Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebebasan adalah istilah yang banyak digandrungi oleh orang modern dan
diwujudkan dalam berbagai macam gaya hidup dan mode. Namun di balik itu
semua, kebebasan secara maknawi menjadi kata yang kurang jelas artinya.
Kebebasan bisa mempunyai banyak arti, tergantung dari perspektif mana ia
dipandang. Jika salah dalam memandang, maka kebebasan justru dapat dijadikan
suatu cara untuk berbuat sesuatu yang tidak benar. ( Samsul, 2008). Dengan kata
lain, manusia mempergunakan kebebasannya untuk menciptakan dan memainkan
peranan sendiri tanpa ditentukan oleh faktor di luar manusia.
Manusia itu senatiasa tunduk pada batas-batas waktu dan tempat di mana
ia hidup karena manusia, kekuatan jasmani dan akalnya terbatas sehingga tidak
boleh berlaku kebebasan mutlak. Kebebasan dapat dilakukan dengan memegangi
konsep tanggung jawab agar kebebasan yang dimiliki oleh manusia tidak
merugikan pihak lain maupun dirinya sendiri.
Untuk memahami arti dari kebebasan yang dimiliki oleh manusia serta arti
dari tanggung jawab serta hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab, maka
dalam makalah ini, penulis memilih judul “Makna Kebebasan Manusia Dan
Hubungannya Dengan Tanggung Jawab” untuk membahas lebih lanjut mengenai
makna dari kebebasan manusia, tenggung jawab dan hubungan antara keduanya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari kebebasan manusia?
2. Apakah pengertian tanggung jawab?
3. Bagaimanakah hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab?
4. Apasajakah kasus yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab?
5. Bagaimanakah sikap kritis yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab?

1
2

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahu pengertian dari kebebasan manusia.
2. Untuk mengetahui pengertian tanggung jawab.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab.
4. Untuk mengetahui kasus yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung
jawab.
5. Untuk mengetahui sikap kritis yang bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBEBASAN MANUSIA


Menurut Rachmatulloh (2011) konsep kebebasan atau kemerdekaan (al-
hurriyah) adalah konsep yang memandang semua manusia pada hakekatnya
hanya hamba Tuhan saja, sama sekali bukan hamba sesama manusia. Berakar dari
konsep ini, maka manusia dalam pandangan Islam mempunyai kemerdekaan
dalam memilih profesi, dalam memilih wilayah hidup, bahkan dalam menentukan
pilihan agama pun tidak dapat dipaksa.
Konsep kebebasan atau kemerdekaan (al-hurriyah) adalah konsep yang
memandang semua manusia pada hakekatnya hanya hamba Tuhan saja, sama
sekali bukan hamba sesama manusia. Hal ini berimplikasi bahwa manusia
mempunyai kemerdekaan dalam segala hal yang berhubungan dengan
kehidupannya. Sehingga setiap orang memilki kebebasan baik dalam lingkup
publik maupun dalam lingkup keluarga. Namun kebebasan tersebut ada batasnya
misalnya dalam hukum publik manusia bebas untuk melakukan apa yang menjadi
keinginannya, namun kebebasan tersebut dibatasi oleh kebebasan orang lain.
Demikian juga dalam Islam manusia bebas melakukan sesuatu sejak ia lahir,
namun kebebasan tersebut dibatasi oleh kebalighan yang ia alami yang membuat
dia berkewajiban untuk melakukan segala peraturan yang ditentukan oleh syara'.
(Rachmatulloh, 2011).
Kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyangkut semua
urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya sesuai keinginan, baik
individu maupun kelompok. Kebebasan berarti kemerdekaan dari belenggu
kebendaan dan kerohanian. Tetapi kemerdekaan ini walau bagaimanapun luasnya,
masih tetap bersifat nisbi (relatif). Sebab manusia itu senatiasa tunduk pada batas-
batas waktu dan tempat di mana ia hidup karena manusia, kekuatan jasmani dan
akalnya terbatas sehingga tidak boleh berlaku kebebasan mutlak. Kebebasan dapat
dilakukan dengan memegangi konsep tanggung jawab. Kebebasan memungkinan
yang diberikan dan nilai yang harus dimenangkan dengan mengatasi sejumlah
determinasi. ( Samsul, 2008).

3
4

Jadi yang dimaksud dengan kebebasan adalah suatu ide atau gagasan
kesadaran diri manusia untuk bertindak, berkreasi, berfikir secara kritis dan
terhindar dari belenggu kebendaan dan kerohanian dalam kehidupan sehari-hari
baik secara struktural maupun kultural.

B. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB


Tanggung Jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut
kamus umum bahasa Indonesia adalah kewajiban menanggung, memikul jawab,
menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung
akibatnya. (e-learning Gunadarma, 2012)
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja ataupun tidak disengaja sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya. Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar.
Bia belajar maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti pula ia
telah bertaggung jawab atas kewajibannya dan sebaliknya apabila mahasiswa
malas belajar dan ia sadar akan hal itu maka mahasiswa itu tidak memenuhi
kewajibabya dan berarti pula mahasiswa tersebut tidak bertanggung jawab.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian
atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya
tanggung jawab dikarenakan manusia hidup di dalam masyarakat dan hidup di
dalam lingkungan alam sehingga manusia tidak diharapkan untuk berbuat
seenaknya sendiri terhadap manusia lain dan terhadap lingkungan alam. (e-
learning Gunadarma, 2012)
Tanggung jawab bersifat kodrati yang memiliki arti bahwa tanggung
jawab sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab. Apabila seseorang tidak mau bertanggung
jawab maka ada pihak lain yang yang akan memaksakan tanggung jawab tersebut.
Dengan demikian tanggung jawab dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi pihak
yang berbuat dan sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi yang berbuat, ia harus
menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia harus memulihkan ke
dalam keadaan baik. Sedangkan dari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau
5

bertanggung jawab maka pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara
individual maupun dengan cara kemasyarakatan. Dengan demikian tanggung
jawab adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai
akibat dari perbuatan pihak yang berbuat atau sebagai akibat dari perbuatan pihak
lain atau sebagai pengabdian dan pengorbanan pihak lain. (e-learning Gunadarma,
2012).
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia
merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruknya
perbuatan itu dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukab pengabdian atau
pengorbanannya. Kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh melalui
pendidikan, penyuluhan, keteladanan dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
(e-learning Gunadarma, 2012).

C. KEBEBASAN MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN


TANGGUNG JAWAB
Istilah kebebasan seringkali disebut-sebut sebagai bentuk ekspresi manusia
yang menandakan makhluk merdeka. Ia melekat sekaligus berwujud dalam segala
tingkah laku manusia. Kebebasan adalah “fitrah” manusia untuk hidup dengan
bebas merdeka yang merupakan salah satu keinginan insani yang amat mendasar.
Kebebasan menjadi kebutuhan yang sangat vital mengingat tidak ada satupun
menusia yang ingin hidup di dalam keadaan tertindas atau berada dalam
kekuasaan dalam bentuk apapun. ( Samsul, 2008).

Tanggung jawab berkaitan dengan “penyebab”. Pihak yang bertanggung


jawab adalah yang menyebabkan atau yang melakukan tindakan. Tidak ada
tanggungjawab tanpa kebebasan dan sebaliknya. Bertanggung jawab berarti dapat
menjawab, bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Orang yang
bertanggung jawab dapat diminta penjelasan tentang tingkah lakunya dan bukan
saja ia bisa menjawab tetapi juga harus menjawab. (Inter Action Council, 1997).

Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak bila diminta
penjelasan tentang tingkah laku atau perbuatannya. Dalam tanggung jawab
terkandung pengertian penyebab. Orang bertanggung jawab atas sesuatu yang
6

disebabkan olehnya. Orang yang tidak menjadi penyebab suatu akibat maka dia
tidak harus bertanggung jawab juga.

Hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab tidak selalu dipahami


dengan jelas. Konsep kewajiban-kewajiban manusia juga berlaku untuk
mengembangkan gagasan-gagasan kebebasan dan tanggung jawab, sementara
hak-hak lebih terkait dengan kebebasan, kewajiban-kewajiban dikaitkan dengan
tanggung jawab. Di luar perbedaan ini, kebebasan dan tanggung jawab saling
tergantung satu sama lain. (Inter Action Council, 1997).
Tanggung jawab sebagai kualitas moral berlaku sebagai penghalang alami
untuk kebebasan. Di dalam kehidupan masyarakat, kebebasan tidak dapat
digunakan tanpa batasan-batasan. Dengan demikian, semakin banyak kebebasan
yang dilakukan maka semakin besar tanggung jawab yang harus harus dipikul
terhadap orang lain maupun diri sendiri. Demikian pula, semakin banyak bakat
yang dimiliki oleh manusia maka besar tanggung jawab untuk mengembangkan
hingga batas akhir kemampuan. (Inter Action Council, 1997).

D. KASUS-KASUS TENTANG KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB

Kebebasan dan tanggung jawab memiliki hubungan yang tak dapat


dipisahkan. Berikut ini ada rasionalisasi tentang kasus kebebasan dan tanggung
jawab melalui contoh pencurian. “Mencuri” kita maksudkan: mengambil barang
milik orang lain tanpa izin. Kita bisa membayangkan kasus-kasus berikut ini, lalu
mempelajari derajat tanggung jawabnya.

a. Ali mencuri, tapi ia tidak tahu bahwa ia mencuri.


Ali mengambil tas milik orang lain berisikan uang satu juta rupiah, karena ia
berpikir tas itu adalah tasnya sendiri. Maklumlah, warna dan bentuknya persis
sama dengan tas yang menjadi miliknya. Ketika sampai di rumah dan mem
buka tasnya, barulah ia menyadari bahwa tas itu ternyata milik orang lain. Ia
tidak bebas dan tidak bcrtanggung jawab dalarn rnelakukan perbuatan
“pencurian” itu, karena ía tidak tahu bahwa ía mencuri (bahwa tas itu milik
orang lain).
b. Budi mencuri, karena dia seorang kleptoman
7

Budi juga mengambil tas berisikan uang milik orang lain, tapi ia menderita
kelainan jiwa yang disebut “kleptomani”, yaitu ía mengalami paksaan batin
untuk mencuri. Di sini tidak ada kebebasan psikologis, seperti sudah kita lihat
sebelumnya, dan akibatnya ia tidak bertanggung jawab.
c. Cipluk mencuri, karena dalam hal ini ia sangka Ia boleh mencuri.
Cipluk juga mengambil uang milik orang lain. Ia membuatnya dengan bebas,
tapi dalam arti tertentu ía membuat nya terpaksa juga. Cipluk ini seorang
janda yang mempu nyai lima anak yang masih kecil. Mereka sudah beberapa
hari tidak dapat makan, karena uangnya habis sama sekali. Ibu Cipluk
berpendapat bahwa dalam hal ini ía boleh mencuri. Ia menghadapi konflik
kewajiban. Di satu pihak ía wajib menghormati milik orang lain dan karena
itu ía tidak boleh mencuri. Di lain pihak sebagai seorang ibu ía wajib
memperjuangkan keselamatan anaknya. Ibu Cipluk berpendapat bahwa
kewajibañ kedua harus diberi prioritas dan akibatnya dalam kasus ini ía boleh
mencuri. Perlu diperhatikan bahwa perbuatannya di lakukan secara bebas dan
karena itu ía bertanggung jawab penuh atas perbuatannya. Tapi dipandang
dari sudut etika, dalam kasus ini ía tidak bersalah.
d. Darso mencuri, karena orang lain memaksa dia dengan mengancam
nyawanya.
Karena perawakannya pendek, Darso dipaksa oleh maji kannya untuk masuk
kamar seseorang melalui lobang kisi -kisi di atas pintu, guna mengambil tas
berisikan uang yang terdapat di situ. Kalau ia menolak, ía akan disiksa dan
barangkali malah dibunuh. Darso tidak melihat jalan lain daripada menuruti
penintah majikannya. Ia membuatnya terpaksa, sebab sebenarnya ía tidak
rnau. Namun ía juga tidak ingin tertimpa ancaman majikannya. Dalam kasus
ini ternyata Darso tidak bebas (dalam arti kebebasan moral) dan karena itu ía
juga tidak bertanggung jawab atas perbuatannya.
e. Eko mencuri, karena ía tidak bisa mengendalikan nafsunya.
Eko juga mencuri uang satu juta rupiah yang oleh pe miliknya disimpan
dalam sebuah tas. Pada ketika dapat dipastikan tidak ada orang yang melihat,
ía mengambil tas itu dan langsung kabur. Dengan mencuri uang itu Eko
bertindak bebas dan karena itu ía bertanggung jawab (Usman, S. 2008).
8

1. Kasus Kebebasan dan tangung jawab beragama

Hak menganut atau menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihan


sendiri. Kebebasan itu disebut internal freedom (kebebasan internal) yang patut
dihargai siapa pun. Tidak ada satu pihak pun yang bias membatasi kebebasan
internal. Negara juga tidak dapat membatasi dan memaksakan. hak ini mencakup
kebebasan untuk setiap orang menganut, menetapkan, merpertahankan atau
pindah agama atau kepercayaan. Terkait dengan jaminan kebebasan beragama di
Indonesia, UUD 1945 sudah cukup kuat menjamin setiap warga negara untuk
memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Pasal
29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, “negara menjamin kemerdekaan tiap tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”. Jaminan tersebut juga dapat dilihat dari
ketentuan pasal 28 E ayat (1) dan (2). Pada pasal (1) menyatakan : “bahwa setiap
orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya…”. Pada ayat (2)
dinyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan…”.
Jaminan kebebasan beragama ini diperkuat melalui UU No. 39 tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia. Pasal 22 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan ; (1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu; (2) negara menjamin
kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu. Ada dua hal penting dalam
ketentuan diatas, yaitu kebebasan beragama dan berkepercayaan sebagai hak, dan
adanya kewajiban negara untuk menjamin terpenuhinya hak tersebut (IRF, 2011).

Kebebasan dalam beraga tercermin dalam pendirian tempat-tempat ibadah,


penggunaan simbol-simbol keagamaan, publikasi keagamaan, pemakaian busana-
busana keagamaan dan penutup kepala, ibadah puasa, makanan pantangan,
pengajaran agama atau keyakinan, pembangunan hubungan komunikasi dengan
sesama pemeluk agama, pemilihan pimpinan agama, ketaatan terhadap hari-hari
libur, hari-hari suci dan upacara keagamaan. Akan tetapi masih banyak kasus yang
berkaitan dengan kekebasan beraga diantaranya:
9

a. Tindakan kekerasan terkait agama di Sulawesi dan Maluku. Selama bulan


suci Ramadhan, Pemerintah mencegah beberapa tindakan anarkis, tetapi
kadang‐kadang gagal mencegah terjadinya tindak kekerasan maupun
memberantas diskriminasi terhadap kelompok agama yang dilakukan oleh
aktor‐aktor non negara, dan terkadang gagal menghukum pelaku
kekerasan. Beberapa kelompok Muslim garis keras yang menentang
pluralisme agama terlibat dalam tindak kekerasan terhadap kelompok
agama lain dan terhadap kegiatan‐kegiatan yang dianggap bertentangan
dengan pandangan mereka tentang nilai-nilai Islam (IRF, 2011).
b. Kejadian pelecehan sosial dan diskriminasi berdasarkan afiliasi agama,
keyakinan, atau praktek keagamaan di Srengat Jawa Tengah. Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) terkemuka menjelaskan telah terjadi lebih
dari 50 kali serangan terhadap anggota Sekte Ahmadiyah selama tahun
2010 dan lebih dari 75 serangan terhadap umat Kristiani (Balai Diklat
Semarang 2013).
c. Konflik yang terjadi di Sambas, Sampit, Poso, Ambon, dan Ternate (Balai
Diklat Semarang 2013)
d. pada awal tahun 2011 ini juga terjadi konflik antara lain penyerangan
terhadap jemaah Ahmadiyah di Cikesik (Balai Diklat Semarang 2013)

2. Kasus Kebebasan dan tangung jawab berpendidikan

Pendidikan merupakan hak warga negara seerti yang tercantum dalam


UUD 1945 pasal 31 ayat 1. Setidaknya warga negara Indonesia mengenyam
pendidikan selama 9 tahun (Wajar 9 tahun). Saat ini pemerintah telah
mengupayakan berbagai program pendidikan agar semua lapisan masyarakat
dapat mengenyam pendidikan 9 tahun bahkan sampai perguruan tinggi.
Kendati demikian masih banyak orang tua yang menganggap kerja lebih
penting daripada sekolah sehingga anak-anak mereka lebih disuruh untuk
mengamen di jalan. Di sisi lain ada juga masyarakat yang sudah sadar dengan
pentingnya pendidikan akan tetapi anaknyalah yang menyianyiakan. Jenjang
pendidikan yang rendah dan kurangnya pengetahuan menyebabkan berbagai
10

kasus dikalangan pelajar seperti tawuran antar pelajar di universitas di


Makassar Sulawesi Selatan. Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar
sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung
akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan
hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku,
kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan
sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua
kelompok beda sekolah (Abu, Z. dkk. 2008).

3. Kasus Kebebasan dan tangung jawab berpendapat


Berdasarkan UU RI No 9 tahun 1998 tentang kebebasan berpendapat
warga negara dapat berpendapat di muka umum dengan bebas akan tetapi
harus disertai dengan tanggung jawab. Undang-undang ini menjadi landasan
utama bagi semua orang untuk memberanikan diri menilai, mengevaluasi dan
berpendapat dimuka umum akan tetapi seiring bertambahnya arus globalisasi
masyarakat lupa akan tanggung jawab terhadap pendapatnya sehingga
menimbulkan celotehan yang kurang berkualitas menyinggung pihak lain.
Contoh kasus tentang kebebasan berpendapat seperti yang dialami oleh
Prita Mulyasari. Kasus Prita vs RS Omni Internasional ini ramai
diperbincangkan banyak pihak. Bagi Prita pelayanan rumah sakit yang
seharusnya sesuai standar dan etika profesi yang ada ternyata menyisakan
celah bagi pasiennya. Bermula dari sekedar curhat ke seorang teman via
email lalu menyebar ke semua kolong jagat virtual, mengalir lewat saluran-
saluran yang ada. Di pihak lain, terutama mereka yang menjadi sasaran
tembak dari curhat tersebut, mudah sekali disimpulkan sebagai pencemaran
nama baik. Sekalipun, dari sisi pribadi seorang Prita, bisa jadi kerugian yang
diterimanya sekarang lebih dari sekedar pencemaran nama baik. Itulah
jebakan dari UU ITE di atas publik mengetahui ibu Prita dan pihak RS Omni
Internasional telah sepakat berdamai dan mengakhiri permusuhan di tingkat
Pengadilan Negeri Tangerang, Prita dinyatakan bebas murni namun terancam
kembali di bui sebab putusan kasasi di terima oleh Mahkamah Agung.
11

E. SIKAP KRITIS MENGATASI MASALAH KEBEBASAN DAN


TANGGUNG JAWAB

Berbagai masalah atau kasus yang berkaitan dengan kebebasan yang tidak
disertai dengan rasa tanggung jawab maka harus disikapi dengan baik cara
penyelesaiannya. Berikut ini adalah cara mengatasi masalah kebebasan dan
tanggung jawab di berbagai aspek.

1. Kebebasan beragama
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2 bahwa negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Undang-undang ini
dengan tegas memberikan jaminan konstitusional terhadap kebebasan beragama.
Hal ini menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara teokratis, dan bukan pula
negara sekular, tetapi negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang tidak
didasarkan pada satu paham keyakinan agama tertentu. Sikap keberagamaan yang
moderat dan toleran diyakini ikut memberikan andil pada kehidupan berbangsa
dan bernegara yang harmonis (balai diklat keagamaan semarang, 2013). Untuk
mengatasi masalah kebebasan beragama diantaranya:
a. Pemahaman yang benar terhadap agama yang diyakininya sehingga tidak
menimbulkan kecaman dan sangsi sosial
b. Meyakini ajaran agama yang dianutnya dan berpegang teguh kepada
keimanan dan ketakwaan sebagai bentuk rasa tanggung jawab terhadap
agama yang dianut
c. Melaksanakan perintah agama dengan baik dan benar dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari sejalan dengan hati nurani
d. Toleransi antar umat beragama
e. Pemerintah menyediakan alokasi dana melalui APBN dan APBD untuk
kegiatan kerukunan intern dan antar umat beragama melalui Majelis
Agama dan Organisasi keagamaan.
f. Semua umat beragama diharapkan meningkatkan partisipasi untuk
menciptakan kerukunan intern dan antar umat beragama dan persatuan
dan kesatuan demi kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia
12

g. Mematuhi undang-undang tentang kebebasan beragama yang berlaku


h. Menerapkan paham kemajemukan dan kebebasan beragama karena
Indonesia bukan negara 1 agama, tetapi setidaknya ada 5 agama yang
dituntut hidup rukun aman dan damai.
Ayat Al-Quran yang paling jelas menyatakan hal ini adalah:

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”


Tanggung jawab individual adalah hal penting untuk menuntut bahwa
seseorang harus bebas menentukan jalan hidupnya. Seseorang bertanggung
jawab atas pilihannya sendiri (Ali, A.Y 1989).

2. Kebebasan Berpendidikan
Pendidikan merupakan hak warga negara seerti yang tercantum dalam
UUD 1945 pasal 31 ayat 1. Setidaknya warga negara Indonesia mengenyam
pendidikan selama 9 tahun (Wajar 9 tahun). Hal ini dimaksudkan agar seluruh
warga negara Indonesia rata dapat mengenyam pendidikan yang sama tanpa
melihat status ekonomi, ras, agama, budya, adat istiadat dan golongan. Akan
tetapi kesadaran masyarakat yang kurang membuat frekuensi anak putus
sekolah tetap besar karena faktor ekonomi keluarga. Ini menyebabkan sumber
daya manusia di Indonesia tetap rendah sehingga memicu sesorang untuk
berpikirann pendek layaknya tawuran. Ada beberapa sikap kritis yang dapat
mengatasi masalah kependidikan diantaranya:
a. Menerapkan pendidikan berkarakter diberbagai mata pelajaran kepada
peserta didik seperti:
1) Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain:
religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin
tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan,
sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja
keras, dan adil.
2) Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial,
demokratis, jujur, mengahargai keragaman, sadar akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain.
13

3) Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya


diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
4) Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman,
berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan
lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
5) Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai
keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli
lingkungan, cinta ilmu
6) Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri,
mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial
7) Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai
karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
8) Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur,
percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain
9) TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
10) Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang
lain, nasional, peduli (Abu, Z. dkk. 2008).
b. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik tanpa
memandang status sosial, ekonomi, budaya,agama, ras, dan jenis kelamin
sesuai dengan UUD 1945 pasal
c. Mengembangkan nilai demokrasi pancasila

3. Kebebasan Berpendapat
Paska reformasi bangsa Indonesia adalah negara demokrasi dan negara
hukum yang melindungi setiap warga negara dalam melakukan setiap bentuk
kebebasan berpendapat, menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun
tulisan, hal ini dilindungi peraturan perundang-undangan di Indonesia baik
didalam batang tubuh UUD 1945 pasal 28, UU RI No 9 tahun 1998
kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum dan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2005 tantang jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-
14

poin hak yang harus dilindungi oleh Negara mengenai hak berpendapat, hak
berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan
pemerintahan, hak mendapatkan keadilan.
Kebebasan berpendapat memeang menjadi hak setiap warga negara, akan
tetap jika tidak diiringi denga rasa tanggung jawab maka akan menjadi masalah
yang serius. Semakin berkembangnya era globalisasi seharusnya kita dapat
merefleksi, seletif terhadap berbagai informasi dan tetap berhati-hati. Kebebasan
yang diterapkan adalah bebas yang bertanggung jawab.
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian Kebebasan Manusia


Kebebasan berarti kemerdekaan dari belenggu kebendaan dan
kerohanian. Tetapi kemerdekaan ini walau bagaimanapun luasnya, masih
tetap bersifat nisbi (relatif). Sebab manusia itu senatiasa tunduk pada
batas-batas waktu dan tempat di mana ia hidup karena manusia, kekuatan
jasmani dan akalnya terbatas sehingga tidak boleh berlaku kebebasan
mutlak.
2. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul
atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat atau
sebagai akibat dari perbuatan pihak lain atau sebagai pengabdian dan
pengorbanan pihak lain.
3. Kebebasan Manusia dan Hubungannya dengan Tanggung Jawab
Tanggung jawab sebagai kualitas moral berlaku sebagai
penghalang alami untuk kebebasan. Kebebasan tidak dapat digunakan
tanpa batasan-batasan. Semakin banyak kebebasan yang dilakukan maka
semakin besar tanggung jawab yang harus harus dipikul terhadap orang
lain maupun diri sendiri.
4. Kasus yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab
Kasus yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab
meliputi kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, dan kebebasan
berpendidikan.
5. Sikap kritis yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan kebebasan dan tanggung jawab
Sikap kritis untuk mengatasi kasus yang berkaitan dengan
kebebasan dan tanggung jawab dapat dimulai dari diri sendiri menyadari
arti penting kebebasan yang bertanggung jawab.

15
16

B. Saran

Hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab tidak selalu dipahami


dengan jelas. Konsep kewajiban-kewajiban manusia juga berlaku untuk
mengembangkan gagasan-gagasan kebebasan dan tanggung jawab, sementara
hak-hak lebih terkait dengan kebebasan, kewajiban-kewajiban dikaitkan dengan
tanggung jawab. Di luar perbedaan ini, kebebasan dan tanggung jawab saling
tergantung satu sama lain.Tanggung jawab sebagai kualitas moral berlaku sebagai
penghalang alami untuk kebebasan. Di dalam kehidupan masyarakat, kebebasan
tidak dapat digunakan tanpa batasan-batasan. Dengan demikian, semakin banyak
kebebasan yang dilakukan maka semakin besar tanggung jawab yang harus harus
dipikul terhadap orang lain maupun diri sendiri. Oleh sebab itu sebagai manusia
yang berbudi luhur hendaknya selalu memperhatikan tanggung jawab sebelum
menuntut adanya kebebasan.
17

DAFTAR RUJUKAN

E-learning Gunadarma. 2012. Manusia dan Tanggung Jawab, (Online),


(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab9-
manusia_dan_tanggung_jawab.pdf), diakses tanggal 3 Februari 2014
Inter Action Council. 1997. Sebuah Deklarasi Umum Tentang Tanggung Jawab
Manusia, (Online),
(http://interactioncouncil.org/sites/default/files/in_udhr.pdf) diakses tanggal
3 Februari 2014
IRF, 2011. Laporan Kebebasan Beragama Internasional-Indonesia. (Online),
(http://photos.state.gov/libraries/indonesia/502679/pdf/IRF-report-jul-
dec2011_ID.pdf) diakses tanggal 15 Februari 2014
Rachmatulloh, Mochammad Agus. 2011. Kebebasan Manusia, (Online),
(http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/Kebebasan.pdf), diakses tanggal 4
Februari 2014
Samsul. 2008. Konstruksi Kebebasan Manusia Dan Implikasinya Dalam
Pendidikan Islam, (Online), (http://lib.uin-
malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/00110169.pdf), diakses tanggal 4
Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai