Anda di halaman 1dari 51

ENDOMETRIOSIS

SUBKUTIS
Pendahuluan
Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai 40-60% wanita dengan

dismenorhea & 20-30% wanita subfertil. Saudara perempuan dan anak perempuan dari wanita yang menderita
endometriosis berisiko 6-9 kali lebih besar untuk berkembang menjadi endometriosis. 3 Endometriosis menyebabkan nyeri

panggul kronis berkisar 70%. Risiko menjadi tumor ovarium 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar
30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat pengobatan yang
optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar 30%. 2
Insidensi Endometriosis sulit dikuantifikasi oleh karena sering gejalanya asimtomatis dan pemeriksaan yang

dilakukan untuk menegakkan diagnosis sensitifitasnya rendah. Perempuan dengan endometriosis sering tanpa gejala,
subfertil atau menderita rasa sakit pada daerah pelvis terutama waktu menstruasi (dismenorea). Pada perempuan
Endometriosis yang asimtomatis prevalensinya sekitar 2 sampai 22% tergantung pada pada populasinya. Oleh karena
berkaitan dengan infertilitas dan rasa sakit di rongga panggul, prevalensinya bisa meningkat 20 sampai 50%.
Tinjauan Endometriosis adalah implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma)
abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di
pustaka sisi luar kavum uterus, dan memicu reaksi peradangan menahun. 3

Endometriosis uteri adalah suatu keadaan di mana jaringan


endometrium yang masih berfungsi terdapat diluar kavum uteri.
Jaringaan ini yang terdiri dari kelenjar-kelenjar dan stroma terdapat

didalam myometrium ataupun diluar uterus.3

Endometriosis eksterna adalah suatu kelainan dimana dijumpai


adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar rongga uterus.

Endometriosis eksterna terutama tumbuh di rongga pelvik,


ovarium, kavum douglasi.
Klasifikasi
ASRM
• Peritoneal endometriosis
Pada awalnya lesi di peritoneum akan banyak tumbuh vaskularisasi sehingga menimbulkan perdarahan saat
menstruasi. Lesi yang aktif akan menyebabkan timbulnya perdarahan kronik rekuren dan reaksi inflamasi sehingga
tumbuh jaringan fibrosis dan sembuh. Lesi berwarna merah dapat berubah menjadi lesi hitam tipikal dan setelah itu
lesi akan berubah menjadi lesi putih yang miskin vaskularisasi dan ditemukan debris glandular.
• Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma)
Ovarian endometrioma terbentuk akibat invaginasi dari korteks ovarium setelah penimbunan debris menstruasi dari
perdarahan jaringan endometriosis. Kista endometrium bisa besar (>3cm) dan multilokus, dan bisa tampak seperti
kista coklat karena penimbunan darah dan debris ke dalam rongga kista.
• Deep Nodular Endometriosis
jaringan ektopik menginfiltrasi septum rektovaginal atau struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan
ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul dibentuk oleh hiperplasia otot polos dan jaringan fibrosis di sekitar
jaringan yang menginfiltrasi. Jaringan endometriosis akan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara
klinis yang berhubungan dengan endomeriosis nodular dalam.
Endometriosis sering ditemukan pada wanita
Epidemiologi remaja dan usia reproduksi dari seluruh etnis
dan kelompok masyarakat, walaupun tidak
tertutup kemungkinan ditemukannya kasus
pada wanita perimenopause, menopause dan

pasca menopause. Insidensi endometriosis


di Amerika 6-10 % dari wanita usia

reproduksi.5 Di Indonesia sendiri, insidensi


pasti dari endometriosis belum diketahui.

?
Etio- • Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa endometriosis
disebabkan oleh implantasi sel endometrium oleh
Patofisiologi regurgitasi darah haid (menstruasi retrograde) melalui tuba
yang selanjutnya akan menyebar ke dalam rongga
peritoneum. Temuan klinis dan data eksperimen mendukung
hipotesis Sampson ini. Teori ini telah mendapat dukungan dari
peneliti lain, dengan ditemukannya darah dan sel atau
jaringan endometrium yang masih hidup di pelvis
Retrograde menstruation
perempuan. Sel–sel endometrium yang masih hidup ini yang
kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis.
• Menstruasi retrograde terjadi pada 70% - 90% dari
perempuan dan mungkin lebih umum pada wanita dengan
endometriosis dibanding mereka yang tanpa penyakit.
Kehadiran sel endometrium dicairan peritoneal, menunjukkan
menstruasi retrograd
• Transformasi (metaplasia) epitel selom ke dalam jaringan
endometrium diusulkan sebagai salah satu mekanisme
terbentuknya endometriosis. Tetapi, teori ini belum didukung
oleh data baik klinis atau eksperimen yang kuat. Sebuah
penelitian menyatakan, ovarium dan cikal bakal endometrium
Metaplasia selom
yaitu saluran mullerian, keduanya berasal dari epitel selom.
Karena rangsangan pada sel epitel tersebut maka akan terjadi
transformasi metaplastik dan terjadi perkembangan
endometriosis ovarium.
• pada prinsipnya merupakan perpanjangan dari teori
metaplasia selom. Teori ini mengusulkan bahwa beberapa
faktor hormon atau biologis dapat menginduksi
diferensiasi sel-sel terdiferensiasi menjadi jaringan
endometriosis. Zat-zat ini mungkin eksogen atau
induksi
dikeluarkan langsung dari endometrium. Dalam studi in
vitro telah menunjukkan potensi epitel permukaan ovarium,
dalam menanggapi estrogen, untuk mengalami
transformasi yang selanjutnya membentuk lesi
endometriotik.
• Bukti juga mendukung konsep endometriosis yang
berasal dari penyebaran limfatik atau vaskular
menyimpang dari jaringan endometrium. Temuan
endometriosis di lokasi yang tidak biasa, seperti
Penyebaran limfogen dan hematogen
perineum atau pangkal paha, memperkuat teori ini.
Wilayah retroperitoneal memiliki sirkulasi limfatik
berlimpah. Selain itu, kecenderungan adenokarsinoma
endometrium untuk menyebarkan melalui jalur
limfatik menunjukkan kemudahan di mana
endometrium dapat diangkut oleh rute ini.
Faktor Resiko

Faktor genetik Defek anatomi Faktor imunologi


Gambaran
klinik
• Keluhan utama pada endometriosis adalah nyeri. Nyeri
pelvik kronis yang disertai infertilitas juga merupakan
Diagnosis masalah klinis utama pada endometriosis. Endometrium pada
organ tertentu akan menimbulkan efek yang sesuai dengan
Anamnesis fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
1,2,6

• Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk ditanyakan


karena penyakit ini bersifat diwariskan.8 Kerabat jenjang
pertama berisiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami hal
serupa.7 Endometriosis juga lebih mungkin berkembang pada
saudara perempuan monozigot daripada dizigot. Rambut dan
nevus displastik telah diperlihatkan berhubungan dengan
endometriosis. 7,9
• Untuk sebagian besar, endometriosis adalah penyakit
yang terbatas pada panggul. Dengan demikian, sering
Diagnosis tidak ada kelainan pada pemeriksaan visual.
Beberapa pengecualian termasuk endometriosis dalam
pemeriksaan fisik bekas luka episiotomi atau bekas luka bedah, paling
sering dalam sayatan operasi
• Melalui pemeriksaan rektovaginal akan teraba nodul
(jaringan endometrium) di belakang uterus dan di
sepanjang ligamentum yang menyerang dinding
pelvis. Suatu saat bisa saja nodul tidak teraba, tetapi
pemeriksaan ini sendiri dapat menyebabkan rasa nyeri
dan tidak nyaman.
• Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak
ada kelainan. Lesi endometriosis terlihat hanya 14,4%

Diagnosis pada pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada


pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1%
penderita. Paling umum, tanda positif dijumpai pada
pemeriksaan bimanual dan rektovaginal.
pemeriksaan
• Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk ditanyakan karena
ginekologik penyakit ini bersifat diwariskan.8 Kerabat jenjang pertama
berisiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami hal serupa.7
Endometriosis juga lebih mungkin berkembang pada saudara
perempuan monozigot daripada dizigot. Rambut dan nevus
displastik telah diperlihatkan berhubungan dengan
endometriosis. 7,9
Pemeriksaan
penunjang

sonografi transvaginal sonografi transabdominal MRI endometriosis

CA 125
CT Scan Endometriosis laparaskopi
TERAPI Expectant Management
Pada pasien tanpa gejala, mereka dengan rasa tidak
nyaman ringan, atau wanita infertil dengan endometriosis

minimal atau ringan, manajemen hamil mungkin


sesuai. Meskipun endometriosis umumnya diyakini
menjadi penyakit progresif, tidak ada bukti menunjukkan
bahwa mengobati pasien tanpa gejala akan mencegah
atau memperbaiki timbulnya gejala nanti.

kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik


untuk endometriosis. Gejala–gejala endometriosis akan
berkurang, bahkan menghilang pada waktu dan sesudah
kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang –
sarang endometriosis.
Medikamentosa

agen
progesteron Danazol
Agen progesteron
Pil Medroksiprogesteron asetat
Analog
kontrasepsi Megestrol asetat
GnRH
oral The levonorgestrel
Terapi Pengangkatan Lesi dan Adhesiolisis

pembedahan Sebuah uji coba terkontrol secara acak membandingkan ablasi


dengan eksisi lesi endometriosis pada wanita dengan endometriosis

stadium I atau II mengungkapkan pengurangan tingkat nyeri


dalam waktu 6 bulan. Adhesiolysis efektif mengobati gejala nyeri pada
wanita endometriosis dengan mengembalikan anatomi normal.

Presakral Neurectomy
Bagi beberapa wanita, transeksi saraf presacral yang berada dalam
segitiga interiliac dapat menghilangkan nyeri panggul kronis. Hasil dari
uji coba terkontrol secara acak baru-baru ini mengungkapkan rasa sakit
Adhesiolisis secara signifikan akan lebih berkurang pada 12 bulan pasca operasi pada
wanita yang diterapi dengan neurectomy presacral (PSN)
Laparotomi dan Laparoskopi

Semua prosedur bedah yang telah disebut di atas dapat dilakukan dengan pendekatan
laparotomi atau laparoskopi. Laparoscopy operatif telah digunakan untuk pengobatan
endometrioma ovarium selama lebih dari 20 tahun, dan bukti-bukti yang kuat
mendukung laparoscopy dibanding laparotomi dalam mengelola massa ovarium jinak.
Walaupun pengobatan laparoskopi endometrioma mengandung resiko 5% untuk
dikonversi ke laparotomi, tapi karena keberhasilan dan morbiditas pasca operasi yang
rendah, laparoskopi harus menjadi prosedur utama pilihan.
prognosis Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan
dengan histerektomi dan ooforektomi bilateral. Angka kejadian
rekurensi endometriosis setelah dilakukan terapi pembedahan adalah
20% dalam waktu 5 tahun. Ablasi komplit dari endometriosis efektif
dalam menurunkan gejala nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli
mengatakan eksisi lesi adalah metode yang baik untuk menurunkan
angka kejadian rekurensi dari gejala-gejala endometriosis. 8

Pada kasus infertilitas, keberhasilan tindakan bedah berhubungan


dengan tingkat berat ringannya penyakit. Pasien dengan
endometriasis sedang memiliki peluang untuk hamil sebanyak 60%,
sedangkan pada kasus-kasus endometriosis yang berat
keberhasilannya hanya 35%.
LAPORAN • Tanggal Pemeriksaan
• Jam
: 15 Desember 2017
: 13.00 WITA
KASUS • Ruangan : Merak RSU Anutapura Palu

Nama : Ny. Z Nama suami : Tn. M


Umur : 39 tahun Umur : 42 Tahun
Alamat : Jl. Bauki Rahmat Alamat : Jl. Bauki Rahmat
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana
Anamnesis
ANAMNESIS
P1A0
Menarche : ± 13 tahun
Perkawinan : 10 tahun
 
A.Keluhan Utama :
Benjolan pada perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :

• pasien baru datang dengan keluhan teraba benjolan pada perut bagian bawah
bekas operasi 5 bulan yang lalu. Awalnya benjolan sebesar telur puyuh berwarna
merah yang teraba lunak, terfiksasi, licin, tidak nyeri, semakin lama benjolan
semakin membesar hingga sekarang sebesar telur ayam dan terasa nyeri. Warna
benjolan berubah ungu kecoklatan. Pasien tidak ada mengeluhkan demam,
penurunan selera makan, penurunan berat badan, mual muntah, maupun gangguan
pada BAK dan BAB. Tidak ada riwayat nyeri saat berhubungan seksual.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal adanya
riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat penyakit
jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.

Riwayat Menstruasi :
 Menarche : 13 tahun
 Siklus : 28 hari
 Lama haid : 5-6 hari
 Banyak : 1-2 x ganti pembalut
 Dismenorea: +
Riwayat Perkawinan Riwayat Menstruasi :
• Menarche : 13 tahun
Menikah 1 kali, usia pernikahan dengan • Siklus : 28 hari
• Lama haid : 7 hari
suami sekarang ± 4 tahun.
• Banyak : 1-2 x ganti pembalut

A.Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:


G4P2A1
Saat mengandung anak pertama ibu tidak menderita penyakit sistemik dan penyakit infeksi.
Ibu rutin control melakukan pemeriksaan ke bidan. Anak pertama lahir secara normal di
rumah, ditolong oleh bidan dan dukun tahun 2013. Usia kehamilan aterm, BBL 2000 gr.
Bayi lahir menangis spontan.
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, usia pernikahan dengan suami sekarang ± 10 tahun.
 
 
 
 

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:


P1A0
Saat mengandung anak pertama ibu tidak menderita penyakit sistemik dan penyakit infeksi. Ibu rutin control
melakukan pemeriksaan ke dokter. Anak pertama lahir secara sectio caesarea di RS Samaritan tahun
2017. BBL 3100 gr. Saat lahir tidak dilakukan resusitasi.
 
 
 
 
 

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


(-) Pil KB (-) Suntik KB 3 bulanan (-) IUD
(-) Susuk KB (-) Lain-lain
Riwayat Operasi : Ya, sekitar 5 bulan yang lalu operasi SC di RS Samaritan
 

Kebiasaan Hidup :
• Merokok (+), Alkohol (-), minum obat & jamu (-)
Pemeriksaan • KU : sakit sedang

fisik
• Kesadaran : Kompos mentis
• BB : 63 Kg
• TB : 169 cm
• Tek. Darah : 120/70 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 37,0 ºC

Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-). Mata cekung (-)
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, retraksi (-), sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas paru-hepar SIC VII linea mid-clavicula dextra,
batas jantung dalam batas normal.
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II murni reguler
 

Abdomen :
I : Tampak massa kistik ukuran 3 x 5 cm pada regio suprapubic berwarna ungu kecoklatan dengan permukaan
licin mengkilat. Tampak bekas operasi pada regio suprapubik panjang 11 cm.
A : Peristaltik (+) kesan normal
P : Timpani
P : konsistensi massa kenyal, terfiksir, berbatas tegas. Nyeri tekan (+) regio suprapubik, suhu massa sama dengan
suhu di sekitar.
Pemeriksaan Pemeriksaan Luar
• Pemeriksaan Luar
Obstetric & • Inspeksi : sikatrik (-), tanda radang (-), dinding
Ginekologi perut datar, linea nigra (-) striae gravidarum (-)
perdarahan flek-flek (-)
• Palpasi: TFU tidak teraba
• Inspekulo : vulva uretra dan vagina tidak ada
kelainan permukaan portio licin, erosi (-), massa
(-), ostium uteri externa tertutup.
Pemeriksaan Dalam
• Flour albus : (-)
• Vulva uretra vagina : tidak ada kelainan, dinding vagina licin
• Portio : lunak, ostium uteri externa tertutup, nyeri tekan (-) penipisan (-)
• Corpus uteri : teraba massa (-)
• Cavum douglas : tidak menonjol
• Adneksa parametrium :
• kanan : tidak teraba massa
• kiri : tidak teraba massa
•  
• Ekstremitas :
• Edema ekstremitas bawah -/-, turgor < 2 detik.
Pemeriksaan • WBC : 8,8 x 103/mm3
• HGB : 11,7 gr/dL
penunjang • HCT : 34,3 %
• PLT : 359 x 103/mm3
• RBC : 3,80 x 106/mm3
• HbSAg: non reaktif
Resume
pasien baru datang dengan keluhan teraba benjolan pada perut bagian bawah bekas operasi 5 bulan
yang lalu. Awalnya benjolan sebesar telur puyuh berwarna merah yang teraba lunak, tidak dapat digerakkan,
licin, tidak nyeri, semakin lama benjolan semakin membesar hingga sekarang sebesar telur ayam. Warna
benjolan berubah ungu kecoklatan.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/70 mmHg, Nadi: 88 x/menit, suhu 37,0 oC dan
respirasi 20 x/menit. Pemeriksaan abdomen ditemukan Tampak massa kistik ukuran 3 x 5 cm pada regio
suprapubic berwarna ungu kecoklatan dengan permukaan licin mengkilat. Tampak bekas operasi pada regio
suprapubik panjang 11 cm. Pemeriksaan ginekologi didapatkan masih dalam batas normal dan tidak
ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 8,8 x 103/mm3, HGB 11,7 gr/Dl, HCT 34,3 %, PLT
359 x 103/mm3, RBC 3,80 x 106/mm3, HbSAg non reaktif
DIAGNOSIS • Pre operatif : endometriosis subkutis

• Post Operatif : post eksisi


endometriosis subkutis
TERAPI – Pasang IVFD RL 20 TPM

– Injeksi Ketorolac 1 amp / 8 jam / IV

– Injeksi Ranitidin 1 amp / 8 jam / IV

– Norelut tab 1 x 1

– Rencanakan eksisi
Laporan • Pasien dibaringkan dalam posisi supinasi dalam pengaruh anatesi spinal

operasi • Desinfeksi area operasi dan sekitarnya, pasang duk steril

• Lakukan eksisi di area benjolan ukuran 3 x 5 cm , control perdarahan

• Jahit Fascia dengan safyl 1, kontrol perdarahan

• Bersihkan luka operasi dengan betadin, kontrol perdarahan

• Jahit lemak dengan benang chromic 0, Jahit kulit dengan benang chromic 2/0

• Bersihkan lapangan operasi, kemudian tutup luka dengan kasa steril dan
betadine

• Tutup luka operasi

• Operasi selesai
Tatalaksana • IVFD RL 20 TPM
• Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
post op • Inj. Ondansentron 1amp/8 jam/IV
• Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
• Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
• Inj. Asam traneksamat 1amp/8 jam/IV
• Norelut tab 1 x 1
Follow up 17 Desember 2017
S : Nyeri luka operasi (+), Perdarahan Per Vaginam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-),
sakit kepala (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan Umum : sedang P :
Konjungtiva : anemis (-/-)  IVFD RL 20 TPM
TD : 100/80 mmHg  Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
N : 94x/menit  Inj. Ondansentron 1amp/8 jam/IV
R : 19 x/menit  Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
S : 36,6ºC  Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
A : post eksisi endometriosis subkutis H1 Norelut tab 1 x 1
18 Desember 2017
S : Nyeri luka operasi (+), Perdarahan Per Vaginam (-), mual (-), muntah (-),
pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan Umum : sedang
Konjungtiva : anemis (-/-)
TD : 100/80 mmHg
N : 94x/menit
R : 19 x/menit
S : 36,6ºC

A : post eksisi endometriosis subkutis H2


P :
 IVFD RL 20 TPM
 Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
 Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
 Norelut tab 1 x 1
19 Desember 2017
S : Nyeri luka operasi (+), Perdarahan Per Vaginam (-), mual (-), muntah (-), pusing
(-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan Umum : sedang
Konjungtiva : anemis (-/-)
TD : 100/80 mmHg
N : 94x/menit
R : 19 x/menit
S : 36,6ºC

A : post eksisi endometriosis subkutis H3


P :
 IVFD RL 20 TPM
 Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
 Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
 Norelut tab 1 x 1
20 Desember 2017
S : Nyeri luka operasi (+), Perdarahan Per Vaginam (-), mual (-), muntah (-), pusing
(-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan Umum : sedang
Konjungtiva : anemis (-/-)
TD : 100/80 mmHg
N : 94x/menit
R : 19 x/menit
S : 36,6ºC
A : post eksisi endometriosis subkutis H4
P :
 IVFD RL 20 TPM
 Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
 Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
Aff infus
 Norelut tab 1 x 1
16 Desember 2017
• S : Nyeri luka op (+), PPV (+), mual (-), muntah (-), pusing
(-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (-), BAK (+).
• O : TD : 120/80 mmHg N : 86 kali/menit
R : 20 kali/mnt S : 36,5oC
Konjungtiva anemis (-/-).
ASI: -/-
Kontraksi: +
Lokia : + (rubra)
TFU : 1 jari dibawah pusat
Lab (8/1/2017) Pukul 22.40 WITA
HGB : 10,7
WBC : 14,8
PLT : 232
• A : P3A1 30 tahun post SC H3 a/i solusio plasenta + IUFD
• P : - Bed Rest total
Observasi KU, TTV dan perdarahan
Lanjut terapi post op
Aff kateter
PEMBAHASAN
Pada pasien ini, pasien datang dengan keluhan teraba benjolan pada perut bagian bawah
bekas operasi 5 bulan yang lalu. Awalnya benjolan sebesar telur puyuh berwarna merah
yang teraba lunak, tidak dapat digerakkan, licin, tidak nyeri, semakin lama benjolan semakin
membesar hingga sekarang sebesar telur ayam dan terasa nyeri. Warna benjolan berubah
ungu kecoklatan.
Penegakkan diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjuang yang sesuai. Dari anamnesis di temukan riwayat haid di usia
yang sangat dini yang dimana perempuan dengan usia menarche yang lebih cepat
berpotensi untuk menderita endometriosis. Dari anamnesis juga diperoleh data bahwa
pasien pernah menjalani operasi caeesar sekitar 5 bulan yang lalu. Endometriosis dapat
muncul setelah intervensi yang mnegandung jaringan endometrial seperti caesarean
section, episiotomy untuk partus normal, atau histerektomi dan operasi pada
kehamilan ektopik. Pada pasien ini terdapat benjolan yang kian lama kian besar dan
menimbulkan manifestasi nyeri. Hal ini sepadan dengan teori yang telah dikemukakan
pada tinjauan pustaka bahwa salah satu gejala endometriosis yang paling has adalah nyeri
yang dapat berupa dismenore dan dyspareunia.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/70 mmHg, Nadi: 88 x/menit, suhu 37,0
C dan respirasi 20 x/menit. Pemeriksaan abdomen ditemukan Tampak massa kistik ukuran 3 x 5
o

cm pada regio suprapubic berwarna ungu kecoklatan dengan permukaan licin mengkilat. Tampak
bekas operasi pada regio suprapubik panjang 11 cm. Pemeriksaan ginekologi didapatkan masih
dalam batas normal dan tidak ditemukan kelainan. Pada sebagian kasus endometriosis sering tidak
ada kelainan pada pemeriksaan visual. Beberapa pengecualian termasuk endometriosis dalam
bekas luka episiotomi atau bekas luka bedah, paling sering dalam sayatan operasi.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 8,8 x 103/mm3, HGB 11,7 gr/Dl, HCT
34,3 %, PLT 359 x 103/mm3, RBC 3,80 x 106/mm3, HbSAg non reaktif. Dari pemeriksaan
laboratorium diatas dapat dikatakan tidak terdapat perdarahan tersembunyi maupun infeksi
sekunder yang disebabkan oleh endometriosis.
Terapi yang dilakukan pada pasien ini yaitu terapi pembedahan berupa eksisi tumor. Hal
ini dikarenakan endometriosis yang diderita oleh pasien menimbulkan manifestasi klinis
yang bermakna. rekurensi sering terjadi pada endometriosis yang diterapi dengan terapi
hormonal. Disisi lain, medikamentosa tidak efektif terhadap pengobatan endometriosis
subcutis sehingga memerlukan intervensi bedah. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan
semua lesi endometriotik yang terlihat, merilis perlengketan, kista indung telur,
endometriosis rektovaginal, dan untuk mengembalikan anatomi normal.

Anda mungkin juga menyukai