REMAJA – NAPOSO HKBP ZAITUN MORINI RESORT ZAITUN MORINI DIST. XXII RIAU
Sabtu, 18 Maret 2023
SIAPAKAH AKU?
(Matius 16: 13- 20)
Orang yang lebih dahulu dipengaruhi dengan apa yang mereka lihat. Semakin baik mereka mengenal anda semakin besar
kredibilitas anga di mata mereka dan semakin besar pula pengaruh anda, jika mereka menyukai apa yang mereka lihat.
Gaya hidup seseorang dapat menentukan cara hidup pergaulannya dengan orang lain. Bagaimana
seseorang itu bergaya, berekspresi, berkreatifitas dapat menentukan hubungannya dengan orang lain.
Dengan kata lain,pertama sekali orang dapat menilai pribadi kita adalah dengan melihat sosok, tubuh,
penampilan kita sendiri. Seperti ungkapan yang mengatakan “Pandangan pertama begitu menggoda,
selanjutnya terserah anda”. Melalui ungkapan ini, seseorang akan dapat dipengaruhi atau tergoda adalah
melalui apa yang mereka lihat dari pribadi kita. Penampilan adalah cermin hidup pribadi kita sendiri. Jika
demikian siapakah aku?. Apakah kehidupan saya adalah hanya sebuah drama? Yang selalu hidup dalam
kemunafikan? Apakah aku ini adalah aku yang sebenarnya? Hal inilah yang akan kita lihat dalam
pertemuan kita sekarang ini.
Hal yang demikian tidak jauh dari apa yang dikatakan Yesus kepada murid muridNya, siapakah Aku? Hal
ini diungkapkan karena sosok dan penampilan Yesus memang cermin bagi pribadiNya dan juga bagi
orang yang disekitarNya. Jika kita melihat gelar gelar Yesus, Yesus adalah Anak Allah, Yesus adalah
Kristus, Mesias, anak manusia. Kalau begitu, Yesus adalah juga sama seperti kita manusia. Ia juga
memulai kehidupanNya sebagai seorang bayi, dibesarkan dalam satu keluarga, ia juga makan, minum dan
Ia juga membutuhkan pertolongan yang di dapatNya dari pengalaman berdoa dan beribadah kepada
BapaNya yang di Sorga. Melalui ungkapan ini, sepertinya Yesus adalah sebuah teka teki bagi orang orang
yang dekat kepadaNya. Untuk membina kita dalam menemukan jawaban pertanyaan “Siapakah Yesus
sebenarnya?”. Maka perlu kita mendiskusikannya. Siapakah Yesus sebenarnya?
Bahan Diskusi
1. Sebelum kita mengenal pribadi Yesus sebenarnya, siapakah anda (aku) sebenarnya?
2. Sebutkan pelbagai citra yang muncul dalam diri anda ketika mendengar nama Yesus dari Nazaret.
Yang manakah paling anda sukai? Usulkan beberapa alasan mengapa demikian.
3. Dalam Yohanes 14: 9, kesan apa yang dapat saudara lihat dan bagaimana jika hal itu terjadi kepada
anda.
4. Bicarakanlah akibat akibat yang mungkin timbul seandainya Yesus menjadi manusia yang “dibuat
buat” dan bukan seorang manusia sejati.
5. Apabila keempat pertanyaan itu telah kita kuasai, sekarang menurut saudara siapakah Yesus
sebenarnya? Dan apa yang telah diperbuat Yesus dalam hidup saudara/keluarga?
Kesimpulan
Dalam setiap pribadi seseorang pasti memiliki sosok yang berbeda beda. Bagaimana supaya dia memiliki
gaya hidup, cara bicara lain dari pada yang lain, bagaimana supaya penglihatan orang lain terfokus pada
pribadinya sendiri, hal itulah yang masih sering terjadi dalam hidup kita. Namun hal itu dapat kita
lakukan karena memang demikianlah gambaran hidup kita, demikianlah gambaran keluarga kita. Dengan
demikian, tubuhmu, pribadimu adalah cermin hidupmu. Demikian juga halnya dengan penampilan Yesus,
hidupNya tidak mencolok dari yang lain. Yesus bukannya tidak mau mengikuti perkembangan zaman,
namun Dia selalu hidup menyesuaikan diri. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia
membaringkan aku ke air yang tenang; menyegarkan jiwaku (Mazmur 23: 1-).
SELAMAT BERDISKUSI
&
SELAMAT MENGENAL YESUS
Berangkat dari definisi istilah tersebut, pacaran selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bisa membangkitkan
hawa nafsu seperti berciuman, berpelukan, atau bermesra-mesraan. Oleh karena itu, Alkitab telah
mengingatkan bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus, sehingga remaja kristiani harus menjaga kekudusan
hidup, melakukan apa yang benar dan mulia, dan memikirkan hal-hal yang bijak.
Di dalam Alkitab, Tuhan memang tidak menetapkan secara jelas mengenai hal berpacaran. Akan tetapi,
firman Tuhan memberikan standarisasi hidup yang harus kita lakukan sebagai pemuda-pemudi Kristen
yang memiliki identitas Kristus, yaitu:
Melakukan yang benar, sebab tidak semua hal berguna bagi hidup kita (1 Korintus 6:12)
Masa remaja adalah masa yang indah. Mengapa dikatakan indah? Karena, pada masa-masa inilah seorang
remaja akan mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Secara biologis, remaja putri akan
mengalami haid, beberapa bagian tubuhnya mulai menonjol, dan lain sebagainya. Sedangkan, seorang
remaja putra akan mulai tumbuh jenggot dan jakun, suara yang lebih membesar, dan beberapa perubahan
lainnya. Pada masa ini juga, remaja akan mulai mengenal apa yang dinamakan cinta monyet. Apa itu
cinta monyet? Apa itu pacaran? Mengapa bisa suka kepada lawan jenis? Dan, pertanyaan-pertanyaan
lainnya.
Sepanjang Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai Wahyu, tidak pernah ditemukan tentang arti kata
“pacaran”, walaupun beberapa orang menyebut bahwa pacaran adalah sebuah proses sebelum menuju
atau memasuki jenjang pernikahan. Faktanya, Alkitab tidak pernah menuliskan tentang kata “pacaran”.
Namun, Alkitab menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang persahabatan. Dalam persahabatan, kita
bisa mengasihi dan bisa juga bersahabat dengan seorang pria atau wanita. Tidak jarang dari persahabatan
muncullah rasa suka, tertarik, dan menyayangi sahabat dengan lawan jenis.
Saudaraku, beberapa teman saya yang berasal dari agama seberang menganut paham bahwa pacaran itu
tidak diperkenankan. Ketika saya telusuri alasannya, menurut apa yang mereka yakini, pacaran membuka
pintu menuju dosa seksual. Ada logisnya. Namun, saya tidak sependapat dengan hal itu. Dengan
demikian, Renungan Harian Kristen yang saya tulis kali ini akan membahas mengenai mengapa orang
Kristen harus pacaran sebelum menikah.
Seperti yang sudah sering saya jelaskan, tujuan pernikahan adalah bekerja sama dengan pasangan hidup
kita untuk menyelenggarakan kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan. Pernikahan adalah salah satu
cara dari sekian banyak cara untuk menyenangkan hati Tuhan. Nah, hal ini membuat kita mengerti apa
yang sebenarnya harus kita lakukan sebelum memutuskan untuk menikah. Saya juga mau menekankan
bahwa pernikahan itu tidak wajib karena pernikahan hanya salah satu cara untuk menyenangkan hati
Tuhan. Jadi, menikah atau tidak menikah adalah panggilan Tuhan yang sama-sama kudus. Jika menikah
adalah panggilan Tuhan untuk Saudara, renungan ini sangat cocok untuk Saudara baca. Mari simak!
Hal terpenting yang harus dilakukan orang Kristen sebelum menikah adalah menjalin hubungan pranikah
dengan calon pasangan hidupnya. Hubungan pranikah ini sering kita sebut dengan istilah pacaran. Nah,
jika kita menghubungkan hal ini dengan pendapat beberapa teman saya yang berasal dari agama
seberang, kita akan menemukan sebuah kontradiksi. Menurut mereka, pacaran adalah suatu aktivitas yang
tidak kudus. Namun, saya berpendapat, pacaran adalah suatu aktivitas yang sangat kudus dan sangat
penting sebelum menikah. Mengapa?
PERTAMA. Melalui pacaran, kita bisa mengenal lebih dalam siapa sebenarnya calon pasangan
hidup kita.
Jadi, pacaran adalah masa yang sangat penting untuk mengeksplorasi karakter calon pasangan hidup kita.
Oleh karena itu, jangan pernah bermain-main ketika pacaran! Jangan pacaran jika tidak untuk menikah!
Selain itu, jangan sekali-kali tenggelam dengan euforia perasaan kita. Ketika kita menemukan adanya
tanda-tanda atau karakter yang buruk pada calon pasangan hidup kita, kita harus berani dengan tegas
untuk mengakhiri hubungan. Inilah pentingnya pacaran, jika calon pasangan hidup kita ternyata memiliki
sikap dan karakter yang buruk, kita bisa terhindar dari kesalahan dalam mengambil keputusan untuk
menikah dengannya.
KEDUA. Melalui pacaran, kita berlatih untuk beradaptasi dengan segala kekurangan yang
terdapat pada calon pasangan hidup kita.
Hal ini sangat penting karena semua orang memiliki kekurangannya masing-masing. Kita tidak mungkin
mendapatkan pasangan hidup yang sempurna. Tidak mungkin! Pasti ada kekurangan pada dirinya! Oleh
karena itu, pacaran adalah masa yang sangat penting untuk latihan beradaptasi dengan semua kekurangan
calon pasangan hidup kita.
KETIGA. Melalui pacaran, kita bisa membuktikan cinta kita yang murni kepada Tuhan dengan
menjaga kekudusan dari setiap aktivitas kita bersama calon pasangan hidup kita.
Pacaran adalah ajang untuk berlomba-lomba menampilkan kekudusan hidup kita. Kekudusan hidup kita
akan benar-benar teruji ketika pacaran. Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk
membuktikan apakah kehidupan kita benar-benar kudus sebelum menikah.