Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam sebuah komunitas, kelompok, atau masyarakat dari lingkup kecil hingga luas
tentu ada sebuah aturan. Aturan yang secara tersirat dan tersurat inilah melahirkan sebuah hak
dan kewajiban. Hak masing-masing individu sebagai makhluk yang berdiri sendiri, serta hak
sebagai anggota masyarakat. Begitupun kewajiban, adanya aturan yang harus dipatuhi, ditaati
dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran bahwa kita ada dalam satu tempat yang sama dengan
aturan yang berlaku untuk umum.
Pada dasarnya manusia dan tanggung jawab itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berati berbuat
sebagai wujudan atas perbuatannya. Setiap manusia memiliki tanggung jawab masing-masing.
Ada tanggung jawab yang diamanahkan kepada kita selaku umat manusia. Bukan hanya
tanggung jawab atas dirinya sendiri, namun ada baginya tanggung jawab keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Tidak hanya secara rasional bahwa kita hidup bersama dengan orang lain,
dan ada tanggung jawab disitu. Agamapun mengjarkan kepada kita bagaimana seharusnya hidup
berdampingan bersama orang lain.

Tanggung jawab adalah salah satu ajaran pokok dari agama. Bahwa Tuhan Maha Adil,
maka setiap orang pasti akan mempertanggung jawabkan perbuatannya, sekecil apapun itu, dan
akan mendapatkan balasan yang setimpal. Balasan bisa di terima kelak di akhirat, atau sekarang
di dunia, atau bahkan dua-duanya, dibalas di dunia dan diakhirat. Perilaku tanggung jawab harus
diterapkan dimana saja kita berada karena ini merupakan sifat yang terpuji, oleh karena itu kita
wajib bertanggung jawab atas segala bentuk apapun yang kita perbuat, entah itu perbuatan baik
ataupun tidak. Bertanggung jawab berarti kita juga telah berlaku jujur. Bagi orang yang kurang
takut terhadap Tuhan, atau mungkin bahkan tidak peduli, masih ada konsep mengenai hukum
karma. Bahwa alam semesta akan berfungsi sedemikian rupa sehingga setiap kejahatan akan
kembali kepada si pembuatnya dengan berbagai cara. Demikian pula halnya dengan kebaikan.
Yang manapun itu, bertanggung jawab adalah nilai moral yang mulia. Yang membuat
manusia berhati-hati untuk tidak merugikan orang lain, bahkan berusaha semampunya untuk
selalu berbuat kebaikan bagi orang lain. Orang-orang yang bertanggung jawab adalah orang yang
bermanfaat bagi sistem masyarakat, atau sistem apapun juga. Sebaliknya orang-orang yang tidak
bertanggung jawab cenderung merusak sistem di manapun dia berada.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apakah pengertian Tanggung Jawab?
2. Apa saja macam – macam tanggung jawab?
3. Apa saja ciri – ciri tanggung jawab?
4. Bagaimana hubungan antara manusia dengan tanggung jawab?
5. Apa saja Qur’an Surat dan Hadits yang menjelaskan tentang tanggung jawab?

1.3. Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu tanggung jawab.
2. Dapat mengetahui macam – macam tanggung jawab.
3. Dapat mengetahui ciri – ciri tanggung jawab.
4. Dapat mengetahui QS dan hadis yang menjelaskan tentang tanggung jawab.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Tanggung Jawab


Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa
indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya
atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai wujudan
kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung
jawab.Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan makhluk
sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk
bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial,
individual ataupun teologis.
Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 dinyatakan

)38( ‫ُك ُّل َنْفٍس ِبَم ا َك َسَبْت َرِهيَنٌة‬

Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”
Dari ayat diatas, tampak bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang
bartanggung jawab. Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan
makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang sangat besar
untuk bertanggung jawab mengingat bahwa manusia memegang beberapa peranan dalam
konteks sosial, individual, ataupun teologis.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian
karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia mempunyai tuntutan yang
besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks
sosial ataupun teologis.
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial, tidak dapat hidup sendirian
dengan perangkat nilai-nilai sclera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jaminan
sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah
disetujui bersama. Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks
teologis.Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap
dirinya (seimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya
(sebagai penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya
apabila ia mentiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga
muncul sebagai akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.
Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, manusia sadar akan keyakinan
dan ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia harus menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya agar manusia dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.
Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang
dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga
tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap
kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Kewajiban Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang
larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.

2. Kewajiban tidak Terbatas

Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap
kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan
kebajikan.

Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, karena orang tersebut
dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau orang
lain. Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia
tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan
pada zaman sekarang sehubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkaratnya atau
rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.
Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis.
Manusia sebagai makhluk individu artinya bahwa manusia harus bisa bertanggung jawab pada
dirinya sendiri yaitu dengan menjaga keseimbangan antara jasmani dan rohaninya sendiri dan
juga harus bertanggung jawab terhadap Allah sebagai penciptanya.Tanggung jawab manusia
sebagai makhluk individual akan lebih kuat ketika manusia tersebut mempunyai kesadaran akan
tanggung jawabnya dan akan berusaha dengan sepenuh hati untuk menjalankan tanggung
jawabnya bukan sebagai beban tetapi sebagai kesadaran.
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial , ia tidak bisa hidup sendiri
tanpa orang lain. Nilai – nilai yang diperankan seseorang sebagai makhluk sosial harus
dipertanggung jawabkan sehingga tidak menganggu keharmonisan hidup antar anggota sosial
dan tidak menganggu konsensus nilai yang ada dan telah disetujui bersama. Misalnya Nabi
Adam as, yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah-Nya di bumi, tidak bisa hidup
sendirian, untuk itu Allah menciptakan siti hawa sebagai istrinya dari jenisnya sendiri. Firman
Allah SWT :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. ( QS. Al-Baqarah, 2:30)
Hai, sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri (Adam) dan dari padanya Allah menciptakan istrinya (Hawa). Dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. ( QS 4:1)
Demikian juga tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, timbul karena manusia
sadar akan keyakinannya terhadap nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya. Manusia
bertanggung jawab terhadap kewajibannya menurut keyakinan agamanya.
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah sebuah keberanian. Orang
yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia bersifat jujur terhadap dirinya sendiri dan juga jujur terhadap orang lain.
Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi
dirinya untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati dan orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang mau berkorban untuk kepentingan orang lain.
2.2. Macam – Macam Tanggung Jawab
Manusia berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk
itu ia akan menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam.
Dalam usahanya itu manusia menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu
kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan
manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, dikenal jenis-jenis atau macam-macam
dari tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab manusia terhadap diri sendiri


Menurut sifatnya manusia adalah makhluk bermoral. Akan tetapi manusia juga seorang
pribadi, dan sebagai makhluk pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri,
angan-angan untuk berbuat ataupun bertindak, sudah barang tentu apabila perbuatan dan
tindakan tersebut dihadapan orang banyak, bisa jadi mengundang kekeliruan dan juga kesalahan.
Untuk itulah agar maanusia itu dalam mengisi kehidupannya memperoleh makna, maka atas diri
manusia perlu diberi Tanggung Jawab.

2. Tanggung Jawab kepada keluarga


Masyarakat kecil ialah keluarga. Keluarga adalah suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan
juga orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung
jawab kepada keluarganya. Tanggung Jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi
Tanggung Jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

3. Tanggung Jawab kepada masyarakat


Satu kenyataan pula, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia merupakan anggota
masyarakat. Karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan sebagainya manusia
terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Secara kodrat dari sejak lahir sampai manusia mati, memerlukan bantuan orang lain.
Terlebih lagi pada zaman yang sudah semakin maju ini. Secara langsung maupun tidak langsung
manusia membutuhkan hasil karya dan jasa orang lain untuk memenuhi segala kebutuhan hidup.
Dalam kondisi inilah manusia membutuhkan dan kerjasama dengan orang lain.
Kekuatan pada manusia pada hakikatnya tidak terletak pada kemampuan fisik ataupun
kemampuan jiwanya saja, namun juaga terletak pada kemampuan manusia bekerjasama dengan
manusia lain. Karena dengan manusia lain, mereka dapat menciptakan kebudayaan yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk hidup lain. Yang menyadarkan manusia ada tingkat
mutu, martabat dan harkat, sebagai manusia yang hidup pada zaman sekarang dan akan datang.
Dalam semua ini nampak bahwa dalam mempertahankan hidup dan mengejar kehidupan
yang lebih baik, manusia mustahil dapat mutlak berdiri sendiri tanpa bantuan atau kerjasama
dengan orang lain. Kenyataan ini menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan
kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia pada dasarnya berkat bantuan atau kerjasama dengan
orang lain didalam masyarakat. Kesadaran demikian melahirkan kesadaran bahwa setiap
manusia terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang terbaik bagi orang lain dan masyarakat.
Boleh jadi inilah Tanggung Jawab manusia yang utama dalam hidup kaitannya dengan
masyarakat.

4. Tanggung Jawab kepada Bangsa/Negara


Satu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individual adalah warga nagara suatu negara.
Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat olah norma-norma atau
ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.

5. Tanggung Jawab kepada Tuhan


Manusia ada tidak dengan sendirimya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai
ciptaan Tuhan manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana pada dirinya
yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya.
Dalam mengembangkan dirinya manusia bertingkah laku dan berbuat. Sudah tentu dalam
perbuatannya manusia membuat banyak kesalahan baik yangdisengaja maupun tidak. Sebagai
hamba Tuhan, manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang saalah itu atau
dengan istilah agama atas segala dosanya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia bersembahyang sesuai dengan perintah Tuhan.
Apabila tidak bersembahyang, maka manusia itu harus mempertanggung jawabkan kelalaiannya
itu diakhirat kelak.
Manusia hidup dalam perjuangan, begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia tidak bekerja
keras untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus dipikul sendiri, penderitaan
akibat kelalaian adalah tanggung jawabnya. Meskipun manusia menutupi perbuatannya yang
salah dengan segala jalan sesuai dengan kondisi dan kemampuannya, misalnya dengan hartanya,
kekuasaannya, atau kekuatannya (ancaman), namun manusia tak dapat lepas dari tanggung
jawabnya kepada Tuhan.

2.3. Ciri – Ciri Tanggung Jawab


Seseorang yang memiliki rasa tanggun jawab memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1. Melakukan apa yang ia ucapkan, bukan tidak melakukan apa yang telah ia ucapkan.
2. Komunikatif, baik dengan rekan kerja, atasan, bawahan maupun klien.
3. Memiliki jiwa "melayani" dengan sepenuh hati sekaligus menghilangkan pemikiran
"Siapa yang butuh, dia yang harus menghubungi saya".
4. Menjadi pendengar yang baik termasuk hal-hal yang bersifat masukan, ide, teguran
maupun sanggahan yang menunjukkan perbedaan pendapat. Bagaimanapun perbedaan
pendapat itu penting, selama untuk kebaikan dalam mencapai sebuah tujuan. Bersikap
atau berpikir berbeda bukan untuk saling menjatuhkan apalagi memojokkan.
5. Berani meminta maaf sekaligus menanggung beban atas kesalahan yang ia lakukan dan
tidak mengulangi kesalahan yang sama.
6. Peduli pada kondisi, baik kondisi teman sekerja, anggota tim, atasan, bawahan maupun
kondisi kantor.
7. Bersikap tegas. Jika posisi Anda sebagai atasan dan menemukan anak buah tidak
bertanggung jawab, sudah seharusnya lah Anda menegurnya. Jika posisi Anda sebagai
bawahan dan mendapatkan teman di tim kerja tidak bertanggung jawab, sudah
seharusnya lah Anda berbicara langsung dengan yang bersangkutan. Tetapi jika yang
bersangkutan tidak juga berubah, maka Anda harus membicarakannya kepada atasan
untuk memberikan teguran.
8. Rajin memberi apresiasi. Apresiasi tidak selalu berarti bonus atau kenaikan jabatan,
melainkan ucapan terima kasih secara langsung kepada yang bersangkutan di depan
tim.
2.4. Hubungan Antara Manusia dengan Tanggung Jawab
Setiap manusia harus bertanggung jawab terhadap diperbuatnya. Setiap manusia harus
berani menanggung resiko dari apa yang dilakukannya. Sesuai dengan kedudukannya sebagai
makhluk indivdu, makhluk sosial dan makhluk ciptaan Allah, tanggung jawab manusia dapat
dibedakan atas tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan tanggung jawab
terhadap Allah.
Allah telah menciptakan manusia lengkap dengan segala peralatannya, diberi hidup, akal
dan budi. Semua pemberian itu harus dipelihara. Terhadap hidup, manusia dituntut tanggung
jawabnya disamping menggunakan akal dan budinya itu sebagaimana mestinya, juga dituntut
menanggung resiko akibat dari perbuatan akal budinya.
Sebagai makhluk sosial manusia juga dibebani tanggung jawab sosial pula. Setiap
angggota masyarakat dituntut untuk bertanggung jawab demi tegaknya peraturan. Semua
periklaku setiap anggota masyarakat harus dapat diterima oleh masyarakat bersangkutan. Bila
ada pelanggaran dia akan mendapatkan hukuman dari masyarakat bersangkutan.
Tanggung jawab manusia yang lainnya, tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Manusia diberi tugas oleh Tuhan untuk menjadi khalifah di dunia, untuk mengatur alam semesta
supaya tetap baik, harmonis dan dapat dimanfaatkan. Sehinggga manusia bertanggung jawab
terhadap alam semesta ini untuk dipelihara.

2.5. Tanggung Jawab Pekerjaan


Setiap pekerjaan membutuhkan tanggung jawab, perhatian, kontribusi, dan kepedulian.
Pekerja yang mampu memiliki tanggung jawab dan kontribusi total terhadap pekerjaan , pasti
akan menjadi pribadi yang berdedikasi secara total terhadap pekerjaan. Tanggung jawab berarti
memikul semua kewajiban dan beban pekerjaan sesuai dengan batas-batas yang ada di job
diskripsi. Setiap karyawan wajib bekerja sesuai tanggung jawab, dan tidak melewati batas-batas
tanggung jawab yang ada. Sebab, bila karyawan bekerja melampaui tanggung jawab, maka
karyawan tersebut pasti akan melanggar internal control dan etika bisnis perusahaan. Jadi, setiap
karyawan harus patuh dan bekerja sesuai dengan apa yang diberikan oleh perusahaan, sebatas
tugas dan tanggung jawab yang diperbolehkan oleh perusahaan.
1) Tanggung jawab pekerjaan terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk
memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia
pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya
sendiri menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi.
Karena merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan
sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-
angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan,
kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak.
Misalnya sebagai seorang pekerja haruslah mengerti dan menyadari posisi untuk
senantiasa menghormati dan mengerjakan segala pekerjaan dengan penuh dedikasi, karena
hal-hal seperti itulah yang akan mempengaruhi kesuksesan sendiri pada akhirnya. Hal-hal
tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan orang lain, karena yang menentukan jalan
hidup kita, masa depan kita adalah kita sendiri.

2) Tanggung jawab pekerjaan terhadap masyarakat


Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan
anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat
yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah apabila
segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Contoh tanggung jawab kerja terhadap masyarakat bahwa manusia sebagai mahkluk
social tentunya tidak dapat hidup sendiri dan harus bermasyarakat dengan individu lainnya.
Pekerjaan yang kita lakukan tentu akan berhubungan dengan orang banyak. Akan lebih baik
apabila dalam mengerjakan pekerjaan kita juga menghargai masyarakat di sekitar. Misalnya
tanggung jawab untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan ketentraman di lingkungan
masyarakat tersebut (lingkungan pekerjaan). Karna pada hakikatnya aka nada komunikasi dan
timbal balik dari masyarakat itu sendiri terhadap pekerjaan yang ditekuni.

3) Tanggung jawab perkerjaan terhadap Tuhan


Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan
untuk mengisa kehidupannya, manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan.
Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam
berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut
akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan juga dengan peringatan yang keraspun manusia
masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan balasam. Sebab dengan
mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang
seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi
tanggung jawab, manusia perlu pengorbanan.
Implementasi tanggung jawab pekerjaan terhadap tuhan dimana sebagai mahkluk yang
telah di ciptakan oleh Tuhan di dunia ini, dilindungi dan dibesarkan, diberikan akal sehat dan
berbagai macam rahmat dan karunia-Nya maka kita tentunya memiliki tanggung jawab untuk
menjaga dan melestarikan segala sesuatu yang telah diberikan-Nya kepada kita dan serta
senantiasa mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita dengan cara
beribadah dan berdoa kepada-Nya.

2.6. Qur’an Surat Mengenai Tanggung Jawab


Islam sendiri juga mengajarkan kita untuk mengutamakan sikap tanggung jawab. Hal ini
terbukti dari banyaknya ayat-ayat Al-Quran yang membahas konsep tanggung jawab. Mulai dari
tanggung jawab manusia terhadap Sang Khalik, tanggung jawab terhadap orang tua, pasangan,
dan sesama muslim lainnya.
Untuk lebih lengkapnya, berikut ayat Al-Quran tentang tanggung jawab.

An-Naml ayat 18
“Hingga apabila mereka (rombongan Nabi Sulaiman) sampai di lembah semut berkatalah
seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak
oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari” (QS.an-Naml:18)

Ayat diatas membahas tentang seekor semut yang berseru kepada teman-temannya untuk
berlindung dari bahaya. Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang sikap tanggung jawab
terhadap sesama manusia untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan keselamatan.

Ash-Shaffat ayat 102

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar”. (QS.ash-Shaffat:102)

Ayat diatas menjelaskan tentang bagaimana Nabi Ibrahim a.s mengajarkan sikap tanggung
jawab terhadap anaknya, Ismail a.s. Beliu menanyakan bagaimana pendapat Ismail tentang
mimpinya. Lalu Ismail memilih menuruti perintah Allah Ta’ala yang mana Ia berarti memiliki
rasa tanggung jawab terhadap Sang Maha Kuasa.

Az-zariyat ayat 19

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bahagian.” (QS. Az zariyat: 19)
Ayat ini mengajarkan kita untuk bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
Sebab dalam harta kita terdapat bagian (hak) bagi kaum miskin.

Al Baqarah ayat 195

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah: 195)

Ayat ini menjelaskan tentang tanggung jawab manusia untuk bersedekah.

At-Taubah ayat 60

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)

Ayat diatas menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima zakat.

Al-Maidah ayat 38-39


“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu)
sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima
tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah: 38-
39)

Ayat diatas menjelasakan tentang sikap orang-orang yang gemar mencuri, mereka harus
mempertanggung jawabkan perbutannya dengan menerima hukuman dipotong tanganya.

2.7. Hadist Mengenai Tanggung Jawab

Beberapa hadits yang membahas tentang tanggung jawab antara lain adalah sebagai
berikut,
Hadits pertama,

Terjemah: Hadis Dari ‘Abdullāh bin ‘Umar bahwa dia mendengar Rasulullah telah
bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. Imām (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan
akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam
urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga
tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta
pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut” (Muttafaqun 'Alaih).
Hadits di atas menjelaskan kepada kita bahwa setiap manusia itu diberi tugas memimpin
atau menjaga. Baik kaitannya dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Secara pribadi,
seseorang diberi tugas menjaga dirinya sendiri. Pemuka atau Imam diberi tugas memimpin
rakyatnya. Suami bertugas memimpin dan menjaga istrinya. Seorang istri diberi amanat
memimpin anak-anak suaminya. Pembantu diberi tugas menjaga harta atau kekayaan tuan dan
anak biberi tugas menjaga kekayaan orang tuanya. Tugas adalah amanat. Apa pun jabatan yang
ada pada diri seseorang, dia harus mempertanggung jawabkan tugas yang dibebankan kepadanya
di hadapan yang dipimpin dan di dalam pangadilan Allah Swt kelak. Tak seorang pun mampu
melepaskan diri dari tanggung jawab itu.

Hadits kedua,

Artinya: “Tiada lain bagi seorang hamba yang diamanatkan oleh Allah SWT mengurusi rakyat
yang pada suatu hari ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya atau tidak bertanggung jawab,
kecuali Allah mengahrumkan surga untuknya” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Hadits ketiga,

Artinya: “Kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawabannya tentang kepemimpinannya” (HR. Bukhari)
Penjelasan hadits kedua dan ketiga adalah sebagai berikut, manusia diciptakan Allah SWT
sebagai makhluk yang sempurna yang dilengkapi dengan akal pikiran. Dengan adanya akal itu,
manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Selain itu, dengan adanya akal, manusia
dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk, serta benar dan yang salah. Oleh karena
itu, manusia harus bertanggung jawab dengan atas segala perbuatannya di dunia ini. Bertanggung
jawab dengan sesama manusia dan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT.
Orang yang memiliki sifat bertanggung jawab di hadapan Allah SWT segala perbuatannya
akan selalu dipertimbangkan, agar bermanfaat dan tidak mendatangkan kerusakan atau
kemaksiatan. Setiap manusia diberikan tugas dan kewajiban oleh Allah SWT untuk mengurus,
mengatur dan memelihara segala sesuatu yang menjadi bebannya. Pelaksanaan tugas itu akan
dimintai pertanggungjawabannya.
Tidak ada seorang pun yang tidak disebut sebagai pemimpin (ra’in). Setiap manusia
menjadi pemimpin (ra’in) baik pemimpin besar maupun pemimpin kecil. Pemimpin kecil adalah
pemimpin keluarga. Pemimpin besar adalah pemimpin umat atau masyarakat, baik sebagai
presiden, gubernur, bupati, camat, lurah, ulama dan lain-lain yang berhubungan dengan
kepentingan umum.
Semua pemimpin harus bertanggung jawab karena diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Seorang suami bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya. Seorang
istri bertanggung jawab terhadap rumah tangga suaminya. Anak juga bertanggung jawab atas
segala tugas dan kewajibannya kepada orang tua. Jadi, semua manusia akan diminta
pertanggungjawaban atas perbuatannya, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap Allah
SWT.
Sifat bertanggung jawab ini harus dijadikan sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Karena barang siapa yang menjadi pemimpin, kemudian pada suatu hari ia mati dalam keadaan
tidak bertanggung jawab maka Allah akan mengharamkan surga baginya
BAB III

PENUTUP

1.2. Kesimpulan
1. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
wujudan kesadaran akan kewajibannya.
2. Jenis-jenis atau macam-macam dari tanggung jawab antara lain:
 Tanggung jawab kepada diri sendiri
 Tanggung jawab kepada keluarga/masyarakat
 Tanggung jawab kepada bangsa dan Negara
 Tanggung jawab kepada Tuhan.
3. Ciri – ciri dari tanggung jawab yaitu:
 Melakukan apa yang ia ucapkan, bukan tidak melakukan apa yang telah ia
ucapkan.
 Komunikatif, baik dengan rekan kerja, atasan, bawahan maupun klien.
 Memiliki jiwa "melayani" dengan sepenuh hati sekaligus menghilangkan
pemikiran "Siapa yang butuh, dia yang harus menghubungi saya".
 Menjadi pendengar yang baik termasuk hal-hal yang bersifat masukan, ide,
teguran maupun sanggahan yang menunjukkan perbedaan pendapat.
 Berani meminta maaf sekaligus menanggung beban atas kesalahan yang ia
lakukan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
 Peduli pada kondisi, baik kondisi teman sekerja, anggota tim, atasan, bawahan
maupun kondisi kantor.
 Bersikap tegas.
 Rajin memberi apresiasi.
4. Ayat Al Qur’an yang membahas mengenai tanggung jawab adalah An-Naml ayat 18,
Ash-Shaffat ayat 102, Az-zariyat ayat 19, Al Baqarah ayat 195, At-Taubah ayat 60, dan
Al-Maidah ayat 38-39.
5. Hadits yang membahas mengenai tanggung jawab antara lain HR. Muttafaq ‘alaih dan
HR. Bukhari yang membahas tentang tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya.

1.3. Saran
Dengan ditulisnya makalah mengenai tanggung jawab terhadap masyarakat, profesi,
Negara dan Tuhan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Setiap
manusia diwajibakan untuk menjalankan tanggung jawabnya, terutama terhadap diri sendiri
terlebih dahulu. Selanjutnya diteruskan dengan tanggung jawab terhadap Tuhan, orang lain,
negara dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.


Hartono, Drs., dkk., ILMU BUDAYA DASAR: Untuk Pegangan Mahasiswa, PT. Bina Ilmu,
Surabaya, 1991.
http://www.tafsirq.com
http://www.dakwahislami.xyz/Hadits

Anda mungkin juga menyukai