya damiu di desar
tersebut harus mengubah sumber airnya. Sehingga proses
pemipaan dan hal lainnya yang menunjang perbaikan kualitas Air
9
damiu tersebut dapat berjalan dengan baik tanpa kendala seperti
sebelumnya.
c. Perencanaan lintas sektor juga dapat membuat MOU dengan depot
yang terletak di suatu desa tertentu sehingga bisa diatur kebiajakn
sanksi jika kedepannya ada hal-hal yang tidak sesuai dengan
pedoman yang dijalankan oleh damiu. Dengan demikian dapat
meningkatkan keberhasilan intervensi dari pihak pelayanan
kesehatan dan tentunya meningkatkan kualitas air minum.
2. Perencanaan program di UPTD
a. Sebaiknya untuk pelaksaan program dilaksanakan sesuai dengan
pedoman yaitu 3 bulan sekali hal ini dapat mempengaruhi dari
kualitas air minum damiu itu sendiri karena mereka setiap sebelum
dilakukan pengambilan sampel 3 bulan sekali pasti mengevaluasi
damiu mereka.
b. Sebaiknya setelah hasil sampel keluar dapat juga dilakukan
penyuluhan di wilayah desa terkait yang damiunya ditinjau dari
hasil labnya berpotensi untk menyebabkan penyakit karena ini
sudah diatur pada pedoman lampiran II tentang tata cara
pelaksanaan pengawsan kualitas air minum point ke 4 yakni Hasil
pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa,
selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobiologik dan
10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi.
c. Perencanaan untuk pengambilan sampel yang detail berupa SOP
contoh :
-pemeriksaan instalasi pengolahan air
-pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi
- pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen
- pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan
Dengan demikian dpat dikatahui sumber perancu dalam kualitas air
minum apakah berasal dari sumber airnya, pipa distribusi yang
10
mungkin terjadi korosif, ataupun alat yang digunakan sehingga
intervensi dan pencegahan kedepannya dapat lebih tepat.
11
DAFTAR PUSTAKA
12