KEBEBASAN?
Kewajiban mengandaikan kebebasan
Etika dan moralitas manusia bersangkut paut dengan peraturan, tapi ada juga kebebasan yang
tidak terlepas dari kehidupan manusia. Hubungan antara moralitas dan kebebasan dapat kita
lihat dalam contohkan dengan kehidupan sehari-hari yang kadang terjadi. Misalnya ketika Dani
mencuri uang milik orang lain, karena keadaan ekonomi yang membuat dirinya harus mencuri.
Tapi hati Dani mengatakan itu hal yang salah, karena ada yang lebih halal untuk mendapatkan
uang contoh dengan bekerja keras . Jadi Dani sadar bahwa secara moral dia wajib untuk
mengembalikan uang yang dicurinya itu. Tetapi sekaligus dia juga menyadari bahwa ia dapat
juga tidak mengembalikannya. Dia bebas untuk menaati suara hatinya atau tidak. Dan dalam
kebebasan itu dia menyadari bahwa dia, hanya dia, yang bertanggung jawab atas perbuatannya
Hanya karena Dani memiliki kebebasan, dia dapat dibebani kewajiban moral.
Kita sebagai manusia berbeda dengan hewan yang tidak mengenal paham kewajiban dan tidak
dapat dianggap bertanggung jawab, karena tidak memiliki kebebasan. Dalam semua situasi dan
terhadap segala perangsang binatang selalu bereaksi menurut pola instingtualnya.
Sedangkan instingtual manusia bersifat lemah dan terbuka. Sebagai makhluk yang berakal budi
manusia mempunyai pengertian. Pengertian itu berarti bahwa ia memahami adanya alternatif-
alternatif untuk bertindak Itulah sebabnya ia bebas. Ia dapat memilih berbuat ini atau itu. Dan
hanya karena ia bebas, ia dapat dibebani kewajiban. Apabila kita mendengar kata kebebasan,
bukan berarti bahwa orang lain tidak memaksa kita untuk melakukan sesuatu melawan
kehendak kita. Tetapi kata bebas masih mempunyai arti yang lebih mendasar, yaitu bahwa kita
mampu untuk menentukan sendiri, berbeda dengan binatang, apa yang mau kita lakukan. Jadi
bahwa kita dapat menentukan tindakan kita sendiri. Hanya karena kita mempunyai kemampuan
itu, kebebasan yang kita terima dari masyarakat begitu kita hargai.
Kebebasan eksistensial pada hakikatnya terdiri dalam kemampuan manusia untuk menentukan
dirinya sendiri. Sifatnya positif. Arti ini tidak menekankan segi bebas dari apa, melainkan
bebas untuk apa. Maksudnya adalah kita sanggup untuk menentukan tindakan kita sendiri.
Tindakan dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu, dengan kesadaran bahwa tergantung
pada kitalah apakah kegiatan itu kita lakukan atau tidak.
Berbeda dengan binatang/hewan dapat saja berbuat ini dan itu, tetapi selalu didorong dan
berdasarkan desakan naluri, perangsang, kebiasaan-kebiasaan yang telah berdarah daging.
Kalu kita sebagai manusia masih dapat mengambil sikap kita sendiri.
Kebebasan jasmani dan rohani
Kebebasan bagi manusia pertama-tama berarti, bahwa ia dapat menentukan apa yang mau
dilakukannya secara fisik. Misalnya ketika ia menggerakkan anggota tubuhnya sesuai dengan
kehendaknya, dan selalu berpatokan pada kodratnya sebagai manusia. Jadi kemampuan untuk
menggerakkan tubuhnya memang tidak tak terbatas. Kebebasan manusia bukan sesuatu yang
abstrak, melainkan konkret, sesuai dengan sifat kemanusiaannya. Keterbatasan itu jangan kita
anggap sebagai pengekangan kebebasan kita, melainkan sebagai wujud kebebasan kita sebagai
manusia.
Yang memang mengekang kebebasan kita adalah paksaan. Paksaan berarti bahwa kejasmanian
kita dipergunakan untuk membuat kita melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang tidak
kita kehendaki. Adanya paksaan juga menunjukkan bahwa kebebasan fisik kita bukan sekedar
kemampuan jasmani saja, melainkan berakar dalam kehendak kita. Binatang juga
menggerakkan tubuhnya sendiri tapi berdasarkan dorongan dan instingtualnya, sedangkan
manusia sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam pikirannya. Dengan kata lain, kebebasan
jasmani bersumber pada kebebasan rohani. Kebebasan rohani bersumber pada akal budi kita.
Apakah kebebasan rohani dapat dilanggar oleh orang lain? Secara langsung hal itu tidak
mungkin. Orang tidak dapat dipaksa untuk memikirkan atau menghendaki sesuatu. Batin kita
adalah kerajaan kita. Kita barangkali dapat ditekan, dibujuk atau diancam untuk melakukan
sesuatu. Tetapi secara tidak langsung kebebasan berpikir kita dapat dipengaruhi dari luar,
bahkan dapat dikacaukan dan ditiadakan. Kita juga bisa dapat menghindar atau melakukan
penilaian yang dapat mempengaruhi pikiran kita. Namun ada tipe orang yang secara emosional
yang tidak dapat berpikir akibat tekanan pisikis atau fisik.
Antara kebebasan jasmani dan rohani terdapat hubungan yang sangat erat. Dapat dikatakan
bahwa tindakan adalah suatu kehendak yang menjelma dan menjadi nyata, dan kehendak
adalah permulaan tindakan.
Kita harus membedakan antara kehendak dan kemauan di satu pihak (maksud dua kata itu
sama) dan keinginan di lain pihak. Menginginkan menjadi orang baik itu murah. Keinginan
tidak mewajibkan saya untuk melakukan sesuatu dan oleh karena itu juga tidak sangat
berbobot. Lain halnya kemauan. Berbicara soal kehendak ada hal yang tidak mungkin kita
kehendaki, contohnya menghendaki dapat terbang seperti burung itu sesuatu yang mustahil.
Baru dalam tindakan kehendak menjadi nyata dalam arti sesungguhnya. Oleh karena itu dosa
dalam fikiran jauh lebih lemah daripada dosa dalam tindakan: baru dalam tindakan kehendak
jahat betul-betul terwujud.
Maka kebebasan sosial manusia ada 3 macam : kebebasan jasmani apabila kita tidak
berada di bawah paksaan. Kebebasan rohani, apabila kita bebas dari tekanan psikis.
Kebebasan normatif kita bebas dari kewajiban dan larangan.
Jadi kebebasan sosial adalah seseorang yang tidak ada dalam paksaan, tekanan atau
kewajiban dan larangan dari pihak orang lain.
Adanya kebebasan sosial berarti bahwa masyarakat menyediakan ruang bagi kebebasan
eksistensial kita. Jadi kita bertanggung jawab atas sikap dan tindakan kita dan bukan
masyarakat.
a. Mempertanggungjawabkan kebebasan
Adanya kebebasan eksistensial itu tidak berarti kita boleh memutuskan apa saja dengan
seenaknya. Kita diberi kebebasan sosial oleh masyarakat berarti kita bebebani tanggung jawab
untuk mengisi ruang kebebasan tersebut secara bermakna dan bertanggung jawab.