Anda di halaman 1dari 3

Catatan Bag.

2
Pesan Dari Kitab Pengetahuan Alam Semesta Yang Dihimpun oleh Malaikat Jibril as.
Malaikat Jibril pada zaman kerasulan ditugaskan secara khusus sebagai penyampai wahyu, karena pada
dasarnya tugas malaikat Jibril adalah mencatat semua informasi yang sudah terjadi dari zaman awal
penciptaan hingga hari akhir.

Dunia penuh dengan system ketuhanan, dalam artian semua yang ada di dunia ini adalah system tuhan
yang sudah berjalan dari awal penciptaan hingga kiamat, dan tidak bisa diribuah dengan kekuatan
apapun kecuali kehendak tuhan itu sendiri.

Jika kita mau belajar akarnya, nilai-nilai ajaran setiap agama pada dasarnya itu sama. namun yang terjadi
sekarang Manusia lebih cenderung belajar perbedannya yang hasilnya lebih kearah perbandingan setiap
ajaran yang akhirnya menyimpulkan “agama sayalah yang ajarannya paling benar” hanya karena sebuah
tulisan yang dicatat manusia dengan bermacam-macam tafsirnya.

Ada yang mengatakan pada dasarnya ajaran Agama itu sama yaitu tunduk patuh dengan system yang
dibuat Tuhan. Kitab suci memanglah pedoman hidup dan kita diharuskan untuk membaca, mempelajari
dan memahaminya agar informasi ketuhanan bisa kita dapatkan dan pahami. disanalah kita akan
menemukan saripati dari kesempurnaan beragama dalam bentuk menjalankan tugas yang diberikan
oleh Tuhan sebagai bentuk rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya dengan golongan, bangsa, suku, ras
tau jenisnya sendiri, dalam artian bukan hanya kepada sesama manusia saja akan tetapi makhluk tuhan
lain seperti para malaikat, bangsa jin, hewan dan tumbuhan. Sudah keharusan kita perlakukan dengan
baik sesuai ketentuan dan hukum, yang paling penting tidak sembarangan. Ada pertimbangan-
pertimbangan menyeluruh dalam mengambil keputusan dalam bersikap.

Apa dari manusia yang paling bernilai dimata sang Pencipta? Ibadahnya? Kebaikannya? Atau kerja keras
nya? Itu semua tidak ada artinya, itu semua tidak bernilai jika tidak disertai dengan “ ketulusan” yaps
itulah nilai tertinggi seorang ciptaan dimata sang penciptanya, ketulusan inilah yang disebut
penghambaan.

Ketulusan jika diterapkan dalam peribadaan dinamakan ikhlas, tidak pamrih pahala, agar dimasukan ke
dalam surga atau agar dijauhkan dari neraka, tapi apakah salah jika berharap seperti itu? Tanyakan pada
diri kita sendiri, renungkan berdasarkan pemahaman pribadi secara maksimal, kesampingkan dulu
doktrin agama pada diri kita yang pernah kita dengar dari ceramah seorang kiai atau ustadz, yang
selama ini pernah kita dengar tentang pahala, kenikmatan surga atau perihnya siksaan neraka. Ketika
kita percaya bahwa semua yang yang berjalan dialam semesta ini terkhusus pada diri kita ini kehendak
Tuhan, atas dasar apa kita meminta imbalan atas tugas kita sebagai manusia yang diciptakan tuhan
didunia ini. Bukankah Allah mengatakan “aku tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada ku”. Jadi sudah jelas ibadah adalah tugas, dan tugas sudah seharusnya dikerjakan
tanpa ada pamrih apapun. Adapaun soal surga dan neraka itu adalah bentuk cintanya Allah kepada
hambanya manusia. Yuk kita bahas mengapada harus ada Surga dan Neraka.

Surga dan Neraka, mengapa keduanya dihadirkan dalam kepercayaan agama, kita tidak boleh lupa
dalam penciptaanaya manusia diciptakan terdiri dari 7 unsur susunan. yang terdiri dari 6 unsur halus,
dan 1 unsur kasar. Dari 6 unsur halus ini satu nunsur yang terkait dengan, keinginan, kesenangan,
ketakutan, kesdihan dan 1 unsur ini dinamakan nafsu.

Baik, nafsu ini senantiasa lebih cenderung kearah kesenangan duniawi, hal ini terkait pada 1 unsur kasar
manusia dalam bentuk fisik yaitu tubuah atau badan kita manusia. Tidak dipungkiri badan kita tidak akan
bisa berkembang atau tumbuh jika tidak dipengaruhi oleh nafsu. sebut saja nafsu lawwamah, nafsu
yang terhubung dengan otak kemudian kemulut, dorongan untuk kita berbicara, begitu juga dorongan
untuk makan atau minum. karena salah satu fugsi mulut untuk mengunyah makanan. Selain mulut nafsu
lawammah ini juga terhubung dengan kemaluan yang berhubungan dengan biologis manusia itu sendiri.
Kemudian ada nafsu amarah, nafsu ini terhubung diantaranya dengan darah, dengan tulang belakang,
parau-paru kemudian ke telinga sebagai pintunya. Ketika manusia terjadi perselisihan atau terjadi
ketidak kesepakatan dalam hal apapun, ketidak cocok dari apa yang didengarnya, itu akan di hantarkan
kedalam sisi lemah pada diri manusi yang kemudian terhubung dengan darah, tulang belakang dan paru-
paru. itu mengapa ketika kita marah aliran darah akan terasa lain, ada penegangan di bagian tulang
belakang, kemduian didada ada rasa seperti panas, itulah dorongan dari nafsu amarah, selain itu nafsu
amarah ini juga memiliki sisi baik yaitu mendorong untuk mendukung kita menggerakan roda
kehidupan, seperti berjuang, berusaha dalam memeneuhi kebutuhan hidup dan lain sebaginya. nafsu
sufiyah, terhubung dengan hidung, nafsu ini mendorong untuk manusia bangkit dari keterpurukan yang
diakibatkan dari nafsu amarah sekaligus melemahkan diri manusia itu sendiri dari keburukan yang
ditimbulkan dari nafsu amarah. Pada Nafsu lawwamah, amarah, sufiyah adalah nafsu yang bersifat
dualism dalam artian memiliki sisi kebikan juga sisi keburukan.

Karena Nafsu inilah manusia dituntuk untuk berjuang, berusaha dan belajar untuk mendorong Nafsu-
nafsu ini kearah kiri atau kebaikan. Ketika manusia masih dikuasi dualisme nafsu ini maka untuk
mendorong nafsu agar condong kerah kebaikan ini maka di ciptakannya sebuah alasan yang bisa
diterima oleh nafsu, mengapa manusia harus beribadah, berbuat baik, dan lain sebaginya. karena pada
dasarnya untuk selalu berbuat baik dan ketaatan dalam beribadah itu berat maka dengan kasih
sayangnya Allah dihadirkanlah sebuah imbalan atau hadiah yang di inginkan oleh nafsu agar manusia
termotifasi, yaitu imbalan kesenangan, kebahagiaan jauh dari penderitaan. Maka dari itulah di ciptakan
sumber itu semua yang di sebut Surga, yang digambarkan dengan penuh kesenangan didalamnya. Tapi
ingat kita tidak boleh terjebak sebab ketika masih terkait dengan istilah kesenangan artinya level ibadah
kita masih terkait dengan nafsu. kalau kita fikir lebih dalam, mengharapkan Surga sebagai balasan
bukankah itu keduniawian? Padahal ketika kita kembali kepada sang pencipta sifat keduniawian ini
harus suda kita ditinggalkan?

Neraka untuk apa neraka di hadirkan dalam kehidupan manusia. Ketika ingin mendorong nafsu yang
baik, maka nafsu yang buruk ini harus ditekan, dengan cara menghadirkan rasa ketakutan. Dan apa yang
menjadikan manusia itu takut, tentu saja siksaan, rasa sakit, perih, kesedihan dan itu semua di hadirkan
dalam bentuk Neraka dengan gambaran siksaan-siksaan yang sangat kejam.

Perjuangan manusia dalam mendorong nafsu yang baik dan menekan nafsu yang buruk yang nantinya
berimbas pada perilaku manusia itu sendiri, sosok lain akan hadir, yaitu Syetan, yang akan mendorong
manusia untuk mendorong nafsu yang buruk, akan tetapi Allah juga hadirkan sosok penjaga pada
manusia yang dapat membimbing, dan mengarahkan untuk manusia berjuang mendorong nafsu yang
baik.

Manusia didunia seperti sekolah tahap dasar, setelah ini masih harus ada pembelajaran setelahnya.
Surga bukan tujuan, itu hanya persinghan dalam kita menjalankan tugas sebagai hamba di kehidupan
selanjutnya. Neraka adalah tempat lain yang didalamnya hanya akan ada penyesalan dan rasa sakit
akibat penghianatan terhdap Tuhan.

Baik, mungkin itu saja sedikit pemaparan yang bisa disampaikan, ingat, selagi kita masih terpengaruh
dengan doktrin ajaran tertentu, maka kemampuan spiritualitas kita tidak akan pernah berkembang.

Anda mungkin juga menyukai