Hidup
LAKSITA JATI
Ilmu yang mengajarkan tata cara menghargai diri sendiri, dengan “laku” batin untuk mensucikan
raga dari nafsu angkara murka (amarah), nafsu mengejar kenikmatan (supiyah), dan nafsu serakah
(lauwamah). Pribadi membangun raga yang suci dengan menjadikan raga sebagai reservior nafsul
mutmainah. Agar supaya jika manusia mati, raganya dapat menyatu dengan “badan halus” atau ruhani
atau badan sukma.
Hakikat kesucian, “badan wadag” atau raga tidak boleh pisah dengan “badan halus”, karena raga
dan sukma menyatu (curigo manjing warongko) pada saat manusia lahir dari rahim ibu. Sebaliknya,
manusia yang berhasil menjadi kalifah Tuhan, selalu menjaga kesucian (bersih dari dosa), jika mati kelak
“badan wadag” akan luluh melebur ke dalam “badan halus” yang diliputi oleh kayu dhaim, atau Hyang
Hidup yang tetap ada dalam diri kita pribadi, maka dilambangkan dengan “warongko manjing curigo”.
Maksudnya, “badan wadag” melebur ke dalam “badan halus”. Pada saat manusia hidup di dunia
(mercapada), dilambangkan dengan “curigo manjing warongko”; maksudnya “badan halus” masih berada
di dalam “badan wadag”. Maka dari itu terdapat pribahasa sebagai berikut:
“Jasad pengikat budi, budi pengikat nafsu, nafsu pengikat karsa (kemauan), karsa
pengikat sukma, sukma pengikat rasa, rasa pengikat cipta, cipta pengikat
penguasa, penguasa pengikat Yang Maha Kuasa”.
Sebagai contoh :
Jasad jika mengalami kerusakan karena sakit atau celaka, maka tali pengikat budi menjadi putus.
Orang yang amat sangat menderita kesakitan tentu saja tidak akan bisa berpikir jernih lagi. Maka putuslah
tali budi sebagai pengikat nafsu. Maka orang yang sangat menderita kesakitan, hilanglah semua nafsu-
nafsunya; misalnya amarah, nafsu seks, dan nafsu makan. Jika tali nafsu sudah hilang atau putus, maka
untuk mempertahankan nyawanya, tinggal tersisa tali karsa atau kemauan. Hal ini, para pembaca dapat
menyaksikan sendiri, setiap orang yang menderita sakit parah, energi untuk bertahan hidup tinggalah
kemauan atau semangat untuk sembuh. Apabila karsa atau kemauan, dalam bentuk semangat untuk
sembuh sudah hilang, maka hilanglah tali pengikat sukma, akibatnya sukma terlepas dari “badan wadag”,
dengan kata lain orang tersebut mengalami kematian. Namun demikian, sukma masih mengikat rasa,
dalam artian sukma sebenarnya masih memiliki rasa, dalam bentuk rasa sukma yang berbeda dengan rasa
ragawi. Bagi penganut kejawen percaya dengan rasa sukma ini. Maka di dalam tradisi Jawa, tidak boleh
menyianyiakan jasad orang yang sudah meninggal. Karena dipercaya sukmanya yang sudah keluar dari
badan masih bisa merasakannya. Rasa yang dimiliki sukma ini, lebih lanjut dijelaskan karena sukma
masih berada di dalam dimensi bumi, belum melanjutkan “perjalanan” ke alam barzah atau alam ruh.
Rahsa atau rasa, merupakan hakikat Dzat (Yang Maha Kuasa) yang mewujud ke dalam diri
manusia. Dzat adalah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Kuasa, Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Urutan
dari yang tertinggi ke yang lebih rendah adalah sebagai berikut;
1. Dzat (Dzatullah) Tuhan Yang Maha Suci, meretas menjadi;
2. Kayu Dhaim (Kayyun) Energi Yang Hidup, meretas menjadi;
3. Cahya atau cahaya (Nurullah), meretas menjadi;
4. Rahsa atau rasa atau sir (Sirrullah), meretas menjadi ;
5. Sukma atau ruh (Ruhullah).
No 1 s/d no 5 adalah retasan dari Dzat, Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ruh bersifat abadi, cahaya bersifat
mandiri tanpa perlu bahan bakar. Ruh yang suci yang akan melanjutkan “perjalanannya” menuju ke
haribaan Tuhan, dan akan melewati alam ruh atau alam barzah, di mana suasana menjadi “jengjem jinem”
tak ada rasa lapar-haus, emosi, amarah, sakit, sedih, dsb. Sebelum masuk ke dimensi barzah, ruh
melepaskan tali rasa, kemudian ruh masuk ke dalam dimensi alam barzah menjadi hakikat cahaya tanpa
rasa, dan tanpa karsa. Yang ada hanyalah ketenangan sejati, manembah kepada gelombang Dzat, lebur
dening pangastuti.
KONSEP ARWAH PENASARAN
Sebaliknya ruh yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi, masih memiliki tali rasa,
misalnya rasa penasaran karena masih ada tanggungjawab di bumi yang belum terselesaikan, atau jalan
hidup, atau “hutang” yang belum terselesaikan, menyebabkan rasa penasaran. Oleh karena itu dalam
konsep Kejawen dipercaya adanya arwah penasaran, yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi.
Sehingga tak jarang masuk ke dalam raga orang lain yang masih hidup yang dijadikan sebagai media
komunikasi, karena kenyataan bahwa raganya sendiri telah rusak dan hancur. Itulah sebabnya mengapa di
dalam ajaran Kejawen terdapat tata cara “penyempurnaan” arwah (penasaran) tersebut.
JALAN SETAPAK MERAIH KESUCIAN
(Jihad/Perang Baratayudha/Perang Sabil)
Mati penasaran, kebalikan dari mati sempurna. Dalam kajian Kejawen, mati dalam puncak
kesempurnaan adalah mati moksa atau mosca atau mukswa. Yakni warangka (raga) manjing curigo (ruh).
Raga yang suci, adalah yang tunduk kepada kesucian Dzat yang terderivasi ke dalam ruh. Ruh suci/roh
kudus (ruhul kuddus) sebagai retasan dari hakikat Dzat, memiliki 20 sifat yang senada dengan 20 sifat
Dzat, misalnya kodrat, iradat, berkehendak, mandiri, abadi, dst. Sebaliknya, ruh yang tunduk kepada raga
hanya akan menjadi budak nafsu duniawi, sebagaimana sifat hakikat ragawi, yang akan hancur, tidak
abadi, dan destruktif. Menjadi raga yang nista, berbanding terbalik dengan gelombang Dzat Yang Maha
Suci. Oleh karena itu, menjadi tugas utama manusia, yakni memenangkan perang Baratayudha di
Padang Kurusetra, antara Pendawa (kebaikan yang lahir dari akal budi dan panca indera) dengan
musuhnya Kurawa (nafsu angkara murka). Perang inilah yang dimaksud pula dalam ajaran Islam sebagai
Jihad Fii Sabilillah, bukan perang antar agama, atau segala bentuk terorisme.
Adapun ajaran untuk menggapai kesucian diri, atau Jihad secara Kejawen, yakni mengendalikan
hawa nafsu, serta menjalankan budi (bebuden) yang luhur nilai kemanusiannya (habluminannas) yakni ;
rela (rilo), ikhlas (legowo), menerima/qonaah (narimo ing pandum), jujur dan benar (temen lan bener),
menjaga kesusilaan (trapsilo) dan jalan hidup yang mengutamakan budi yang luhur (lakutama). Adalah
pitutur sebagai pengingat-ingat agar supaya manusia selalu eling atau selalu mengingat Tuhan untuk
menjaga kesucian dirinya, seperti dalam falsafah Kejawen berikut ini :
“jagad bumi alam kabeh sumurupo marang badan, badan sumurupo marang budi, budi
sumurupo marang napsu, napsu sumurupo marang nyowo, nyowo sumurupo marang rahso, rahso
sumurupo marang cahyo, cahyo sumurupo marang atmo, atmo sumurupo marang ingsun, ingsun
jumeneng pribadi”
(jagad bumi seisinya pahamilah badan, badan pahamilah budi, budi pahamilah nafsu, nafsu
pahamilah nyawa, nyawa pahamilah karsa, karsa pahamilah rahsa, rahsa pahamilah cahya, cahya
pahamilah Yang Hidup, Yang Hidup pahamilah Aku, Aku berdiri sendiri (Dzat).
Artinya, bahwa manusia sebagai derivasi terakhir yang berasal dari Dzat Sang Pencipta harus
(wajib) memiliki kesadaran mikrokosmis dan makrokosmis yakni “sangkan paraning dumadi” serta
tunduk, patuh dan hormat (manembah) kepada Dzat Tuhan Pencipta jagad raya.
Selain kesadaran di atas, untuk menggapai kesucian manusia harus tetap berada di dalam koridor
yang merupakan “jalan tembus” menuju Yang Maha Kuasa. Adalah 7 perkara yang harus dicegah, yakni;
1. Jangan ceroboh, tetapi harus rajin sesuci.
2. Jangan mengumbar nafsu makan, tetapi makanlah jika sudah merasa lapar.
3. Jangan kebanyakan minum, tetapi minum lah jika sudah merasa haus.
4. Jangan gemar tidur, tetapi tidur lah jika sudah merasa kantuk.
5. Jangan banyak omong, tetapi bicara lah dengan melihat situasi dan kondisi.
6. Jangan mengumbar nafsu seks, kecuali jika sudah merasa sangat rindu.
7. Jangan selalu bersenang-senang hati dan hanya demi membuat senang orang-orang,
walaupun sedang memperoleh kesenangan, asal tidak meninggalkan duga kira.
Demikian pula, di dalam hidup ini jangan sampai kita terlibat dalam 8 perkara berikut;
1. Mengumbar hawa nafsu.
2. Mengumbar kesenangan.
3. Suka bermusuhan dan tindak aniaya.
4. Berulah yang meresahkan.
5. Tindakan nista.
6. Perbuatan dengki hati.
7. Bermalas-malas dalam berkarya dan bekerja.
8. Enggan menderita dan prihatin.
Sebab perbuatan yang jahat dan tingkah laku buruk hanya akan menjadi aral rintangan dalam meraih
rencana dan cita-cita, seperti digambarkan dalam rumus bahasa berikut ini;
1. Nistapapa; orang nista pasti mendapat kesusahan.
2. Dhustalara; orang pendusta pasti mendapat sakit lahir atau batin.
3. Dorasangsara; gemar bertikai pasti mendapat sengsara.
4. Niayapati; orang aniaya pasti mendapatkan kematian.
PERBUATAN, PASTI MENIMBULKAN “RESONANSI”
Demikian lah, sebab pada dasarnya perilaku hidup itu ibarat suara yang kita kumandang akan
menimbulkan gema, artinya apapun perbuatan kita kepada orang lain, sejatinya akan berbalik mengenai
diri kita sendiri. Jika perbuatan kita baik pada orang lain, maka akan menimbulkan “gema” berupa
kebaikan yang lebih besar yang akan kita dapatkan dari orang lainnya lagi. Hal ini dapat dipahami
sebagaimana dalam peribahasa;
Barang siapa menabur angin, akan menuai badai,
Siapa menanam, akan mengetam,
Barang siapa gemar menolong, akan selalu mendapatkan kemudahan,
Barang siapa gemar sedekah kepada yang susah, rejekinya akan menjadi lapang.
Orang pelit, pailit
Pemurah hati, mukti
PERILAKU TAPA BRATA
Idealnya, setiap orang sepanjang hidupnya dapat melaksanakan “tapa brata” atau mesu-budi, menahan
hawa nafsu, yg mempunyai kesamaan dengan hakikat puasa seperti di bawah ini;
1. Tapa/puasanya badan/raga; harus anoraga; rendah hati; gemar berbuat baik.
2. Tapa/puasanya hati; nerima apa adanya; qonaah; tak punya niat/prasangka buruk, tidak iri
hati.
3. Tapa/puasanya nafsu; ikhlas dan sabar dalam menerima musibah, serta memberi maaf kepada
orang lain.
4. Tapa/puasanya sukma; jujur.
5. Tapa/puasanya rahsa; mengerem sembarang kemauan, serta kuat prihatin dan menderita.
6. Tapa/puasanya cahya; eneng-ening; tirakat atau bertapa dalam keheningan, kebeningan, dan
kesucian.
7. Tapa/puasanya hidup (gesang); eling (selalu ingat/sadar makro-mikrokosmos) dan selalu
waspada dari segala perilaku buruk.
Selain itu, anggota badan (raga) juga memiliki tanggungjawab masing-masing sebagai wujud dari hakikat
puasa atau tapa brata ;
1. Tapa/puasanya netro/mata; mencegah tidur, dan menutup mata dari nafsu selalu ingin
memiliki/menguasai.
2. Tapa/puasanya karno/telinga; mencegah hawa nafsu, enggan mendengar yang tak ada
manfaatnya atau yang buruk-buruk.
3. Tapa/puasanya grono/hidung; mencegah sikap gemar membau, dan enggan “ngisap-isap”
keburukan orang lain.
4. Tapa/puasanya lisan/mulut; mencegah makan, dan tidak menggunjing keburukan orang lain.
5. Tapa/puasanya puruso/kemaluan; mencegah syahwat, tidak sembarangan
ngentot/rakit/ngewe/senggama/zina.
6. Tapa/puasanya asto/tangan; mencegah curi-mencuri, rampok, nyopet, korupsi, dan tidak suka
cengkiling; jail dan menyakiti orang lain.
7. Tapa/puasanya suku/kaki; mencegah langkah menuju perbuatan jahat, atau kegiatan negatif,
tetapi harus gemar berjalan sembari “semadi” yakni berjalan sebari eling lan waspodo.
Tapa/maladihening/mesu budi/puasa seperti di atas dapat diumpamakan dalam gaya bahasa personifikasi,
yang memiliki nilai falsafah yang sangat tinggi dan mendalam sbb;
“Katimbang turu, becik tangi. Katimbang tangi, becik melek. Katimbang melek, becik lungguh.
Katimbang lungguh, becik ngadeg. Katimbang ngadeg, becik lumakuo”.
(Daripada tidur lebih baik bangun. Daripada bangun lebih baik melek. Daripada melek lebih baik duduk.
Daripada duduk lebih baik berdiri. Daripada berdiri lebih baik melangkah lah)
Untuk meraih kesempurnaan dalam melaksanakan tata laku di atas, hendaknya setiap langkah kita selalu
eling dan waspada. Agar supaya setelah menjadi manusia pinunjul tidak menjadi sombong dan takabut,
sebaliknya justru harus disembunyikan semua kelebihan tersebut, dan tidak kentara oleh orang lain,
sehingga setiap jengkal kelemahan tidak memancing hinaan orang lain. Untuk itu manusia pinunjul harus;
1. Solahbawa, harga diri, perbuatan, harus selalu di jaga
2. Keluarnya ucapan harus dibuat yang mendinginkan, menyejukkan, dan menentramkan
lawan bicara
3. Raut wajah yang manis, penuh kelembutan dan kasih sayang.
Inilah sejatinya tata krama dalam ajaran Kejawen. Kesempurnaan dalam melaksanakan langkah-langkah
di atas, seyogyanya menimbang situasi dan kondisi, menimbang waktu dan tempat secara tepat, tidak
asal-asalan. Karena sekalipun “isi”nya berkualitas, tetapi bungkusnya jelek, maka “isi”nya menjadi tidak
berharga. Dengan kata lain, jangan mengabaikan (dugoprayoga) duga kira, bagaimana seharusnya yang
baik. Sebab sesempurnanya manusia tetap memiliki kekurangan atau kelemahan, sehingga manakala
kelemahan dan kekurangan tersebut diketahui orang lain tidak akan menjadi “batu sandungan”. Seperti
dalam ungkapan sebagai berikut;
1. Kusutnya pakaian; tertutup oleh derajat (harga diri) yang luhur.
2. Terpelesetnya lidah, tertutup oleh manisnya tutur kata.
3. Kecewanya warna, tertutup oleh budi pekerti.
4. Cacadnya raga, tertutup oleh air muka yang ramah.
5. Keterbatasan, tertutup oleh sabar dan bijaksana.
Oleh karena itu, meraih kesempurnaan dalam konteks ini diartikan kesempurnaan dalam melaksanakan
tapa brata. Kegagalan melaksanakan tapa brata, dapat membawa manusia kepada zaman “paniksaning
gesang” tidak lain adalah nerakanya dunia, seperti di bawah ini;
1. Zamannya kemelaratan, dimulai dari perilaku boros
2. Zamannya menderita aib, dimulai dari watak lupa terlena, tanpa awas.
3. Zamannya kebodohan, dimulai dari sikap malas dan enggan.
4. Zamannya angkara, dimulai dengan sikap mau menang sendiri
5. Zamannya sengsara, dimulai dari perilaku yang kacau.
6. Zamannya penyakit, diawali dari kenyang makan.
7. Zamannya kecelakaan, diawali dari perbuatan mencelakai orang lain.
Sebaliknya, “ganjaraning gesang” atau “surganya dunia”, lebih dari sekedar kemuliaan hidup itu sendiri,
yakni;
1. Zamannya keberuntungan, awalnya dari sikap hati-hati, tidak ceroboh.
2. Zamannya kabrajan, awalnya dari budi luhur dan belas kasih.
3. Zamannya keluhuran, awalnya dari giat andap asor, sopan santun.
4. Zamannya kebijaksanaan, awalnya dari telaten bibinau.
5. Zamannya kesaktian (kasekten), awalnya dari puruita dan tapabrata.
6. Zamannya karaharjan (ketentraman-keselamatan), awalnya dari eling dan waspada.
7. Zamannya kayuswan (umur panjang), awalnya sabar, qonaah, narimo, legowo, tapa.
SHALAT/SEMBAHYANG DHAIM
Sebagai tulisan penutup, Sabdalangit berusaha memaparkan garis besar TAPA BRATA, agar
supaya mudah diingat dan gampang dicerna bagi para pembaca yang masih awam tentang ajaran
Kejawen.
Selain dipaparkan di atas, sejalan dengan bertambahnya usia, seyogyanya hidup itu sembari
mencari ciptasasmita, “tuah” atau petunjuk yang tumbuh jiwa yang matang dan dari dalam lubuk budi
yang suci. Pada dasarnya, tumbuhnya budipekerti (bebuden) yang luhur, berasal dari tumbuhnya rasa
eling, tumbuhnya kebiasaan tapa, tumbuhnya sikap hati-hati, tumbuhnya “tidak punya rasa punya”,
tumbuhnya kesentausaan, tumbuhnya kesadaran diri pribadi, tumbuhnya “lapang dada”, tumbuhnya
ketenangan batin, tumbuhnya sikap manembah (tawadhu’). Pertumbuhan itu berkorelasi positif atau
sejalan dengan usia seseorang.
Akan tetapi, jika semakin lanjut usia seseorang akan tetapi perkembangannya berbanding
terbalik, mempunyai korelasi negatif, yakni justru memiliki tabiat dan karakter seperti anak kecil, ia
merupakan produk topobroto yang gagal. Untuk mencegahnya tidak lain harus selalu mencegah hawa
nafsu, serta mengupayakan dengan sungguh-sungguh untuk meraih kesempurnaan ilmu. Begitu
pentingnya hingga adalah “wewarah” yang juga merupakan nasehat yang hiperbolis, sbb;
“ageng-agenging dosa punika tiyang ulah ilmu makripat ingkang magel. Awit saking dereng kabuko ing
pambudi, dados boten superep ing suraosipun”
Bagi yang sudah lulus, dapat menerima semua ilmu, tentu akan menemui kemuliaan “sangkan
paran ing dumadi”. Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui Tuhannya, sesungguhnya dapat mengetahui
di dalam badanya sendiri. Siapa yang sungguh-sunggun mengetahui badannya sendiri, sesungguhnya
mengetahui Tuhannya. Artinya siapa yang mengetahui Tuhannya, ia lah yang mengetahui semua ilmu
kajaten (makrifat). Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui sejatinya badannya sendiri, ia lah yang dapat
mengetahui akan hidup jiwa raganya sendiri. Kita harus selalu ingat bahwa hidup ini tidak akan menemui
sejatinya “ajal”, sebab kematian hanyalah terkelupasnya isi dari kulit. “Isi” badan melepas “kulit” yang
telah rusak, kemudian “isi” bertugas melanjutkan perjalanan ke alam keabadian. Hanya raga yang suci
yang tidak akan rusak dan mampu menyertai perjalanan “isi”. Sebab raga yang suci, berada dalam
gelombang Dzat Illahi yang Maha Abadi.
Maka dari itu, jangan terputus dalam lautan “manembah” kepada Gusti Pangeran Ingkang
Sinembah. Agar supaya menggapai “peleburan” tertinggi, lebur dening pangastuti; yakni raga dan jiwa
melebur ke dalam Cahaya yang Suci; di sanalah manusia dan Dzat menyatu dalam irama yang sama;
yakni manunggaling kawulo gusti. Dengan sarana selalu mengosongkan panca indra, serta
menyeiramakan diri pada Sariraning Bathara, Dzat Yang Maha Agung, yang disebut sebagai
“PANGABEKTI INGKANG LANGGENG” (shalat dhaim) sujud, manembah (shalat) tanpa kenal waktu,
sambung-menyambung dalam irama nafas, selalu eling dan menyebut Dzat Yang serba Maha. Adalah
ungkapan;
“salat ngiras nyambut damel, lenggah sinambi lumampah, lumajeng salebeting kendel, ambisu
kaliyan wicanten, kesahan kaliyan tilem, tilem kaliyan melek.
(sembahyang sambil bekerja, duduk sambil berjalan, berjalan di dalam diam, membisu dengan
bicara, bepergian dengan tidur, tidur sembari melek).
Jika ajaran ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berkat Tuhan Yang Maha Wisesa, setiap orang
dapat meraih kesempurnaan Waluyo Jati, Paworing Kawulo Gusti, TIDAK TERGANTUNG APA
AGAMANYA.
Sabdalangit
5 Votes
Desember 12, 2008 SABDå
Kategori: WIRID LAKSITA JATI; Meraih Kasampurnan Hidup Kaitkata: Betal Jemur,
kasampurnan, kesempurnaan, Laksita, laksita jati, meraih kasampurnan, serat wirit laksita, Siti
Jenar, wirit
Suka
Be the first to like this post.
lare dusun
Desember 22nd, 2008 pukul 13:48
rahayu…
lhaaaa ini kangmas yang saya cari…
‘warangka manjing curiga’
senada dengan serat kekiyasanipun pangracutan Sultan Agung..
Kangmas, mungkin kangmas tahu tokoh2 spirit yang berhasil ” menggapai “peleburan”
tertinggi, lebur dening pangastuti; yakni raga dan jiwa melebur ke dalam Cahaya yang
Suci;”?? & Petilasanipun/pesareanipun??
Rate This
Balas
sabdalangit
Desember 22nd, 2008 pukul 20:06
Biarpun muksa tetapi tetap dibuat makam supaya bisa dijadikan pepunden (petilasan)
bagi semua anak turun dan semua masyarakat yg concern.
Rate This
Balas
Oleng
Desember 23rd, 2008 pukul 10:29
Ingkang sampun anggadahi detak ambabar “Sangkan paraning Dumadi dumugi RACUT”
ingkang dipun racik kanthi eco sanget. (maks Nyusss)
lan Nyuwun pangapunten ingkang Ageng, Amargi nembe saget sowan wonten
padepokanipun Mas Sabdolangit…
Priabadi kulo namung saget paring kirim donga dumateng Mas Sabdolangit mugi Tansah
pinayungan kalian payung agungipun gusti lan tansah pinaringan pepadang saha luput
saking bebaya donya saha saget unggul jurit kaliyan sesamineng gesang.
Mekaten atur Pribadi kulo paujutaning Oleng ingkang gesang wonteng sak lebeting
peceren.
Salam
Rahayu.
Rate This
Balas
roy
Februari 2nd, 2009 pukul 14:50
Rate This
Balas
edi Kristiawan
April 2nd, 2009 pukul 11:22
Luar Biasa..
kasampurinaning hurip…
Salam…
Rate This
Balas
Moses
April 28th, 2009 pukul 20:02
it dl mas,.makasi sblumnya
Rate This
Balas
sabdalangit
April 28th, 2009 pukul 21:31
Jawaban no 2 di : http://sabdalangit.wordpress.com/category/filsafat-pewayangan/wahyu-
dewa-wisnu/
Jawaban no 3 : manik itu intisari kehidupan, walaupun tiada tampak dan sulit dirasakan
namun fungsinya sangat vital.
Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat, bila ada kekurangan mohon dimaafkan dan
silahkan mengajukan pertanyaan selanjutnya.
Rahayu
1
0
Rate This
Balas
broto wiryono
Mei 26th, 2009 pukul 11:48
Dimas …
Di era kini apakah masih ada yang bisa meraih “mokswa”, atau itu sama dengan
“pangracutan”.
Rate This
Balas
sabdalangit
Mei 26th, 2009 pukul 13:24
Masih banyak Mas Broto, hanya saja kamoksan dilakukan setelah jasad dikubur
agar tidak “nganeh-anehi” dan mengagetkan orang zaman modern ini yang sok
kagetan dan gumunan. Itu semua sebagai kebijaksanaan dan kearifan untuk
menjaga kesan kelumrahan.
Rahayu
0
Rate This
Balas
mulyono
Agustus 4th, 2009 pukul 20:43
wasalam
Rate This
Balas
roedy
Januari 8th, 2010 pukul 09:19
mas sabda bagaimana caranya shalat daim itu sendiri ?? tolong di jabarkan yah.
trimakasih.
0
Rate This
Balas
SABDå
Januari 8th, 2010 pukul 19:20
salam karaharjan
Rate This
Balas
murid
Maret 3rd, 2010 pukul 08:46
Ki Sabda yth,
Dari 7 perkara yang harus dicegah salah satunya kurangi minum, minum jika haus. apa
tidak mengganggu metabolisme organ tubuh?
Belakangan ini para prktisi kesehatan modern justru menganjurkan minum air putih
dalam jumlah banyak sekaligus ketika bangun tidur, gunanya untuk membersihkan
saluran pencernaan. ibarat kita membersihkan pipa pembuangan, mesti dengan air yg
banyak dan kencang.
Saya mempraktekkannya dan memang setelah minum, maaf, kotoran lebih lancar
keluarnya. setelah itu perut terasa lega.
Rate This
Balas
SABDå
Maret 3rd, 2010 pukul 09:02
Murid Yth
Hidup ini penuh dengan keseimbangan. Segala sesuatu tanpa tahu dan menyadari
aturan main pun akan bekerja secera otomatis menata diri, mencari titik
kesimbangan, yang harmonis dan nyambung. Coba kita cermati satu persatu mana
ada GEJALA ALAMIAH yg tidak seimbang. Jika terdapat ketidakseimbangan,
hal itu merupakan ULAH MANUSIA sendiri.
Lapar dan haus adalah sinyal bahwa tubuh butuh sesuatu untuk survival, tentu
datangnya kebutuhan pada saat yg paling tepat di mana tubuh sudah betul-betul
membutuhkan asupan makanan dan cairan. Yang menganggu metabolisme jika
kita makan terus menerus, makan walau perut tidak lapar, minum walau tubuh
tidak merasa kehausan. Efeknya apa ? Zaman modern ini manusia kebanyakan
neko-neko, berbagai obat dan suplemen dibuat, makanan pengganti diproduksi.
Semua itu bukan bertujuan demi kesehatan melainkan DEMI MENDAPAT
UANG BANYAK.
Kini tata cara makan dan minum dibuat aturan baru sedemikian rupa, minum
sekenyang2nya setelah bangun tidur. Lalu menjalani diet ketat yg menyiksa
tubuh. Jelas hal itu tidak sejalan dengan HUKUM ALAM. alias melawan kodrat.
Apa hasilnya, adalah KETIDAKSEIMBANGAN BARU. Kalau saya umpamakan
GALI LOBANG TUTUP LOBANG. Maka yg paling tepat menjalani hidup
dengan cara SING PRASOJO. Tapi bukan berarti harus hidup serba kekurangan.
Yen sugih bondo, sugih ilmu, lan duwe kuwasa, ketiganya harus dimanfaatkan utk
kebaikan, kemakmuran, kesejahteraan, pepadhang bagi banyak orang. Semangat
org barat untuk Back to nature, kiranya bukan soal makanan saja, tetapi lebih
utama adalah pola hidup yang sesuai dengan hukum alam. Jaman dulu jarang
penyakit berat, karena manusia masih selaras dengan prinsip dan kodrat alam. jadi
tak perlu perut dicuci dgn menelan banyak-banyak air putih di pagi hari. Cara ini
tidak lumrah alias tdk sesuai kodrat manusia harus mblebeg banyu banyak2 di
pagi hari. Tentu ada efek negatifnya, hanya saja mungkin belum terdiagnosa atau
efek sampingnya dianggap masih bisa ditolerir dalam waktu dekat.
Rate This
Balas
eddy sujoko
Agustus 21st, 2010 pukul 23:30
Rate This
Balas
SABDå
Agustus 22nd, 2010 pukul 02:52
Rate This
Balas
asalam.salam waluyo kang sada langit. Mengenai tulisan diatas sama seperti pitutur dari
enyang ringgit. Dulu aku pernah di gembleng oleh beliu. belajar tentang ilmu jiwa
dengan mengartikan (Uatra). utawi (Barat).badan(selatan) sawiji (timur) timbul diisi
dengan arah angin (timur laut menuju barat daya. Timbul laku lampah. badan wis
didayani ning wongtua) (barat laut tenggara. badan wislandep pangucape. menuju
tenggara yaitu jiwa tenggangrasa.
Kemudian disambung dengan pelajaran ngaji diri.jasmani rohani sadulur papat kalima
wujud embok batin bapa batin ibu awa bapa adam yaisun sukma rasa sukma jati sejatine
ingsun.
Kemudian di sambung lagi dengan. Deng segedeng ibu agung pancar wengi deng
segedeng bapa agung raja dina dina pitu permohonan sang hiyang urip jabong guru
tulloh. kemudian sambung ke ila jumeneng isun iraha pangeran isun allah sipat isun
muhamad kang dadi cahya nur cahya allah adam muhamad rasul bumi allah adam
muhamad rasul banyu allah adam muhamad rasul geni allah adam muhamad rasul angin
Ya pangeran kula kulanyuwun di dadek kaken manusa sepenjaluk kula nyuwun bukti
kelawannyata.
Tulisan ini mengandung arti. Artinya yang kang sabda tulìs di atas. Aku mohon ma’ap
kalau ada kata kata kurang baik mak lum saya cuma wong dadakan bukan didikan.
Nyuwun dingampuro yakang mas. Jujur aku mengenyam sekolah cuma sampai SDN kls
3
Wasalam salam waluyojati
Rate This
Balas
soni sanjaya
April 20th, 2011 pukul 16:48
rahayu terima kasih pak atas tulisanya jujur aku sangat tertarik dengan kejawen walapun
aku bukan orang jawa asli..hatur nuhun mas\terimakasih..rahayu
Rate This
Balas
Moses
Mei 10th, 2011 pukul 19:05
Rate This
Balas
1 Trackbacks / Pingbacks
Laksita Jati: Meraih Kasampurnan Hidup « le gai savoir Agustus 4th, 2010 pukul 12:27
[...] Sabdalangit [...]
Rate This
Tinggalkan Balasan
Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *
Nama *
Email *
Situs web
« WIRIT MAKLUMAT JATI
MENGUNGKAP MISTERI TUHAN »
TOTAL PENGUNJUNG
o 1,363,821 Para Rawuh Dahat Kinurmatan
ISI HALAMAN
o ATUR SABDO PAMBAGYO
Misteri Kehidupan
Arwah Beramanat
Misteri Jenglot (Bathara Karang)
Reinkarnasi Atau Hukuman Tuhan ?
Naga Raksasa Di Langit Bengkulu
Rahasia Di Balik 40 Hari
Kunci Merubah “Kodrat”
o INFORMASI PENTING
“Bencana Spiritual Nusantara”
Misteri Di balik Bulan Sura
NPWP !!! Mudah & Gratis
Hubungan Leluhur & Kembalinya Kejayaan Nusantara
Negeri Penuh Teka-teki
Harta, Tahta, Wanita
o per-EMPU-an
TULISAN TERBARU
o MEDITASI CAKRA dan OLAH SEMEDI
o SECERCAH HARAPAN MERAPI
o Rasionalisasi Kejawen
o SUMPAH BUDAYA II
o MISTERI DI BALIK MERAPI
o UNDANGAN TERBUKA
PERIBAHASA JAWA
SANEPAN
TEMBUNG GARBA
o BUDAYA & SASTRA
SERAT JAKALODANG
SERAT SABDAJATI
SERAT SABDATAMA
o SEJARAH LELUHUR
Rasionalisasi Kejawen
o TANAMAN HERBAL
o Z. FAQ
ATUR KAUNINGAN
Para pembaca yang budiman, dengan senang hati, saya persilahkan memberikan
komentar, saran, penegasan, termasuk bila anda ingin menyampaikan pendapat yang
berbeda. Namun harapan saya, marilah kita bersama-sama menyingkirkan segala macam
adat istiadat buruk dalam berdiskusi dan pergaulan luas. Kita hilangkan kebiasaan mudah
terpancing emosi, kagetan dan gumunan, mudah menyalahkan orang lain dan
menganggap diri paling benar. Marilah kita bersama-sama membuka diri, berbekal hati
yang bersih, batin yang bening, kita belajar bersama di sini. Pada saat tertentu anda
menjadi guru bagi kami, namun di saat lain anda dapat belajar di sini dengan sajian
seadanya. Kita luruhkan sifat-sifat negatif, golek menange dewe, golek butuhe dewe, dan
golek benere dewe. Kita tetap solid bersatu di atas perbedaan, bersama-sama
menciptakan negeri yang tenteram, damai, aman dan sentosa. Kita junjung tradisi saling
asah asih dan asuh. Hamemayu hayuning bawana, sastra jendra hayuningrat
pangruwating diyu. Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti. Tak lupa saya haturkan
beribu terimakasih atas sumbang sih dan konstribusi anda para pembaca yang budiman di
gubuk sederhana ini. Tali persaudaraan adalah lebih utama. Salam sejati, salam sih
katresnan. Jayalah NKRI.
Visitors Flag
Arsip Bulan
Meta
o Daftar
o Masuk log
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com
Desember 2008
S S R K J S M
« Nov Jan »
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
HOT NEWS
o MEDITASI CAKRA dan OLAH SEMEDI
MEDITASI CAKRA dan OLAH SEMEDI Meditasi dibagi dalam dua alur besar.
Yakni meditasi mikorokosmos atau pemusatan konsentrasi pada jagad alit yakni
unsur-unsur yang ada dalam diri tubuh kita. Dan meditasi makrokosmos atau
meditasi jagad ageng. Meditasi cakra merupakan subsistem dari meditasi
mikrokosmos. By sabdalangit CAKRA DASAR, ROOT CHAKRA, Jayengdriyo,
Mu […]
Berikut ini saya upload pertanyaan dari para sedulur melalui email seputar
meditasi. Semoga jawaban yang saya berikan seadanya dan sebisanya, mendapat
tempat di hati para sedulur semuanya, dengan harapan sedikit memberi manfaat
untuk kebaikan kepada sesama titah gusti. Apa yang dimaksud meditasi ringan ?
Jawab : meditasi ringan sama halnya dengan konsentrasi […]
Berusaha memaknai laku prihatin secara tepat, yang selama ini banyak orang
telah salah kaprah dalam memaknai dan memahaminya. MAKNA PRIHATIN by
sabdalangit Untuk memudahkan pemahaman, prihatin saya akronimkan sebagai
kepanjangan dari rasa perih ing sajroning batin. Perih di dalam batin karena
seseorang tidak lagi bergumul dalam kenikmatan jasad mengumbar naf […]
o Rasionalisasi Kejawen
o SUMPAH BUDAYA II
o UNDANGAN TERBUKA
ASTROLOGI JAWA
o Mencari Weton Anda 0
BLOG Bonafit
o Faisal Saleh (Info Lowongan PNS) 0
o Ki Ngabehi KM Herdjuno 0
o KwekLina’s Imagination 0
o Nurdayat 0
o Padepokan Gantharwa 0
o RatanaKumaro 0
o SABDALANGIT.COM 0
o Rumah Sanjiwani 0
o YANGKUNG 0
GUDANG ILMU
o AlangAlangKumitir 0
o SABDALANGIT.COM 0
o WONGALUS 0
HAKEKAT-MAKRIFAT
o Ilmu Hakekat-Makrifat 0
o Islam Abangan 0
o Islam Instropeksi 0
o Kang Sumego 0
o Mazadjie Al Gurandil 0
o Memahami Sufi 0
o Pengembarajiwa 0
o Qarrobin 0
o Quantum Ilahi 0
o Sufi Muda 0
INTERMEZO
o Budaya Jawa Penyejuk Hati 0
o Celetukan Segar 0
o Kangboed 0
o Krishnabalagita 0
o KULINER JOGJA 0
o Mas8Nur 0
o Mistis 0
o Sebuah Kontemplasi 0
o SUKOLARAS 0
KABUDAYAN JAWA
o BELAJAR HURUF JAWA 0
o DBO911 0
o Joyokusumo 0
o Kang Suket 0
o Kang Tono 0
o KanjengRatuKidul 0
o Kraton Jogja 0
o KULINER JOGJA 0
o Padepokan Mangundirjo 0
o Penjawi 0
o Pernikahan Adat 0
o Siti Jenang 0
o SABDALANGIT.COM 0
GEO CLOCK
widget
Sabdalangit
RUWATAN MASSAL
Follow me on Vodpod
Translator
HITS
free counter
Klik Tertinggi
o nurahmad.wordpress.com
o bhinnekatunggalika.org/do…
o bausastra.com
o sabda17.blog.plasa.com
o id.wordpress.com/tag/pusa…
o addthis.com/bookmark.php?…
o id.wordpress.com/tag/cont…
o sabdalangit.files.wordpre…
o id.wordpress.com/tag/cont…
o id.wordpress.com/tag/bina…
o pemegangpetir.blogspot.co…
o alangalangkumitir.wordpre…
Spam Blocked
2.340 spam comments