Anda di halaman 1dari 7

SHOULDER WHEEL

Silvi Eka Monica[1], Andjar Pudji [2] dan Dyah Titisari [3]

ABSTRAK
Shoulder wheel merupakan suatu peralatan terapi yang digunakan untuk melatih
pergerakan sendi pada bahu dan mencegah mengecilnya otot. Alat ini memanfaatkan
putaran motor untuk membantu pasien dalam menggerakkan lengan sehingga penyempitan
pembuluh darah pada daerah ini akan berkurang dan mengecilnya otot pada pasien dapat
dicegah dan diharapkan dapat bergerak seperti kondisi normal. Shoulder wheel adalah
salah satu alat terapi yang dapat diatur besar sudutnya sesuai dengan kebutuhan pasien,
sehingga pasien dapat melakukan terapi dengan sendirinya atau dengan bantuan operator
Shoulder wheel dapat digunakan untuk memberikan motivasi pada penderita dalam
melakukan latihan lingkup gerak sendi bahu secara aktif. Cara penggunaannya yaitu
penderita berdiri sedemikian rupa agar aksis sendi bahu sama dengan aksis roda pemutar,
sehingga gerak lengan sesuai dengan gerakan putaran roda. Penderita tidak diharuskan
menggerakkan roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar kemampuan
gerakan sendi bahunya. Dengan meletakkan siku pada aksis roda maka gerakan dapat
dilakukan sampai pada keterbatasan lingkup gerak sendi.
Berdasarkan hasil pengukuran, beban tangan pasien berpengaruh pada arus dan
tegangan yang dikeluarkan oleh driver motor. Semakin berat beban tangan pasien maka
arus dan tegangan pada output driver motor semakin berkurang.

Kata Kunci : Frozen Shoulder, Shoulder Wheel, Driver Motor, dan ATmega328

PENDAHULUAN mengecilnya otot pada pasien dapat dicegah


dan diharapkan dapat bergerak seperti
Latar Belakang Masalah kondisi normal (Lisa Nalurani, 2014).
Frozen shoulder merupakan rasa Shoulder wheel dapat digunakan
nyeri yang mengakibatkan keterbatasan untuk memberikan motivasi pada penderita
lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Rasa dalam melakukan latihan lingkup gerak
nyeri ini timbul karena adanya trauma dan sendi bahu secara aktif. Cara
juga timbul secara perlahan-lahan tanpa penggunaannya yaitu penderita berdiri
tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan sedemikian rupa agar aksis sendi bahu sama
utama yang dialami adalah nyeri dan dengan aksis roda pemutar, sehingga gerak
penurunan kekuatan otot, penggerak sendi lengan sesuai dengan gerakan putaran roda.
bahu dan keterbatasan LGS baik secara Penderita tidak diharuskan menggerakkan
aktif atau pasif. Salah satu terapi yang bisa roda secara penuh, tetapi gerakan hanya
mengurangi gangguan pada bahu adalah dilakukan sebesar kemampuan gerakan
dengan menggunakan alat shoulder wheel sendi bahunya. Pada waktu melakukan
(Eko Setyawan, 2015). Shoulder wheel gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu
merupakan suatu peralatan terapi yang dalam posisi abduksi 90º dan fleksi 90º.
digunakan untuk melatih pergerakan sendi Dengan meletakkan siku pada aksis roda
pada bahu dan mencegah mengecilnya otot. maka gerakan dapat dilakukan sampai pada
Alat ini memanfaatkan putaran motor untuk keterbatasan lingkup gerak sendi (Sianturi,
membantu pasien dalam menggerakkan 2003).
lengan sehingga penyempitan pembuluh Alat shoulder wheel ini sudah
darah pada daerah ini akan berkurang dan pernah dibuat oleh Lisa Nalurani, 2014
dengan tampilan seven segment dan Manfaat Praktis
dilengkapi dengan setting timer dan setting Mengoptimalkan penggunaan alat
kecepatan, namun dalam pelaksanaan terapi fisioterapi pada pasien yang mengalami
pada alat ini belum maksimal karena tidak frozen shoulder dan meningkatkan kualitas
dilengkapi setting sudut sehingga tidak bisa pelayanan khususnya pada pasien yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. mengalami frozen shoulder.
Berdasarkan identifikasi masalah
tersebut penulis ingin mengembangkan alat METODOLOGI PENELITIAN
terapi yaitu Shoulder Wheel dengan inovasi
baru sehingga pasien bisa melakukan terapi Diagram Blok Sistem
pada bahu kanan maupun kiri dengan
tampilan LCD yang dilengkapi setting
timer dan setting sudut sehingga alat bisa
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kecepatan yang disetting konstan.

Batasan Masalah
1.2.1 Menggunakan driver motor
1.2.2 Menggunakan IC Mikrokontroler
AT Mega 328
1.2.3 Menggunakan LCD 2x16 cm
1.2.4 Pemilihan timer 10, 20, 30 menit
1.2.5 Pemilihan sudut 15º, 30º, 45º, 60º
dan 90º Diagram Mekanis Alat

Rumusan Masalah
Dapatkah dibuat alat fisioterapi “Shoulder
Wheel” untuk terapi pada bahu?

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dibuatnya alat fisioterapi “Shoulder
Wheel” untuk terapi pada bahu.

2. Tujuan Khusus

2.1 Membuat alat fisioterapi shoulder


wheel
2.2 Membuat program mikrokontroler
2.3 Melakukan perancangan
2.4 Melakukan uji coba alat

Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan di
bidang elektromedik khususnya alat
fisioterapi pada pasien yang mengalami
frozen shoulder.
PENGAMBILAN DATA DAN 30º 3 mA 3 mA 3 mA 3 mA
PENGUJIAN 45º 3 mA 3 mA 3 mA 3 mA
60º 3 mA 3 mA 3 mA 3 mA
4.1 Hasil Pengambilan Data 90º 3 mA 3 mA 3 mA 3 mA

4.1.1 Jumlah Gerakan yang Diperoleh


dari Setiap Setting Sudut dan Setting Berdasarkan tabel 4.2 arus pada input
Timer. driver menunjukkan bahwa beban tidak
berpengaruh terhadap arus yang masuk ke
Untuk pengambilan data jumlah driver motor.
gerakan diperoleh dari perhitungan jumlah
gerakan naik turun dalam setiap settingan 4.1.2.2 Pengukuran Tegangan Pada
sudut dan settingan waktu. Input Driver Motor (TP 2)
Tabel 4.1 Jumlah gerakan yang diperoleh Tabel 4.3 Pengukuran Tegangan Pada
dari setiap setting sudut dan setting timer. Input Driver Motor ( TP2)
Tanpa Beban Dengan Beban
Tegangan Input Driver Motor
Sudut 15º 30º 45º 60º 90º 15º 30º 45º 60º 90º Sudut Tanpa Beban Dengan Beban
10 191 136 105 91 75 188 134 103 88 73 Putar Putar Putar Putar
menit Kiri Kanan Kiri Kanan
20 381 271 210 181 150 378 268 208 178 148 15º 4,9 V 5,00 V 5,01 V 4,8 V
menit 30º 4,8 V 4,7 V 4,8 V 4,8 V
30 571 406 315 271 225 568 404 313 268 223 45º 5,00 V 5,00 V 4,9 V 5,00 V
menit 60º 5,02 V 4,9 V 5,02 V 5,01 V
90º 4,9 V 4,9 V 4,9 V 4,9 V

Berdasarkan tabel 4.1 dapat


disimpulkan jika sudut disetting up maka Berdasarkan tabel 4.3 tegangan
jumlah gerakannya semakin sedikit dan jika pada input driver menunjukkan bahwa
sudut disetting down maka jumlah beban tidak berpengaruh terhadap arus
gerakannya semakin banyak. Sebaliknya, yang masuk ke driver motor.
jika waktu disetting down maka jumlah
gerakannya semakin sedikit dan jika waktu 4.1.2.3 Pengukuran PWM 1 Pada Input
disetting up maka jumlah gerakannya Driver Motor (TP 3)
semakin banyak. Beban berpengaruh
terhadap jumlah gerakan, jika tanpa beban
jumlah gerakannya bertambah dan jika
dengan beban jumlah gerakannya
berkurang.
4.1.2 Pengukuran Input Driver Motor
4.1.2.1 Pengukuran Arus Pada Input
Driver Motor (TP 1) Gambar 4.1 Input driver motor pada pwm1

Tabel 4.2 Pengukuran Arus Pada Input


Driver Motor (TP 1)
Arus Input Driver Motor
Sudut Tanpa Beban Dengan Beban
Putar Putar Putar Putar
Kiri Kanan Kiri Kanan
15º 3 mA 3 mA 3 mA 3 mA
4.1.2.4 Pengukuran PWM 2 Pada Input 4.1.3.2 Pengukuran Tegangan Pada
Driver Motor (TP 4) Output Driver Motor (TP 6)
Tabel 4.5 Pengukuran Tegangan Pada
Output Driver Motor (TP 6)
Tegangan Output Driver Motor
Sudut Tanpa Beban Dengan Beban
Putar Kiri Putar Putar Putar
Kanan Kiri Kanan
15º -4,87 V 4,98 V -4,79 V 4,88 V
Gambar 4.2 Input driver motor pada pwm2 30º -4,98 V 5,00 V -4,98 V 4,90 V
45º -4,99 V 5,01 V -4.98 V 4,92 V
4.1.3 Pengukuran Output Driver Motor 60º -5,01 V 5,03 V -4,98 V 4,95 V
90º -5,00 V 5,03 V -4,99 V 4,98 V
4.1.3.1 Pengukuran Arus Pada Output
Driver Motor (TP 5)
Berdasarkan tabel 4.5 tegangan pada
Tabel 4.4 Pengukuran Arus Pada Output output driver menunjukkan bahwa beban
Driver Motor (TP 5) berpengaruh terhadap tegangan yang
Arus Output Driver Motor dikeluarkan oleh driver. Karena ketika
Sudut Tanpa Beban Dengan Beban modul diberi beban, prinsip kerja motor
Putar Putar Putar Putar bekerja lebih keras untuk mengangkat
Kiri Kanan Kiri Kanan beban atau melakukan putaran motor
15º 288 mA 290 mA 285 mA 287 mA sehingga arus yang dikeluarkan oleh driver
30º 287 mA 291 mA 286 mA 288 mA berkurang. Dan tegangan yang dikeluarkan
45º 287 mA 293 mA 285 mA 290 mA oleh driver ketika motor berputar ke kiri
60º 289 mA 291 mA 287 mA 289 mA menjadi (-), karena ketika motor berbalik
90º 287 mA 292 mA 286 mA 290 mA arah, kutub tegangannya juga harus dibalik
yang awalnya (+) menjadi (-). Dan
settingan sudut juga berpengaruh terhadap
Berdasarkan tabel 4.4 arus pada tegangan yang dikeluarkan oleh driver.
output driver menunjukkan bahwa beban Ketika disetting sudut yang lebih besar,
berpengaruh terhadap arus yang tegangan yang dikeluarkan akan lebih besar
dikeluarkan oleh driver. Karena ketika pula, karena waktunya lebih lama untuk
modul diberi beban, prinsip kerja motor menstabilkan tegangan.
bekerja lebih keras untuk mengangkat
beban atau melakukan putaran motor 4.1.3.3 Pengukuran PWM 1 Pada Output
sehingga arus yang dikeluarkan oleh driver Driver Motor (TP 7)
berkurang.

Gambar 4.3 Output driver pada pwm 1


4.1.3.4 Pengukuran PWM 2 Pada Output 4.3 Hasil Perhitungan/Analisis Data
Driver Motor (TP 8)
4.3.1 Analisis Jumlah Gerakan
Tabel 4.8 Analisis Jumlah Gerakan

Nilai Error
Sudut 15º 30º 45º 60º 90º
10 1,30% 1.17% 2,09% 2,8% 2,1%
menit
20 0,60% 0,01% 0,85% 1,3% 1,4%
menit
30 0,30% 0,34% 0,57% 0,95% 0,89%
Gambar 4.4 Output driver pada pwm 2 menit
4.2 Hasil Pengukuran dengan Alat
Pembanding 4.3.2 Analisis Pengukuran Input Driver
4.2.1 Pengukuran Sudut Motor
Untuk pengambilan data pada Untuk rata-rata dari pengukuran arus
pengukuran sudut diperoleh dari besarnya sudut yang masuk ke rangkaian driver motor adalah 3
modul ketika kondisi on dibandingkan dengan mA dan rata-rata tegangan yang masuk ke
busur. rangkaian driver motor adalah 4,913 V.
Tabel 4.6 Pengukuran Sudut Volt/div yaitu digunakan untuk mengatur
batas pengukuran tegangan atau amplitodo
Sudut Pembacaan
dalam 1 kotak atau div pada batas posisi sisi
Terapi I II III atas dan sisi bawah kotak. Lebih tepatnya untuk
15º 16º 14º 15º menentukan besarnya tegangan yang dihitung
30º 30º 29º 31º dalam tiap kotak. Jadi berdasarkan gambar 4.1
45º 44º 45º 46º dan gambar 4.2, besar tegangan dalam satu
kotak adalah 2,00 V.
60º 59º 59º 60º
90º 90º 91º 89º Frekuensi adalah jumlah getaran yang
terjadi dalam waktu satu detik atau banyaknya
gelombang/getaran listrik yang dihasilkan tiap
4.2.2 Pengukuran Timer detik. Jadi berdasarkan gambar 4.1 dan gambar
4.2, dalam waktu 1 detik terdapat 976,5
Untuk pengambilan data pada gelombang.
pengukuran timer diperoleh dari waktu yang
dibutuhkan modul untuk melakukan setiap 4.3.3 Analisis Pengukuran Output Driver
pemilihan gerakan yang dibandingkan dengan Motor
stopwatch.
Untuk rata-rata dari pengukuran arus
Tabel 4.7 Pengukuran Timer yang keluar dari rangkaian driver motor adalah
288,4 mA dan rata-rata tegangan yang keluar
Set Pembacaan dari rangkaian driver motor adalah 4,968 V
waktu untuk putar kanan dan -4,957 untuk putar kiri.
(s) 1 2 3 4 5
Volt/div yaitu digunakan untuk mengatur
600 601 601 601 601 601
batas pengukuran tegangan atau amplitodo
1200 1201 1202 1202 1202 1202 dalam 1 kotak atau div pada batas posisi sisi
1800 1802 1802 1802 1802 1802 atas dan sisi bawah kotak. Lebih tepatnya untuk
menentukan besarnya tegangan yang dihitung
dalam tiap kotak. Jadi berdasarkan gambar 4.3
dan gambar 4.4, besar tegangan dalam satu
kotak adalah 5,00 V.
Frekuensi adalah jumlah getaran yang yaitu akan kembali ke posisi awal. Setelah itu
terjadi dalam waktu satu detik atau banyaknya input driver motor terhubung ke vcc 12 volt
gelombang/getaran listrik yang dihasilkan tiap DC, 5 volt DC, ground dan ke PORTD 5
detik. Jadi berdasarkan gambar 4.3 dan gambar sebagai pwm 1 dan PORTD 6 sebagai pwm 2.
4.4, dalam waktu 1 detik terdapat 976,5 Ketika pwm 1 disetting high maka pwm 2 harus
gelombang. disetting low dan ketika pwm 1 disetting low
maka pwm 2 harus disetting high agar motor
4.3.4 Analisis Pengukuran Sudut dapat berputar searah dan berbalik arah sesuai
dengan settingan sudut.
Tabel 4.9 Analisis Pengukuran Sudut
Keunggulan dari keseluruhan sistem
Sudut Rata-rata Error
Terapi a. Bisa menyesuaikan pada posisi tangan
15º 15 0% b. Pemilihan sudut yang diinginkan
30º 30 0% Kelemahan/Kekurangan Sistem
45º 45 0%
60º 59,3 1,67% a. Mekanik kurang terancang dengan baik.
90º 90 0% b. Motor yang kurang kuat jika diberi beban.
c. Penentuan dan perancangan dalam
penggunaan gir yang kurang
4.3.5 Analisis Pengukuran Timer diperhitungkan, sehinggan berpengaruh
pada kecepatan putaran motor.
Tabel 4.10 Analisis Pengukuran Timer

Setting Rata-rata Error


Waktu PENUTUP
600 601 0,16%
1200 1201,8 0,15% Kesimpulan
1800 1802 0,11%
6.1 Kesimpulan
Berdasarakan hasil perencanaan, pembuatan
modul, penulisan dan analisa data dapat
PEMBAHASAN disimpulkan sebagai berikut ini:
6.1.1 Beban tangan pasien berpengaruh pada
arus dan tegangan yang dikeluarkan
oleh driver motor. Semakin berat beban
tangan pasien maka arus dan tegangan
yang dikeluarkan semakin berkurang.
6.1.2 Di setiap settingan sudut terdapat nilai
error. Dan rata-rata error di semua
settingan adalah 0,3 %
6.1.3 Di setiap settingan timer terdapat nilai
error. Dan rata-rata error di semua
settingan adalah 0,16 %

Rangkaian minimum system 6.2 Saran


menggunakan IC ATmega 328, dengan 6.2.1 Menggunakan motor yang lebih kuat
tegangan sebesar 5V DC dan ground. Input kapasitasnya agar ketika diberi beban,
sensor dihubungkan pada port IC ATmega 328 prinsip kerja tidak terganggu.
untuk diolah yaitu di PORTC 5 dan di PORTD 6.2.2 Merancang mekanik dengan baik dan
2. LCD akan menampilkan settingan sudut dan menggunakan bahan yang lebih ringan
timer. Jika settingan sudut dan timer sudah untuk mengantisipasi beban tangan
dilakukan maka motor akan bergerak sesuai pasien yang beratnya tidak sama.
dengan settingan. Dan ketika waktu settingan
habis maka motor akan berhenti dan sensor
akan bekerja sesuai program yang disetting
DAFTAR PUSTAKA www.h-
arduino/hessmer.org/blog/2013/12/28/ib
Baskara. 2013. LCD 2x16 t-2-h-bridge-wit
http://baskarapunya.blogspot.co.id/2013 Robortus, 2007. Pengertian motor DC dan jenis
/01/liquid-crystal-display-lcd-16-x- motor DC.
2.html http://insauin.blogspot.co.id/2014/12/ma
kalah-motor-dc.html
Cailliet, R. 1991. Shoulder Paint. 3rd edition.
Philadelphia: F.A. Davis Company. Sandor, R. 2004. Adhesive capsulitis optimal
treatment of frozen shoulder. Physician
Eko Setyawan, 2015. Penatalaksanaan sportsmed. 28(9): 23-29.
Fisioterapi Pada Lansia Dengan Frozen
Shoulder Sinistra (kiri) Di Rumah Sakit Sianturi, 2003. Studi Komparatif injeksi dan
Dr.moewardi. Surakarta; Universitas oral triamcinolone acetonide pada
Muhammadiyah Surakarta. sindroma frozen sholuder. Semarang.
Fadlan, 2012. Pulse Width Modulation. Silvia, 2012. Frozen Shoulder.
http://robotic-
electric.blogspot.co.id/2012/11/pulse- Silviaphysio.wordpress.com/2012/10/21
width-modulation-pwm.html /frozen-shoulder/

Kinex Medical, 20017. Clinical Guidelines for Trinanda L, 2014. Konfigurasi Pin ATMega
CPM following Rotator Cuff Repair: 328
Synchronized or Isolated Protocol.
www.kinexmedical.com http://ymtry.blogspot.co.id/2014/atmega
328.html
Kinex Medical, 20017. Elbow CPM Following
a Stable Intra-Articular Fracture. Wiratno, 1988. Sindrom Frozen Shoulder.
www.kinexmedical.com
http://medicastore.com/penyakit/3593/Si
Kinex Medical, 20017. Post Surgical Shoulder ndrom_Frozen_Shoulder.html
CPM Following a Surgical Release,
MUA or Contracture/Stiffness.
www.kinexmedical.com

Kisner, C dan A, Colby Lynn. 1996.


Therapeutic Exercise Foundations and
Tecniques. Edisi ke-5. USA: Davis
Company.

Lisa Nalurani, 2014. Perancangan Alat Terapi


Pasca Stroke Menggunakan Infra Red
Dan Pijatan Serta Shoulder Wheel.
Surabaya; Politeknik Kesehatan Depkes
Surabaya

Pujar, 2013. Spesifikasi dan pengertian


Arduino

http://roboticbasics.blogspot.co.id/2016/
01/spesifikasi-dan-pengertian-
mikrokontroler-arduino-uno.html

Rainer Hessmer, 2015. H-Bridge IBT-2

Anda mungkin juga menyukai