Endometrium
Algivar Dial Prtima Daud, S. Ked
Pembimbing klinik : dr. Abd. Faris, Sp. OG (K)
Pendahuluan
Simple hyperplasia tanpa atypia Complex hyperpasia tanpa atypia Complex atypical hyperplasia
Estrogen endogen dapat menyebabkan anovulasi kronik yang berhubungan dengan polycystic ovary
syndrome (PCOS) atau perimenopause. Obesitas juga tidak menghambat paparan estrogen berkaitan dengan
kadar estradiol yang tinggi secara kronis, hasil dari aromatisasi androgen dalam jaringan lemak dan konversi
androstenedione ke estrone. Hiperplasia endometrium dan kanker endometrium juga dapat berasal dari tumor
ovarium yang mensekresikan estradiol seperti tumor sel granulosa.
Eksogen estrogen tanpa progesteron juga berhubungan dengan peningkatan resiko hiperplasia
endometrium dan adenocarcinoma.Tamoxifen, dengan efek estrogeniknya pada endometrium, meningkatan
resiko hiperplasia endometrium dan kanker endometrium. Resiko progresi ke arah kanker berhubungan dengan
peningkatan durasi pemakaian.
Patogenesis
Apoptosis seluler secara parsial dihambat oleh Fas merupakan anggota dari keluarga
ekspresi gen bcl-2 yang menyebabkan sel bertahan tumor necrosis factor (TNF)/Nerve Growth
lebih lama. Ekspresi dari gen bcl-2 tampaknya Factor (NGF) yang berikatan dengan FasL
sebagian diregulasi oleh faktor hormonal dan (Fas Ligand) dan menginisisasi apoptosis.
ekspresinya menurun dengan signifikan pada fase
sekresi siklus menstruasi.
Interaksi antara ekspresi Fas dan bcl-2 dapat memberikan kontribusi pembentukan dari hiperplasia
endometrium. Ekspresi gen bcl-2 menurun saat terdapat progesteron intrauterin sedangkan ekspresi gen
Fas justru meningkat.
Gambaran klinis
• Perdarahan uterus abnormal merupakan gejala yang paling sering muncul pada
hiperplasia endometrium. Efek estrogen yang tidak terlawan dari penggunaan eksogen
atau siklus anovulatori menghasilkan hyperplasia endometrium dengan perdarahan
yang banyak.
• Pasien yang lebih muda pada usia produktif biasanya muncul hiperplasia endometrium
sekunder akibat Polycystic Ovarian Syndrome (POCS). POCS menghasilkan stimulasi
estrogen yang tidak terlawan secara sekunder ke siklus anovulatori.
• Pada pasien menopause dengan hiperplasia endometrium hampir selalu datang dengan
perdarahan pervaginam. Meskipun karsinoma harus dipertimbangkan pada usia ini,
atropi endometrium merupakan penyebab yang sering dari perdarahan pada wanita
menopause.
diagnosis
• USG menggunakan gelombang suara untuk mendapatkan gambaran
dari lapisan rahim. Hal ini membantu untuk menentukan ketebalan
rahim. USG transvaginal merupakan prosedur diagnosis yang non
invasif dan relatif murah untuk mendeteksi kelainan pada
endometrium.
Pipelle endometrial biopsy
Pengambilan sampel endometrium dengan pipelle merupakan cara yang ektif dan
relatif tidak mahal untuk mengambil jaringan untuk diagnosis histologi pada wanita
dengan perdarahan uterus abnormal.
Histeroskopi dan/atau Dilatasi dan Kuretase
Histeroskopi secara umum telah disepakati sebagai “gold standard” untuk
mengevaluasi kavitas uterus. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas
95%, PPV 96%dan NPV 98% bila dibandingkan dengan diagnosis hasil pemeriksaan
jaringaan setelah histerektomi.1,2,6
Sonohisterografi
Sonohisterografi merupakan pendekatan yang relatif baru untuk mendiagnosis penyebab
dari perdarahan uterus abnormal. Keuntungan dari sonohisterografi yang melebihi dari USG
transvaginal adalah kemampuannya yang lebih baik untuk mengevaluasi kelainan intrauterin
seperti polip dan mioma submukosa.
Tatalaksana
Medikamentosa
• Terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh.
• Terapi progestin sangat efektif dalam mengobati hiperplasia endometrial tanpa atipik,
akan tetapi kurang efektif untuk hiperplasia dengan atipi.
• Terapi cyclical progestin (medroxyprogesterone asetat 10-20 mg/hari untuk 14 hari
setiap bulan)
• terapi continuous progestin (megestrol asetat 20-40 mg/hari) merupakan terapi yang
efektif untuk pasien dengan hiperplasia endometrial tanpa atipik.
Tindakan invasif
kuretase
histerektomi
Pencegahan
1. Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin
2. Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi
3. Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan pemberian progestin untuk
mencegah karsinoma endometrium.
4. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi progesteron untuk mencegah
pertumbuhan endometrium berlebihan. Terapi terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
5. Mengubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.
Prognosis
Umumnya lesi pada hiperplasia atipikal akan mengalami regresi dengan terapi
progestin, akan tetapi memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi ketika
terapi dihentikan dibandingkan dengan lesi pada hiperplasia tanpa atipi.
• IDENTITAS
• Nama : Ny. M Nama suami : Tn. A
• Umur : 41 tahun Umur : 43 Tahun
• Alamat : Jl. lagarutu Alamat : Jl. lagarutu
• Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
• Agama : Islam Agama : Islam
• Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Anamnesis P1A0
Menarche : ± 13 tahun
Perkawinan : 16 tahun
Keluhan Utama :
• Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien masuk IGD Kebidanan diantar oleh keluarganya dengan keluhan keluar darah dari
jalan lahir yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk RS, bergumpal (+), warna merah
kecoklatan (+). Keluhan disertai pusing (+), perasaan mudah lelah, sakit kepala (-), mual (-),
muntah, (-) demam (-), penurunan selera makan (-). BAB biasa dan BAK lancar.
• Selama sakit, pasien mengganti pembalut sebanyak ± 8 pembalut setiap harinya dan
menetap selama 1 bulan tersebut. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman seperti
darah haid, terkadang terdapat darah yang menggumpal.
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami keluhan serupa 6 bulan yang lalu, tepatnya bulan
Juni 2017, berobat ke praktek Sp. OG dan dikatakan terjadi penebalan
dinding rahim & harus di kuret serta sebagian hasil kuret harus di PA.
Pasien melakukan kuret di RS. wirabuana. Setelah di kuret, keluhan hilang
dan timbul kembali pada pertengahan bulan desember hingga sekarang.
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan serupa, riwayat asma
(-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), hipertensi (-), hepatitis (-)
• Riwayat Menstruasi :
• Menarche : 15 tahun
• Riwayat Perkawinan
• P3A1
• Anak pertama lahir secara normal di Rumah sakit tahun 2002, jenis kelamin perempuan, BBL 3400 gr PBL 47 cm, hidup
• Anak kedua lahir secara normal di Rumah sakit tahun 2004 jenis kelamin laki-laki, BBL 2900 gr, PB 50 cm, hidup
• Anak ke empat lahir secara normal di Rumah sakit tahun 2007 jenis kelamin laki-laki, BBL 3500 gr, PBL 48 cm, hidup
• Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
(-) Pil KB (-) Suntik KB 3 bulanan (-) IUD
(-) Susuk KB (-) Lain-lain
•
•
•
• Kebiasaan Hidup :
Merokok (-), Alkohol (-), minum obat & jamu (-)
Pemeriksaan fisik
• KU : sedang
• Kesadaran : Kompos mentis
• BB : 63 Kg
• TB : 155 cm
• Tek. Darah : 100/70 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 37,0 ºC
• Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-), pembesaran KGB (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-). Mata cekung (-)
• Thorax :
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas paru-hepar SIC VII
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II murni
reguler
• Abdomen :
I : Tampak datar, massa (-)
P : Timpani
• Portio : lunak, ostium uteri externa tertutup, nyeri tekan (-) penipisan (-)
• Corpus uteri : teraba massa (-)
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 100/70 mmHg, Nadi: 88 x/menit, suhu 37,0 oC
dan respirasi 20 x/menit. Pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan. Pemeriksaan
ginekologi didapatkan perdarahan flek-flek (+) pada area genitaia
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 13,2 x 103/mm3, HB 8,6 gr/dL, HCT 18,8 %,
PLT 822 x 103/mm3, RBC 2,80 x 106/mm3, HbSAg non reaktif
Diagnosis
Pre operatif : Hyperplasia Endometrium + anemia
• Insisi abdomen dengan metode pfannanstiel secara lapis demi lapis menembus rongga perut
secara tajam dan tumpul, kontrol perdarahan
• Identifikasi uterus, tuba falopii dextra dan sinistra, tampak adenomiosis, kista coklat bilateral
lalu dilakukan histerektomi total
• Ligamentum rotundum kanan di klem dan di gunting kemudian di double ligase begitu juga
ligamentum rotundum kiri kemudian buat jendela pada ligamentum ictum
• Tuba, ligamentum, ovaripropium dan mesosalping kiri di klem, di gunting dan dijahit double ligase
demikian juga pada ligamentum kanan
• Identifikasi a. plica vesica uterine plica di gunting kecil di perluas secara tumpul
• Identifikasi a. uterine kiri, di klem, di gunting dijahit ligase demikian juga kanan, control perdarahan
• Ligamentum cardinal kiri dan ligamentum sacrouterina di klem, di gunting, jahit ligase
• Operasi selesai
PENATALAKSANAAN POST
OPERATIF
IVFD RL 28 TPM
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
Drips. Metronidazole /12 jam/IV
Inj. Ondansentron 1amp/8 jam/IV
Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
Inj. Asam traneksamat 1amp/8 jam/IV
Cek Hb 2 jam post op. Jika Hb < 8 gr/dl lakukan transfusi 2 WB
Obs. KU dan TTV, Produksi Urin, balance cairan
(pre operatif)
21 Januari 2018
S : sakit perut (+), Perdarahan Per Vaginam (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (-), BAK
(+)
O : Keadaan Umum : lemah
P :
Konjungtiva : anemis (+/+)
Pasang IVFD RL 28 TPM
TD : 100/80 mmHg
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
N : 114x/menit
Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
R : 19 x/menit
Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
S : 36,6ºC
Inj. Asam traneksamat 1amp/8 jam/IV
Darah lengkap (post transfuse) :
Konsul interna untuk kelayakan operasi
WBC : 11,2 x 103/mm3 Rencanakan histerektomi total
HGB : 9,4 gr/dL
HCT : 18,8 %
PLT : 822 x 103/mm3
RBC : 2,80 x 106/mm3
A : P1A0 hiperplasia endometrium + anemia
22 Januari 2018
S : sakit perut (+), Perdarahan Per Vaginam (+) minimal, mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (-), BAK
(+)
O : Keadaan Umum : sedang
Konjungtiva : anemis (-/-)
TD : 100/80 mmHg
N : 94x/menit
R : 19 x/menit
S : 36,6ºc
A : P1A0 hiperplasia endometrium + anemia
P :
Pasang IVFD RL 28 TPM
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
Inj. Asam traneksamat 1amp/8 jam/IV
Konsul interna untuk kelayakan operasi
Rencanakan histerektomi total
23 Januari 2018
S : sakit perut (+), Perdarahan Per Vaginam (+) minimal, mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+),
BAB (-), BAK (+)
O : Keadaan Umum : sedang
Konjungtiva : anemis (+/+)
TD : 120/80 mmHg P :
HCT : 18,8 %
PLT : 822 x 103/mm3
RBC : 2,80 x 106/mm3
A : P1A0 hiperplasia endometrium
(post operatif)
24 Januari 2018
S : nyeri luka post op (+), Perdarahan Per Vaginam (-) mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-),
flatus (+), BAB (-), BAK (+) via kateter
O : Keadaan Umum : sedang
Konjungtiva : anemis (-/-)
TD : 110/80 mmHg
N : 84x/menit
R : 19 x/menit
S : 36,6ºC
A : Hyperplasia Endometrium + kista coklat + adenomiosis, post histerektomi H1
P :
IVFD RL 28 TPM
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
Drips. Metronidazole /12 jam/IV
Inj. Ondansentron 1amp/8 jam/IV
Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
Inj. Asam traneksamat 1amp/8 jam/IV
Cek Hb 2 jam post op. Jika Hb < 8 gr/dl lakukan transfusi 2
WB
Obs. KU dan TTV, Produksi Urin, balance cairan
25 Januari 2018
S : nyeri luka post op (+), Perdarahan Per Vaginam (-) mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (+),
BAK (+) via kateter
O : Keadaan Umum : sedang
Konjungtiva : anemis (-/-)
TD : 100/70 mmHg P :
N : 84x/menit IVFD RL 28 TPM
R : 19 x/menit Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
S : 36,6ºC
Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
Darah lengkap (post operatif) :
Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
WBC : 10,1 x 10 /mm
3 3
Aff kateter
HGB : 9,6 gr/dL
HCT : 18,8 %
PLT : 822 x 103/mm3
RBC : 2,80 x 106/mm3
A : Hyperplasia Endometrium + kista coklat + adenomiosis, post histerektomi H2
26 Januari 2018
S : nyeri luka post op (+), Perdarahan Per Vaginam (-) mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB
(+), BAK (+)
P :
O : Keadaan Umum : sedang
IVFD RL 28 TPM
Konjungtiva : anemis (-/-)
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
TD : 110/70 mmHg
Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
N : 84x/menit
Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
R : 19 x/menit
AFF infus, pasien di bolehkan pulang
S : 36,6ºC
Terapi oral :
Cefadroxil tab 2x1
Asam mefenamat 3x1
Control poli KIA tanggal 29 januari 2018
Perdarahan uterus abnormal merupakan gejala yang paling sering muncul pada
hiperplasia endometrium. Efek estrogen yang tidak terlawan dari penggunaan eksogen
atau siklus anovulatori menghasilkan hyperplasia endometrium dengan perdarahan
yang banyak. Pasien yang lebih muda pada usia produktif biasanya muncul hiperplasia
endometrium sekunder akibat Polycystic Ovarian Syndrome (POCS).
Pada pemeriksaan fisik secara generalisata dan ginekologi pada pasien didapatkan masih dalam batas
normal karena telah dilakukan kuretase dan kondisi ibu stabil. Dari anamnesis gejala ini sesuai
dengan tinjauan pustaka yang mengarah pada suatu hiperplasia endometrium diperkuat dengan
telah dilakukannya kuretase atas indikasi hiperplasia endometrium. Hasil USG pada pasien ini
ditemukan massa hipoechoic diameter 2,25 cm.
Di tinjau dari kondisi pasien yaitu dengan multipara dan riwayat terapi knservatif
yang tak membaik, tindakan ini juga bermanfaat agar pasien tidak mengeluhkan
gejala & tidak memiliki anak lagi.