PRIHATIN”
Berusaha memaknai laku prihatin secara tepat,
yang selama ini banyak orang telah salah kaprah
dalam memaknai dan memahaminya.
Untuk memudahkan pemahaman, prihatin saya akronimkan sebagai kepanjangan dari rasa perih
ing sajroning batin. Perih di dalam batin karena seseorang tidak lagi bergumul dalam
kenikmatan jasad mengumbar nafsu-nafsu ragawinya. Sebaliknya meredam atau mengendalikan
nafsu-nafsu tersebut agar berfungsi secara alamiah dan proporsional, yakni sekedar sebagai alat
mempertahankan kelangsungan hidup (survival), bukan untuk mengumbar segala keinginan
ragawi yang erat dengan kenikmatan. Pengendalian atas nafsu-nafsu sebagai bentuk sikap
mengikuti kareping rahsa (sejati). Sementara itu sikap mengumbar hawa nafsu merupakan
perilaku menuruti segala macam kemauan dan keinginan panca indera tanpa mempertimbangkan
apa yang menjadi hak-hak dan kewajiban diri pribadinya maupun orang lain. Saya gambarkan
sebagai sikap mengikuti rahsaning karep (mengumbar napsu hawa).
Nafsu tak perlu dimatikan, hanya butuh pengendalian diri atau sikap mengekang hawa nafsu.
Jika belum terbiasa konsekuensinya akan menimbulkan efek perasaan yang tidak nikmat karena
pupusnya kesenangan ragawi yang selalu didambakan jasad. Hal inilah yang membuat
kekecewaan dan akhirnya menimbulkan efek “kepedihan atau kepahitan” yang dirasakannya.
Sebaliknya, mengumbar hawa nafsu, akan mendapatkan kesenangan dan kenikmatan (bersifat
semu) yang tiada taranya. Namun kesenangan itu hanya sebatas “kulit” atau kesenangan imitasi
yang tak ada limitnya. Bagai meneguk air laut, semakin banyak diminum, semakin terasa haus.
Untuk lebih jelasnya para pembaca silahkan membuka kembali posting saya terdahulu tentang
“Di manakah level Anda” di mana saya gambarkan proses perjalanan kesadaran manusia.
Itulah gambaran dari rahsaning karep, wujud konkritnya hanya berupa “kesenangan” yang
bersifat imitasi saja. Sebaliknya, kareping rahsa (sejati) sekalipun terasa pahit hanyalah pada
level “kulit”nya saja. Bagi orang yang memahami hakekat kehidupan, di balik penderitaan dan
kepahitan itu sungguh menyimpan sejuta kebahagiaan. Hanya saja sedikit orang yang benar-
benar tahu dan mau membuktikan “postulat” ini. Karep maksudnya adalah keinginan nafsu
sering dikiaskan pula sebagai “godaan setan yang terkutuk”. Godaan bisa berasal dari luar diri,
yang diserap oleh panca indera, yakni; pori-pori kulit sebagai efek rangsangan akibat adanya
persentuhan dengan lawan jenis dsb. Bisa pula melalui rangsangan mata, telinga, penciuman, dan
indera pencicip mulut sebagai gerbang kerakusan perut. Mulut juga bisa berperan sebagai
pengobral kata-kata hasutan, penebar kalimat kebencian dan permusuhan. Dalam cerita
pewayangan, panca indera dilukiskan ke dalam simbol-simbol Pendawa Lima. Jika tepat
memanajemen akan memproduksi output yang sangat positif dan konstruktif, sebaliknya
menimbulkan output yang sangat negatif, merusak, destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain
dan lingkungan alamnya.
Perlu saya garis bawahi bahwa laku prihatin sangat berbeda dengan penderitaan. Penderitaan
merupakan keadaan tidak menyenangkan, yang menyiksa secara lahir atau pun batin. Namun
tidak semua penderitaan adalah bentuk laku prihatin. Untuk menilai apakah suatu keadaan
termasuk kategori laku prihatin ataukah bukan, Anda bisa mencermati faktor penyebabnya.
Selain itu suatu penderitaan termasuk laku prihatin atau bukan, sangat tergantung cara masing-
masing individu dalam mengambil sikap.
Pertama, perilaku dan sikap yang tabah, sabar, tulus, bijaksana dan arif. Tipikal pribadi
demikian ini mempunyai level kesadaran yang bermanfaat sebagai pengendalian nafsu.
Kemerdekaan lahir dan batin yang terbesar manusia justru pada saat mana ia bisa meredam,
menahan, atau mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Inilah sifat arif dan bijaksana, yang
merubah penderitaan menjadi bentuk “laku prihatin”. Bahkan dalam tataran kesadaran spiritual
yang lebih tinggi, seseorang akan menganggap penderitaannya sebagai jalan “penebusan dosa”
atau “menjalani sanksi” (eksekusi pidana) atas kesalahan yang sadar atau tidak telah dilakukan
di waktu yang telah lalu. Dalam tradisi Jawa-isme, menjalani penderitaan (musibah, bencana,
sakit, kesulitan dll) dengan sikap sabar, tulus, dan tabah, sepadan dengan makna karma-yoga
atau kesadaran diri untuk melakukan penebusan atas kesalahan yang pernah dilakukan.
Kedua, sikap yang keduwung nepsu. Atau dikuasai oleh nafsunya sendiri manakala tengah
mengalami suatu penderitaan. Misalnya sikap emosional yang berlebihan; bersedih terlalu
berlarut-larut, kalap, putus asa, selalu menggerutu dan grenengan, selalu mencari-cari kesalahan
pada pihak-pihak lain, serta tak mau melakukan instropeksi diri.
Mengapa nafsu tak perlu dilenyapkan? Karena melenyapkan atau menghilangkan nafsu
samasekali justru merupakan tindakan melawan kodrat alam. Coba Anda bayangkan jika
nafsu dimusnahkan, pasti kehidupan manusia akan segera punah dari muka bumi dalam waktu
100 tahun ke depan. Karena nafsu itu ada, karena menjadi alat untuk bertahan hidup, regenerasi,
serta melangsungkan kehidupan. Sebaliknya, memanfaatkan nafsu secara berlebihan atau tak
terkendali sama halnya dengan melakukan bunuh diri dan membunuh kehidupan lainnya secara
perlahan namun pasti. Nafsu adalah anugrah Tuhan, berkah alam semesta juga. Nafsu hanya
perlu dimanfaatkan sebagaimana mestinya sesuai kodrat alam. Jika digunakan secara arif dan
bijak akan menghasilkan kebaikan pula. Bukankah semua manusia lahir ke bumi berkat “jasa
baik” sang nafsu juga. Sebab itu, nafsu tidak perlu dimusnahkan atau dilenyapkan dari dalam
jagad alit diri manusia. Pengendalian nafsu bertujuan supaya seseorang berpegang pada prinsip
nuruti kareping rahsa. Bukan sebaliknya nuruti rasaning karep. Sampai disini, alasan utama
mengapa seseorang perlu menjalani laku prihatin, tidak lain untuk menggapai kesadaran
lebih tinggi dalam memaknai apa sejatinya hidup di dunia ini. Pada gilirannya, kesadaran
tersebut dapat menjadi sarana utama untuk menggapai kualitas hidup yang lebih tinggi.
Secara spiritual, laku prihatin mempunyai energi yang memancar ke segala penjuru. Energi yang
timbul dari dalam diri (jagad kecil) yang selaras dan harmonis dengan hukum alam (jagad
besar). Keselarasan dan sinergi di antara keduanya inilah yang akan menempatkan seorang
penghayat laku prihatin dalam jalur hidup yang penuh dengan anugrah dan berkah alam semesta.
Menjalani laku prihatin pada prinsipnya adalah perbuatan sengaja untuk mengendalikan
nafsu negatif yang bersumber dari kelima indera yang dengan instrumen hati sebagai terminal
nafsu tersebut (tapa brata dan tarak brata). Kita semua tahu, bahwa pemenuhan nafsu negatif
memiliki daya tarik yang luar biasa karena di dalamnya menyimpan segudang kenikmatan.
Kenikmatannya sungguh dahsyat dan menggiurkan, namun bersifat semu atau imitasi. Anda bisa
juga menyebutnya sebagai kenikmatan palsu, di mana kenikmatannya bersifat tidak langgeng,
dan cenderung merusak. Tak ada kepuasan, dan setiap saat minta dituruti kemauannya tanpa
kenal waktu. Setiap hari tuntutan nafsu akan semakin bertambah kompleks dan semakin variatif.
Artinya, tingkat kepuasan nafsu hanyalah sementara saja. Apabila nafsu berubah menjadi liar
maka karakternya menjadi negatif dan destruktif. Sebagai konsekuensinya, bagi yang belum
terbiasa menjalani laku prihatin, ia akan merasakan “kepedihan” dan “kehausan” dalam hati.
Bagaikan minum air garam, semakin banyak minum Anda akan semakin merasa haus. Itulah
karakter nafsu negatif. Paling prinsip menjalani laku prihatin, adalah berupa PENGUASAAN
dan DOMINASI “kerajaan batin” terhadap “kerajaan jasad” yang berpusat di dalam gejolak
nafsu.
Dari pembahasan ini dapat diambil intisari bahwa menjalani keprihatinan (laku prihatin) sama
sekali TIDAK IDENTIK dengan perilaku yang gemar hidup dalam penderitaan,
kesengsaraan dan serba kekurangan. TIDAK IDENTIK pula dengan perilaku serba
membatasi diri untuk menghindari gaya hidup yang serba kecukupan lahir dan batin. Bukankah
kita semua tidak ingin menjadi “pengemis” atau menjadi orang “peminta-minta” yang telapak-
tangannya selalu menengadah?!
Untuk menghindari cara hidup seperti itu, kita mesti memegang prinsip bahwa setiap saat
“kerajaan batin” harus mampu ngemong atau mengasuh “kerajaan jasad” agar tidak nyelonong
ke arah yang negatif. Dengan begitu terbangun pola keseimbangan antara “kerajaan batin”
dengan “kerajaan lahir”. Dalam implementasi perbuatan, dapat dilihat ketika SIKAP
seseorang menjalani hidup ini secara tidak berlebih-lebihan, maksudnya memenuhi segala
keinginannya melebihi apa yang ia butuhkan. Idealnya, hidup ini dijalani dengan sikap
sakmadyaning gesang ; artinya proporsional, selaras, dengan apa yang benar-benar menjadi
kebutuhan hidup. Prinsip keseimbangan tersirat dalam sebuah tamsil “ngono ya ngono ning aja
ngono”. Untuk itu sering kita diingatkan agar supaya menjalani hidup secara proporsional, tetap
berada dalam batas toleransi untuk melakukan sesuatu hal, asal tidak kebablasan, atau
melampaui batas nilai kepantasan, nilai kebutuhan, dan melebihi batas nilai kewajaran (norak).
Kemewahan hidup bukan lantas berarti seseorang tidak menjalani “laku prihatin”. Namun hidup
bermewah-mewahan konotasinya adalah hidup berlebih-lebihan (melebihi apa yang menjadi
kebutuhan), dan makna ini yang termasuk tidak menjalani “laku prihatin”. Misalnya seorang
pengusaha, membeli mobil berjumlah 10 unit dengan berbagai tipe dan mahal harganya untuk
menjelajah medan yang berbeda-beda, atau untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaannya. Ini bukan termasuk pola hidup berlebihan dan bermewah-mewah. Lain halnya,
keluarga kecil yang terdiri hanya 3 orang anggota keluarga, membeli kendaraan mewah hingga 4
unit atau lebih, melebihi apa yang dibutuhkan untuk operasional sehari-hari. Ini termasuk hidup
berlebihan dan bermewah-mewah. Walaupun hal itu menjadi hak setiap orang untuk
melakukannya, namun dampak negatif ada pada dirinya sendiri. Kembali kepada diri sendiri.
Berikut di bawah ini, saya kemukakan beberapa contoh teknis mengidentifikasi apakah suatu
penderitaan merupakan bentuk keprihatinan atau bukan. Jika bukan, penderitaan itu bisa jadi
merupakan hukuman atau akibat dari sebab pernah melakukan kesalahan kepada orang lain.
Maka dari itu kita bisa melihat apa faktor penyebab seseorang mengalami penderitaan.
Suatu keadaan menderita BUKAN termasuk dalam kategori LAKU PRIHATIN, apabila
keadaan itu akibat dari ulah perbuatannya sendiri. Misalnya sebagai berikut;
Contoh-contoh di atas lebih berupa hukuman atau karma (karma-pala). Yakni akibat ulah dirinya
sendiri yang menimbulkan dampak berlangsungnya hukum sebab-akibat. Siapa menanam, akan
mengetam. Meskipun demikian, orang yang terkena karma atau terkena eksekusi dari mekanisme
hukum alam, jika dapat menjalani semua penderitaan itu dengan PENUH KESADARAN untuk
menerima dan instropeksi diri akan kesalahannya selama ini, sikap demikian justru akan
mempercepat selesainya “masa hukuman”. Paling tidak, kemungkinan masih ada waktu untuk
mengoreksi kesalahan lalu memperbaiki pada sisa-sisa waktu yang masih ada. Sikap demikian
termasuk laku prihatin level bawah. Caranya adalah menjalani masa-masa “hukuman” dengan
sikap menerima, sabar, ikhlas, tidak menggerutu. Lebih ideal jika kita melakukan evaluasi diri
apakah kira-kira kesalahan yang kita lakukan baik yang kita sadari maupun yang tidak disadari
selama menjalani kehidupan ini. Setelah itu, berusaha mengoreksi kesalahan-kealahan selama
ini, yakni dengan menjalani kehidupan dengan prinsip yang lebih ideal dibanding waktu masa
lalu.
Lalu…manakah yang disebut laku prihatin ? Baiklah, di bawah ini saya fokuskan pembahasan
soal apa saja perbuatan yang termasuk kategori LAKU PRIHATIN. Termasuk pembahasan
beberapa scope atau lingkup/cakupan laku prihatin yang menentukan level-level kualitasnya.
LAKU bermakna bahwa perbuatan yang tidak disengaja maupun disengaja atau direncanakan
secara sadar untuk mengoptimalkan kekuasaan “kerajaan batin” atas “kerajaan jasad” kita
sendiri.
Dilihat dari faktor penyebabnya, laku prihatin dapat dibagi menjadi dua kategori. Yakni laku
prihatin disengaja, dan laku prihatin tidak disengaja ; by sabdalangit
Suatu keadaan di mana seseorang terpaksa mengalami suatu penderitaan yang disebabkan bukan
oleh akibat langsung dari ulah dirinya sendiri. Keprihatinan tak sengaja ini disebabkan oleh ulah
orang lain. Seseorang mengalami keprihatinan karena menjadi obyek penderita saja. Dengan
kata lain keprihatinan timbul sebagai akibat atas situasi dan kondisi keadaan di sekeliling kita,
misalnya ulah orang lain yang bertindak ceroboh, maupun ada unsur sengaja ingin mencelakai
diri kita. Misalnya ulah para koruptor yang menggasak kekayaan negara mengakibatkan
kesengsaraan rakyat yang tak kunjung usai. Atau ulah teroris yang meledakkan bom, sehingga
membunuh salah satu anggota keluarga yang menopang nafkah bagi seluruh keluarganya.
Akibatnya adalah timbulnya kesulitan hidup bagi anggota keluarga yang dinafkahi korban yang
telah mati. Anggota keluarga yang ditinggalkan, hidup dalam suasana penuh keprihatinan.
Keprihatinan tak sengaja, di dalamnya termasuk keprihatinan sebagai akibat dari force major
atau kejadian yang tak terelakkan seperti musibah dan bencana alam. Penderitaan yang dialami
sebagai ekses atau akibat buruk atas kejadian di luar diri yang menimpanya. Namun demikian
penderitaan yang menimpa diri kita tidak secara otomatis menjadi ajang untuk menjalani (laku)
prihatin. Semua masih tergantung pada cara kita merespon atau menyikapinya. Apabila
diri kita tetap banyak-banyak mensyukuri sisa-sisa nikmat dan anugrah yang ada, serta tidak
ngedumel atau menggerutu (grenengan), atau selalu mengeluh. Sebaliknya justru dijalani dengan
benteng kekuatan terakhir yakni kesabaran dan ketulusan, tetap kuat dan semangat berusaha
dengan gigih, sekuat tenaga dan pikiran untuk meneruskan hidup, maka penderitaan yang
dialami itu barulah akan berubah menjadi “laku” prihatin.
Sia-sia kah kesabaran, ketulusan, dan sikap gigih berusaha yang Anda lakukan ? Tentu
saja tidak ada yang sia-sia. Dalam kurun waktu tertentu, cepat atau lambat, apa yang Anda
lakukan akan membuahkan hasil yang gemilang. Kesuksesan hidup lahir dan batin akan Anda
rasakan. Begitulah rumus baku sebagai kuci dalam upaya Anda merubah MUSIBAH menjadi
ANUGRAH yang terindah. Masukkan prinsip hidup di atas ke dalam jiwa Anda, lalu wujudkan
kesadaran “jiwa” anda tersebut ke dalam perbuatan nyata, yakni menghayatinya dalam setiap
gerak langkah kehidupan Anda di manapun dan suasana apapun juga. Itulah makna dari JAWA,
yakni jiwa kang kajawi, jiwa kang kajawa. Menjiwai nilai-nilai luhur kedalam perbuatan sehari-
hari. Nilai-nilai luhur yang telah dijiwai, lalu dihayati dalam perbuatan nyata. Jawa iku jawabe !
dudu mung ujare. Yang penting adalah tindakan nyata, bukan sekedar mulut berbusa-busa
memainkan teori. Falsafah hidup bagi orang Jawa yang belum hilang kejawaannya; yang
terpenting dari nilai luhur, bukan sekedar katanya (teorinya), tetapi aplikasinya dalam perbuatan
sehari-hari. Bangunlah jiwanya, maka bangunkan badannya..!! Kesadaran jiwa, diimbangi oleh
kesadaran berbuat.
Laku Prihatin disengaja atau direncanakan mempunyai dua macam orientasi. Pertama ; laku
prihatin yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup diri pribadi. Misalnya Anda
melakukan berbagai ritual puasa, cegah turu, atau melek-melek, cegah syahwat atau sesirih.
Anda mengembara berkelana jauh tanpa bekal apapun di tangan dengan tujuan merasakan
kehidupan yang polos, lugas, apa adanya, dan mendapatkan berbagai pengalaman untuk
merasakan sisi kehidupan yang tak pernah Anda rasakan sebelumnya. Atau Anda sengaja hidup
dalam suasana yang serba kekurangan atau pas-pasan. Laku prihatin ini bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas mental lahir dan batin setiap masing-masing pribadi yang sengaja
menjalani “laku prihatin” model demikian. Namun laku prihatin ini manfaatnya belum bisa
dirasakan oleh orang lain atau lingkup yang lebih luas secara langsung. Kedua ; laku prihatin
dengan tujuan agar hidup kita bermanfaat bagi lingkungan yang lebih luas. Misalnya
membantu sesama, atau menolong orang lain yang sedang mengalami penderitaan dan kesulitan
dengan tulus tanpa pamrih apapun (tapa ngrame).
Laku prihatin level bawah berorientasi untuk kebutuhan meningkatkan kualitas diri pribadi.
Masing-masing orang sah-sah saja menjalani laku prihatin level bawah ini dengan cara dan gaya
yang berbeda-beda, misalnya dengan cara berpuasa, cegah tidur, cegah sahwat, cegah makan,
atau mengembara tanpa bekal uang di tangan, makan hanya apa yang ditemukan saja, menjalani
hidup dalam kondisi serba pas-pasan bahkan serba kekurangan. Semua dijalani dengan kesabaran
dan ketulusan, untuk membangun kekuatan mental lahir dan batin. Hilangnya rasa takut berganti
dengan nyali berani hidup dalam gelimang derita dan sengsara (lara lapa). Namun laku prihatin
ini efeknya sebatas mematangkan dan menguatkan keadaan mental lahir dan batin si pelaku.
Apapun cara laku prihatin yang Anda lakukan tidaklah menjadi soal, yang penting dilakukan
dengan sepenuh hati, jangan setengah-setengah karena akan percuma sia-sia saja, tak akan
mendapatkan hasil yang maksimal. Manusia sejati kuat mental lahir dan batin bukanlah orang
yang berani mati, tetapi orang yang berani hidup. Yakni hidup dalam gelimang sengsara dan
derita (kuat tapa brata; lara lapa, lara wirang). Namun, menjalani laku prihatin seperti itu
belumlah cukup untuk meraih suatu kemuliaan yang sejati. Diumpamakan, kita baru
memperoleh instrumen atau alat untuk meraih tujuan. Alat itu berupa kematangan sikap, lahir
dan batin, solah (perilaku lahir) dan bawa (perilaku batin) yang arif dan bijaksana dalam
memahami dan menjalani kehidupan yang teramat kompleks ini.
Berbeda dengan laku prihatin di atas, yang saya kategorikan sebagai bentuk laku prihatin level
bawah, maka laku prihatin ORIENTASI PUBLIK saya kategorikan sebagai laku prihatin level
tinggi. Penghayat laku prihatin bukan lagi berorientasi untuk meningkatkan kualitas mental lahir
dan batin dengan obyek (sasaran) pribadinya sendiri. Dengan bekal instrumen atau alat berupa
kualitas diri lahir dan batin sudah tercapai, maka yang paling utama adalah memanfaatkan
instrumen tersebut dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkup “ruang publik”, dengan
obyek/sasaran yang lebih luas yakni orang banyak. Laku prihatin berorientasi publik, dilakukan
dengan penuh kesadaran diri akan makna sejatinya kehidupan ini. Termasuk untuk menjawab
atas pertanyaan,”untuk apa kita lahir dan berada di planet bumi ini? Bagi saya pribadi, kita
hidup bukan untuk MENCARI. Melainkan untuk memberi. Memberi artinya membuat diri
kita bermanfaat untuk seluruh makhluk dan lingkungan alam di sekitar kita. Yakni saling
memberi kasih sayang (welas asih) kepada seluruh makhluk tanpa kecuali. Welas asih memiliki
wujud konkrit, yakni berupa SEDEKAH (donodriyah) atau memberikan sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan seluruh makhluk. Meliputi sedekah lahir berupa harta, tenaga,
pikiran, sedekah doa (paling lemah). Dan sedekah batin berupa kasih sayang yang menghasilkan
rasa nyaman, aman, tenteram. Memberi, atau donodriyah, dalam falsafah hidup Jawa disebut
sebagai mulat laku jantraning bumi. Mengikuti sifat tabiat bumi yang selalu memberi kehidupan
kepada seluruh makhluk tanpa kecuali, dan tanpa pilih kasih. Untuk menghayatinya, kita terlebih
dahulu harus menjadi manusia yang memiliki instrumen lahir dan batin yang cukup ideal. Yakni
menjadi manusia yang MERDEKA LAHIR & BATIN, yang manusia yang tidak lagi tersekat-
sekat oleh primordialisme agama, golongan, kepentingan politik, suku, dan ras.
Coba simak baik-baik serat Wedhatama bait Sinom pupuh 29 berikut ini :
Dalam Pupuh Sinom serat Wedhatama karya Ingkang Wicaksana Gusti Mangkunegoro IV di
atas menggambarkan prestasi hidup seseorang yang sangat ideal untuk menjalani laku prihatin.
Sekilas tampak paradoksal dengan laku prihatin yang sering diidentikkan dengan keadaan yang
serba tidak enak, menderita dan sengsara. Tapi coba lah kita telaah dengan melibatkan nurani.
Saya coba berefleksi dengan mengajukan pertanyaan berikut ;
Pilih model yang manakah untuk menjalani laku prihatin, apakah menjalani hidup dalam
keadaan serba kekurangan, pas-pas-an, ataukah menjalani hidup dalam keadaan serba
kecukupan materi, kaya ilmu, dan berkuasa ?
Jangan tergesa menjawab dan menyimpulkan. Para pembaca yang budiman silahkan melanjutkan
membaca tulisan di bawah ini.
Orang yang kaya harta melakukan prihatin dengan cara memanfaatkan hartanya tidak hanya
untuk kepentingan dan kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya saja. Tetapi harta-
kekayaannya dimanfaatkan pula agar menjadi berkah bagi orang-orang di sekitarnya termasuk
lingkungan alamnya. Hartanya bermanfaat untuk menolong dan membantu orang banyak tanpa
pilih kasih, tidak berdasarkan sentimen agama, ras, suku, golongan, kelompok kepentingan.
Itulah orang kaya harta yang mau menjalani laku prihatin. Hidupnya mberkahi, jauh lebih
bermanfaat ketimbang orang yang menjalani laku prihatin level bawah.
Orang punya otoritas kekuasaan menjalani laku prihatin dengan cara memanfaatkan
kekuasaannya untuk menciptakan berkah bukan saja bagi diri dan keluarganya, lebih utama
adalah untuk dipersembahkan kepada rakyat dan ibu pertiwinya (alam semesta). Kekuasaannya
dijadikan sarana untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat yang dipimpinnya serta
untuk menjaga kelestarian lingkungan alam. Dengan kata lain, kekuasaan dimanfaatkan untuk
menciptakan negeri yang adil makmur, gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja.
Itulah orang punya otoritas kekuasaan yang menjalani laku prihatin. Negarawan sejati, adalah
wajah orang yang sugih kuwasa yang menjalani laku prihatin. Berbeda dengan “politikus sejati”
yang hanya membela kelompoknya, kepentingannya, golongannya, sesama keyakinan, sesama
suku dan rasnya sendiri. Namun untuk memenuhi kriteria ini bukan berarti kita harus menjadi
pemimpin, pejabat, penguasa. Kita perlu menyadari bahwa setiap diri kita merupakan seorang
pemimpin. Yakni pemimpin untuk diri kita sendiri, keluarga, sahabat, kelompok, organisasi dst.
Kenapa musti sugih bondo, sugih ngelmu, sugih kuwasa ? Bagaimanapun juga seseorang yang
dilengkapi dengan 3 macam kemampuan tersebut (setidaknya memiliki salah satu di antaranya),
akan memiliki kesempatan besar untuk selalu MEMBERI (telapak tangan telungkup) kepada
yang lain. Lain halnya orang yang menjalani laku prihatin untuk dirinya sendiri, walau kemauan
ada, tetapi belum tentu memiliki kemampuan untuk memberi. Secara logik orang yang lengkap
memiliki 3 kemampuan tersebut akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menjalani
laku prihatin level tinggi. Ia memiliki “ladang amal”. Sehingga ia lebih banyak kesempatan
untuk menanam “pohon kebaikan” dengan jumlah sebanyak-banyaknya. Tentu “buah-buah”
yang dihasilkan pun akan lebih banyak lagi. Dalam satu kali tanam saja bisa mencapai ribuan,
bahkan jutaan “pohon kebaikan”. Dengan kata lain, jika benar-benar memanfaatkan kesempatan
yang dimilikinya, seseorang lebih mudah menggapai kamulyan sejati dalam kehidupan dunia
maupun kehidupan sejati kelak. Seorang presiden, ratu, raja, gubernur, bupati, dan pejabat daerah
lainnya, adalah orang-orang yang memiliki ladang amal, alias memiliki kesempatan besar meraih
kamulyan sejati. Persoalannya, apakah orang-orang itu mau memanfaatkan kesempatan besar
itu ? Semua tergantung pilihan sikap dan kesadaran spiritualnya masing-masing.
Laku prihatin level tinggi, adalah dengan cara memberi sesuatu yang bermanfaat kepada banyak
orang. Memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain artinya adalah BERSEDEKAH.
Sudah beberapa kali saya sampaikan dalam beberapa tulisan terdahulu, jika kita ingin
bersedekah, atau membiasakan telapak tangan kita selalu “telungkup” mulailah sejak kita
belum menjadi orang kaya, sejak belum memiliki ilmu yang luas, dan sebelum menjadi
penguasa. Banyak orang berjanji akan bersedekah (donodriyah) dengan cara membantu,
menolong, memberi tapi nanti jika sudah kaya, sudah punya harta, sudah punya ilmu atau
sudah berkuasa.
wrote by sabdalangit
Prinsip demikian biasanya gagal terlaksana karena setelah benar-benar kaya akan lupa terhadap
janji-janjinya sendiri yang pernah diucap pada waktu masih miskin atau hidup ngrekoso. Maka
idealnya untuk memberi, menolong, membantu sesama hendaknya dibiasakan sejak kita belum
menjadi orang kaya, sejak ilmu pengetahuan dan spiritual kita masih pas-pasan. Kita harus
mensetting HATI kita, menjadi orang yang KAYA HATI. Orang yang kaya hati tidak lagi
menghitung-hitung berapa prosentase harta untuk dikeluarkan sebagai sarana membantu dan
menolong orang lain. Jika kita masih saja menghitung prosentasenya, kita masih terjebak pada
kebiasaan buruk untuk menggugurkan kewajiban saja. Setelah mengeluarkan hartanya sekian
persen, maka ia menganggap sudah selesailah tanggungjawab sosialnya. Inilah kebiasaan buruk
yang terus terpelihara sampai saat ini.
Sementara itu, menurut pengalaman, KAYA HATI adalah modal utama, terutama untuk meraih
kekayaan ilmu dan materi. Seringkali pintu rejeki seret atau tertutup rapat gara-gara seseorang
memiliki HATI yang MISKIN. Sebuah pengalaman nyata dan bisa dibuktikan oleh siapa saja,
sungguh KAYA HATI justru menjadi kunci pembuka menuju kesuksesan lahir batin, kesuksesan
moril dan materiil.
Untuk menjadi orang yang kaya hati, tentu harus belajar. Pada tahap awal akan terasa pahit dan
getir menjadi orang yang kaya hati. Untuk itu diperlukan kegigihan, ketekunan, kesabaran, tekad
bulat, serta sikap percaya diri bahwa apa yang Anda lakukan bukanlah hal yang sia-sia. Agar
sikap percaya diri itu bisa tumbuh dalam diri pribadi, biasanya seseorang memerlukan bukti atau
contoh, setidaknya pengalaman yang dialami orang lain. Mudah-mudahan tulisan ini dapat
menumbuhkan sikap percaya diri bagi para pembaca yang budiman yang tengah belajar menjadi
orang yang kaya hati. Bahwa sikap dan tindakan Anda sama sekali bukanlah hal yang sia-sia.
Sebaliknya, kaya hati merupakan sikap yang selaras dan harmonis dengan hukum alam. Yang
akan membuat diri kita selalu berada dalam lajur yang penuh berkah dan anugrah.
KAYA HATI sama dengan MURAH HATI. Orang yang murah hati, akan selalu mudah
rejekinya. Semakin banyak memberi (tentu dengan ketulusan) akan semakin banyak menerima
atau mendapatkan rejeki. Maka orang yang kaya hati, selama hidupnya tak pernah mengalami
penderitaan akibat kekurangan. Orang yang kaya hati, hidupnya akan selalu terjaga dari segala
kefakiran. Sebab kaya hati akan menjadi PAGAR GAIB yang senantiasa melindungi diri kita
dari segala macam marabahaya, derita dan sengsara. Sudahkah kita murah hati ??? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, seyogyanya dilakukan secara obyektif. Jangan berpegang pada
penilaian dari kacamata kita sendiri (subyektif). Tetapi dengarkan dan lihatlah apa penilaian
orang-orang lain pada diri kita sendiri (obyektif).
“jadilah orang yang kaya hati,
Sekalipun seseorang paling miskin se-Indonesia, namun bukan berarti tak punya apa-apa lagi
untuk modal menjalani laku prihatin level tinggi. Dalam falsafah hidup Jawa (kejawen)
mempunyai prinsip bahwa bersedekah bisa dilakukan melalui empat cara sesuai dengan
kemampuan masing-masing orang. Cara-cara tersebut menunjukkan level atau tingkatan derajat
nilai dalam menjalani laku prihatin. Berikut ini saya urutkan dari level paling bawah :
1. Sedekah Doa : sedekah doa adalah doa bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk
orang lain. Namun demikian sedekah doa merupakan sedekah yang paling mudah dan
sedekah yang paling lemah. Boleh dibilang sedekah ini tanpa memerlukan modal. Jika
mulut tak kuasa berucap, hatipun masih bisa berdoa. Anda bisa melakukan sambil
berbaringan, sambil duduk santai dst. Bahkan orang yang sedang terkapar sakitpun masih
bisa bersedekah doa untuk orang lain.
2. Sedekah Pikir dan Wicara (tuturkata) : satu level lebih tinggi dari sedekah doa. Sedekah
ini memerlukan modal berupa kemampuan berfikir yang konstruktif, dan kemampuan
menyusun kata-kata menjadi rangkaian kalimat tuturkata yang menentramkan hati dan
menumbuhkan semangat hidup bagi orang lain.
3. Sedekah Tenaga ; satu level lebih tinggi dari sedekah point 2 di atas. Orang yang
bersedekah harta memerlukan modal dan perjuangan yang lebih banyak. Kita butuh
tenaga, untuk memperoleh tenaga kita harus memenuhi kebutuhan makan minum yang
cukup. Pemenuhan kebutuhan makan dan minum memerlukan beaya. Tenaga yang
keluar merupakan tetesan keringat dan aliran energi yang kita miliki. Jadi sedekah tenaga
memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit.
4. Sedekah Harta ; satu level lebih tinggi dari sedekah tenaga. Sedekah harta memerlukan
lebih banyak pengorbanan waktu, pikiran, tenaga dan harta itu sendiri. Untuk
memperoleh harta kita butuh pikiran dan tenaga. Kita bisa bayangkan betapa tidak mudah
mencari harta, meskipun demikian setelah mendapatkannya sebagian dari harta kita
sedekahkan untuk membantu dan menolong orang lain. Oleh sebab itu sedekah harta
adalah “laku” prihatin yang paling berat. Apalagi jika sedekah itu bermanfaat tidak hanya
untuk satu dua orang, melainkan dapat dirasakan oleh banyak orang (rakyatnya). Seorang
pemimpin dengan jiwa negarawan sejati, ia akan menjalani “laku” prihatin dengan
melibatkan segenap jiwa raganya. Melibatkan lahir dan batinnya demi mensejahterakan
rakyat yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin, ratu, raja, penguasa yang
bersifat adil, arif dan bijaksana, serta berhasil mensejahterakan rakyat serta
memakmurkan bangsanya akan mudah sekali menggapai kemuliaan sejati setelah ia
“lahir” ke dalam kehidupan yang sejati setelah raganya ajal. Karena sedekah yang ia
lakukan tidak lagi bersifat ketengan atau eceran, melainkan bersifat borongan bermanfaat
untuk orang banyak.
Seorang negarawan sejati, pemimpin besar, presiden, ratu, raja, pejabat, seharusnya dipegang
oleh orang-orang yang mampu melakukan ke-empat macam sedekah tersebut. Bahkan setiap diri
kita idealnya jumeneng mandireng pribadi. Pribadi yang mampu mulat laku jantraning bumi
menjadi manusia yang mempunyai kesadaran spiritual tinggi, menjadi manusia kosmologis.
Menjadi pribadi yang mau dan mampu untuk selalu memberi ke-empat macam sedekah.
semoga bermanfaat
asah asih asuh
10 Votes
Januari 19, 2011 SABDå
Kategori: KRITIK TERHADAP "LAKU PRIHATIN" Kaitkata: kritik, kritik laku prihatin, Laku
Prihatin
Suka
4 bloggers like this post.
Kaka
Januari 19th, 2011 pukul 03:40
Maturnuwun mbah atas pencerahannya.. pencerahan mbah membvat saya pribadi jadi
lebh sbar dan eling menjalani beratnya kehidupan ini., mbah kalo bleh nanya.. ilmu
pangontongan itu yg bagaimana ia? salah seorang temen saya yg ska bkn jamu2an jawa
pengen blajar itu..
Rate This
Balas
om bud
Januari 19th, 2011 pukul 05:05
sugeng enjang, ki sabda salam hormat kulo katur ki, matur sembah nuwun wejanganipun,
mugyo sedoyo poro maos lan kulo pribadi sageto hanglampahi laku meniko, mugyo
sedoyo tansah nemahi slamet rahayu karaharjan
Nuwun
Rate This
Balas
hartono
Januari 19th, 2011 pukul 06:36
salam kenal ki dr wong tuban. .mkch wejangan nya yg sangta bermanfaat. .mg kisabdo
selalu mendapat rahmat dr allah. .
Rate This
Balas
nataurip
Januari 19th, 2011 pukul 08:17
Rate This
Balas
Setiono
Januari 19th, 2011 pukul 09:19
Sungguh penjelasan yang jelas dan gamblang semoga banyak di baca oleh sesama dan
dapat di aplikasikan ke dalam kehidupan ini termasuk diri saya pribadi matur suwun ki
sabdo, semoga kita selalu mendapatkan rahmat dan ridhonya.
Rate This
Balas
wisa212
Januari 19th, 2011 pukul 09:49
Rate This
Balas
Nura
Januari 19th, 2011 pukul 12:32
Salam Ki Sabda………
Rate This
Balas
ngabehi
Januari 19th, 2011 pukul 14:10
Mantap sekali Ki, sangat runtut dan mencerahkan. Tinggal kita mau menjalankannya atau
tidak. Terkadang dalam menjalani hidup ini kita sering jatuh bangun, baik dalam urusan
kadonyan maupun spritual. Namun bagi saya, yang terpenting adalah tekad dan kemauan
untuk segera bangkit lagi dan meneruskan perjalanan.Salam taklim saking kula, mugi
penjenengan sakeluarga tansah pinayungan Gusti ingkan maha asih.
rahayu
Rate This
Balas
sawunggaling
Januari 19th, 2011 pukul 14:18
Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak
itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan
meminta tamu itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas,
lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini dan katakana bagaimana rasanya”, ujar Pak
Tua itu.
“Pahit.., pahit sekali rasanya…”, jawab tamu itu sambil meludah kesamping.
Pak Tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga didalam
hutan didekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya
sampailah mereka ketepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong
kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-
riak air. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”, perintah Pak Tua. Saat tamu itu
selesai meneguk air itu, Pak Tua kembali bertanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?”, Tanya Pak
Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan kebapakan Pak Tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. “Anak muda,
dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan
tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang akan tetap selalu
sama.”
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua
akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam
hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. LAPANG kanlah DADA mu
MENERIMA semuanya. LUAS kanlah HATI mu untuk menampung setiap kepahitan
itu.”
Pak Tua itu kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah
tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan
hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan
dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
suwun
Rate This
Balas
UCI eplek-eplek
Januari 19th, 2011 pukul 18:13
0
0
Rate This
Balas
sawunggaling
Januari 19th, 2011 pukul 18:19
@uci..
Rate This
abu itza
Januari 20th, 2011 pukul 10:42
@Sawunggaling
Walaupun saya bingung garam yg pahit adanya dimana, tapi ceritane apik.
Cuma saya mau tanya, untuk lapangkan hati itu gimana caranya?
Rate This
tapi begitu sadar …. dia yg kena rampok gak ridho …. “gua sumpahin itu
org yg ngrampok uang sy agar ini itu dsb ….. ” ya malah tambah sempit
hatinya.
ini kritikan buat yg laku prihatin …. harus iklas, jangan laku prihatin krn
terpaksa krn gak punya beras, terus puasa … bukan itu.
Catat ini usulan !!!
Rate This
Damar Wulan
Januari 19th, 2011 pukul 14:30
Negara kita memang lagi PRIHATIN..saking prihatin nya tahun 2011 ini pemerintah
rencana ngutang lagi 200 Trilyun..(wow, siapa yg bayar ya? masa harus BA/Uci/RP ?)
—
NAFSU berutang pemerintah makin besar. Sayang, kemampuan membelanjakan dan
memanfaatkannya makin kendor. Tahun ini misalnya, pemerintah menargetkan
penerbitan surat utang negara (SUN) senilai total Rp 200,6 triliun. Selain menambal
kekurangan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 senilai Rp 124,7
triliun, penerbitan obligasi negara juga bertujuan menyerap aliran dana asing berjangka
pendek (hot money). Maklum, banyak yang memprediksikan, tahun ini dana-dana asing
masih mengalir deras ke Tanah Air.
Pemborosan
Menurut Rahmat, pemerintah akan tetap melelang obligasi negara secara rutin setiap
bulan. Khusus penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI), pemerintah akan menerbitkannya
pada Februari dan Agustus 2011. Bentuknya bisa ORI maupun sukuk ritel.
Latief Adam, Ekonom LIPI, mengingatkan supaya pemerintah memanfaatkan hasil utang
ini untuk membiayai program produktif. “Jangan cuma gali lubang tutup lubang,” kata
dia. Maklum, selama ini hasil penerbitan utang ini lebih banyak dimanfaatkan untuk
mencicil utang lama.
Itu baru satu soal. Di sisi lain, kemampuan berutang pemerintah tak dibarengi dengan
kemampuan membelanjakannya. Tingkat penyerapan anggaran pemerintah, misalnya,
makin memble.Tahun 2010, belanja pemerintah hanya terpakai 90 persen dari total
senilai Rp 1.126 triliun, di bawah penyerapan belanja tahun 2009 yang sebesar 95,8
persen. “Lantas, mengapa kita masih terus berutang? Ini pemborosan,” kata Revrisond
Baswir, Ekonom dari Universitas Gadjah Mada. Jadi, kita membuka TAHUN BARU ini
dengan UTANG BARU
Rate This
Balas
UCI eplek-eplek
Januari 19th, 2011 pukul 18:05
Rate This
Balas
Putra kedisan
Januari 19th, 2011 pukul 16:45
Dari Daftar tersebut, saya berada di no 3 n 4. Bodohnya saya.. Bodohnya.. Bahkan
Menganggap hal itu adalah cobaan..
Rate This
Balas
UCI eplek-eplek
Januari 19th, 2011 pukul 19:40
daftar apa sih? bolak balik cari itu daftar, gak juga ketemu.
urutan no. 3 masih juga dapet hadiah, tenang aja
cobaan? seneng-susah, miskin-kaya apa cobaan? ………… itu anugrah
Rate This
Balas
Wilistya
Januari 19th, 2011 pukul 17:19
“”…….menganggap suatu penderitaan sebagai HUKUMAN tuhan atau alam semesta,
ketimbang menganggapnya sebagai COBAAN (bagi orang-orang beriman). Jika saya
menganggap setiap derita sebagai cobaan, maka sikap demikian beresiko menimbulkan
sikap kurang waspada dan kurang eling. Sebaliknya tanpa disadari justru membuat sikap
“besar kepala”, merasa diri sudah beriman lalu disayang tuhan. ……..”
Inilah penyakit umat yang paling besar, tapi jarang disadari. Menjadi PR bagi kita semua.
Tantangannya dalam kehidupan sosial, kita lebih sering “menghibur” orang yang terkena
bencana/musibah dengan berkata “Semoga anda tabah dengan COBAAN ini”, tidak
pernah kita berkata “Semoga anda tabah dengan HUKUMAN ini”.
Rate This
Balas
wongalit
Januari 20th, 2011 pukul 09:23
salamungalaikuum.
Kalau jalma sudh bisa lila, legawa, temen, sabar dan berbudiluhur, yang namanya
susah senang, khawatir, takut, waswas etc itu ya nggak lagi manjing
guwagarbane. karena wis ora gumunan.
Wah rumah Kangmas Sabda semakin gayeng dan indah saja.
Salam Rahayuu wibawa mukti.
Rate This
Balas
angon
Januari 19th, 2011 pukul 18:21
terima kasih atas uraiannya yg gamblang dan mencerahkan… semoga kita semua
semakin menyadari pentingnya laku prihatin baik untuk peningkatan kualitas diri sendiri
maupun untuk kesejahteraan makhluk lain tanpa kecuali….
Salam dari pinggiran kali opak….
Rate This
Balas
Charta Rany S
Januari 19th, 2011 pukul 19:13
Terima kasih..atas penjelasannya, Pak. Jadi jelas bagi saya sekarang, apa laku prihatin itu.
Sebelumnya saya kira laku itu cuma seperti merasa perih sendiri, diam, lantas berdo’a.
Ternyata tidak begitu.
Terima kasih sekali lagi Pak, atas penjelasannya.
Salam dari saya ditepian laut teluk lampung.
Rate This
Balas
o
Rate This
Balas
sikapsamin
Januari 20th, 2011 pukul 08:34
Rate This
Balas
sikapsamin
Januari 20th, 2011 pukul 10:22
BERJUANG MELAWAN DAN MELEPASKAN DIRI dari Penjajahan,
Penjarahan, Pembodohan…ADALAH SALAH SATU BENTUK
PERNYATAAN KEPRIHATINAN…
Rate This
Balas
'rina aizawa
Januari 21st, 2011 pukul 03:23
dulu ketika kecil saya dialog dengan orang jawa asli, saya sebut asli
karena saya blasteran jawa dan jepang
dia bilang, manusia jawa itu keturunan dari Togog,,,,
hahahaaha,,,,,
kedua neh, saya sebenarnya hapal cerita wayang….itu favorit saya waktu
ABG smp…
ada kisah menarik tentang KUMBAKARNA…
–
sebuah perulangan….BAU WANGIIIIIIII………
sepi nih malam hari….
hehehe….
Rate This
Jadi gini aja deh, diantara makhluk yg punya visi misi jauh kedepan ya
ULAT. Apa visi misinya? dia itu kepingin bisa terbang …….. laku ini
dicontoh oleh para nabi juga para raja yg pandita.
makanya dia laku prihatin, pertama2 dia makan yg banyak biar badannya
gede dulu, setelah itu mulai deh puasa gak makan daun ….. sampai dirinya
jadi kepongpong, terus dan terus dia puasa sampai jadi kupu-kupu.
setelah jadi kupu-kupu (cita2nya terkabul) dia terus terbang ………..
makanya orang jepang negeri sakura itu senang dgn kupu2 malam hhh …..
Rate This
abu itza
Januari 20th, 2011 pukul 10:47
@Sabdalangit
Apakah untuk melaksanakan laku prihatin level tinggi sebaiknya melalui level bawah
dulu?
Atau bisa berbarengan?
Terima kasih
Rate This
Balas
SABDå
Januari 20th, 2011 pukul 11:30
Rate This
Balas
Mas Sabda ,
Bagaimana cara menjalankan lalu prihatin agar sampai ketujuan tidak muter-muter dalam
kegagalan dan bagai mana cara untuk mengetahui sudah sesuai alur atau malah
melenceng mohon pencerahan dan bimbingannya mas, kulo edy yatno milkhan yang
lebaran kemaren sowan ke Rumah matur nuwun
Rate This
Balas
Afif Badawi
Januari 20th, 2011 pukul 14:47
ijin save ya ki
0
0
Rate This
Balas
edy
Januari 20th, 2011 pukul 20:24
Ki Sabda, Yth.
Dalam suasana prihatin, sering kali kita mendengar; jika kita menjalankan puasa
tertentu,dalam waktu tertentu, dengan doa tertentu, keinginan kita bisa segera tercapai.
Saat kita sengaja menjalankan puasa ini, kita berharap tuhan mengabulkan permintaan
kita, dan menarik perhatianNya dengan puasa tertentu dan doa tertentu.
Satu hal lagi Ki Sabda, seandainya tuhan menghukum salah satu dari pasangan suami-
istri, tentunya yang merasakan hukuman itu semua yang ada dalam rumah itu (suami,
istri,anak, pembantu atau bahkan mertua ) karena mereka terlibat secara langsung dalam
keberlangsungan rumah tangga tsb.
Apakah memang demikian Ki Sabda. Mugi panjenengan kerso maringi pitudhuh lan
pepadang. Nuwun Ki.
Apakah demikian Ki
Rate This
Balas
edy
Januari 20th, 2011 pukul 21:55
Ki Sabda Yth,
Dalam suasana prihatin, sering kita dengar bahwa puasa tertentu,dalam waktu tertentu
dan doa tertentu, bisa segera mengabulkan setiap keinginan kita.
Saat kita melakukan puasa ini, tentunya kita berharap agar tuhan bermurah hati segera
mengabulkan keinginan kita, karena kita telah melakukan sesuatu yang khusus(puasa
tertentu, waktu tertentu dan doa tertentu).
Bukankah sebenarnya yang kita lakukan ini semacam perilaku “pamrih” dan sekaligus
tindak “penyuapan” terhadapNya?
Satu hal lagi, Ki Sabda. Saat tuhan menjatuhkan hukuman kepada salah satu pasangan
suami-istri, seisi rumah juga ikut menderita ( suami, istri, anak, pembantu, bahkan
mertua) karena mereka dlam satu kesatuan. Apakah demikian Ki Sabda?
Rate This
Balas
Daryono
Januari 20th, 2011 pukul 23:39
Salam Rahayu
Trima kasih saya sampaikan kepada mas Sabda yg telah menjelaskan secara rinci bab
Laku Prihatin ini,dlm pemahaman saya laku prihatin masih seputar puasa dll,teryata
cakupan sangat luas.seandainya saja penguasa,pengusaha,dan cerdik pandai melakukan
prihatin seperti yang di sampaikan Mas Sabda saya yakin Indonesia ndak seperti saat
ini.dan adanya Blog ini merupakan bentuk laku Prihatinya mas Sabda kan ?.
Salam sedjati
Rate This
Balas
Lare_dusun Sempu
Januari 20th, 2011 pukul 23:42
Rate This
Balas
Lare_dusun Sempu
Januari 20th, 2011 pukul 23:46
0
0
Rate This
Balas
Yth. Poro Pinisepuh & Poro Sedulur, sy minta ijin urun rembug.
Melalui tulisan Mas Sabda ini makin menjadi jelaslah esensi ‘laku prihatin’ spiritual
kejawen, yaitu laku prihatin yg terus-menerus (dg berbagai ragamnya) selama kita hidup.
Laku prihatin yg berarti mau memahami, mengerti, berjuang, menyemangati, berbagi &
memaafkan kepada diri pribadi, sesama & semesta. Inilah laku prihatin sejati, yg secara
wajar dapat dilakukan oleh semua orang, tidak aneh-aneh, tidak memberatkan (mungkin
berat bagi mereka yg terbiasa memelihara serakah-angkara-iri-srei-dengki)…
Di dalam sulur2 ilmu kejawen ada pula dikenal beberapa metode tapa-brata / tarak-brata.
Beberapa orang menyebutkan metode ini menggunakan pendekatan metafisik dg cara
mati-raga atau pantang-puasa untuk mencapai tujuan2 mulia atau hanya sekedar
menggapai suatu ilmu.
Jenis lakunya pun macam2, ada yg puasa biasa, puasa 1 hari full (buka-tutupnya jam
18.00 sore), mutih (hanya makan nasi putih belaka & minum air putih saja), ngalong
(hanya makan buah), ngrowot (hanya makan umbi2an), ngebleng, pati-geni, dlsb.
Dasar dari menjalankan laku adalah membuat diri kita kosong (jasmani & rohani), yg
kemudian digedor dg masukan baru, entah itu berupa nasehat maupun ilmu. Dg kondisi
jasmani & rohani yg ramai maka nasehat atau ilmu akan sulit masuknya, mungkin karena
jika kita tidak dalam kondisi kosong & pasrah maka logika penolakan & superioritas kita-
lah yg bekerja.
Mungkin bisa dibayangkan, kita akan sangat sulit mendapat respon dengan mengetuk2
pintu atau bahkan menggedor2nya jika bangunan yg kita ketuk sedang mengadakan acara
ajeb-ajeb. Berbeda dg rumah yg sepi, beberapa ketukan pelan-pun bisa langsung
mendapatkan respon.
Jadi sebenarnya laku prihatin kejawen itu sangat mudah, yg sebenarnya adalah
penyadaran diri. Laku prihatin dengan cara bermati-raga hanya merupakan panggilan
hidup, & sama sekali tidak baik bila dipaksakan. Para penghayat kejawen biasanya
bermati-raga (pantang / puasa) hanya jika mendapat tuntunan dari Kadhang Sejatinya, &
biasanya ini adalah peristiwa spesial.
Bila kami mengetahui ada saudara yg sedang melakukan dawuh (perintah) spesial ini,
kami akan sangat senang karena bila laku-nya berhasil, maka bukan hanya yg
bersangkutan saja yg menerima berkah, namun juga saudara2 yg lain akan mendapat
berkah juga. Maka dari itu kami mendukung bila ada saudara yg sedang ‘nglakoni’.
Puasa di dalam kejawen bukan bertujuan untuk membuat senang hati Tuhan. Gusti
Ingkang Moho Agung bukan sosok yg gila hormat, yg suka disembah2. Namun Gusti
akan senang sekali jika kita melakukan laku prihatin penyadaran diri. Berkat-Nya pasti
akan diturunkan, tinggal kita menanti waktu saja, dg catatan kita harus selalu berusaha &
tekun. Berusaha loncat sana-sini, pindah sana-sini, baru mulai sudah ganti yg lain : itu
namanya bukan berusaha & bertekun. Gusti menyukai proses & ketekunan di dalam
proses, sebagaimana semesta ini tercipta : dengan proses.
Hla kok ada orang yg prosesnya empuk2, sementara saya prosesnya keras sekali… so
hard !!… Bagaimana ini ? Tuhan tidal adil !!!
Tuhan menjadi tampak tidak adil jika kita tidak mengikuti aturan2-Nya. Aturan seperti
apa ? Aturan agama ? Aturan agama itu baik, tetapi yg lebih pokok adalah hukum
semesta : tekun mengikuti proses, seberat apa-pun.
Mengambil langkah yg selalu baru & berbeda, tanpa ada kesinambungan, bukanlah
mengikuti proses, hal ini tidak mengikuti kaidah hukum semesta. Usaha seperti ini tidak
akan pernah berhasil.
Usaha yg akan berhasil adalah jika kita mau bertekun di dalamnya, seberat apa-pun.
Hasilnya bisa kita petik kemudian : karena Tuhan pasti akan memberikan berkat-Nya utk
kita. Bila kita tidak berhasil di negeri sendiri, mungkin talenta kita yg sudah sekian lama
kita asah dapat laku dijual di luar negeri… siapa tahu..?? hehehe…..
Oh ya, sedikit ilustrasi tentang berusaha & bertekun : buah anggur saat ini harganya 30-
60 ribu per kilonya. tapi apa yg terjadi bila buah anggur tersebut diinjak2 sampai hancur
mumut, diperas sampai sarinya terpisah dg ampasnya, & kemudian disimpan di ruang
bawah tanah – setiap 3 bulan sekali botolnya diputar – & ini dilakukan tahunan. Sungguh
suatu proses panjang yg membutuhkan ketekunan & usaha. Hasilnya ? sebotol anggur
(wine) yg harganya bisa mencapai angka fantastis.
Jadi laku prihatin kita adalah penyadaran diri, berusaha & bertekun di dalam proses.
jangan khawatir ‘Gusti mboten nate sare’ ( Tuhan tidak pernah tidur ) ……..
nuwun
Rahayu
Rate This
Balas
Budak Angotan
Januari 21st, 2011 pukul 01:08
mas ngglosor ……
pernah juga sih aku ditanya ama temen ….. kok bisa punya kelebihan ini-itu tanpa
laku prihatin …. hhh …… lah wong leluhurku biyen sing tuku prihatin topo broto
kanggo anak-cucune, saiki anak cucune tinggal panen
ujare dekne … “enak juga ya, gadah leluhur sing apik-apik lan sakti2, lehe
prihatin kanggo anak-cucune”.
makanya jadi anak ya kudu kenal karo leluhure, orang tua itu kadang-kadang
mbelani banting tulang ya buat anak cucunya jel ……
Rate This
Balas
o
SABDå
Januari 21st, 2011 pukul 01:21
Selanjutnya, soal hukuman kpd suami istri, yang akibatnya ikut dirasakan oleh
anak-anak dan saudara yang lain. Hal itu memang sering terjadi. Oleh sebab itu
kita perlu lebih waspada, bahwa keburukan yg kita lakukan bisa membuahkan
karma atau akibat yg bisa dirasakan tidak hanya diri kita saja, bisa diderita oleh
anak-anak, sodaranya, bahkan tetangganya. Sebaliknya, kebaikan akan
memancarkan hal-hal positif kepada orang-orang terdekat kita, ansk, istri, suami,
ortu, tetangga, sahabat dst.
Apabila kita mengalami penderitaan akibat ulah orang lain, hal itu justru bisa
dijadikan sarana utk “laku prihatin”. Krn derita bukan merupakan hukuman atas
perbuatan yg kita lakukan.
Salam asah asih asuh
Rate This
Balas
sikapsamin
Januari 22nd, 2011 pukul 09:46
Dari paparan panjenengan, tentang aneka cara laku prihatin, spt : mutih, ngalong,
ngebleng, ngrowot, pati-geni dsb,…kayaknya perlu ditambahi NGANGGUR…
artinya dalam waktu tertentu hanya MINUM-ANGGUR saja…
he he he…prihatin ning sssuegggerrr…
Rate This
Balas
hartono
Januari 21st, 2011 pukul 04:55
Rate This
Balas
ahmad murtadlo
Januari 21st, 2011 pukul 09:28
Rate This
Balas
singo wongso
Januari 21st, 2011 pukul 10:25
Matur nuwun kagem sederek2 ingkang sampun kerso medar sabdo puniko, mugi2 sedoyo
angsal pinaringan kanugrahan saking Gusti ingkang Moho Kuwaos,,,, Amin.
Rate This
Balas
kemudian uce pernah ngobrol di makam pangeran jayakarta di jakarta kaum, pingin tahu
siapa beliau dsb ….
ini asal-usulnya, ilmunya dari akademis mana? hhh …..
jawabannya juga bagus, tapi kalau asal-usul gak mau uci cerita disini, nanti ada yg marah
krn ada yg gak terima krn gak sama hhh ….. maklumlah cara pandang sejarah dgn cara
pandang dari hasil dialog kadang suka gak serasi.
ada 3 (tiga) pertanyaan dari uce :
1. kita hidup di dunia ini untuk apa?
2. kenapa orang2 selalu jahat kpd uce, mereka banyak yg nipu uce
3. apa bener eyang jayakarta benar2 sakti ?
lah ini kok ada manusia yg tidak berguna buat orang lain? …..
Jawban yg ketiga, beliau tidak sakti (mungkin beliau merendah padahal sakti hhh …),
ketika melawan penjajah belanda, beliau pakai siasat istilahnya pakai akal lah, ketika
dikejar2 belanda, pakaiannya di lempar ke sumur (di makam sana emang ada sumur) lah
dikira Pangeran Jayakarta masuk ke sumur, maka sumur di lempar batu sampai yg
nglempar cape ….. sebulan kemudian ternyata beliau masih hidup segar bugar lagi
ceramah di padepokan ….. (jangan2 simbad juga pakai trik kamera kali yah?).
amat sedikit orang yg sakti ya? kakek uce juga dulu ketika bergerilya melawan belanda,
ditembak gak mati-mati? kata uce kpd kawan2.
kata kawan2 “hebat dong .. sakti dong”
lalu kata uce “ya jelas gak mati karena gak kena! alias peluruhnya meleset”.
teman2 ” huuuuuu ……”
Rate This
Balas
lulu syahputri
Januari 21st, 2011 pukul 16:53
tulisan ini selain untuk cermin diri, juga untuk obat diri, terutama buat yang merasa super
dan merasa puas telah berhasil membuat semua menjadi “prihatin” tanpa pegangan alias
kembali lebih terpuruk
laku Prihatin …..ya benar , sekarang seperti teraplikasi untuk diri secara nyata
Rate This
Balas
'rina aizawa
Januari 21st, 2011 pukul 18:47
tidak ada yang tertinggal kecuali di mataku yang masih sipit, semua sudah
dijelaskan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya walau
bukan dalam ukuran waktu cepat dalam pemahaman manusia.,…
andai semua menjalankan apa saran saya, tidak ada yang kacau dan kehilangan
pegangan, ah semua bandel sih….hehehe…
sudah saya bilang, saya tuh jenius, semua sudah saya paparkan dan sampaikan
masalah berikut solusinya dan semua pertanyaan dan keluhan sudah ada
jawabannya, tinggal dijalankan…
sebenarnya mudah bagi saya menjelaskan semua dengan sangat detail, tapi
nantinya bangsa ini impoten tidak ada arus pemikiran yang keluar dan berproses
melalui kaidah hierarki…
Rate This
Balas
hhh …. nah kan ngaku ….. jeng Rina mata masih sipit, ya pantesan gak
jelas melihatnya ….. hanya mata yg lebar lah yg mampu melihat sempurna
….
seperti bulan bentuknya masih sipit juga pantulannya masih gelap remang
… dan jika bulan telah terbuka semua namanya bulan purnama …. dia
mampu menerangi kegelapan …..
kata orang nih …. terang mana matahari dgn bulan? jawabannya pasti
terang bulan……
ditengah kegelapan malam hari ketika manusia tidak punya penerangan
yang lain spt listrik dll dan matahari juga sudah tidak peduli lagi, justru
bulan dan bintang yg bisa memberikan penerangan ….
oleh karena itu bulan dan bintang sbg lambang apa? ya lambangnya si
pemberi penerangan kpd yg tertimpa kegelapan …..
Rina dari negeri matahari ya pasti benci jika datang bulan ya kan? karena
jika datang bulan buat perempuan, badan jadi gak enak lah …. tapi jangan
lupa dgn datang bulan Rina jadi sehat dan subur karena darah kotornya
terbuang …. lah kok nglantur sih uce ngomongnya, datang bulan aja
diomong, apa ada kaitannya dgn kritik terhadap laku prihatin?
ya maaf deh ….. habis lg kesel aja ama Rina yg matanya masih sipit dan
cara pandangnya pasti sebelah mata uhh
Rate This
bocah
Januari 21st, 2011 pukul 19:55
salam kenal ki bagaimana kita bisa tau dan yakin dengan jalan hidup yang kita pilih
Rate This
Balas
SABDå
Januari 21st, 2011 pukul 21:31
Bocah Yth
Salam kenal kembali,
ki bagaimana kita bisa tau dan yakin dengan jalan hidup yang kita pilih ?
Hal itu lebih mudah, kita hidup ada dalam dua macam dimensi. Hidup yang
bersinggungan dengan dimensi gaib. Dan hidup yang bersinggungan dengan
dimensi wadag atau nyata, riil, fisik.
Hidup dalam dunia wadag, fisik, riil, tentu lebih mudah memastikan mana yang
tepat dan benar dilakukan. Karena semua orang bisa membuktikan dan bisa juga
menyaksikan. Sedangkan hidup yang bersinggungan dengan dimensi gaib. Karena
dimensi gaib sulit disaksikan, apalagi disaksikan oleh khalayak, sehingga sulit
juga membuktikannya. Lantas orang hanya ditekankan utk SEKEDAR YAKIN
saja terhadap hal-hal gaib. Yakin artinya percaya tanpa perlu membuktikannya.
Namun kita harus menyadari bahwa
Agar selamat, yang penting kita jalani hidup ini dengan TIDAK mencelakai, tidak
merugikan, tidak menyakiti hati orang lain, dengan dalih apapun juga.
Sebaliknya, buatlah diri bermanfaat utk seluruh makhluk, dan alam semesta. Hal
itu akan membuat diri kita selalu mendapat keselamatan jiwa-raga.
Perdebatan mengenai hal-hal bersifat realitas, fisik, wadag, sudah lazim dilakukan
utk mencari deskripsi dan eksplanasi yang tepat akurat. Lain halnya dengan hal-
hal gaib, jika didiskusikan secara ngotot menjadi sangat rawan terjadi perpecahan.
Nah, akhirnya hidup selalu dalam perpecahan, perselisihan, pertengkaran akan
sesuatu yang gaib yang sulit dibuktikan secara obyektif. Jika kita mau jujur,
pembuktian akan hal gaib pun yang paling mudah dilaksanakan justru dalam
pendekatan rasionalitas.
salam asah asih asuh
Rate This
Balas
bocah
Januari 21st, 2011 pukul 23:23
Terima kasih ki. ki sabda saya saat ini tidak menjalankan agama saya
dengan benar . saya mulai kehilangan keyakinan terhadap agama saya .
terkadang saya juga merasa kehidupan saya hanya jalan di tempat alias
tidak ada perubahan
0
0
Rate This
UCI eplek-eplek
Januari 24th, 2011 pukul 14:34
Rate This
ngapunten ya kang sabda (hhh … uce juga tahu diri biar kang sabda dulu tuan
rumah, siapa tahu ada rejeki dari kang sabda)
ini bocah tua atau bocah kecil ya? krn ada bocah tua nakal di film Andylauw
gini ya masalaj jalan … ini tentang jalan ya?
ehm … kalau ditanya nanti ditanya ama sesama bocah “kalau kita mau ke Monas,
jakarta starnya dari Depok, jalan ada berapa belokan?” tolong dijawab 2 (dua)
belokan, yaitu belok kiri dan belok kanan tul kan?
terus kalau ditanya, ujungnya dimana? tolg jawab “ujungnya ada di monas !”
betul kan?
Itu kan berangkat, lah kalau pulangnya juga sama ada 2 (dua) belokan kanan-kiri
… terus kalau di tanya ujungnya di mana? tolong jawab ujungnya ya di rumah?
tul gak?
artinya kalau kita udah tahu jalan hidup dan ujungnya, pasti mantab toh?
lah kalau gak tahu jalan bisa kesasar, masih untung gak masuk selokan got, atau
melanggar rambu-rambu lalu lintas, bisa ditilang kena pasal rp 750 ribu, tul kan?
lah untuk mencapai monas sampai kembali pulang, kuncinya harus punya bekal,
iman, sabar, tawakal …. pasti slamet deh kembali kpd-Nya.
Kalau di jalan ketemu perempuan spt Rina Aizawa jgn mau di ajak, itu godaan yg
amaaaaaaat mengerikan. Ok!
Agar dicatat ini masukan! hhh …. kali2 bisa diterima.
Rate This
Balas
Rate This
Rate This
Rate This
lah gmn? mau protes protes ama siapa? mau kembalikan itu gelas satu
kardus gak punya ongkos balik ke monas …. hhh ….. lagian itu pedagang
kaki lima udah pada ngibrit kabur di kejar-kejar kamtib.
nangis ….. nongkrong di pinggir jembatan, sampai akhir jaman lah
kacihan deh …..
Rate This
arinugh
Januari 21st, 2011 pukul 21:16
Rate This
Balas
Sriyono Semarang
Januari 21st, 2011 pukul 22:44
Rate This
Balas
Admin
Januari 22nd, 2011 pukul 01:31
Rate This
Balas
ahmad murtadlo
Januari 22nd, 2011 pukul 09:08
penting sekali kesadaran bahwa menjalankan Laku Prihatin tiada akhir tiap waktu hingga
ajal menjemput. berupa tindakan untuk hamemayu hayuning diri dan hamemayu
hayuning buwono (semoga ga salah sebut).
Rate This
Balas
UCI eplek-eplek
Januari 24th, 2011 pukul 14:28
panjenengan niku sederek kulo nggih? matur nuwun … mangke gepokan mbok
menawi sampun wancinipun bade kulo transfer, tenggo kemawon nggih hhh ….
Rate This
Balas
inem
Januari 22nd, 2011 pukul 11:42
siang pak..
maaf jika pertanyaan saya sangat mendasar dan msh dlm tataran syariat.
apakah ada korelasi linear antara ‘laku prihatin/berperilaku baik’ dengan ‘syariat
beragama sipil’..? gmn dg fenomena melakukan syariat beragama sipil tapi tidak
berperilaku baik dan berperilaku baik tanpa syariat beragama sipil.
apakah misal, jka hakekatnya syariat sudah dipahami, apakah tatacara nya masih
diperlukan ?
terima kasih.
Rate This
Balas
Rate This
Balas
Cah Kla 10
Januari 22nd, 2011 pukul 12:13
ki sabda yth.
apakah masih bisa di katagorikan laku prihatin kl kita masih berharap dari laku tsb.?
bagi saya laku prihatin hilangnya rasa berkorban . bukankah adanya susah senang sakit
dsbnya kalau dirasakan. mohon pencerahan dr ki sabda. atas pernyatan dr bocah ling lung
ini. matur suwun.
Rate This
Balas
UCI eplek-eplek
Januari 24th, 2011 pukul 14:21
uce belum pernah denger ada laku prihatin tanpa berharap #%^&$#
setiap laku prihatin pasti punya “niatan” atau “harapan”
Laku prihatinnya nb daud …. laku prihatin bidang politik, ktk nb daud berharap
ingin mengalahkan raksasa “goliat”, bentuk laku prihatinnya puasa (sehari puasa,
sehari tidak), laku ini konon critanya diikuti oleh amin rais ktk ingin mengalahkan
raksasa suharto.
Umat islam ingin agar dosa-dosanya selama satu tahun dihapus oleh Allah, maka
puasa romadhon 1 (satu) bulan penuh di bulan ramadhan.
puasanya uce gak makan sehari gak ada tujuan karena emang gak punya beras
hhh …..
Rate This
Balas
hanoman
Januari 25th, 2011 pukul 13:20
emang jarang makan beras..tapi sekali makan beras nya rojo lele..yg se
liternya 10 rebu…mahal banget ya, kasian yg pengen makan beras pulen
tp duit cekak?
Rate This
kalau uce punya telik sandi yg gak bisa mengerti bahasa isyaratku, uce
takut kakang salah nangkep sasaran …. tugasnya Hanoman dari kanjeng
Rm Wijaya itu sangat berat … maka hendaknya setiap kata-kata dicerna
dulu sebelum ditenggak …. itu yg uce takuti … salah2 bisa uce dicap
STRESS .. padahal emang lagi stres … udah tahu uce lagi stess mba Dewi
Sinta malah ngurus kakek jompo
Rate This
o
Dalbo
Januari 25th, 2011 pukul 12:10
Nuwun sewu..
@ Cah Kla 10 salam kenal.
saya Dalbo, bukan ki Sabda..Izin kan sy merespon comen/pertanyaan njenengan.
yg ini
.
apakah masih bisa di katagorikan laku prihatin kl kita masih berharap dari laku
tsb.?
Saya percaya dan tidak mau munafik bahwa sikap berharap/ pamrih dlm
melakukan suatu tindakan apapun yg di motifasi oleh alam kesadaran akan selalu
ada dlm diri manusia, namun di sini kita akan bisa membedakan jenis pamrih yg
bagai mana, hanya diri kita masing2 yg tahu, contohnya: Saya mau laku prihatain
agar saya bisa lebih, eling lan was pada, tentu akan sanagt berbeda dg motivasi yg
ini’ Saya akan laku prihatin, puasa senen kemis, dll agar jadi orang sakti, lalu bisa
mempengarui siapa saja, gampang dapet cewek.. dll. contohnya lagi:
saya mau menyembah Tuhan demi rasa bersyukur saya atas segala karunianya,
dll, akan berbeda dg saya akan menyembah Tuhan agar saya di beri banyak rejeki
dan nanti masuk surga,
Saya akan rajin meditasi agar saya lebih matep dlm mengenal/menghayati jati diri
sendiri..dll semua itu adalah pamrih, dan itu syah2 saja
Ada suatu perbuatan yg tanpa pamrih, biasanya justru motiwasi oleh alam bawah
sadar, hati nurani ,yg bersifat biasanays spontanitas, contohnya: ini pengalaman
sy pribadi, waktu itu sy hendak pergi nonton film di chinema, pas mau berangkat,
hati nurani seperti brbicara, “jangan prgi skrang” sy tdk punya pamrih apa2 sy
hanya tidak jadi pergi bgtu saja, bg mana seandainya sy nekad pergi? sy tidak
tahu, ketika sy tdk jd pergi juga tidak terjadi apa2,
contoh lainya; waktu saya duduk melamun di verandah, lalu hati nurani berbisik,
pergilah ke pantai ( ini bukan keinginan nafsu lho) lalu aku pergi begitu saja tanpa
harus menghitung untung rugi.
dan tentunya peristiwa semacam ini juga pernah di alami oleh saudara2 yg lain di
blog ini termasuk njenengan,
Ok Mas hanya itu yg bisa sy sharing dg anda , maaf atas keterbatasan saya ini..
Rate This
Balas
Cah Kla 10
Januari 28th, 2011 pukul 14:38
Rate This
edy
Januari 22nd, 2011 pukul 23:00
Satu lagi, yang saya ingin tahu dari jawaban Ki Sabda, dari pertanyaan lain, adalah
pernyataan ini;…Jika kita mau jujur, pembuktian akan hal gaib pun yang paling mudah
dilaksanakan justru dalam pendekatan rasionalitas.
Maksudnya Ki?!
0
Rate This
Balas
Bois
Januari 24th, 2011 pukul 04:28
Mas Sabda yang terhormat, saya mau tanya. Apa definisi “orang beriman” menurut
pemahaman anda? Dan apa yang dimaksud dengan “cobaan” menurut pemahaman anda?
Samakah “cobaan dan ujian” menurut pemaham anda?
Rate This
Balas
hhh ….. barangkali namanya juga barang kali jd inget lagunya kang ebit g ade
yg punya ruma ini kan uci = urang cinta indonesia hhh … apa dasarnya? (enak aja
ngaku2 aku huh …)
lah emang gak boleh … jaman edan kan tamu yg nyuguhi jamuan makan
kang sabda itu kan ibarat tukang … tukang yg dpt keuntungan yg ongkos bayaran gajinya
tukang …. coba siapa yg bangun tugu monas? jawabannya soekarno … ya salah lah,
jawaban yg bener ya tukang … ada kepuasan bhatin buat tukang ya karena itu ibadahnya?
bisa dinikmati oleh org banyak walaupun yg dapet nama soekarno ….
setelah jadi rumah ini ya blok ini, kang sabda sabda tinggal ngisi perabotan, ambil dari
sana, ambil sini … rumahnya jadi mewah, buku-bukunya banyak tertata rapih ….
kalau bukunya banyak … misalnya spt mbak Rina itu bukunya banyak, dulu beliau itu
sekolahnya di Jepang ya pasti yg dikupas dikedepankan ya jepang terus hhh ….
artinya baik mbak Rina ataupun kang sabda buku2nya banyak gitu lo ….
orang mengira wah hebat mbah Rina bisa bikin buku, pengalamannya banyak, bisa tahu
tentang jenglot tentang wayang, tentang tafsir mimpi dll …
tapi ya itulah keuntungannya kalau kita sudah punya rumah atau organisasi, pasti nyaman
gak kehujanan …. lah ini ke depannya ya jangan spt rapat erte dateng kumpul terus bubar
…. sebaiknya melangkah lebih maju … tampung ini warna-warni yg masuk di blog sini
menjadi satu wadah yg mampu mencerminkan kebhinekaan, memunculkan kembali
secara formal wujud iniloh budaya nusantara yg sarat dgn etika adab sopan santun,
menghormati sesama hidup baik lahir dan bhatin, sehingga DPR yg lagi tidur gak akan
pergi ke Yunani belajar etika yg akan diterapkan di Indonesia? yg belum tentu sama
budaya sana dgn budaya nusantara? tapi entahlah uhh … yg jelas uce mau bikin rumah
sendiri ajalah untuk menampung satu warna sajalah yaitu yg mau menghidupkan “urip”,
agar suwungnya menjai ada isi-Nya. hhh …. mimpi kali
Rate This
Balas
'rina aizawa
Januari 24th, 2011 pukul 09:55
siapa bilang saya sekolah di Jepang, saya keturunan Jepang tuh jelas, maka sifat
saya tuh sesuai dengan orang Jepang, BAIK DAN BURUKNYA,,,,kalian sendiri
udah tahu SEMUA KEBAIKAN SAYA DAN SEMUA KEBURUKAN SAYA…
DAN SIFAT KESHATRIA HAHAHA….
ah hahaha…….bangsa ini memang dari dulu tertarik sama orang Jepang kan,
hahaha,,,memang harus diakui mereka lebih maju dalam segala hal dibandingkan
kita….sampai muda mudi indonesia saja mabuk asmara berat ama bintang2 dari
Jepang….
tuh jelas, mereka cara berpikirnya sudah maju,…kang BA saja dah berkali2 ke
Jepang….lihat sendiri kan…
kalau mau melihat gambaran real Jepang di Indonesia adalah saya hahaha…
tapi saya tuh jujur, tidak hanya yang baik saja yang saya berikan, AIB saya pun
semua sudah tahu,,,,,,
nah saya lagi kan anda dalam menilai saya….artinya apa hayo…LOMBOK
PEDAS hahaha….
Rate This
Balas
'rina aizawa
Januari 24th, 2011 pukul 09:58
nah SALAH lagi kan anda dalam menilai saya….artinya apa hayo…
LOMBOK PEDAS hahaha….
edited….hehe…
Rate This
blackarai
Januari 24th, 2011 pukul 20:36
Uci eplek eplek kayanya udah tau bener tentang hakekat kehidupan Sana sini
menasehati .
Tapi kesan yg saya tangkap Uci kaya orang yg frustasi sama kehidupanya
Rate This
Balas
UCI eplek-eplek
Januari 24th, 2011 pukul 20:51
Rate This
nde'
Januari 24th, 2011 pukul 10:11
0
0
Rate This
Balas
Tatang Sidik
Januari 24th, 2011 pukul 12:37
Sebuah artikel yang sangat bagus dan sangat bermanfaat. Matur nuwun Mas Sabda.
Rate This
Balas
UCI eplek-eplek
Januari 24th, 2011 pukul 21:00
@ blackarai
1
Rate This
Balas
slamet2066
Januari 25th, 2011 pukul 23:23
Rate This
Balas
Kang Sukma
Januari 26th, 2011 pukul 09:26
Prihatin banyak diajarkan oleh Rasulullah SAW , dalam kontex Jawi disebutkan dengan
nama Prihatin dan kesamaan dalam ajaran Islam dapat diartikan sebagai Qona’ah ,
tenggang rasa , tidak berfoya dengan cara bersedekah , yang kesemuanya mencerminkan
pribadi Rasul dengan kesederhanaan dengan bersumber pada ke Tawaqqal an kepada
Sang Khaliq pemilik seluruh kerajaan di seluruh Alam ……
Rate This
Balas
ahmad murtadlo
Januari 26th, 2011 pukul 10:27
Mengutip kalimat yang ki sabda tulis di posting memulai laku prihatin 21 januari 2009
bahwa “Dalam setiap melakukan amal baik kepada sesama, kita “transaksikan” kebaikan
itu dengan Tuhan, jangan dengan orang yang kita baiki.”. bisa diambil kesimpulan bahwa
laku prihatin (saya pahami sebagai amal baik) yang dijalani jangan ditransaksikan dengan
objek laku prihatin (diri pribadi, orangbanyak/orientasi publik dan alam semesta), tetapi
laku prihatin tersebut ditransaksikan dengan tuhan. (semoga ga salah)
Rate This
Balas
ratansolomj9
Januari 27th, 2011 pukul 00:31
Ikut menyimak Kang Mas Sabda, dan menanti artikel yang bikin pencerahan lagi ….
Salam Rahayu,
Bambang HS
Rate This
Balas
Rate This
Balas
Sado
Januari 28th, 2011 pukul 18:51
kasihan kuda, cuma jadi alat oleh kusirnya, untuk cari duit?
akal kusir …. gemana caranya agar kudanya gak tahu alias dibodohi, agar duitnya
mengalir ke supir …..
maka salah satu jalan, matanya kuda ditutup, kenapa ditutup?
ya biar kuda gak protes kpd sang supir
yg capai jalan-jalan …. nganter penumpang sampai tujuan….. eh yg dapet duit
kok supirnya …. ya itulah yg namanya kekuasaan
Rate This
Balas
hanoman
Januari 28th, 2011 pukul 18:05
Ditengah BANJIR LAHAR DINGIN MERAPI & BROMO dilanjut dengan TRAGEDI
TABRAKAN KERETA API Mutiara Selatan dan Kereta Api Kutojaya di Banjar (Jabar)
Ada ex-Pejabat bilang 40 juta gaji sebulan mana cukup buat hidup di jakarta??
Emang cukupnya berapa ya?? 40 ribu aja gimana?? malu dong sama rakyat..
Rate This
Balas
Prabu Rama
Januari 28th, 2011 pukul 19:05
Rate This
Balas
Susanto
Januari 29th, 2011 pukul 01:46
Rate This
Balas
o
Sholeh
Januari 29th, 2011 pukul 04:28
Rate This
Balas
Arif Albisri
Januari 29th, 2011 pukul 22:58
Rate This
Balas
sikapsamin
Januari 30th, 2011 pukul 08:56
Rate This
Balas
arek
Januari 30th, 2011 pukul 22:01
nuwun sewu
menurut sepengetahuan saya,ajaran kejawen membagi nafsu menjadi 4
1.nafsu birahi
2.nafsu amarah
3.nafsu materi
4.nafsu kebaikan
dimana bahwa nafsu yg bersifat distruktif ada 3,yaitu birahi,amarah,dan materi.
dan sepengetahuan saya dlm ilmu keseimbangan bhwa sesucinya seseorang pasti ada
nafsu jahatnya.
dan sejahat seseorang pasti ada titik kebaikannya.
jadi nafsu sampe kapanpun tetap ada selama manusia tsb hidup.
Rate This
Balas
o
Dalbo
Februari 3rd, 2011 pukul 11:28
Nuwun sewu..
@ mas Arek salam kenal,..
Betul mas.nafsu akan selalu ada dalam diri manusia, namanya saja manungso,
katone meneng, ning ngongso,,
Nafsu memang sebagai predikat pelengkap untuk manusia, dan itu berperan sngt
penting sekali, kalau menurut saya, tidak ada nafsu yg distructive, sebenarnya yg
distructive itu, bagaimana kita mengendalikan/memanfaatkan nafsu itu. misal;
Nafsu sexual. apa yg akna terjadi kalau manusia tidak punya nafsu sexual/birahi,
mungkin tidak akan terjadi pengembang biakan. betapa sepinya bumi ini..
Nafsu Amarah, coba kalu kita terus2 an di kibuli, di injak2 di plokoto terus2an
sampai kita nggak berdaya apa2 karna nggak ada nafsu amarah, wah..bisa2 NKRI
sdh di ambil alih oleh Belanda smpai skrng.
Nafsu materi: Kita lahir procot dlm keadaan telanjang, terus tumbuh besar,
bersekolah, berpacaran berumah tangga dll, kita nggak mau to mas tetep
telanjang,..wehh kayak tarzan jadianya.
Jadi menurutku nafsu tidak lain adalh sebuah Energy/ E-motion= Energy yg
Motion/bergerak, tidak ubahnya Energy cinta..
jadi tergantung bagaimana kita memanfaatkanya, Dlm khasanah kejawen kita
sering di ingatkan oleh bbrp prinsip al: Eling lan waspodho, sak madya wae,
ngona,ngono ning ojo ngono, ini dalah parameter sebagai panduan keseimbangan
dlm menjalani kehidupan di marca pada agar kita sebagai manungso ora
kebablasan, keseimbamngan adalh kunci yg paling penting,
O.K mas Arek, itu cuma sekedar opini saja, maaf saya tidak bermaksud
mengguruhi, wong saya di blog ini juga berstatus sbg murid kok..
Eh..ngomomg2 sampean Arek endi? Jatim ta?
Rate This
Balas
arek
Februari 8th, 2011 pukul 01:34
Rate This
Husni
Januari 31st, 2011 pukul 07:49
Rate This
Balas
"dewi
Februari 9th, 2011 pukul 01:17
Rate This
Balas
hartono
Februari 2nd, 2011 pukul 20:56
0
Rate This
Balas
uci prihatin
Februari 3rd, 2011 pukul 10:03
Bentuk yg segi empat itu apa aja? ya Ka’bah, Borobudur (kalau yg ini belah ketupat ya
segi empat juga) …. apa kita mau buka asset yg ada di ka’bah? Borobudur? aduh jangan
nanti kiamat … aduh itu asetnya banyak banget bro.
udah dibilang juga kalau kerajaan Mataram Kuno (Bagelan) itu areanya juga berbentuk
segi tiga, puncuk yg atas : UTARA, kanan bawah : BARAT, balik ke wengkon/kiri
bawah : SELATAN …. lah di tengah2 SEGI TIGA tsb adalah SUMUR alias LEBAK
CEWENE apa itu Lebak Cewene? ya puser bumi gambarnya lingkaran2 gitu lo …
Rate This
Balas
Manusia kumuh
Februari 8th, 2011 pukul 12:06
Kebenaran milik penguasa ah tidak juga, ucapan itu hanya untuk penjilat
0
Rate This
Balas
tiorepro
Februari 8th, 2011 pukul 23:36
Rate This
Balas
"dewi
Februari 9th, 2011 pukul 01:13
0
0
Rate This
Balas
SABDå
Februari 9th, 2011 pukul 09:16
Rate This
Balas
Dalbo
Februari 9th, 2011 pukul 09:27
Nueun sewu..
Hmmm pertanyakan Princes satu ini membuat orang2 di sini jadi perlu betul2 merenungi
Ehh jangan2 sampai seumur hidup bggak ketemu..2
Rate This
Balas
bbs
Februari 13th, 2011 pukul 21:40
….. tulisan yang mencerahkan….. semoga kita selalu diberi kelapangan hati untuk
memberi..
Rate This
Balas
Rudy suwarno
Februari 28th, 2011 pukul 23:51
Rahayu
Rate This
Balas
arashi kensho
Februari 17th, 2011 pukul 03:54
Rate This
Balas
tiorepro
Februari 20th, 2011 pukul 14:41
Rate This
Balas
ketutbiu
Maret 7th, 2011 pukul 01:51
KI sabda Yth,
mohon bimbingannya dan nasehat utk kehidupan saya kedepan nanti,,,,
terima kasih
Rate This
Balas
ragil
Maret 24th, 2011 pukul 13:21
bagus pencerahannya, saya tunggu ulasan-ualsan yang lain, misalnya roso sejati, guru
sejati dll. suwun
Rate This
Balas
Rate This
Balas
nonggeng
April 10th, 2011 pukul 23:17
Mas SABDå,
Komentar2 anda sungguh menarik, bagaimana mencari apa yg kita cari, dicari dimana
semua jd mencari cari. Apa sudah anda tebarkan, jd tdk bisa dicari2. Cari lah ilmu ke
negri cina.
Mohon pencariannya.
Rate This
Balas
sasmito andi
April 13th, 2011 pukul 14:45
Wah tiap kali saya buka blog aki serasa saya pulang kampung, diasah.asih.asuh lan selalu
diuri” kabudayan jawi..
malu, aku Ki…. hidup di ibukota memang penuh tuntutan, sehingga kadang membuat
hati yang sudah kita tata ini terlena dengan tuntutan duniawi.. duniawi… duniawi
tiap kali bertemu dengan tiyang sepuh” du kampung hati terasa tenang tertata kembali
dan enak pula melakukan rutinitas seudah di kota
tetapi beberapa minggu/bulan kemudian begitu lagi… silap dengan tuntutan dunia
pesenipun “menengo sakbisomu meski sedelo” bahkan kadang terasa berat dan susah…
Ki…
pripun nggih… kok kados ngungkal gaman setahun namung sepisan, nggih mboten
tajem” Ki…
0
0
Rate This
Balas
izen
April 21st, 2011 pukul 00:48
aslmlkm..wr wb.. cuma pengen nanya siapa sejati nya bpk Al fatah yasin yang memimpin
di padepokan alang alang kumitir . desa rejo qaton (RQ) raman utara lampung timur
lampung. mohon penjelasan nya.. ki sabdo.. dan poro pini sepuh .. matur nuwon
aslmlkum.wr.wb
Rate This
Balas
hi hi hi
April 21st, 2011 pukul 06:18
Rate This
Balas
hi hi hi
April 21st, 2011 pukul 06:21
Rate This
Balas
garjito
Mei 5th, 2011 pukul 14:00
Mohon penjelasan pak sabdo apakah dipadepokan pak sabdo secara berkala diadakan
pertemuan untuk wedar kawruh dimana alamatnya mohon diinfokan rasanya ingin
bertemu langsung dan ngangsu kawruh dengan ki sabda langit nuwun
Rate This
Balas
o
SABDå
Mei 5th, 2011 pukul 14:44
Rate This
Balas
garjito
Mei 6th, 2011 pukul 12:21
Matur nuwun pak sejatesipun kulon remen sanget menawi saged sowan piyambak
wonten dalem pak Sabdo kagem nampi wejangan saking pak sabdo piyambak nangin
dugi sakmeniko dereng mangertosi alamat tuin kontak personipun nuwun
Rate This
Balas
indra
Mei 8th, 2011 pukul 22:33
Rate This
Balas
Tinggalkan Balasan
Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *
Nama *
Email *
Situs web
ISI HALAMAN
o ATUR SABDO PAMBAGYO
Misteri Kehidupan
Arwah Beramanat
Misteri Jenglot (Bathara Karang)
Reinkarnasi Atau Hukuman Tuhan ?
Naga Raksasa Di Langit Bengkulu
Rahasia Di Balik 40 Hari
Kunci Merubah “Kodrat”
o INFORMASI PENTING
“Bencana Spiritual Nusantara”
Misteri Di balik Bulan Sura
NPWP !!! Mudah & Gratis
Hubungan Leluhur & Kembalinya Kejayaan Nusantara
Negeri Penuh Teka-teki
Harta, Tahta, Wanita
o per-EMPU-an
o SECERCAH HARAPAN MERAPI
o Rasionalisasi Kejawen
o SUMPAH BUDAYA II
o MISTERI DI BALIK MERAPI
o UNDANGAN TERBUKA
SERAT JAKALODANG
SERAT SABDAJATI
SERAT SABDATAMA
o SEJARAH LELUHUR
Rasionalisasi Kejawen
o TANAMAN HERBAL
o Z. FAQ
ATUR KAUNINGAN
Para pembaca yang budiman, dengan senang hati, saya persilahkan memberikan
komentar, saran, penegasan, termasuk bila anda ingin menyampaikan pendapat yang
berbeda. Namun harapan saya, marilah kita bersama-sama menyingkirkan segala macam
adat istiadat buruk dalam berdiskusi dan pergaulan luas. Kita hilangkan kebiasaan mudah
terpancing emosi, kagetan dan gumunan, mudah menyalahkan orang lain dan
menganggap diri paling benar. Marilah kita bersama-sama membuka diri, berbekal hati
yang bersih, batin yang bening, kita belajar bersama di sini. Pada saat tertentu anda
menjadi guru bagi kami, namun di saat lain anda dapat belajar di sini dengan sajian
seadanya. Kita luruhkan sifat-sifat negatif, golek menange dewe, golek butuhe dewe, dan
golek benere dewe. Kita tetap solid bersatu di atas perbedaan, bersama-sama
menciptakan negeri yang tenteram, damai, aman dan sentosa. Kita junjung tradisi saling
asah asih dan asuh. Hamemayu hayuning bawana, sastra jendra hayuningrat
pangruwating diyu. Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti. Tak lupa saya haturkan
beribu terimakasih atas sumbang sih dan konstribusi anda para pembaca yang budiman di
gubuk sederhana ini. Tali persaudaraan adalah lebih utama. Salam sejati, salam sih
katresnan. Jayalah NKRI.
Visitors Flag
Arsip Bulan
Meta
o Daftar
o Masuk log
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com
Januari 2011
S S R K J S M
« Des Feb »
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31
HOT NEWS
o MEDITASI CAKRA dan OLAH SEMEDI
MEDITASI CAKRA dan OLAH SEMEDI Meditasi dibagi dalam dua alur besar.
Yakni meditasi mikorokosmos atau pemusatan konsentrasi pada jagad alit yakni
unsur-unsur yang ada dalam diri tubuh kita. Dan meditasi makrokosmos atau
meditasi jagad ageng. Meditasi cakra merupakan subsistem dari meditasi
mikrokosmos. By sabdalangit CAKRA DASAR, ROOT CHAKRA, Jayengdriyo,
Mu […]
Berikut ini saya upload pertanyaan dari para sedulur melalui email seputar
meditasi. Semoga jawaban yang saya berikan seadanya dan sebisanya, mendapat
tempat di hati para sedulur semuanya, dengan harapan sedikit memberi manfaat
untuk kebaikan kepada sesama titah gusti. Apa yang dimaksud meditasi ringan ?
Jawab : meditasi ringan sama halnya dengan konsentrasi […]
o KRITIK TERHADAP “LAKU PRIHATIN”
Berusaha memaknai laku prihatin secara tepat, yang selama ini banyak orang
telah salah kaprah dalam memaknai dan memahaminya. MAKNA PRIHATIN by
sabdalangit Untuk memudahkan pemahaman, prihatin saya akronimkan sebagai
kepanjangan dari rasa perih ing sajroning batin. Perih di dalam batin karena
seseorang tidak lagi bergumul dalam kenikmatan jasad mengumbar naf […]
o Rasionalisasi Kejawen
o SUMPAH BUDAYA II
Pada hari Rabu tanggal 13 Oktober 2010, YM Sultan Adji Sulaiman Raja Kutai
Kertanegara ke 18 memerintah pada pertengahan abad 18, mengingatkan supaya
segera melaksanakan perintah untuk ritual labuh ke puncak Gunung Merapi. Tak
boleh mundur lagi. Batas akhir yang ditentukan adalah hari Jumat Legi, tanggal
15 Oktober 2010. Secara logika, pada tanggal 13 Oktob […]
o UNDANGAN TERBUKA
ASTROLOGI JAWA
o Mencari Weton Anda 0
BLOG Bonafit
o Faisal Saleh (Info Lowongan PNS) 0
o Ki Ngabehi KM Herdjuno 0
o KwekLina’s Imagination 0
o Nurdayat 0
o Padepokan Gantharwa 0
o RatanaKumaro 0
o SABDALANGIT.COM 0
CINTA DAMAI
o Annan Khrisna 0
o Rumah Sanjiwani 0
o YANGKUNG 0
GUDANG ILMU
o AlangAlangKumitir 0
o SABDALANGIT.COM 0
o WONGALUS 0
HAKEKAT-MAKRIFAT
o Ilmu Hakekat-Makrifat 0
o Islam Abangan 0
o Islam Instropeksi 0
o Kang Sumego 0
o Memahami Sufi 0
o Pengembarajiwa 0
o Qarrobin 0
o Quantum Ilahi 0
o Sufi Muda 0
INTERMEZO
o Budaya Jawa Penyejuk Hati 0
o Celetukan Segar 0
o Kangboed 0
o Krishnabalagita 0
o KULINER JOGJA 0
o Mas8Nur 0
o Mistis 0
o Sebuah Kontemplasi 0
o SUKOLARAS 0
KABUDAYAN JAWA
o BELAJAR HURUF JAWA 0
o DBO911 0
o Joyokusumo 0
o Kang Suket 0
o Kang Tono 0
o KanjengRatuKidul 0
o Kraton Jogja 0
o KULINER JOGJA 0
o Menjelajah Situs Purba 0
o Padepokan Mangundirjo 0
o Penjawi 0
o Pernikahan Adat 0
o Siti Jenang 0
o SABDALANGIT.COM 0
GEO CLOCK
widget
Sabdalangit
RUWATAN MASSAL
Di Saat Alam Murka
Follow me on Vodpod
Translator
HITS
free counter
Klik Tertinggi
o nurahmad.wordpress.com
o bausastra.com
o sabda17.blog.plasa.com
o id.wordpress.com/tag/cont…
o sabdalangit.files.wordpre…
o id.wordpress.com/tag/cont…
o pemegangpetir.blogspot.co…
o id.wordpress.com/tag/pusa…
o alangalangkumitir.wordpre…
o bhinnekatunggalika.org/do…
o wongalus.wordpress.com
o addthis.com/bookmark.php?…
Spam Blocked
2.337 spam comments