NIM : 19107020033
Prodi : Sosiologi / A
Definisi Manusia
Manusia adalah kolaborasi anatara Nafsu, Akal, dan hati , dan tidak ada lagi yang
lainnya. Manusia tanpa salah satu diantara ketiga hal tersebut, bukan lagi seorang
manusia.
Nafsu-nafsu itu kemudian juga bersaing satu sama lain dalam diri manusia dan
pada akhirnya inilah yang menjadikan manusia itu seperti apa, sosok yang menjadi
bahan penilaian banyak orang. Manusia tidak pernah memiliki sebuah nafsu yang
tunggal. Nafsu pada manusia senantiasa majemuk. Oleh karena itu, menjadi jelas
mengapa manusia memiliki banyak sifat, seperti pemarah, murah hati, rendah hati,
dan lain sebagainya. Sebenarnya, hal ini merupakan bentuk yang muncul dari
perealisasian nafsu yang ada dalam diri manusia tersebut.
Saat nafsu tidak terpenuhi, misalnya, maka kita akan menjadi marah, namun
sebaliknya disaat nafsu kita terpenuhi, ada kesenangan menyelimuti dan terpnacar
juga ke orang-orang disekitar kita. Ketika ada hasrat untuk berbagi, maka manusia itu
disebut murah hati. Sifat-sifat yang muncul inilah yang menjadikan diri kita seperti
apa. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada manusia yang memiliki sifat yang tetap. Ia
senantiasa berubah dan dinamis, tergantung bagaimana dan nafsu apa yang sedang
ada dan berhasil dipenuhinya.
Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang
apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun
manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
Selain akal, manusia juga dibekali dengan hati. hati ini bekerja sama dengan akal
ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang bebas, namun tidak bebas. Oleh
karena itu, Jean-Jacques Rousseau, dalam bukunya The Social Contract, mengatakan
bahwa, “Man is born free, and everywhere he is in chains.” Hal ini mengindikasikan
bahwa manusia memang bebas, namun ia selalu terbelenggu dimana-mana. Tidak
perlu jauh-jauh untuk dibuktikan. Manusia senantiasa bersosialisasi dengan
masyarakat di sekitarnya. Hal inilah yang menjadi salah satu pembatas kebebasan
mereka. Kebebasan satu individu berhadapan dengan individu lainnya dan akan
terjadi tubrukan. Jika tidak dibatasi, maka yang terjadi adalah dunia yang penuh
dengan rasa egois.
Rasa keterbatasan dalam kebebasan manusia inilah yang akhirnya menimbulkan
peranan hati seorang manusia. hati berperan dalam menentukan perealisasian nafsu
yang tidak mengganggu kebebasan orang lain. Dalam hal ini, orang lain harus
diutamakan karena jika tidak maka yang timbul adalah dunia yang penuh dengan
suasana egois.
Ketika manusia merealisasikan nafsunya dengan akal namun tanpa hati, maka ia
bukanlah seorang manusia, karena ia tidak menyadari keterbatasannya sebagai
individu yang juga harus menyadari eksistensi individu lainnya. Manusia juga tidak
bisa merealisasikan nafsunya hanya dengan hati, sebab akallah yang menjadi kunci
dalam merealisasikan nafsu manusia. Selanjutnya, manusia tanpa nafsu pun juga tidak
bisa disebut sebagai manusia, karena tidak ia tidak memiliki hasrat dan hidupnya akan
statis sebab akal dan hatinya tidak dipakai untuk perkembangannya.
Oleh karena itu, manusia harus memiliki keseimbangan dalam nafsu, akal, dan
juga hatinya. Dalam perealisasian sebuah nafsu yang dilakukan oleh akal dalam
rangka menjadikan manusia itu lebih baik, manusia tidak boleh melanggar eksistensi
manusia lain sebagai subjek, yakni melalui pernana hatinya.