SUBKUTIS
Pendahuluan
Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai 40-60% wanita dengan
dismenorhea & 20-30% wanita subfertil. Saudara perempuan dan anak perempuan dari wanita yang menderita
endometriosis berisiko 6-9 kali lebih besar untuk berkembang menjadi endometriosis. 3 Endometriosis menyebabkan nyeri
panggul kronis berkisar 70%. Risiko menjadi tumor ovarium 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar
30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat pengobatan yang
optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar 30%. 2
Insidensi Endometriosis sulit dikuantifikasi oleh karena sering gejalanya asimtomatis dan pemeriksaan yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosis sensitifitasnya rendah. Perempuan dengan endometriosis sering tanpa gejala,
subfertil atau menderita rasa sakit pada daerah pelvis terutama waktu menstruasi (dismenorea). Pada perempuan
Endometriosis yang asimtomatis prevalensinya sekitar 2 sampai 22% tergantung pada pada populasinya. Oleh karena
berkaitan dengan infertilitas dan rasa sakit di rongga panggul, prevalensinya bisa meningkat 20 sampai 50%.
Tinjauan Endometriosis adalah implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma)
abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di
pustaka sisi luar kavum uterus, dan memicu reaksi peradangan menahun. 3
?
Etio- • Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa endometriosis
disebabkan oleh implantasi sel endometrium oleh
Patofisiologi regurgitasi darah haid (menstruasi retrograde) melalui tuba
yang selanjutnya akan menyebar ke dalam rongga
peritoneum. Temuan klinis dan data eksperimen mendukung
hipotesis Sampson ini. Teori ini telah mendapat dukungan dari
peneliti lain, dengan ditemukannya darah dan sel atau
jaringan endometrium yang masih hidup di pelvis
Retrograde menstruation
perempuan. Sel–sel endometrium yang masih hidup ini yang
kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis.
• Menstruasi retrograde terjadi pada 70% - 90% dari
perempuan dan mungkin lebih umum pada wanita dengan
endometriosis dibanding mereka yang tanpa penyakit.
Kehadiran sel endometrium dicairan peritoneal, menunjukkan
menstruasi retrograd
• Transformasi (metaplasia) epitel selom ke dalam jaringan
endometrium diusulkan sebagai salah satu mekanisme
terbentuknya endometriosis. Tetapi, teori ini belum didukung
oleh data baik klinis atau eksperimen yang kuat. Sebuah
penelitian menyatakan, ovarium dan cikal bakal endometrium
Metaplasia selom
yaitu saluran mullerian, keduanya berasal dari epitel selom.
Karena rangsangan pada sel epitel tersebut maka akan terjadi
transformasi metaplastik dan terjadi perkembangan
endometriosis ovarium.
• pada prinsipnya merupakan perpanjangan dari teori
metaplasia selom. Teori ini mengusulkan bahwa beberapa
faktor hormon atau biologis dapat menginduksi
diferensiasi sel-sel terdiferensiasi menjadi jaringan
endometriosis. Zat-zat ini mungkin eksogen atau
induksi
dikeluarkan langsung dari endometrium. Dalam studi in
vitro telah menunjukkan potensi epitel permukaan ovarium,
dalam menanggapi estrogen, untuk mengalami
transformasi yang selanjutnya membentuk lesi
endometriotik.
• Bukti juga mendukung konsep endometriosis yang
berasal dari penyebaran limfatik atau vaskular
menyimpang dari jaringan endometrium. Temuan
endometriosis di lokasi yang tidak biasa, seperti
Penyebaran limfogen dan hematogen
perineum atau pangkal paha, memperkuat teori ini.
Wilayah retroperitoneal memiliki sirkulasi limfatik
berlimpah. Selain itu, kecenderungan adenokarsinoma
endometrium untuk menyebarkan melalui jalur
limfatik menunjukkan kemudahan di mana
endometrium dapat diangkut oleh rute ini.
Faktor Resiko
CA 125
CT Scan Endometriosis laparaskopi
TERAPI Expectant Management
Pada pasien tanpa gejala, mereka dengan rasa tidak
nyaman ringan, atau wanita infertil dengan endometriosis
agen
progesteron Danazol
Agen progesteron
Pil Medroksiprogesteron asetat
Analog
kontrasepsi Megestrol asetat
GnRH
oral The levonorgestrel
Terapi Pengangkatan Lesi dan Adhesiolisis
Presakral Neurectomy
Bagi beberapa wanita, transeksi saraf presacral yang berada dalam
segitiga interiliac dapat menghilangkan nyeri panggul kronis. Hasil dari
uji coba terkontrol secara acak baru-baru ini mengungkapkan rasa sakit
Adhesiolisis secara signifikan akan lebih berkurang pada 12 bulan pasca operasi pada
wanita yang diterapi dengan neurectomy presacral (PSN)
Laparotomi dan Laparoskopi
Semua prosedur bedah yang telah disebut di atas dapat dilakukan dengan pendekatan
laparotomi atau laparoskopi. Laparoscopy operatif telah digunakan untuk pengobatan
endometrioma ovarium selama lebih dari 20 tahun, dan bukti-bukti yang kuat
mendukung laparoscopy dibanding laparotomi dalam mengelola massa ovarium jinak.
Walaupun pengobatan laparoskopi endometrioma mengandung resiko 5% untuk
dikonversi ke laparotomi, tapi karena keberhasilan dan morbiditas pasca operasi yang
rendah, laparoskopi harus menjadi prosedur utama pilihan.
prognosis Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan
dengan histerektomi dan ooforektomi bilateral. Angka kejadian
rekurensi endometriosis setelah dilakukan terapi pembedahan adalah
20% dalam waktu 5 tahun. Ablasi komplit dari endometriosis efektif
dalam menurunkan gejala nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli
mengatakan eksisi lesi adalah metode yang baik untuk menurunkan
angka kejadian rekurensi dari gejala-gejala endometriosis. 8
• pasien baru datang dengan keluhan teraba benjolan pada perut bagian bawah
bekas operasi 5 bulan yang lalu. Awalnya benjolan sebesar telur puyuh berwarna
merah yang teraba lunak, terfiksasi, licin, tidak nyeri, semakin lama benjolan
semakin membesar hingga sekarang sebesar telur ayam dan terasa nyeri. Warna
benjolan berubah ungu kecoklatan. Pasien tidak ada mengeluhkan demam,
penurunan selera makan, penurunan berat badan, mual muntah, maupun gangguan
pada BAK dan BAB. Tidak ada riwayat nyeri saat berhubungan seksual.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal adanya
riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat penyakit
jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Riwayat Menstruasi :
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama haid : 5-6 hari
Banyak : 1-2 x ganti pembalut
Dismenorea: +
Riwayat Perkawinan Riwayat Menstruasi :
• Menarche : 13 tahun
Menikah 1 kali, usia pernikahan dengan • Siklus : 28 hari
• Lama haid : 7 hari
suami sekarang ± 4 tahun.
• Banyak : 1-2 x ganti pembalut
Kebiasaan Hidup :
• Merokok (+), Alkohol (-), minum obat & jamu (-)
Pemeriksaan • KU : sakit sedang
fisik
• Kesadaran : Kompos mentis
• BB : 63 Kg
• TB : 169 cm
• Tek. Darah : 120/70 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 37,0 ºC
Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-). Mata cekung (-)
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, retraksi (-), sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas paru-hepar SIC VII linea mid-clavicula dextra,
batas jantung dalam batas normal.
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II murni reguler
Abdomen :
I : Tampak massa kistik ukuran 3 x 5 cm pada regio suprapubic berwarna ungu kecoklatan dengan permukaan
licin mengkilat. Tampak bekas operasi pada regio suprapubik panjang 11 cm.
A : Peristaltik (+) kesan normal
P : Timpani
P : konsistensi massa kenyal, terfiksir, berbatas tegas. Nyeri tekan (+) regio suprapubik, suhu massa sama dengan
suhu di sekitar.
Pemeriksaan Pemeriksaan Luar
• Pemeriksaan Luar
Obstetric & • Inspeksi : sikatrik (-), tanda radang (-), dinding
Ginekologi perut datar, linea nigra (-) striae gravidarum (-)
perdarahan flek-flek (-)
• Palpasi: TFU tidak teraba
• Inspekulo : vulva uretra dan vagina tidak ada
kelainan permukaan portio licin, erosi (-), massa
(-), ostium uteri externa tertutup.
Pemeriksaan Dalam
• Flour albus : (-)
• Vulva uretra vagina : tidak ada kelainan, dinding vagina licin
• Portio : lunak, ostium uteri externa tertutup, nyeri tekan (-) penipisan (-)
• Corpus uteri : teraba massa (-)
• Cavum douglas : tidak menonjol
• Adneksa parametrium :
• kanan : tidak teraba massa
• kiri : tidak teraba massa
•
• Ekstremitas :
• Edema ekstremitas bawah -/-, turgor < 2 detik.
Pemeriksaan • WBC : 8,8 x 103/mm3
• HGB : 11,7 gr/dL
penunjang • HCT : 34,3 %
• PLT : 359 x 103/mm3
• RBC : 3,80 x 106/mm3
• HbSAg: non reaktif
Resume
pasien baru datang dengan keluhan teraba benjolan pada perut bagian bawah bekas operasi 5 bulan
yang lalu. Awalnya benjolan sebesar telur puyuh berwarna merah yang teraba lunak, tidak dapat digerakkan,
licin, tidak nyeri, semakin lama benjolan semakin membesar hingga sekarang sebesar telur ayam. Warna
benjolan berubah ungu kecoklatan.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/70 mmHg, Nadi: 88 x/menit, suhu 37,0 oC dan
respirasi 20 x/menit. Pemeriksaan abdomen ditemukan Tampak massa kistik ukuran 3 x 5 cm pada regio
suprapubic berwarna ungu kecoklatan dengan permukaan licin mengkilat. Tampak bekas operasi pada regio
suprapubik panjang 11 cm. Pemeriksaan ginekologi didapatkan masih dalam batas normal dan tidak
ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 8,8 x 103/mm3, HGB 11,7 gr/Dl, HCT 34,3 %, PLT
359 x 103/mm3, RBC 3,80 x 106/mm3, HbSAg non reaktif
DIAGNOSIS • Pre operatif : endometriosis subkutis
– Norelut tab 1 x 1
– Rencanakan eksisi
Laporan • Pasien dibaringkan dalam posisi supinasi dalam pengaruh anatesi spinal
• Jahit lemak dengan benang chromic 0, Jahit kulit dengan benang chromic 2/0
• Bersihkan lapangan operasi, kemudian tutup luka dengan kasa steril dan
betadine
• Operasi selesai
Tatalaksana • IVFD RL 20 TPM
• Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
post op • Inj. Ondansentron 1amp/8 jam/IV
• Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
• Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
• Inj. Asam traneksamat 1amp/8 jam/IV
• Norelut tab 1 x 1
Follow up 17 Desember 2017
S : Nyeri luka operasi (+), Perdarahan Per Vaginam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-),
sakit kepala (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan Umum : sedang P :
Konjungtiva : anemis (-/-) IVFD RL 20 TPM
TD : 100/80 mmHg Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
N : 94x/menit Inj. Ondansentron 1amp/8 jam/IV
R : 19 x/menit Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
S : 36,6ºC Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
A : post eksisi endometriosis subkutis H1 Norelut tab 1 x 1
18 Desember 2017
S : Nyeri luka operasi (+), Perdarahan Per Vaginam (-), mual (-), muntah (-),
pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan Umum : sedang
Konjungtiva : anemis (-/-)
TD : 100/80 mmHg
N : 94x/menit
R : 19 x/menit
S : 36,6ºC
cm pada regio suprapubic berwarna ungu kecoklatan dengan permukaan licin mengkilat. Tampak
bekas operasi pada regio suprapubik panjang 11 cm. Pemeriksaan ginekologi didapatkan masih
dalam batas normal dan tidak ditemukan kelainan. Pada sebagian kasus endometriosis sering tidak
ada kelainan pada pemeriksaan visual. Beberapa pengecualian termasuk endometriosis dalam
bekas luka episiotomi atau bekas luka bedah, paling sering dalam sayatan operasi.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 8,8 x 103/mm3, HGB 11,7 gr/Dl, HCT
34,3 %, PLT 359 x 103/mm3, RBC 3,80 x 106/mm3, HbSAg non reaktif. Dari pemeriksaan
laboratorium diatas dapat dikatakan tidak terdapat perdarahan tersembunyi maupun infeksi
sekunder yang disebabkan oleh endometriosis.
Terapi yang dilakukan pada pasien ini yaitu terapi pembedahan berupa eksisi tumor. Hal
ini dikarenakan endometriosis yang diderita oleh pasien menimbulkan manifestasi klinis
yang bermakna. rekurensi sering terjadi pada endometriosis yang diterapi dengan terapi
hormonal. Disisi lain, medikamentosa tidak efektif terhadap pengobatan endometriosis
subcutis sehingga memerlukan intervensi bedah. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan
semua lesi endometriotik yang terlihat, merilis perlengketan, kista indung telur,
endometriosis rektovaginal, dan untuk mengembalikan anatomi normal.