Dept. Rumah Tangga – Konfrens DKI Jakarta Sekitarnya Alkitab menjelaskan bahwa, pernikahan adalah ide Allah sejak mula pertama sejarah manusia.
Ketika Dia menciptakan Adam dan Hawa pada hari
Pendahuluan yang keenam di masa penciptaan, Dia menempatkan mereka seketika itu juga ke dalam hubungan satu sama lain sebagai suami dan istri.
Allah bermaksud agar pernikahan itu akan menjadi
pola dari seluruh hubungan pernikahan di masa yang akan datang. Kejadian 2:24; Matius 19:5 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. • Rasul Paulus dalam pengajarannya kepada orang Kristen mula-mula mengajarkan bahwa pernikahan adalah hubungan istimewa yang diciptakan oleh Allah. • Ibrani 13:4 “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.” • Pernikahan menggambarkan hubungan yang paling dekat dan paling intim di antara seorang pria dan dan seorang wanita. Pernikahan Sebagai Pernyataan Sifat Perhubungan Allah • Pernikahan adalah refleksi dari keindahan hati Allah sendiri. • Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah kita menjadikan manusia menurut GAMBAR dan RUPA Kita, supaya mereka BERKUASA atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.“
• Perhubungan pernikahan ini menyoroti tentang pentingnya Allah
menempatkan keintiman, keharmonisan, dan keterkaitan dan menunjukkan bagaimana sifat perhubungan-Nya itu dipantulkan pada cinta, penyerahan diri dari dua individu yang menemukan sensasi dari kesatuan dan kebersamaan melalui kegembiraan dalam cinta pernikahan. Donald Messer: “An Conpiracy of Goodness” • “Allah adalah seorang Pencinta, seorang pengantin pria yang penuh gairah, yang melayani pengantin wanita dengan kerinduan dan daya tarik.” • Yohanes 15:15 “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu o segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” Di dalam membangun pernikahan, Allah yang bersifat kebenaran, telah merajut dan membentuk pola hubungan yang dilandasi oleh cinta dan keintiman, yang mempertemukan kebutuhan manusia akan kebersamaan dan persahabatan. Pernikahan Sebagai Perjalanan Menuju Keintiman
• Kejadian 2:24,25 “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.” • Dalam pelajaran ini kita dapati uraian dari cara Adam dan Hawa dibawa bersama ke dalam hubungan perjanjian. Tiga Kunci Pernyataan yang Membentuk Pandangan Tentang Pernikahan 1. Kebersamaan Keinginan dan Daya Tarik – “Sebab itu seorang laki- laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Kejadian 2:24. 2. Komitmen untuk Kebersamaan – Elemen ini adalah formasi pernikahan mencakup konsep mengenai penyatuan. Bahasa Ibrani untuk “Dipersatukan” dalam Kejadian 2:24 adalah “dabaq” “alat pertambahan pribadi yang kuat.” • Arti sebenarnya adalah “berpaut, menempel, berdekatan secara fisik, seperti korset melekat pada pinggang atau seperti kulit menempel pada daging dan daging menempel pada tulang.”Earl S, Kalland, Theological Wordbook of the Old Testamen, vol.3 (Chicago: Moody Press, 1981, hal. 15 Keintiman dan Persahabatan yang Setara • Membangun hubungan dalam pernikahan yaitu “basar chad” atau “menjadi satu daging”. Dengan satu daging berarti saling ketergantungan dan juga timbal baliknya di dalam seluruh bidang dalam kehidupan. Otto A. Piper, The Biblical View of Sex and Marriage (New York Charles Scribner & Sons, 1960, hlm.15,16
• Penggunaan masa satu daging baik di dalam Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru secara jelas menunjukkan adanya suatu kesatuan keintiman di dalam hubungan secara menyeluruh dari sang suami sebagai manusia seutuhnya dan juga sang istri sebagai manusia seutuhnya. Ada 7 Observasi pernyataan kata: “Satu Daging” Menurut John Bistow: 1. Bukan mengimplikasikan bahwa dua pribadi individu dimaksudkan untuk tampil menjadi satu dalam hal suami dan istri itu melakukan penyatuan untuk menjadi orang yang sempurna. 2. Menjadi satu daging bukan berarti pasangan yang menikah akan selalun menyetujui segala sesuatu, tetapi justru lebih memperkokoh perbedaan- perbedaan yang ada diantara mereka. 3. Menjadi satu daging mengimplikasikan adanya kelengkapan atau ikatan yang membawa akibat di dalam diri mereka untuk menjadi satu dalam peristiwa pengharapan mereka, kendali mereka, dan ambisi mereka. 4. Menjadi satu daging mengimplikasikan bahwa satu pasangan menjadi saling tanggap terhadap satu sama lain secara emosional, perasaan, dan kebahagiaan. 5. Menjadi satu daging akan dapat mengatur untuk menghindarkan pemikirasn bahwa pernikahan itu disusun atas superioritas di atas inferioritas atau 6. Menjadi satu daging itu adalah proses yang membutuhkan waktu dan pengalaman untuk mencapainya. 7. Menjadi satu daging mempunyai dimensi spiritual. Hal ini menggambarkan perhubungan mengenai Allah yang menciptakan dan memberkati dan Dia bermaksud untuk mempertahankan kehidupan berpasangan secara permanen seumur hidup. Pernikahan Sebagai Hubungan Perjanjian 1 Korintus 13:4-7 “Kasih itu sabar ; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” Loren Wade Memberikan Lima Pengaruh yang Kuat Dalam Perjanjian: 1. Pemilihan – sebuah konsep yang memenuhi orang yang berhubungan dengan sensasi KEKAGUMAN dan RASA SYUKUR dengan kerendahan hati karena sudah menjadi yang terpilih. 2. Kerinduan – menempatkan penekanan bukan pada individualitas tetapi pada PENERIMAAN satu sama lain. 3. Perpisahan – sebuah konsep yang menganjurkan KEAGUNAN dari sifat KETAATAN seorang kepada yang lain. Di sini tidak boleh ada tempat untuk para pesaing – hanya KOMITMEN sepenuhnya terhadap pasangan. 4. Pengetahuan – konsep yang menganjurkan dimensi yang saling berhubungan, sebuah pengetahuan mengenai pasangannya tidak hanya secara intelektualitasnya, tetapi secara apa yang dialaminya. 5. Kesetiaan – konsep yang mengemplikasikan kesetiaan yang diilhami dengan cinta dan juga KETEGUHAN. Satu cinta yang diangan-angankan akan menjadi cinta yang abadi. Menguatkan Pernikahan • Pekabaran Kristiani secara jelas menunjukkan bahwa Allah telah membuat hal pemulihan bagi keutuhan semua orang yang jatuh karena kekurangan idealisme dari kemuliaan-Nya. • Kristus berusaha memulihkan pernikahan kepada idealisme yang murni melalui KESATUAN, KESETARAAN, dan KEBERSAMAAN melalui Yesus Kristus. • Gereja sekarang ini dipanggil untuk meninggikan idealisme Allah bagi pernikahan dan pada saat yang sama, mengadakan rekonsiliasi, pengampunan, pemulihan komunitas yang mempertunjukkan pengertian dan pengasihan. Di sepanjang pernikahan, sebuah pasangan akan membentuk ikatan dan persekutuan afeksional (hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan keharmonisan) yang memiliki kapasitas untuk menciptakan IDENTITAS dan HUBUNGAN dengan seorang pasangan nikah – suatu “empati untuk orang lain,” atau dengan Allah yang mengadakan perjanjian, yang akan menuntun dan memberikan kekuasaan kepada mereka menuju pertumbuhan dan pemulihan. Nasihat Firman Tuhan: 1 Korintus 13:1-7
1. Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua Bahasa
manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. 2. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 3. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.” 4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 5. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 6. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 7. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Tuhan Memberkati