Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Apa Hubungan Manusia dan Tanggung Jawab?
2. Apa Makna Tanggung Jawab?
3. Apa Makna Pengabdian?
4. Apa Makna Kesadaran?
5. Apa Makna Pengorbanan?
3. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Hubungan Manusia dan Tanggung Jawab;
2. Untuk Mengetahui Makna Tanggung Jawab;
3. Untuk Mengetahui Makna Pengabdian;
4. Untuk Mengetahui Makna Kesadaran;
5. Untuk Mengetahui Makna Pengorbanan;

1
BAB II

PEMBAHASAN
1. Manusia dan Tanggung Jawab
Pengertian yang kita peroleh sehari-hari untuk kata “pertanggung jawaban” dari kata “tanggung
jawab” yaitu beban psikis (kejiwaan) yang melandasi pelaksanaan kewajiban (atau dalam melakukan
kewajiban) dari tugas tertentu.
Kesanggupan seseorang terhadap suatu tugas wajib atau kemudian disebut kewajiban, akan
berakibat suatu celaan atau menerima akibat tertentu jika tidak dilaksanakan. Apabila seseorang
meninggalkan tugas wajib dapat diartikan melupakan kewajiban atau tak bertanggung jawab. Sebagai
contoh misalnya, “Seorang guru sudah sanggup menerima tugas mengajar sebuah mata pelajaran di
suatu kelas, maka untuk itu ia akan menerima imbalannya. Kalau ia tidak melaksanakan tugas yang
diberikan (Kewajibannya). Maka tanggung jawab moralnya dianggap rendah bahkan disebut tak
punya tanggung jawab moral.” Jadi dengan adanya kewajiban itu ia memiliki tanggung jawab, karena
ia melakukan tugas wajib, sehingga pernyataan bahwa: ia tidak mempunyai kewajiban berbeda
dengan ia tidak punya tanggung jawab. Sebab ada orang yang punya tugas wajib, tetapi dapat pula
dilakukan tanpa tanggung jawab.
Dalam agama Islam ada tugas yang bersifat:
a. Wajib, artinya suatu tugas yang “harus” dilaksanakan, atau tugas yang tidak boleh
ditinggalkan. Kalau tidak dikerjakan akan menerima sanksi berupa “dosa” bahkan dapat
dianggap meninggalkan perintah “Allah”.
b. Sunnah, artinya tugas atau perintah Allah, yang bila dikerjakan mendapat pahala, sedangkan
jika tidak dikerjakan tidak akan mendapatkan dosa.

Rupanya dari tugas wajib inilah masyarakat luas menerapkan agar orang yang mempunyai tugas
kewajiban diharapkan akan melaksanakan secara sungguh-sungguuh, atau secara penuh tanggung
jawab.

Biasanya dapat diketahui lahirnya kewajiban-kewajiban ini adalah karena adanya hubungan
hidup manusia antara:

a. Manusia dengan manusia lain; dan


b. Manusia dengan Tuhannya.

Tanggung jawab yang diterima seorang karena ia menerima kewajiban-kewajiban untuk


mengabdikan dirinya kepada manusia atau orang selain dirinya, ialah:

a. Terhadap ibu-bapak, teman-teman kelompoknya atau terhadap istri dan anak-anaknya; dan
b. Terhadap negara yang dipimpin oleh pemegang tampuk kepemimpinan negaranya.

Dan ada tanggung jawab yang diperoleh karena sebagai makhluk Tuhan, ia menerima perintah
untuk melaksanakan tugas kewajiban menyembah atau berbakti kepada Allah swt.

Di samping kewajiban sosial kemasyarakatan, keluarga dan ke-Tuhanan, ada pula kewajiban
yang datangnya dari dalam dirinya sendiri. Hal ini biasanya dikaitkan dengan nilai-nilai yang
diterima dan di-integrasikan dalam dirinya, kemudian dijadikan harapan-harapan untuk dicapainya.

2
Telah kita ketahui bersama bahwa kebutuhan hidup manusia meliputi:

a. Kebutuhan hidup jasmani;


b. Kebutuhan hidup kejiwaan atau rohani; dan
c. Kebutuhan hidup berteman atau sosial kemasyarakatan.

Tanggung jawab terhadap keluarga (bagi mereka yang sudah berkeluarga) berarti ia harus
menjalankan tugas kewajiban dalam menghidupi keluarganya: Istri dan anak-anaknya meliputi
kejasmanian, dan kerohanian seperti:

a. Mencari nafkah rohani, yaitu makan, minuk, dan pakaian;


b. Nafkah batin bagi istri;
c. Mencarikan pengetahuan atau pendidikan (pengetahuan umum, keagamaan, dan
keterampilan).

Di Amerika ada pendidikan 4H, yaitu:

a. Hean (Daya pikir);


b. Heart (Daya perasaan);
c. Hand (Daya Keterampilan Motorik); dan
d. Health (Daya kesegaran atau kesehatan jasmani).

Kegiatan agama yang dilaksankan oleh gereja disamping agama, juga 4H tersebut ditunjang dan
dilaksakan. Jika orang tua mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya tidak berarti bahwa semua
tugas pendidikan akan dikerjakan sendiri oleh orang tua, tetapi ia dapat menyerahkan kewibawaan
kepada orang dewasa lain sebagai petugas mendidik anak-anak (guru di sekolah). Dan sebaliknya,
guru menerima penyerahan tugas dari orang tua murid menerimanya sebagai kewajibannya yaitu
memberi pelajaran dan membimbingnya untuk mencapai apa yang dicita-citakan sang anak dan
orang tua. Sekaligus hal tersebut menjadi tanggung jawab sang gurunya. Menurut Drijarkara S. J. ;
Mengenai manusia dan kewajiban ini ditekankan pada “wajib mencari arti ada dan hidup manusia,
itulah salah satu dari wajib yang pokok dari manusia dalam abad atom ini”. Dikatakan bahwa unsur-
unsur wajib untuk mencari arti dan hidup itu meliputi:

a. Manusia harus berani menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang terdalam itu dengan sikap
terbuka. Manusia harus mencari kebenaran, atau jika sudah merasa mempunyai jawabannya,
manusia harus benar-benar mencari pertanggung jawabannya.
b. Manusia harus berani mengadakan konfrontasi antara pandangan hidupnya dengan macam-
macam soal dan pendapat baru yang timbul dalam macam-macam lapangan itu.
c. Bila manusia merasa sudah memunyai pegangan yang dapat dipertanggung jawabkan maka
manusia harus berusaha membangun kehidupannya sesuai dengan pandangannya.

Selanjutnya ditegaskan, bahwa manusia wajib menyadari pertanyaan tentang: Arti ada dan hidup
ini, dengan sungguh-sungguh dan mencari jawaban yang sebenarnya terutama para kaum intelektual.
Sebab hanya dengan dasar itulah manusia dapat membangun kesusilaan. Karena memiliki dan
menjalankannya inilah manusia itu dapat dianggap sebagai hidup manusia adanya.

3
Tetapi kemudian bagaimana pendapat Prof. Drijarkara mengenai arti tanggung jawab beliau?
Dikatakan bahwa manusia itu mempunyai hukum kodrat, agar supaya ia menjadi manusia itu
mempunyai hukum kodrat, agar supaya ia menjadi manusia seutuhnya ia harus memiliki sikap dasar,
seperti siap sedia untuk berbuat semua kebaikan. Pendirian yang mendasar ini memuat banyak aspek,
salah satunya ialah aspek tanggung jawab. Bertanggung jawab berarti orang mengerti akan
perbuatannya. Jadi jikalau dihubungkan dengan kewajiban menurut Prof. Drijarkara ini yaitu bahwa
rasa tanggung jawab itu dapat berupa siap sedia untuk melakukan mencari arti ada dan hidup ini.
Hidup manusia diarahkan untuk memiliki harga karena ia melakukan kesusilaan.

Pada diri anak kecil dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang tanpa tanggung jawab, sehingga
apabila perbuatan seperti bermain-main dapat berakibat kebakaran atau kecelakaan bagi pihak lain, ia
(anak-anak) tidak akan dituntut oleh hukum karena orang dewasa mengetahui bahwa mereka belum
mengerti apa yang dilakukan, Lalu dihubungkan antara kemerdekaan pada manusia dengan tanggung
jawab. Dipandang dari sudut kemerdekaan manusia, tanggung jawab berarti sikap atau pendirian
yang menyebabkan manusia menetapkan bahwa dia hanya akan menggunakan kemerdekaannya
untuk melaksanakan perbuatan yang susila. Lalu sikap itu diterapkan, karena manusia mengerti dan
sadar akan tuntutan kodratnya. Itulah aspek positif dari tanggung jawab. Itu semua sapat diberikan
arti bahwa manusia yang bertanggung jawab itu tidak mau diombang-ambingkan oleh sentimen dan
perasaan-perasaan waktu melaksanakan tanggung jawabnya.

Banyak karya-karya, cerpen dan novel mengetengahkan tema-tema yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas wajib dantanggung jawab. Begitu banyak film-film, baik di Indonesia maupun
dari Amerika, Inggris, Perancis juga Jepang dan sebagainya. Tekanannya pada ketaatan memegang
tanggung jawab dan konflik batin maupun fisik dengan orang lain. Bahkan dalam cerita lahirnya
huruf Jawa “Ha Na Ra Ca Ka” itu dimulai dari tugas dan tanggung jawab yang saking setia teramat
sangat pada raja maka terjadi clash fisik dengan sahabatnya sendiri sampai gugur. Hal tersebut dapat
kita sangkutkan antara tanggung jawab dengan kesetiaan kepada pimpinan, kepada Tuhan, Kesetiaan
kepada keluarga maupun terhadap diri sendiri.

Dengan slogan “Pemuda adalah harapan nusa dan bangsa”, “Hari depan bangsa terletak di tangan
pemuda”, atau “Masa depan dunia milik kaum muda” ternyata membuat tanggung jawab pada diri
kaum muda lebih dirasakan menonjol, sehingga semua perbuatan-perbuatan untuk tugas-tugas
wajibnya akan lebih sungguh-sungguh dan meyakinkan.

2. Makna Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja
maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajibannya.

Anda malas belajar, dan anda sadar akan hal itu. Tetapi anda tetap tidak mau belajar dengan
alasan capek, segan dan lain-lain. Padahal anda menghadapi ujian. Itu berarti bahwa anda tidak
memenuhi kewajiban anda, berarti pula anda tidak bertanggung jawab.

Lain lagi masalahnya bila anda diberi tugas oleh ayah anda untuk membelikan buku bagi adik
anda. Anda tidak membeli buku dan uangnya anda belikan kaset dengan lagu-lagu baru. Anda sadar

4
akan hal itu, dan anda berikan kaset itu kepada adik anda, adik anda senang sekali menerimanya.
Anda tidak melapor juga kepada ayah anda. Perbuatan itu menunjukan bahwa anda tidak
bertanggung jawab, meskipun adik anda lebih senang dengan kaset lagu baru tersebut.

Macam-macam Tanggung Jawaban:

Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi,
Karena merupakan seorang pribadi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri,
dengan itu manusia berbuat baik atau bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan,
kekeliruan, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Oleh karena itu, di dalam hal ini manusia
harus bertanggung jawab atas dirinya pribadi.

a. Tanggung Jawab kepada Keluarga


Masyarakat kecil ialah keluarga. Keluarga adalah suami, istri, ayah, ibu dan anak-anak,
dan juga orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyankut nama baik keluarga.
Tetapi tanggung jawab juga berupa kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan.
b. Tanggung Jawab kepada Masyarakat
Suatu kenyataan pula, bahwa manusia adalah makhuk sosial. Manusia merupakan
anggota masyarakat. Karena itu, di dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan sebagainya
manusia terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya
harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
c. Tanggung Jawab kepada Bangsa/Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia (individual) adalah warga negara suatu negara.
Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau
ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri. Bila perbuatan
manusia tersebut salah, maka ia harus bertanggung jawab terhadap negara.
d. Tanggung Jawab kepada Tuhan
Manusia ada, tidak dengan sendirinyaa, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhsn.
Sebagai ciptaan Tuhan, manusia dapat mengembangkan dirinya sendiri dengan sarana-sarana
pada dirinya sendiri yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya.
Dalam mengembangkan dirinya, manusia bertingkah laku dan berbuat kesalahan. Sudah
tentu dalam perbuatannya manusia membuat banyak kesalahan baik yang disengaja maupun
tidak disengaja. Sebagai hamba Tuhan, manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuat-
an yang salah itu atau dengan istilah agama sering disebut atas segala dosanya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia bersembahyang sesuai dengan perintah Tuhan.
Apabila tidak bersembahyang maka manusia itu harus mempertanggungjawabkan kelalaian
yang diperbuatnya itu di akhirat kelak nanti.

Manusia hidup dalam perjuangan, begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia tidak bekerja
keras untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus dipikul sendiri. Penderitaan
akibat kelalaian adalah tanggung jawabnya. Meskipun manusia menutupi perbuatan yang
salah dengan segala jalan sesuai dengannya, atau kekuatannya (ancaman), namun manusia tak
lepas dari tanggung jawabnya kepada Tuhan.

5
3. Makna Pengabdian

Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai
perwujudan kestiaan antara lain kepada raja, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan dan
semua dilakukan dengan ikhlas.

Timbulnya pengabdian itu hakikatnya ada rasa tanggung jawab, apabila kita bekerja dari pagi
sampai sore hari dibeberapa tempat untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, itu berarti mengabdi
kepada keluarga karena adanya kasih sayang terhadap keluarga.

Lain halnya jika keluarga kita membantu teman, karena ada kesulitan, mungkin sampai berhari-
hari ikut menyelesaikannya sampai tuntas. Hal tersebut bukanlah pengabdian, tetapi hanya bantuan
saja terhadap teman.

Macam-macam pengabdian:

a. Pengabdian terhadap Keluarga


Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga. Hidup berkeluarga ini didasarkan atas cinta
dan kasih sayang. Kasih sayang ini mengandung pengertian pengabdian dan pengorbanan.
Tidak ada kasih sayang tanpa pengabdian. Bila ada kasih sayang tidak disertai pengabdian,
berarti kasih sayang tersebut hanyalah semu atau palsu.
Pengabdian kepada keluarga ini dapat berupa pengabdian kepada istri dan anak-anak, istri
terhadap suami dan anak-anaknya, atau anak-anaknya terhadap orang tua mereka.
b. Pengabdian terhadap Masyarakat
Manusia adal anggota masyarakat, ia tak dapat hidup tanpa orang lain. Karena setiap
orang saling membutuhkan. Bila sseorang yang hidup di masyarakat tidak mau
memasyarakatkan diri dan selalu mengasingkan diri, maka apabila mempunyai kesulitan
yang luar biasa. Ia akan ditertawakan oleh masyarakat, cepat atau lambat ia akan menyaadari
dan menyerah kepada masyarakat lingkungannya.
Oleh karena itu, demi masyarakat, anggota masyarakat harus mau mengabdi diri kepada
masyarakat. Ia harus mempunyai rasa tanggung jawab kepada masyarakat, karena nama baik
tempat ia tinggal, membawa nama baiknya pula. Jikalau remaja masyarakat kampungnya
terkenal dengan “remaja berandalan” suka berkelahi, mengganggu orang lain, atau merampas
hak orang lain maka bagaimanapun juga ia akan merasa malu.
c. Pengabdian terhadap Negara/Bangsa
Manusia pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warganegara suatu negara.
Karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya. Mencintai ini biasanya
diwujudkan dalam bentuk pengabdian. Banyak contoh pengabdian kepada bangsa dan negara
dalam kehidupan.
d. Pengabdian terhadap Tuhan.
Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai
ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawabnya kepada Tuhan
yang Maha Kuasa.
4. Makna Kesadaran
6
Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada
keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman,
bangun (dari tidur) ingat, tahu dan mengerti, misalnya rakyat telah sadar akan politik.

Jadi kesadaran adalah hati yang telah terbuka atau pikiran yang telterbuka tentang apa yang telah
dikerjakan. Seperti halnya seorang guru yang mengambil barang-barang sekolah untuk dijual karena
dorongan kebutuhan rumah tangga. Sebenarnya ia berbuat itu dengan kesadaran bahwa hal tersebut
salah, akan tetapi karena kebutuhan tetap dilakukannya.

Dalam perbuatan mencuri atau mengambil barang-barang itu ada tiga norma yang dilanggar oleh
sang guru, yaitu:

1) Melanggar norma susila. Seorang guru tidak layak mencuri, kalau yang mencuri tersebut
memang pencuri, wajarlah karena pencuri tidak mempunyai norma sopan santun atau
norma susila.
2) Melanggar norma hukum. Bila tertangkap ia dapat diadili dan dipenjarakan, sebab
perbuatan itu merupakan perbuatan kriminal.
3) Melanggar norm moral. Karena dimanapun pencurian itu dilakukan, tidak dibenarkan
oleh hukum moral. Mencuri merupakan perbuataan anmoral, perbutan yang melanggar
hak milik orang.

Kesadaran moral amat penting untuk diperhatikan orang, karena pelanggaran moral dapat beraki-
bat merusakkan “nama”. Oleh karena itu kesadaran moral perlu dijaga oleh setiap individu. Hal ini
tidak berarti kesadaran yang lain tidaklah penting. Semua kesadaran sangatlah penting, karena ketid-
aksadaran adalah salah satu hal yang dapat menggoncangkan atau sekurang-kurangnya hal yang
membuat kepincangan dalam hidup.

Justru pada umumnya orang sadar akan perbuatannya tetapi tidak didasari, apakah perbuatan itu
melanggar norma sopan santun, norma hukum atau norma moral. Kalau orang itu ingin berbuat,
berbuat sajalah ia. Orang yang berbuat tanpa kesadaran ini amat sedikit jumlahnya. Hal itu bisa terjadi
karena kekeliruan. Tetapi, mungkin juga karena yang berbuat dalam keadaan tidak sadar atau anak
kecil. Karena itu orang dapat bebas dari hukuman.

5. Makna Pengorbanan

Pengorbanan berasal dari kata korban, artinya berikan secara ikhlas: harta benda, tenaga, pikiran,
bahkan mungkin nyawa seseorang demi cintanya atau ikatannya terhadap sesuatu atau demi
kesetiaan dan kebenaran.

Perbedaan antara pengertian pengabdian dengan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya
pengabdian itu tentu ada pengorbanannya. Antara sesama kawan, sulit untuk dikatakan pengabdian,
karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan
dapat juga diterapkan terhadap sesama kawan.

Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat juga berupa harta benda,
pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa kejiwaannya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas
tanpa pamrih (meminta balasan), tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi. Kapan saja diperlukan.

7
Macam-macam Pengorbanan:

a. Pengorbanan kepada Keluarga


Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga. Dasar hidup berkeluarga adalah kasih
sayang. Kasih sayang memerlukan pengorbanan. Tanpa pengorbanan tidak akan ada kasih
sayang atau tidak ada cinta.
b. Pengorbanan kepada Masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan saling
membutuhkan. Sebagai makhluk sosial, manusia merasa terikat dengan masyarakatnya.
Karena itu, demi pengabdiannya kepada masyarakat ia tidak bebas dari pengorbanan.
c. Pengorbanan kepada Bangsa dan Negara
Setiap orang di bumi ini mengakui bahwa manusia merupakan anggota suatu bangsa dan
warganegara suatu negara. Semua orang pasti menjadi anggota atau warga dari suatu bangsa
atau negara dan mempunyai kewajiban antara lain membela tanah airnya. Pembelaan itulah
biasa disebut pengorbanan.
Demi negara, tiap orang tidak merasa sayang kehilangan hartanya, bagian tubuhnya,
bahkan nyawapun berani dipertaruhkan dengan ikhlas. Kapan saja dan dimana saja berada
mereka berkewajiban membela negara.
d. Pengorbanan karena Kebenaran
Ada pribahasa “Berani karena benar, takut karena salah”. Demi kebenaran orang tidak
takut menghadapi apapun. Perang kemerdekaan itu pada hakikatnya perang untuk membela
kebenaran. Menurut kodratnya, manusia mempunyai hak hidup dan hak kemerdekaan hidup.
Oleh karena itu penjajahan di atas dunia bertentangan dengan kodrat alam. Demi membela
kebenaran ini biasanya banyak korban berjatuhan.
e. Pengorbanan kepada Agama
Berkorban kepada agama berarti juga berkorban ddemi cintanya kepada Tuhan yang
Maha Esa. Hal ini terjadi karena adanya manusia bukan dengan sendirinya, tetapi ada karena
diciptakan Tuhan. Karena itu wajiblah manusia berkorban demi cintanya kepada agama dan
juga kepada penciptanya. Agama pada hakikatnya adalah kebenaran, karena itu dalam
berkorban demi agama atau kebenaran, manusia tidak merasa sayang kehilangan harta, tahta,
tenaga, waktu bahkan nyawa dengan sukarela dikorbankan demi agamanya.

BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan

8
Daftar Pustaka:
 Suyadi. M.P., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Universitas Terbuka, Jakarta,
1985.
 Hartono, Drs, dkk., Ilmu Budaya Dasar, CV. Pelangi, Surabaya, 1986.

9
 Samsurizal, Ilmu Budaya Dasar, Nur Cahaya, Yogyakarta, 1987.
 Mochtar Hadi, Ilmu Budaya Dasar, UNS, Surakarta, 1986.
 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar, PT. Eresco,
Bandung, 1987.

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai