PENDAHULUAN
Tanggung jawab adalah salah satu ajaran pokok dari agama. Bahwa Tuhan Maha Adil,
maka setiap orang pasti akan mempertanggung jawabkan perbuatannya, sekecil apapun itu, dan
akan mendapatkan balasan yang setimpal. Balasan bisa di terima kelak di akhirat, atau sekarang
di dunia, atau bahkan dua-duanya, dibalas di dunia dan diakhirat. Perilaku tanggung jawab harus
diterapkan dimana saja kita berada karena ini merupakan sifat yang terpuji, oleh karena itu kita
wajib bertanggung jawab atas segala bentuk apapun yang kita perbuat, entah itu perbuatan baik
ataupun tidak. Bertanggung jawab berarti kita juga telah berlaku jujur. Bagi orang yang kurang
takut terhadap Tuhan, atau mungkin bahkan tidak peduli, masih ada konsep mengenai hukum
karma. Bahwa alam semesta akan berfungsi sedemikian rupa sehingga setiap kejahatan akan
kembali kepada si pembuatnya dengan berbagai cara. Demikian pula halnya dengan kebaikan.
Yang manapun itu, bertanggung jawab adalah nilai moral yang mulia. Yang membuat
manusia berhati-hati untuk tidak merugikan orang lain, bahkan berusaha semampunya untuk
selalu berbuat kebaikan bagi orang lain. Orang-orang yang bertanggung jawab adalah orang yang
bermanfaat bagi sistem masyarakat, atau sistem apapun juga. Sebaliknya orang-orang yang tidak
bertanggung jawab cenderung merusak sistem di manapun dia berada.
1.3. Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu tanggung jawab.
2. Dapat mengetahui macam – macam tanggung jawab.
3. Dapat mengetahui ciri – ciri tanggung jawab.
4. Dapat mengetahui QS dan hadis yang menjelaskan tentang tanggung jawab.
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”
Dari ayat diatas, tampak bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang
bartanggung jawab. Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan
makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang sangat besar
untuk bertanggung jawab mengingat bahwa manusia memegang beberapa peranan dalam
konteks sosial, individual, ataupun teologis.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian
karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia mempunyai tuntutan yang
besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks
sosial ataupun teologis.
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial, tidak dapat hidup sendirian
dengan perangkat nilai-nilai sclera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jaminan
sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah
disetujui bersama. Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks
teologis.Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap
dirinya (seimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya
(sebagai penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya
apabila ia mentiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga
muncul sebagai akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.
Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, manusia sadar akan keyakinan
dan ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia harus menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya agar manusia dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.
Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang
dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga
tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap
kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Kewajiban Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang
larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.
Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap
kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan
kebajikan.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, karena orang tersebut
dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau orang
lain. Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia
tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan
pada zaman sekarang sehubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkaratnya atau
rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.
Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis.
Manusia sebagai makhluk individu artinya bahwa manusia harus bisa bertanggung jawab pada
dirinya sendiri yaitu dengan menjaga keseimbangan antara jasmani dan rohaninya sendiri dan
juga harus bertanggung jawab terhadap Allah sebagai penciptanya.Tanggung jawab manusia
sebagai makhluk individual akan lebih kuat ketika manusia tersebut mempunyai kesadaran akan
tanggung jawabnya dan akan berusaha dengan sepenuh hati untuk menjalankan tanggung
jawabnya bukan sebagai beban tetapi sebagai kesadaran.
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial , ia tidak bisa hidup sendiri
tanpa orang lain. Nilai – nilai yang diperankan seseorang sebagai makhluk sosial harus
dipertanggung jawabkan sehingga tidak menganggu keharmonisan hidup antar anggota sosial
dan tidak menganggu konsensus nilai yang ada dan telah disetujui bersama. Misalnya Nabi
Adam as, yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah-Nya di bumi, tidak bisa hidup
sendirian, untuk itu Allah menciptakan siti hawa sebagai istrinya dari jenisnya sendiri. Firman
Allah SWT :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. ( QS. Al-Baqarah, 2:30)
Hai, sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri (Adam) dan dari padanya Allah menciptakan istrinya (Hawa). Dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. ( QS 4:1)
Demikian juga tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, timbul karena manusia
sadar akan keyakinannya terhadap nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya. Manusia
bertanggung jawab terhadap kewajibannya menurut keyakinan agamanya.
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah sebuah keberanian. Orang
yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia bersifat jujur terhadap dirinya sendiri dan juga jujur terhadap orang lain.
Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi
dirinya untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati dan orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang mau berkorban untuk kepentingan orang lain.
2.2. Macam – Macam Tanggung Jawab
Manusia berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk
itu ia akan menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam.
Dalam usahanya itu manusia menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu
kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan
manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, dikenal jenis-jenis atau macam-macam
dari tanggung jawab.
An-Naml ayat 18
“Hingga apabila mereka (rombongan Nabi Sulaiman) sampai di lembah semut berkatalah
seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak
oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari” (QS.an-Naml:18)
Ayat diatas membahas tentang seekor semut yang berseru kepada teman-temannya untuk
berlindung dari bahaya. Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang sikap tanggung jawab
terhadap sesama manusia untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan keselamatan.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar”. (QS.ash-Shaffat:102)
Ayat diatas menjelaskan tentang bagaimana Nabi Ibrahim a.s mengajarkan sikap tanggung
jawab terhadap anaknya, Ismail a.s. Beliu menanyakan bagaimana pendapat Ismail tentang
mimpinya. Lalu Ismail memilih menuruti perintah Allah Ta’ala yang mana Ia berarti memiliki
rasa tanggung jawab terhadap Sang Maha Kuasa.
Az-zariyat ayat 19
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bahagian.” (QS. Az zariyat: 19)
Ayat ini mengajarkan kita untuk bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
Sebab dalam harta kita terdapat bagian (hak) bagi kaum miskin.
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah: 195)
At-Taubah ayat 60
Ayat diatas menjelasakan tentang sikap orang-orang yang gemar mencuri, mereka harus
mempertanggung jawabkan perbutannya dengan menerima hukuman dipotong tanganya.
Beberapa hadits yang membahas tentang tanggung jawab antara lain adalah sebagai
berikut,
Hadits pertama,
Terjemah: Hadis Dari ‘Abdullāh bin ‘Umar bahwa dia mendengar Rasulullah telah
bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. Imām (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan
akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam
urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga
tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta
pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut” (Muttafaqun 'Alaih).
Hadits di atas menjelaskan kepada kita bahwa setiap manusia itu diberi tugas memimpin
atau menjaga. Baik kaitannya dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Secara pribadi,
seseorang diberi tugas menjaga dirinya sendiri. Pemuka atau Imam diberi tugas memimpin
rakyatnya. Suami bertugas memimpin dan menjaga istrinya. Seorang istri diberi amanat
memimpin anak-anak suaminya. Pembantu diberi tugas menjaga harta atau kekayaan tuan dan
anak biberi tugas menjaga kekayaan orang tuanya. Tugas adalah amanat. Apa pun jabatan yang
ada pada diri seseorang, dia harus mempertanggung jawabkan tugas yang dibebankan kepadanya
di hadapan yang dipimpin dan di dalam pangadilan Allah Swt kelak. Tak seorang pun mampu
melepaskan diri dari tanggung jawab itu.
Hadits kedua,
Artinya: “Tiada lain bagi seorang hamba yang diamanatkan oleh Allah SWT mengurusi rakyat
yang pada suatu hari ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya atau tidak bertanggung jawab,
kecuali Allah mengahrumkan surga untuknya” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Hadits ketiga,
Artinya: “Kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawabannya tentang kepemimpinannya” (HR. Bukhari)
Penjelasan hadits kedua dan ketiga adalah sebagai berikut, manusia diciptakan Allah SWT
sebagai makhluk yang sempurna yang dilengkapi dengan akal pikiran. Dengan adanya akal itu,
manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Selain itu, dengan adanya akal, manusia
dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk, serta benar dan yang salah. Oleh karena
itu, manusia harus bertanggung jawab dengan atas segala perbuatannya di dunia ini. Bertanggung
jawab dengan sesama manusia dan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT.
Orang yang memiliki sifat bertanggung jawab di hadapan Allah SWT segala perbuatannya
akan selalu dipertimbangkan, agar bermanfaat dan tidak mendatangkan kerusakan atau
kemaksiatan. Setiap manusia diberikan tugas dan kewajiban oleh Allah SWT untuk mengurus,
mengatur dan memelihara segala sesuatu yang menjadi bebannya. Pelaksanaan tugas itu akan
dimintai pertanggungjawabannya.
Tidak ada seorang pun yang tidak disebut sebagai pemimpin (ra’in). Setiap manusia
menjadi pemimpin (ra’in) baik pemimpin besar maupun pemimpin kecil. Pemimpin kecil adalah
pemimpin keluarga. Pemimpin besar adalah pemimpin umat atau masyarakat, baik sebagai
presiden, gubernur, bupati, camat, lurah, ulama dan lain-lain yang berhubungan dengan
kepentingan umum.
Semua pemimpin harus bertanggung jawab karena diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Seorang suami bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya. Seorang
istri bertanggung jawab terhadap rumah tangga suaminya. Anak juga bertanggung jawab atas
segala tugas dan kewajibannya kepada orang tua. Jadi, semua manusia akan diminta
pertanggungjawaban atas perbuatannya, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap Allah
SWT.
Sifat bertanggung jawab ini harus dijadikan sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Karena barang siapa yang menjadi pemimpin, kemudian pada suatu hari ia mati dalam keadaan
tidak bertanggung jawab maka Allah akan mengharamkan surga baginya
BAB III
PENUTUP
1.2. Kesimpulan
1. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
wujudan kesadaran akan kewajibannya.
2. Jenis-jenis atau macam-macam dari tanggung jawab antara lain:
Tanggung jawab kepada diri sendiri
Tanggung jawab kepada keluarga/masyarakat
Tanggung jawab kepada bangsa dan Negara
Tanggung jawab kepada Tuhan.
3. Ciri – ciri dari tanggung jawab yaitu:
Melakukan apa yang ia ucapkan, bukan tidak melakukan apa yang telah ia
ucapkan.
Komunikatif, baik dengan rekan kerja, atasan, bawahan maupun klien.
Memiliki jiwa "melayani" dengan sepenuh hati sekaligus menghilangkan
pemikiran "Siapa yang butuh, dia yang harus menghubungi saya".
Menjadi pendengar yang baik termasuk hal-hal yang bersifat masukan, ide,
teguran maupun sanggahan yang menunjukkan perbedaan pendapat.
Berani meminta maaf sekaligus menanggung beban atas kesalahan yang ia
lakukan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Peduli pada kondisi, baik kondisi teman sekerja, anggota tim, atasan, bawahan
maupun kondisi kantor.
Bersikap tegas.
Rajin memberi apresiasi.
4. Ayat Al Qur’an yang membahas mengenai tanggung jawab adalah An-Naml ayat 18,
Ash-Shaffat ayat 102, Az-zariyat ayat 19, Al Baqarah ayat 195, At-Taubah ayat 60, dan
Al-Maidah ayat 38-39.
5. Hadits yang membahas mengenai tanggung jawab antara lain HR. Muttafaq ‘alaih dan
HR. Bukhari yang membahas tentang tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya.
1.3. Saran
Dengan ditulisnya makalah mengenai tanggung jawab terhadap masyarakat, profesi,
Negara dan Tuhan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Setiap
manusia diwajibakan untuk menjalankan tanggung jawabnya, terutama terhadap diri sendiri
terlebih dahulu. Selanjutnya diteruskan dengan tanggung jawab terhadap Tuhan, orang lain,
negara dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA