Anda di halaman 1dari 2

Filsafat – Resume Materi ke lima. (Abidin, Z.

Filsafat 57-81)

Kehendak Untuk Hidup

Semua filsuf sebelum Schopenhauer memandang kesadaran atau intelek sebagai hakikat jiwa,
tapi hal ini ditolak oleh Schopenhauer. Ia mengatakan, intelek memang kadang-kadang
mengendalikan kehendak, akan tetapi hanya sebagai pembantu yang mengantar tuannya. Kita
tidak menginginkan sebuah benda karena kita punya alasan rasional untuk memiliki benda itu
melainkan kita mempunyai alasan yang disebut rasional karena kita menginginkan benda itu.

Intelek hanya dirancang untuk mengetahui hal-hal yang bersangkut paut dengan kehendak,
kehendak adalah satusatunya unsur yang permanen yang tidak bisa diubah di dalam jiwa.
Kehendak merupakan pemersatu kesadaran, ide, pemikiran, serta mengikatnya dalam satu
kesatuan yang harmonis. Kehendak adalah pusat organ pikiran. Karakter adalah kontinuitas
tujuan dan sikap, terletak dalam kehendak, bukan intelek.

Kehendak bergerak berdasarkan sifat dasanya yang asli, tidak terganggu oleh kekuatan dari luar,
aktivitas otak, atau usaha untuk mengetahui. Oleh sebab itu, saat tidur, segenap kekuatan
kehendak diarahkan untuk melindungi dan memperbaiki organisme. Tidur adalah keadaan yang
asli. Hidup adalah perjuangan melawan tidur. Kita baru memenangkan perjuangan itu apabila
kita akhirnya sembuh, atau terjaga.

Kehendak untuk Reproduktif

Musuh abadi dari kehendak adalah kematian. Akan tetapi, bisakah kehendak untuk hidup
mengalahkan kematian? bisa. Yaitu melalui strategi dari reproduksi. Setiap manusia normal pada
saat mencapai tingkat dewasa segera mengorbkan dirinya untuk menjalankan tugas reproduksi.
Tidak ada perkawinan yang mendatangkan petaka kecuali perkawinan karena cinta. Alasannya
adalah tujuan utama dari perkawinan adalah perpanjangan spesies, bukannya kesenangan
individu. Kemudian, Schopenhauer menulis merasa dirinya secara apriori sangat bebas, bisa
melakukan apa saja. Tapi melalui pengalaman, Ia menjadi bingung menyadari bahwa dirinya
tidak bebas, melainkan tunduk pada keniscayaan, ia mulai sadar bahwa ia sama sekali tidak
mengubah tindakan atau cara hidupnya, dan bahwa dari awal hingga akhir hidupnya ia akan
menjalankan watak yang sebetulnya ia benci.

Kehendak Sebagai Kejahatan

Jika dunia adalah kehendak, maka dunia adalah dunia penderitaan. Alasannya karena kehendak
mengisyaratkan keinginan dan apa yang diinginkan akan selalu lebih besar daripada apa yang
diperoleh. Keinginan selalu tidak berhingga sedangkan pemenuhannya selalu terbatas. Hidup
adalah kejahatan, karena semakin tinggi organisme, maka akan semakin tinggi pula
penderitaannya. Bertambahnya pengetahuan bukan berarti menghilangkan penderitaan,
melainkan memperbesar penderitaan. Manusia merupakan makhluk yang memiliki tingkat
penderitaan paling tinggi, karena setelah pengetahuan dan kesadaran meningkat, maka rasa sakit
akan meningkat pula. Semakin ia cerdas, maka ia akan semakin merasa sakit. Akhirnya, hidup
adalah penderitaan karena hidup adalah peperangan, di mana-mana kita menyaksikan kekerasan,
pertentangan, kompetisi, konflik dan perjuangan antara hidup dan mati.

Mengejar kebahagiaan merupakan suatu kesalahan, karena kalau ingin Bahagia, kita harus hidup
seperti anak-anak- mengira kehendak dan usaha merupakan kenikmatan, mereka belum
menemukan keserakahan dan keinginan serta kurangnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan. Tapi,
apa boleh buat, kita tidak bisa kembali menjadi anak-anak, karena memang hidup adalah
pendritaan.

Kebijaksanaan Hidup

1. Filsafat

Secara alamiah, manusia akan mengejar sesuatu yang mudah dipertukarp\kan dengan benda atau
barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi, kehidupan yang difokuskan hanya untuk
mengejar kekayaan pada prinsipnya merupakan kehidupan yang tidak berguna. Kecuali, manusia
itu tau bagaimana kekayaan bisa diubah menjadi kenikmatan – dan hal ini memerlukan seni,
peradaban, dan kebijaksanaan.

Filsafat berfungsi sebagai alat untuk memurnikan kehendak, akan tetapi filsafat harus dimengerti
sebagai pemahaman. Sangat berguna bagi kita untuk mengejar kebudayaan dan peradaban,
karena kita bisa lebih Bahagia dengan apa yang ada di otak kita, bukan di kantong kita.

2. Jenius

Jenius adalah bentuk tertinggi dari pengetahuan yang tidak banyak unsur kehendaknya. Ia
menghapus keinginan tentang dirinya sendiri sehingga bisa menjadi subjek yang sungguh-
sungguh mengetahui visinya tentang dunia, meskipun jenius merupakan orang yang sulit
beradaptasi dan kadang hidup dengan kegilaan.

3. Seni

Fungsi dari seni adalah pembebasan pengetahuan dari tugasnya untuk melayani kehendak dan
keterlupaan pada diri sendiri dan keinginan-keinginan materialnya. Seni membutuhkan
kejeniusan, meredakan sakitnya kehidupan karena menghadirkan kepada kita sesuatu yang abadi
dan universal.

4. Agama

Schopenhauer melihat ada makna yang terkandung dalam praktek dan dogma-dogma agama.
Budisme menghancurkan kehendak yang masih diakui oleh seluruh agama, dan mengejar
nirwana sebagai tujuan dari seluruh perkembangan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai