Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UAS

ETIKA KRISTEN

DI SUSUN OELH:

YAFET DEPPASAU’ (218213298)


KELAS : A

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA


FAKULTAK TEKNIK/ TEKNIK SIPIL
TAHUN AKADEMIK 2023
1. Jelaskan mengapa kebahagiaan merupakan tujuan dan nilai tertinggi bagi manusia
Kebahagiaan merupakan nilai terbaik dari semua nilai yang dikejar manusia.
Dua alasan mengapa tujuan terakhir adalah kebahagiaan. Yang pertama ialah ketika
manusia sudah tidak memerlukan apa-apa lagi karena hidup sudah mencapai
kepenuhan. Alasan kedua ialah bahwa kebahagian merupakan tujuan demi dirinya
sendiri, bukan demi tujuan yang lain.
Menurut Aristoteles kebahagian adalah sebuah aktualisasi diri yang ada dalam
diri kita. Maka dari itu yang harus diaktualisasi oleh manusia agar ia mengalami
kebahgiaan adalah rasio. Jadi manusia hanya dapat bahagia apabila ia tidak bersikap
pasif, dan harus aktif. Kebahagiaan merupakan tujuan terakhir manusia dan inti dari
kehidupan manusia. Sebab ketika manusia sudah bahagia maka tidak memerlukan
apa-apa lagi. Dan di lain sisi apabila seseorang sudah bahagia, tidak masuk akal
kenapa seseorang masih mencari-cari sesuatu yang lainnya lagi. Kebahagiaan seperti
itulah yang baik pada dirinya sendiri dan suatu kebahagiaan dikatakan bernilai apabila
demi dirinya sendiri bukan suatu nilai yang lebih tinggi lainnya .

2. Apakah artinya secara etis bila kita memahami manusia sebagai makhluk ciptaan
bahkan sebagai gambar Allah yang baik, tetapi yang jatuh ke dalam dosa, dan
kemudian dibenarkan di dalam Yesus Kristus dan dikuduskan melalui karya Roh
Kudus.
Manusia sebagai makhluk ciptaan bahkan sebagai gambar Allah yang baik
artinya adalah manusia diciptakan sehingga dapat mengenal dan mengasihi Pencipta-
Nya, karena memiliki akal budi dan kehendak bebas. Karena diciptakan Allah
menurut “gambar dan rupa Allah” (Kej 1:26-27) maka manusia adalah ciptaan Allah
yang istimewa, manusia merupakan milik Allah dan ketika manusia itu jatuh kedalan
dosa, maka Allah menyelamatkan ciptaan-Nya itu melalui pengorbana Yesus Kristus
di kayu salib, kemudian setelah manusia dibebaskan dari dosa Allah tetap menyatakan
kasih-Nya kepada manusia melalui penyertaan dan tuntunan Roh Kudus.
Manusia yang sejatinya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling baik
karena di ciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dimana manusia dapat secara
langsung berbicara dengan penciptanya. Namun karena keinginan manusia yang tak
terbatas yaitu ingin sama dengan Allah maka manusia pun memberontak dan jatuh ke
dalam dosa, sehingga hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya menjadi
rusak. Dengan demikian manusia tidak lagi memiliki hubungan dengan Allah dan
menjadikan manusia tidak dapat lagi melihat penciptanya. Tapi karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini dan betapa Allah mengasihi manusia sehingga Allah ingin
menyelamatkan manusia dari dosa yaitu melalui Yesus Kristus, Yesus Kristus yang
adalah Allah sendiri menjadi manusia yang seutuhnya dengan dimana Ia dilahirkan
dari rahim seorang manusia dan bahkan kelahiran-Nyapun tidak melalui sebuah
hubungan biologis layaknya manusia biasa. Kelahiran Yesus Kristus pun belum cukup
untuk menyelamatkan manusia yang telah masuk jurang dosa Ia bahkan harus
menderita, diolok-olok, bahkan Ia harus mati demi untuk menebus manusia dari dosa
dan pelanggarannya dan bangkit dari antara orang mati sebagai bentuk kembalinya
hubungan yang baik antara manusia dengan Allah yang dimana Yesus Kristuslah yang
sebagai pengantaranya.
Demikian lah Allah telah menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus
sehingga manusia harus menempatkan Yesus Kristus sebagai Tuhan ,teladan dan
tujuan atas seluruh kehidupan kita.
Menempatkan Kristus sebagai TUHAN atas seluruh kehidupan kita. Karena
itu, saudara-saudara , demikian kemurahan Allah aku nasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati.(Roma 12:1). Dimana seluruh
keberadaan kehidupan kita harus sepenuhnya kita serahkan sepada Yesus Kristus
sebagai cerminan akan manusia yang telah di bebaskan dari dosa.
Menempatkan Kristus sebagai Teladan. Sebagai umat Tuhan keteladanan
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat kita, kita senantiasa dituntut untuk terus
menampakkan identitas kita sebagai orang percaya melalui perbuatan kita, sikap kita
dan masih banyak lagi keteladanan Yesus Kristus yang harus terus kita nampakkan.
Menempatkan Kristus sebagai TUJUAN atas seluruh kehidupan kita. Manusia
harus menyadari bahwa akhir daripada kehidupan kita ada dua tujuan bagi manusia
yaitu hidup abadi dalam penderitaan atau kita hidup Kekal bersama Tuhan Allah di
tempat-Nya yang kudus. Tuhan telah menyelamat kita dan terus akan mengasihi kita
dalam setiap keberadaan kehidupan kita sebagai mana firman-Nya “Aku akan
memintah kepada Bapa, dan ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang
lain, supaya ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh kebenaran. Roh kudus
sendiri Ia adalah Allah.
3. Menurut kant tentang kecenderungan apakah suatu tindakan yang digerakkan oleh
rasa belas kasihan secara moral bernilai tinggi daripada tindakan berdasarkan
keinginan saya.Suatu tindakan yang digerakkan oleh belas kasihan menurut kant
adalah digerakkan oleh belas kasihan atau kasih sayang atau dalam bahasa kant
sendiri empati secara otomatis dianggap memiliki nilai moral yang lebih tinggi dari
pada tindakan ingin menjadi kaya. Bagi kant moralitas tidak tergantung pada emosi
kita. Ia berpendapat bahwa tindakan yang memiliki nilai moral yang unversal bukan
pada kecenderungan pribadi atau dorongan emosional. Sehingga dari penjelasan
diatas jelas bahwa tindakan yang digerakkan oleh belas kasihanlah yang bernilai
tinggi karena tindakan moral dan rasa kasihan bisa mempunyai batasan dan
sebaliknya bisa tanpa batasan untuk melakukannya, sedangkang keinginan saya lebih
cenderung kepada kepuasan diri semata bahkan bisa tercapai tanpa rasa kasihan
sekalipun dan cenderung tidak mengupayakan sesuatu lagi bila keinginnya sudah
tercapai.
4. Tanggapan pribadi terhadap narasi yang terdapat di lembar soal
Kebahagiaan dalam menjalani kehidupan ini baik secara individu maupun
dalam keluarga adalah dambaan setiap orang. Karena kebahagiaan adalah keinginan
setiap orang, maka manusia melakukan berbagai upaya untuk mencapainya bahkan
berusaha untuk terus menjaga kebahgiaan yang mungkin sudah berjalan selama ini.
Demikian pula yang terjadi pada keluarga pada narasi tersebut.
Berbicara tentang sebuah kebahagiaan mungkin sangat sulit untuk menyatukan
persepsi tentang defenisi kebahagiaan itu sendiri karena kebahagian menusia itu
sendiri tentu berbeda-beda antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Hal demikian yang dialami oleh keluarga tersebut dengan penilaian sebagian orang
mengatakan bahwa keluarga itu sangat bahagia dan sisi yang lain dengan berbagai
pertimbangan mungkin ada pula yang berpandangan lain dengan melihat dari banyak
sudut pandang penilaian apakah melalui penilaian terhapap sang ayah yang dimana ia
dianggap orang yang sangat berpengaruh dalam kampung tersebut yang tentu jika itu
digunakan dengan baik akan mampuh mengarahkan orang-orang yang ada di
sekitarnya untuk tidak menyimpang daripada kehendak Allah. Demikian halnya denga
sang ibu dan anak-anak seharusnaya mampu mempertahankan kebahagian itu di jalan
yang benar dengan terus memberkan masukan-masukkan yang abik terhadap
suaminya untuk tidak mengunakan ketenarannya dalam masyarakat untuk hal-hal
yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, yaitu sebagaimana kita ketahui si
ayah tersebut gemar berjudi sabung ayam dan ma pasilaga tedong.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak bisa pungkiri akan adanya tradisi-
tradisi yang berbeda dengan tempat yang lain, yang juga bisa menjadi sebuah
indentitas suatu daerah. Dalam masyarakat Toraja sendiri ada tradisi atau adat istiadat
dari nenek moyang yang masih terus terpelihara sampai sekarang ini, yaitu rambu
solo’dan rambu tuka’ dalam kondisi ini sebagian besar masyarakat memang
melakukannya atas dasar keharusan sebagai identitas strata sosial dan kesanggupan
masyarakat Toraja, dan sebagian juga melakukannya atas keterpaksaan akibat
pengaruh lingkungan yang mengharuskannya. Sehingga sama seperti keluarga dalam
narasi tersebut dimana keadaan yang semula dianggap sebagai keluarga yang bahagia
justru perlahan mulai hancur anak-anak mulai tidak bisa memenuhi harapan mereka
akibat pesta (nenek mereka)yang harus di upayakan sama dengan pesta-pesta pada
umumnya.
Berbicara tentang rambu solo’ sendiri yang berkaitan dengan soal narasi tidak
bisa terlepas dari berbagai keunikan-keunikan adat yang dilakukan, salah satunya
ialah sabung ayam ma pasilaga tedong dan lain sebagainya yang dimana penilaan saya
sendiri sudah tidak sejalan dengan apa yang sesunggunya dari leluhur kita dan terlebih
tidak sesuai dengan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang yang sudah
mempuyai keyakinan kepada Yesus Kristus. Dimana sabung ayam tidak hanya
sekedar sabung ayam tapi justru sudah mulai semakin menyimpang dari apa makna
sebenarnya dan membuat anak mudah salah pergaulan dengan kegiatan-kegiatan
seperti itu.
Sebagai harapan saya marilah kita mulai membiaskan hal-hal yang baik dalam
kehidupan kita bukan hanya sekedar membenarkan hal yang biasa kita lakukan,
karena ada hal yang kita lakukan secara berulang- ulang meskipun itu salah kita
anggap sebagi sebuah kebenaran sama seperti sabung ayam dan bentuk judi yang lain
yang dibalut dengan kata bahwa ini adalah adat-istiadat. Sama halnya yang saya amati
mengantar dan menjemput jenazah yang sering kali kita tidak menghiraukan
pengguna jalan yang lain dan bahkan di jam2 ibadah kita masih dengan begitu tidak
bersalah lewat dengan gas-gas motor sekencang-kencangnya. Ketika ini kita tidak
sadari secepatnya kelak akan menjadi asumsi bahwa ini adalah sebuah kebebaran
karena kita terus lakukan secara berulang-ulang.
Jadi kesimpulan dari tanggapan saya ialah marilah kita mengupayakan
kebahagiaan yang tidak hanya dinikmati di dunia ini tetapi bagaimana kita senantiasa
mengupayakan kebahagiaan bersama Yesus Kristus dengan terus menampakkan
segala perbuatan kita yang mencerminkan kita sebagai gambar dan rupah Allah
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

54Melintas Vol. 35, Tidak . 1, 2019Referensi :Congar, Yves. Tberlari. David Smith. Word dan

Roh . San Fransisko:Harper dan Baris, 1986.Dister, Nico Syukur. Teologi Sistematika 1

Yogyakarta: Kanisius, 2004.__________. Teologi Trinitas dalam Konteks Mistagogi .

Ydanyakarta: Kanisius,2012.Greshake, Gisbert. Mengimani Allah Tritunggal . Maumere:

Ledalero, 2003.Groenen, C. Kitab Suci Mengenai Roh Kudus dan Hubungannya dengan

Anda mungkin juga menyukai