Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Razan Ghifari

NIM : 071711333072
Prodi : Ilmu Politik
ETIKA KEBEBASAN

Dalam hidup, seringkali kita mendengar kata kebebasan. Kebebasan secara umum dimasukan
dalam konsep dari filosofi politik dan mengenali kondisi di mana individu memiliki kemampuan untuk
bertindak sesuai dengan keinginannya. Tentang kebebasan, seperti juga tentang banyak pengalaman
manusia lainnya, berlaku apa yang dijaman purba pernah dikatakan Agustinus mengenai waktu. Dalam
renungannya tentang waktu,Augustinus sendiri heran, karena sebenarnya selalu ia sudah tahu apa itu
waktu, namun ia mengalami kesulitan juga bila mau merumuskan pengertian serba biasa itu.

Yang dimaksudkan oleh Augustinus ini tidak lain adalah perbedaan antara pengetahuan yang
dirumuskan secara eksplisit dan pengetahuan yang tinggal implisit saja berupa pengalaman. Pengalaman
itu mempunyai suatu status sendiri yang tidak boleh dicampuradukkan dengan pengalaman jenis lain,
khususnya pengalaman yang menjadi titik tolak dan fundamen ilmu pengetahuan empiris.

Kegemaran ilmu-ilmu empiris adalah menimbang, mengukur, memotret, menyusun statistic, dan
sebagainya atau disingkatnya menentukan fakta dalam dunia luar.Artinya kebebasan tidak pernah dapat
ditentukan.

Pengalaman ini adalah apa yang saya alami tentang diri saya dan hal itu tidak pernah terbuka
bagi orang lain. Pengalaman batin itu menyatakan kebebasan saya.Dalam perbuatan-perbuatan yang
saya lakukan saya tahu dengan pasti bahwa saya bebas.

Kebebasan adalah hubungan antara aku konkret dan perbuatan yang dilakukannya, kata
Henry Bergson. Dan filsuf perancis yang banyak berfikir tentang pengalaman mengenai kebebasan ini
sampai pada kesimpulan: jadi, kebebasan merupakan suatu fakta dan diantara fakta-fakta yang
ditetapkan orang tidak ada yang lebih jelas. Disini kata fakta tentu tidak mempunyai arti data
langsung dari pengalaman batin.

Kebebasan merupakan unsur penting dalam pengalaman kita sebagai manusia, maka kebebasan
itu menjadi salah satu tema filsafat yang khas.Dalam hiduo manusia kebebasan merupakan suatu
realitas yang amat kompleks.Kebebasan mempunyai banyak aspek dan banyak karakteristik.Sudah
dalam bahas sehari-hari kata bebas dipakai dengan berbagai nuansa dan sesudah pemeriksaan lebih
lanjut dan tetap tinggal banyak arti yang tidak boleh dicampuradukkan.

Hal yang sama dapat dikatakan juga tentang kebebasan. Kalau tidak ada orang yang bertanya
apakah kebebasan itu, kita yakin kita tahu karena kita sendiri mengalaminya.Tapi pada saat kita ditanya,
apakah kebebasan itu kita menjadi bingung dan tidak bisa menjawabnya. Dalam etika umum hal yang
dianggap lebih penting adalah kebebasan individual. Berikut analisis arti kebebasan individual.

1) Kesewenang-wenangan

Terkadang kebebasan dimengerti sebagai kesewenang-wenangan (arbitrariness) yaitu orang dapat


berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya. Dalam hal ini bebas dimengerti sebagai terlepas dari segala
kewajiban dan keterikatan, izin atau kesempatan untuk berbuat semau gue. Contohnya, dengan
demikian seorang pelajar adalah bebas, kalau tidak pernah masuk sekolah, karena hari itu kebetulan
Nama : Muhammad Razan Ghifari
NIM : 071711333072
Prodi : Ilmu Politik
libur atau karena ia mengambil keputusan untuk bolos. Jadi ia bebas dalam arti, lepas dari kewajiban
belajar dan dapat mengisi waktu sekehendak hatinya.

Banyak orang menerima pengertian kebebasan ini, yang mana secara spontan mereka akan
menjawab, Saya bebas, jika saya melakukan apa saja yang saya mau. Hal initerjadi karena mereka
mencampuradukkan kebebasan dengan merasa bebas. Contohnya, ketika sekolah libur maka pelajar
akan merasa sungguh-sungguh bebas karena ia tidak terikat kewajiban apa pun dan ia bisa melakukan
banyak hal yang menjadi pantangan ketika berada di sekolah. Makna kebebasan lebih dalam dari hal
tersebut karena kebebasan tidak bisa disamakan dengan merasa bebas atau dilepaskan dari segala
macam ikatan sosial dan moral. Contohnya, pelajar yang masuk ke sekolah setiap pagi dan belajar
dengan rajin serta tekun, tentu harus disebut bebas. Pada akhir tahun ajaran, ia mendapat rapor yang
bagus dan dipuji oleh orangtuanya. Keberhasilannya didasarkan pada prestasi dan usahanya sendiri. Hal
itu mungkinkarena kebebasannya sendiri dalam usaha mendapatkan prestasinya.

Jadi, kebebasan dalam arti kesewenang-wenangan sebenarnya tidak pantas disebut


kebebasan. Sebab bebas sesungguhnya tidak berarti lepas dari segala keterikatan. Maka sekarang
dapat kita simpulkan bahwa kebebasan tidak bertentangan dengan keterikatan. Sebaliknya kebebasan
yang sejati mengandaikan keterikatan oleh norma-norma. Contohnya, kaidah-kaidah yang ada dalam
tata bahasa tidak bermaksud menghambat, melainkan justru memungkinkan kita berkomunikasi melalui
bahasa. Karen akita semua harus mentaati aturan-aturan tata bahasa, bila kita ingin mengerti satu sama
lain. Dimana komunikasi dalam bahasa akan macet sama sekali bila kita menyingkirkan kaidah-kaidah
yang berlaku untuk suatu bahasa tertentu. Demikian juga dalam tingkah laku kita sehari-hari, kebebasan
tidak bertentangan dengan adanya norma-norma, melainkan justru dimungkinkan karena norma-norma
itu.

2) Kebebasan Fisik

Dalam arti ini, orang menganggap dirinya bebas jika ia bis abergerak kemana saja ia mau tanpa
hambatan apa pun. Contohnya, orang yang di borgol tentu tidak bebas. Selama meringkuk di penjara,
seorang narapidana tidak bebas, tetapi begitu masa tahanannya lewat ia kembali menghirup udara
kebebasan. Kebebasan dalam arti ini masih terlalu dangkal karena bisa saja seseorang yang tidak
menikmati kebebasan fisik, namun sungguh-sungguh bebas. Contohnya, banyak pahlawan yang
ditangkap tetapi mereka tetap bebas sepenuh-penuhnya. Jadi, orang yang dapat bergrak dengan cara
bebas, hal itu belum menjamin bahwa ia bebas sungguh-sungguh.

Biarpun dengan kebebasan fisik belum terwujud kebebasan yang sebenarnya, namun kebebasan
ini patut dinilai positif. Jika kebebasan dalam arti kesewenang-wenangan harus ditolak sebagai
penyalagunaan kata kebebasan, maka kebebasan fisik bisa kita hargai tanpa ragu-ragu. Kebebasan ini
sangat bermanfaat dan sangat dibutuhkan untu menjadi orang yang bebas dalam arti yang sebenarnya.

3) Kebebasan Yuridis

Kebebasan yuridis berkaitan dengan hukum dan harus dijamin oleh hukum. Kebebasan yuridis
ini merupakan sebuah aspek dari hak-hak manusia karena dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak
Asasi Manusia (1984) dan dokumen-dokumen lainnya tentang hak-hak manusia membicarakan tentang
hak-hak dan kebebasan-kebebasan. Jadi yang dimaksud dengan kebebasan dalam arti ini adalah
syarat-syarat fisis dan sosial yang perlu dipenuhi agar dapat menjalankan kebebasan kita secara konkret.
Nama : Muhammad Razan Ghifari
NIM : 071711333072
Prodi : Ilmu Politik
Kebebasan-kebebasan yuridis ini menandai situasi kita sebagai manusia. Kebebasan kita bersifat
berhingga dan karena itu membutuhkan ruang gerak dimana ia bisa dijalankan. Kebebasan-kebebasan
yuridis ini dimaksudkan untuk menjalankan kebebasan manusia secara konkret dan mewujudkan
kemungkinan-kemungkinan yang terpendam dalam setiap manusia guna memenuhi semua syarat hidup
di bidang ekonomis, sosial dan politik. Peranan negara dalam pelaksanaan kebebasan yuridis ini sangat
penting dimana negara mengupayakan kesejahteraan umum, harus menjamin dan memajukan
kebebasan-kebebasan ini. Hal tersebut dilakukan dengan dengan membuat undang-undang yang cocok
bagi keadaan konkret. Perundangan-perundangan ini mungkin akan mengganggu dan membatasi
kebebasan beberapa orang. Namun hal tersebut tidak bisa dieelakkan. Yang terpenting ialah bahwa
pembatasan ini hanya terjadi demi kebebasan sebesar mungkin bagi semua orang.

Tapi peranan negara tidak sama terhadap semua kebebasan yuridis. Kebebasan yuridis
dibedakan menjadi dua macam yang bergantung pada dasarnya. Dasarnya bisa hukum kodrat atau
hukum positif. Karena itu kita membedakan kebebasan yuridis berdasarkan hukum kodrat dan hukum
positif.

Jadi, Dengan adanya kebebasan yang bebas nya sesungguhnya masih terikat dengan aturan-
aturan norma yang berlaku, kita dituntut untuk tetap bertanggung jawab dengan kebebasan kita ini.
Nama : Muhammad Razan Ghifari
NIM : 071711333072
Prodi : Ilmu Politik

Sumber:

https://trueorwrong.wordpress.com/2011/10/03/kebebasan-individual-ditinjau-dari-etika/
Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia.

https://www.google.co.id/search?q=etika+kebebasab&oq=etika+kebebasab&aqs=chrome..69i5
7j0l5.1985j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-

https://wartafeminis.com/2013/04/10/etika-moral-dan-kebebasan/

http://deanadablogger.blogspot.co.id/2016/07/makalah-etika-kebebasan-dan-tanggung.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan

Anda mungkin juga menyukai