Anda di halaman 1dari 58

TEORI

PSIKOANALISA
FREUD

Hannah HaninatulHaq (10050019157)


Nadhira Nur Sabrina (10050019162)
Sandra Mariska Sukma (10050019172)
BIOGRAFI SINGKAT SIGMUND FREUD

Freud lahir 6 Maret 1856 di Freiberg wilayah Republik Ceko.


Ia adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri
aliran psikoanalisa. Ketika Freud berusia tiga tahun, keluarga
nya pindah pertama kali ke Leipzig dan kemudian ke Wina.
Freud termasuk anak yang cerdas. Ia selalu mendapatkan
nilai tertinggi di kelasnya. Freud melanjutkan pendidikan di
sekolah kedokteran. Ketika kuliah, Freud terlibat brbagai
penelitian di bawah bimbingan Ernst Brucke, sorang fisiolog.
Atas bantuan Brucke, Freud melanjutkan pendidikan ke
University Of Vienna dan memutuskan untuk belajar di Paris
dengan ahli saraf terkenal, Jean Martin Charcot.
Freud belajar teknik hipnotis untuk menangani Histeria, gangguan yang biasanya
ditandai dengan kelumpuhan atau kelainan fungsi bagian-bagian tubuh tertentu.
Melalui hipnotis, freud mengetahui penyebab psikogenik dan seksual dari gejala-gejala
histeria. Freud menemukan pengalaman traumatic pasien pada masa kanak-kanak.
Freud, waktu melakukan asosiasi bebas, juga sering menjumpai pasien yang
menyebutkan mimpi-mimpinya. Dari situlah Freud mengambil kesimpulan bahwa
mimpi memiliki arti penting dan membuka rahasia ketidaksadaran.

Pada tahun 1900, kepakaran Freud di bidang psikoanalisa mulai diakui, setelah
sebelumnya mendapatkan berbagai kritik dan cacian. Lalu Freud mendapatkan
penghargaan doctor honoris atas usaha, komitmen dan dedikasinta dalam
memperjuangkan psikoanalisa, yang akhirnya mendapatkan pengakuan internasional.
Karya yang terkenal yaitu Interpretation Of Dreams (1900/1953). Setelah peristiwa
Perang Dunia I. perang ini sangat membekas dan mempengaruhi pemikiran dan
penelitian Freud yangf kemudian pengalaman ini disebut sebagai death instink.
Pada tahun 1939 di London Freud meninggal dunia karena penyakit yang didritanya.
TINGKAT KEHIDUPAN MENTAL

Menurut Freud, kehidupan mental terbagi


kedalam dua tingkatan yaitu alam tidak
sadar (unconscious) dan alam sadar
(conscious). Alam tidak sadar terbagi
menjadi dua tingkatan yang berbeda, alam
tidak sadar dan alam bawah sadar. Freud
melihatnya sebagi suatuu alam tidak sadar
sekaligus proses terjadinya tanpa disadari.
ALAM TIDAK SADAR

Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun
insting yang tidak kita sadari, tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan
dan tindakan kita. Karena alam tidak sadar ini tidak bisa dijangkau oleh
pikiran sadar. Freud menyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya
bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya alam tidak sadar adalah
penjelasan untuk makna yang ada di balik mimpi, keliru ucap dan jenis
melupakan yang dikenal sebagai represi. Mimpi adalah sumber materi alam
tidak sadar.
Proses tidak sadar sering kali lolos sensor dan masuk kedalam sadar secara
terselubung atau dengan wujud yang berbeda. Freud menggunakan analogi
sensor yang menhalangi jalan antara alam tidak sadar dengan alam sadar dan
mencegah memori yang memicu kecemasan yang tidak diinginkan memasuki
kesadaran. Agar masuk ketingkat pikiran gambaran tidak sadar ini harus
berubah wujud agar dapat menyelinap masuk ke sensor pertama (primary cens
or) dan kemudian harus menerobos sensor akhir (final censor) yang menjaga
jalan antar alam bawah sadar dana lam sadar. Selama memori tersebut masuk
ke pikiran sadar kita, kira tidak lagi mengenalinya seperti apa melainkan kita
justru melihatnya sebagi pengalaman yang menyenangkan dan tidak
mengancam.
ALAM BAWAH SADAR

Alam bawah sadar ini berisi semua elemen yang tidak disadari, tetapi muncul
dalam kesadaran dengan cepat atau agak sulit. Isi alam bawah sadar datang
dari dua sumber, pertama dari persepsi sadar. Hal yang dipersepsikan oleh
seseorang seacar sadar dalam waktu singkat. Pikiran yang dapat keluar masuk
atara alam sadar dana lam bawah sadar umumnya adalah pikiran-pikiran yang
bebas dari kecemasan. Sumber kedua dari gambaran bawah sadar adalah alam
tidak sadar. Freud menyakini bahwa pikiran dapat menyelinapo dari sendor
ketat dan masuk ke alam bawah sadar, dalam bentuk yang tersembunyi.
ALAM SADAR

Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran kiata agar masuk ke dalam
sadar. Pintu pertama adalah melalui sitem kesadaran perseptual, yaitu
terbuka bagi dunia luar dan bertindak sebagai perantara bagi persepsi kita
tentang stimulus dari luar. Dengan kata lain hal-hal yang kita rasakan melalui
indra. Sumber kedua yaitu struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan
tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar. Ketika gagasan-gagasan
tersebut tiba di alam sadar, gagasan-gagasan tersebut sudah berubah wujud
dan terselubung dalam bentuk perilaku yang defensive atau dalam bentuk
mimpi.
AREA PIKIRAN

Freud membagi pikiran kita menjadi 3 bagian structural.


1. Bagian pikiran yang paling primitive adalah das Es yang hampir selalu
diterjemahkan sebagai Id
2. Bagian kedua adalah das Ich yang diterjemahkan sebagai ego
3. Bagian terakhir adalah das Uber-Ich yang disebut sebagai superego
ID

Id yaitu istilah yang diambil dari kata ganti untuk “sesuatu” atau komponen yang
tidak sepenuhnya diakui oleh kepribadian. Id tidak memiliki kontak dengan
relatitas, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan daengan cara
memuaskan hasrat-hasrat dasar. Bayi baru lahir adalah perumpamaan dari Id.
Disamping sifatnya yang tidak realtias dan mencari kesenangan, id bersifat tidak
logis dan mempu memuaskan pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan
yang lainnya. Id mencurahkan segala energinya untuk mencari kesenangan tanpa
peduli hal itu pantas atau tidak pantas untuk dilakukan.

Pada intinya, id merupakan area yang paling primitive, kacau balau, tidak logis dan
tidak terjangakau oleh kesadaran. Id tidak bisa diubah, moral, tidak logis, tidak
teratur dan penuh dengan energy yang diterima dari dorongan dasar dan dicurahkan
semata-mata untuk memuaskan prinsip kesenangan
EGO
Ego berkembang dari Id selama masa bayi dan menjadi satu-satunya sumber bagi
seseorang untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Ego dikendalikan oleh prinsip
realitas. Sebagi satu-satunya area pikirn kita yang berinteraksi dengn dunia luar, ego
berperan sebagi pengambil keputusan. Menurut Freud, ego berkembang terpisah
dari Id. Ketika Id tetap tidak berubah, ego terus menerus mengembangakn aneka
strategi untuk mengontrol tuntutan-tuntutan id. Ego tidak memiliki kekuatan sendiri
karena ia meminjam energy dari id.

Kendati demikian, ego kadang-kadang berhasil memgang kendali penuh, misalnya


orang yang memiliki kematangan secara psikologis. Ketika anak-anak belajar
mendapat imbalan atau penghargaan dan hukuman, mereka belajar hal-hal yang
harus merka lakukan agar mendapatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit.
Pada usia belia, kesenangan dan rasa sakit merupakan aktivitas dari ego karena
anak-anak belum sepenuhnya mengejmbangan suara hati dan ego-ideal.
SUPEREGO
Superego mewakili aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh
prinsip moralitas dan prinsip idealistis sebagi lawan dari prinsip kesenangan id dan
prinsip realitas ego. Superego berkembang dari ego dan seperti ego, superego tidak
memiliki energy sendiri. Namun superego berbeda dari ego dalam satu hal penting
yaitu superego tidak memiliki kontak dengan dunia luar, sehingga tuntutan superego
akan kesempurnaan pun menjadi tidak realitas.

Superego memiliki 2 subsistem yaitu suara hati dan ego-ideal. Suara hati berasal
dari pengalaman ketika kita mendapatkan hukuman untuk perilaku yang tidak
pantas dan mengajari kepada kita mengenai hal hal yang sebaiknya tidak dilakukan.
Sedangakan ego-ideal berkembang dari pengalaman ketika kita mendapatkan
imbalan atau penghargaan untuk perilaku yang tepat dan mengarah kepada kita
sebaiknya dilakukan. Superego yang berkembang dengan baik berperan dalam
mengontrol dorangan seksual dan agresif melalui proses represi.
DINAMIKA KEPRIBADIAN

Freud mengusulkan istilah dinamika, atau prinsip motivasional, untuk menjelaskan kekuatan-
kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Menurut Freud, manusia termotivasi untuk mencari
kesenangan, serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi
psikis dan fisik yang didorong dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
DORONGAN-DORONGAN
Dorongan bekerja sebagai desakan motivasional yang konstan. Sebagai stimulus internal, dorongan
berbeda dari stimulus eksternal karena seseorang tidak dapat menghindar dari stimulus internal.
Menurut Freud (1933/1964), berbagai dorongan yang ada dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori:
• Seks atau Eros
• Agresi, distraksi, atau Thanatos
(Freud 1915/1957a) Setiap dorongan dasar memiliki:
• Desakan dorongan adalah besar kekuatan dari dorongan yang keluar.
• Tujuan dorongan adalah memperoleh kepuasan dengan cara meredam rangsangan atau mengurangi
ketegangan.
• Objek dorongan adalah orang atau sesuatu yang dijadikan alat memperoleh tujuan
1. SEKS

• Tujuan dorongan adalah kesenangan, tetapi kesenangan ini tidak terbatas pada
pemuasan genital. Selain genital, mulut dan anus adalah bagian tubuh yang
juga mampu menghasilkan kesenangan seksual dan disebut sebagai zona
erogen (erogenous zone).
• Tujuan utama dari dorongan seksual ini tidak bisa diubah, tetapi jalur yang
ditempuh untuk mencapai tujuan dapat bervariasi. Bentuknya bisa aktif
maupun pasif, atau terhambat secara temporer atau permanen
(Freud, 1915/1957a).
BENTUK-BENTUK SEKS

• Narsisme Pertama (primary narcissism). Bayi umumnya memiliki sifat berpusat-


pada-diri-sendiri (self-centered) karena mereka sepenuhnhya mengarahkan libido
pada ego mereka sendiri.
• Narsisme Sekunder (secondary narcissism). Libido narsistis kemudian diubah
menjadi libido objek. Namun, pada masa pubertas, remaja seringkali kembali
mengalihkan libido mereka ke ego dan memusatkan perhatian mereka pada
penampilan dan ketertarikan pribadi.
• Cinta. Ketertarikan seksual pertama anak-anak adalah kepada orang yang merawat
mereka, umumnya ibu mereka. Namun, kecintaan seksual pada anggota keluarga
biasanya ditekan, sehingga memunculkan jenis cinta kedua. Freud menyebut jenis
cinta kedua ini sebagai tujuan yang terhambat (aim-inhibited) karena tujuan
mengurangi ketegangan seksual ini terhambat atau ditekan.
 Cinta dan narsisme saling terkait erat. Narsisme mencakup cinta pada diri sendiri,
sedangkan cinta sering kali diiringi oleh kecenderungan narsistis.
BENTUK-BENTUK SEKS

• Sadisme adalah kebutuhan akan kesenangan seksual dengan menimbulkan rasa sakit
atau mempermalukan orang lain. Apabila dilakukan secara ekstrem, sadisme
dipandang sebagai kelainan seksual.
• Masokisme adalah kebutuhan yang lazim, tetapi hal itu tidak wajar ketika Eros
menjadi tunduk pada dorongan perusakan. Masokis mendapatkan kesenangan seksual
dari penderitaan yang diakibatkan oleh rasa sakit dan perasaan dipermalukan yang
dipicu, baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
 Seorang masokis dapat menimbulkan rasa sakit pada dirinya sendiri, sedangkan
seorang pelaku sadisme harus mencari dan menemukan orang lain yang akan
memberikan rasa sakit atau perasaan dipermalukan pada diri mereka.
2. AGRESI

• Menurut Freud, tujuan dari dorongan merusak adalah mengembalikan


organisme ke dalam keadaan anorganik. Karena kondisi anorganik yang paling
utama adalah kematian, tujuan akhir dari dorongan agresif adalah
penghancuran-diri.
• Agresi bersifat fleksibel dan dapat berubah menjadi berbagai macam bentuk
seperti mengolok-olok, menggosip, menyindir, mempermalukan, humor, dan
menikmati penderitaan orang lain.
• Dorongan agresi juga menjelaskan adanya kebutuhan seseorang untuk
membangun tembok pembatas guna mengendalikan agresi.
Sepanjang hidup, dorongan untuk hidup dan mati terus bergulat untuk saling menaklukan. Namun,
disaat yang sama, keduanya harus tunduk pada prinsip realitas yang mewakili tuntutan dari dunia
luar. Tuntutan dari dunia luar ini lah yang menghambat pemenuhan dorongan seksual maupun
agresi secara langsung, tersembunyi, dan tanpa halangan. Hal inilah yang sering kali meciptakan
kecemasan yang mendorong hasrat-hasrat seksual dan agresif ke alam sadar.
3. KECEMASAN

Dalam mendefinisikan kecemasan, Freud (1933/1964) menekankan bahwa


kecemasan adalah situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan disertai dengan
sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang segera
datang. Perasaan yang tidak menyenangkan tersebut sering kali samar-samar dan
sulit dipastikan, namun selalu terasa.
• Kecemasan bertindak sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena hal
itu menandakan kepada kita bahwa bahaya segera datang (Freud, 1933/1964).
• Kecemasan juga mengatur dirinya sendiri (self-regulating) karena dapat
memicu represi yang kemudian mengurangi rasa sakit akibat kecemasan tadi
(Freud, 1933/1964).
JENIS-JENIS KECEMASAN

Hanya ego yang dapat menghasilkan atau merasakan kecemasan. Namun, id, superego,
dan dunia luar masing-masing terkait dengan salah satu dari tigas jenis kecemasan
1. Kecemasan neurosis (neurotic anxiety). Yaitu ketakutan pada bahaya yang tidak
diketahui yang akan terjadi. Perasaan itu sendiri ada di dalam ego, tetapi muncul
dari dorongan-dorongan id.
2. Kecemasan moral (moral anxiety). Berasal dari konflik antara ego dan superego.
Ketika anak-anak membangun superego, mereka dapat mengalami kecemasan
yang tumbuh dari konflik antara kebutuhan realistis dan perintah superego.
Kecemasan ini juga dapat muncul karena kegagalan dalam bersikap sesuai dengan
hal yang mereka anggap benar secara moral.
3. Kecemasan realistis (realistic anxiety), sangat erat kaitannya dengan rasa takut.
Kecemasan realistis adalah perasaan tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang
mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Namun, kecemasan realistis berbeda
dari rasa takut karena tidak mencakup rasa takut terhadap objek tertentu.
MEKANISME PERTAHANAN DIRI

Freud pertama kali mengembangkan pemikiran tentang mekanisme pertahanan diri (defense
mechanisms) pada tahun 1926 (Freud, 1926/1959a) dan putrinya, Anna yang menyempurnakan
dan menyusun konsepnya.
Ego membangun mekanisme pertahanan agar kita tidak perlu menghadapi ledakan ledakan
seksual dan agresif secara langsung dan untuk mempertahankan diri sendiri dari kecemasan yang
mengikuti dorongan dorongan tersebut (Freud, 1926/1959a)
1. REPRESI
• Mekanisme pertahanan paling dasar, karena muncul juga pada bentuk bentuk
mekanisme pertahanan lain, adalah represi. Manakala ego terancam oleh dorongan id
yang tidak diinginkan, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan dorongan
tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan masuk ke alam tidak sadar
(Freud 1926/1959a).
• Freud meyakini bahwa terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi pada dorongan-
dorongan setelah tidak disadari lagi. Pertama, dorongan-dorongan ini tetap tidak
berubah dalam alam tidak sadar. Kedua, dorongan dorongan ini mendesak masuk ke
alam sadar dalam bentuk yang tidak berubah, sehingga justru menciptakan kecemasan
yang lebih besar yang tidak bisa dikendalikan oleh orang tersebut. Ketiga, dorongan
tersebut diekspresikan dalam bentuk bentuk yang lain atau terselubung. Dorongan
tersebut bisa bersembunyi menjadi gejala-gejala fisik, misalnya impotensi seksual
pada laki-laki yang dipenuhi rasa bersalah seksualnya, lewat mimpi, salah ucap,
ataupun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan lainnya.
2. PEMBENTUKAN REAKSI

• Salah satu cara agar dorongan yang ditekan tersebut bisa disadari adalah dengan cara
menyembunyikan diri dalam selubung yang sama sekali bertentangan dengan bentuk
semula. Mekanisme pertahanan ini disebut pembentukan reaksi (reaction formation).
• Perilaku reaktif dapat dikenali dari sifatnya yang berlebihan serta bentuknya yang
obsesif juga kompulsif (Freud, 1926/1959a).
3. PENGALIHAN

• Freud meyakini bahwa pembentukan reaksi memiliki batasan hanya pada satu objek
saja, misalnya orang yang memiliki rasa cinta yang reaktif akan membanjiri orang
yang diam-diam mereka benci dengan perhatian yang berlebihan. Namun, sebaliknya
dalam pengalihan (displacement), orang dapat mengarahkan dorongan-dorongan yang
tidak sesuai ini kepada sejumlah orang atau objek, sehingga dorongan yang sebenarnya
terselubung atau tersembunyi.
• Pada tulisan-tulisannya, Freud menggunakan istilah ‘pengalihan’ untuk berbagai hal,
misalnya dalam pembahasan mengenai dorongan seksual, bahwa objek seksual dapat
dialihkan atau diubah ke dalam berbagai objek lainnya.
• Freud juga menggunakan istilah pengalihan untuk menjelaskan mereka yang
mengganti gejala neurosisnya dengan yang lain.
• Pengalihan juga terlibat dalam pembentukan mimpi.
4. FIKSASI

• Ketika melangkah ke tahap perkembangan lebih lanjut memunculkan kecemasan yang


begitu besar, maka ego bisa mengambil strategi untuk bertahan di tahap psikologis saat
ini, yang lebih nyaman. Pertahanan seperti ini disebut fiksasi (fixation)
• Fiksasi adalah kelekatan permanen dari libido kedalam tahap perkembangan
sebelumnya yang lebih primitive (Freud, 1973/1963).
• Fiksasi bersifat universal.
5. REGRESI

• Ketika libido melewati tahap perkembangan tertentu, dimasa masa penuh stress dan
kecemasan libido bisa kembali ke tahap sebelumnya. Langkah mundur ini disebut
sebagai regresi (regression) (Freud, 1973/1963).
• Regresi biasa terjadi dan dapat terlihat pada anak anak. Misalnya, anak yang sudah
disapih total dapat mundur dan menuntut untuk minum dari botol atau mengisap
puting susu ketika adiknya lahir.
• Perilaku regresif serupa dengan perilaku terfiksasi karena sifatnya kaku dan kekanak
kanakan. Namun, regresi biasanya bersifat sementara, sedangkan fiksasi menuntut
pengerahan energi psikis yang sedikit banyak bersifat permanen.
6. PROYEKSI
• Ketika dorongan dari dalam menyebabkan kecemasan yang berlebihan, ego bisa
mengurangi rasa cemas tersebut dengan mengarahkan dukungan yang tidak diinginkan
ke objek eksternal, biasanya orang lain.
• Mekanisme pertahanan proyeksi didefinisikan sebagai melihat dorongan atau perasaan
orang lain yang tidak dapat diterima, padahal sebenernya dorongan atau perasaan
tersebut ada di alam sadar diri sendiri (Freud, 1915/1957b)
• Jenis proyeksi yang ekstrem adalah paranoid (paranoida), gangguan mental yang
ditandai dengan delusi yang kuat atas rasa cemburu dan merasa dikejar-kejar oleh
orang lain. Paranoid tidak selalu muncul dari proyeksi, tetapi merupakan jenis ekstrem
dari proyeksi. Menurut Freud perbedaan penting antara proyeksi dan paranoid adalah
bahwa paranoid selalu ditandai dengan perasaan homoseksualitas yang ditekan
terhadap pihak yang dianggap mengejar-ngejar orang tersebut.
• Mekanisme sentral pada semua paranoid adalah proyeksi yang diikuti oleh pikiran
pikiran keliru (delusi) akan rasa cemburu dan perasaan dikejar-kejar.
7. INTROYEKSI

• Introyeksi (introjections) adalah mekanisme pertahanan ketika seseorang meleburkan


sifat-sifat positif orang lain kedalam egonya sendiri. Misalnya, seorang remaja yang
melakukan introyeksi atau mengadopsi perilaku, nilai, atau gaya hidup seorang bintang
film. Introyeksi seperti ini memberikan remaja tersebut rasa menghargai diri sendiri
yang tinggi dan meminimalkan perasaan-perasaan inferiornya.
• Orang-orang mengintroyeksikan karakteristik yang mereka anggap bernilai dan hal
tersebut membuat mereka dapat memandang diri mereka sendiri dengan baik.
• Orang-orang dari usia berapapun dapat mengurangi kecemasan yang terkait dengan
perasaan kekurangan dengan cara menerapkan atau melakukan introyeksi atas nilai,
keyakinan, dan perilaku orang lain.
8. SUBLIMASI
• Menurut Freud (1917/1963), satu mekanisme yaitu sublimasi dapat diterima, baik oleh
individu maupun kelompok social.
• Sublimasi (sublimation) merupakan represi dari tujuan genital Eros dengan cara
menggantinya secara kultural ataupun social.
• Tujuan sublimasi diungkapkan secara jelas, terutama melalui pencapaian kultural,
seperti pada seni, music, juga sastra, lebih tepatnya pada segala bentuk hubungan antar
manusia dan aktivitas aktivitas social lainnya.
• Pada sebagian besar orang, sublimasi bercampur dengan ungkapan Eros secara
langsung, sehingga menghasilkan keseimbangan antara pencapaian social dengan
kesenangan pribadi. Kebanyakan dari kita mampu melakukan sublimasi atas sebagian
libido kita untuk mencapai nilai nilai kultural yang lebih tinggi, sementara disaat yang
sama mempertahankan dorongan dorongan seksual dalam jumlah yang memadai untuk
mengejar kesenangan erotis individual.
TAHAP PERKEMBANGAN

1. Tahap infantil (infantile stage). Usia 4 atau 5 tahun pertama, masa paling krusial bagi
pembentukan kepribadian. Tahap ini diikuti dengan periode laten selama 6 hingga 7 tahun,
ketika pertumbuhan seksual tidak atau sedikit terjadi.
2. Tahap genital (genital stage). Pada masa puber, mulailah kehidupan seksual.
3. Kedewasaan (maturity). Puncak dari perkembangan psikoseksual
1. PERIODE INFANTIL

• Salah satu asumsi Freud (1905/1961b) yang paling penting adalah bahwa bayi
mempunyai kehidupan seksual dan mengalami periode perkembangan seksual
pregenital selama 4 atau 5 tahun pertama setelah kelahiran.
• Seksualitas masa kanak-kanak berbeda dari seksualitas orang dewasa karena tidak
mempunyai kemampuan reproduksi dan sepenuhnya.
• Namun, baik pada anak-anak maupun orang dewasa, dorongan seksual dapat
dipuaskan oleh organ-organ selain genital.
• Mulut juga anus adalah bagian-bagian yang sensitive terhadap stimulasi bersifat
erogen (Freud, 1933/1964).
Fase-Fase dalam Tahap Infantil
(berdasarkan zona erogen utama yang berkembang paling pesat)

A. FASE ORAL

• Karena mulut merupakan organ pertama yang memberikan kesenangan pada


bayi, maka tahap perkembangan Freud yang pertama adalah fase oral.
• Tujuan seksual dari aktivitas oral awal ini adalah untuk mengambil atau
menerima objek pilihan—yaitu puting susu—ke dalam tubuh bayi.
• Fase oral kedua yang disebut Freud (1933/1964) sebagai periode sadistik oral.
Pada fase ini, bayi merespons orang lain dengan menggigit, menutup mulut,
tersenyum, serta menangis. Pengalaman otoerotis mereka yang pertama adalah
mengisap ibu jari, sebuah pertahan atas kecemasan yang dapat memuaskan
kebutuhan seksual, tetapi buka kebutuhan nutrisi mereka.
B. FASE ANAL

• Dorongan ini berkembang leih utuh di tahun kedua, ketika anus muncul sebagai zona
yang memberikan kepuasan seksual.
• Periode ini ditandai dengan kepuasan, yang diperoleh melalui perilaku agresif dan
aktivitas-aktivitas pembuangan atau ekskresi.
1. Periode Anal Awal
• Anak-anak memperoleh kepuasan dari merusak atau menghilangkan objek.
• Pada masa ini, sifat menghancurkan dari dorongan sadistis lebih kuat dibandingkan
dorongan erotis, sehingga anak-anak sering kali bertindak agresif kepada orang tua
yang membuat mereka fustasi dengan latihan penggunaan toilet

2. Periode Anal Akhir


• Mereka terkadang memiliki ketertarikan pada feses atau kotoran, ketertarikan yang
berasal dari kesenangan erotis yang didapat dari perilaku buang air besar.
• Seringkali, anak-anak memberikan feses kepada orang tua mereka sebagai “hadiah
yang berharga” (Freud, 1933/1964)
• Kesenangan narsistis dan juga masokis ini menjadi fondasi dari karakter anal,
yaitu orang-orang yang memperoleh kepuasan erotis dengan menyimpan berbagai
objek, serta menatanya dengan sangat rapi dan serba teratur.
Pada tahap oral dan anak, tidak ada perbedaan mendasar antara perkembangan
psikoseksual pada pria dan wanita. Anak-anak, baik berjenis kelamin laki-laki atau
pun perempuan, dapat mengembangkan orientasi aktif atau pasif.
C. FASE FALIK

• Masa ketika area genital menjadi zona erogen utama.


• Tahap ini ditandai dengan pertama kalinya lewat dikotomi antara perkembangan pria
dan wanita, perbedaan yang diyakini oleh Freud (1925/1961) disebabkan oleh
perbedaan anatomi antara kedua jenis kelamin tersebut.
• Selama fase falik, masturbasi terjadi hampir pada semua anak, tetapi karena orangtua
umumnya menekan aktivitas tersebut, anak-anak pun cenderung menekan keinginan
sadar mereka untuk masturbasi pada saat fase falik hampir berakhir.
a) Kompleks Oedipus pada Laki-Laki
• Sebelum fase falik, bayi laki-laki membentuk identifikasi dengan ayahnya (ia ingin
menjadi ayahnya). Kemudian, ia mengembangkan hasrat seksual dengan ibunya (ia
ingin memiliki ibunya). Keduanya bisa muncul berdampingan karena ego yang belum
berkembang.
• Ketika anak laki-laki pada akhirnya menyadari bahwa keduanya saling berlawanan, ia
menanggalkan identifikasinya dengan ayah dan mempertahankan perasaan yang lebih
kuat—keinginan untuk memiliki ibunya. Dia menganggap ayahnya sebagai saingan
untuk mendapatkan cinta dari sang ibu.
• Kondisi persaingan dengan ayah dan perasaan cinta inses terhadap sang ibu dikenal
sebagai kompleks Oedipus (Oedipus complex)
• Kompleks Oedipus utuh (complete Oedipus complex), parasaan kasih saying dan
kebencian muncul bersamaan (saling berdampingan) karena satu atau kedua perasaan
ini tidak disadari.
a) Kompleks Oedipus pada Laki-Laki
• Kompleks kastrasi, dimulai pada saat anak laki-laki (yang menduga bahwa semua
orang, termasuk anak perempuan, mempunyai alat kelamin seperti dirinya) menyadari
bahwa anak perempuan ternyata tidak memiliki penis.
• Kecemasan kastrasi (rasa takut kehilangan penisnya). Anak laki-laki dipaksa untuk
menyimpulkan bahwa anak perempuan memiliki penis yang dipotong karena anak
perempuan tersebut melakukan masturbasi atau karena menggoda ibunya. Ini
membuat anak laki-laki merepresi dorongannya terhadap aktivitas seksual, termasuk
fantasinya untuk menggoda ibunya.
• Kecemasan kastrasi baru muncul pada saat ego anak laki-laki cukup matang untuk
memahami keterkaitan antara hasrat seksual dan pemotongan penis.
• Ketika kompleks Oedipus ini hilang atau ditekan, anak laki-laki pun menyerah pada
hasrat intensnya dan mengubahnya menjadi perasaan cinta yang lembut serta mulai
mengembangkan superego primitifnya.
b) Kompleks Oedipus pada Perempuan

• Fase falik pada anak perempuan berlangsung dengan cara yang lebih rumit
dibandingkan pada anak laki laki, dan perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan anato
mi diantara laki laki dan perempuan (Freud, 1925/1961).
• Anak perempuan pra-Oedipal menduga bahwa semua anak memiliki genital yang
sama seperti milik mereka, hingga mereka menemukan bahwa ternyata anak laki laki
tidak hanya punya perangkat genital yang berbeda, tetapi juga lebih istimewa (besar).
Dan anak perempuan merasa iri atas peragkat ekstra tersebut, dan ingin memiliki
penis. Pengalaman rasa iri akan penis (penis envy) menjadi daya dorong yang kuat
dalam pembentukan kepribadian anak perempuan. Rasa ini bisa bertahan selama
bertahun-tahun dalam bentuk yang berubah ubah.
• Freud meyakini rasa iri akan penis ini kerap diungkapkan dalam bentuk keinginan
untuk menjadi anak laki laki atau menjadi pria.
• Rasa iri akan penis terjadi sebelum kompleks Oedipus perempuan
• Hasrat untuk berhubungan seksual dengan ayah dan perasaan benci terhadap ibu
dikenal sebagai kompleks Oedipus sederhana pada perempuan (simple female Oedipus
complex)
Jumlah paralel antara fase sederhana pada perempuan dan laki-laki

Fase Falik Laki Laki Fase Falik Perempuan


1. Kompleks Oedipus (hasrat seksual pada ibu/ 1. Kompleks kastrasi dalam bentuk rasa iri akan
kebencian pada ayah penis
2. Kompleks kastrasi dalam bentuk kecemasan 2. Kopleks Oedipus berkembang sebagai upaya
kastrasi menghancurkan kompleks Oedipus untuk mendapatkan penis (hasrat seksual pada
ayah; kebencian pada ibu)
3. Identifikasi pada ayah 3. Penyadaran bertahap bahwa hasrat Oedipal ini
kemudian hilang dengan sendirinya.
4. Superego yang kuat menggantikan kompleks 4. Identifikasi pada ibu
Oedipus yang nyaris seluruhnya hilang
5. Superego yang lemah menggantikan Kompleks
Oedipus yang hilang sebagian.
2. PERIODE LATEN

• Freud meyakini bahwa pada tahun ke-4 dan ke-5 sampai masa puber, baik anak laki laki maupun
perempuan lazimnya, tetapi tidak selalu, melalui periode perkembangan psikoseksual yang nonaktif. Fase
laten ini sebagian dimunculkan oleh upaya orang tua menghukum atau mencegah aktivitas seksual. Jika
orang tua berhasil menekan aktivitas ini maka anak akan merepresi dorongan seksual mereka dan
mengarahka energi psikisnya ke sekolah, teman, hobi, serta aktivitas nonseksual lainnya.
• Freud menyebutkan bahwa kompleks Oedipus dan periode laten pada awal perkembangannya, manusia
tinggal dalam keluarga yang dipimpin oleh ayah yang berkuasa dan memiliki seluruh aktivitas seksual diri
nya sendiri. Seorang ayah akan membunuh atau menyingkirkan anak laki lakinya yang ia pandang sebagai
ancaman. Kemudia para anak laki laki bergabung dan membunuh ayah mereka. Namun secara individual
mereka terlalu lemah. Akhirnya mereka bergabung membentuk sebuah klan atau totem dan menetapkan
larangan terhadap apa yang yang mereka lakukan. Artinya mereka menyatakan dalam keluarga bahwa
membunuh ayah dan dan berhubungan seksual dengan anggota keluarga perempuan adalah melanggar
hukum.
• Begitu penekanan ini tuntas munculah laten seksual. Setelah pengalaman ini berulang dalam
perkembangan psikoseksual ,pengalaman ini menjadi dorongan yang aktif. Oleh karena itu hambatan atas
aktivitas seksual menjadi bagian dari peninggalan filogenetis kita dan kitapun menekan dorongan seksual
diri kita sendiri tanpa perlu berpengalaman dihukum karena melakukannya.
3. PERIODE GENITAL

• Masa puber menandai penyadaran kembali atas tujuan seksual dan mulainya periode
genital. Selama masa puber, kehidupan seksual seseorang memasuki fase keduanya
yang mempunyai sederetan perbedaan mendasar dari periode infatil.
• Pertama, remaja berhenti melkukan perilaku autoerotisme dan mengarahkan energi
seksualnya kepada orang lain dan tidak lagi pada dirinya sendiri.
• Kedua, reproduksi dapat dilakukan
• Ketiga, meskipun rasa iri pada penis terus bertahan pada anak peremupuan, bagi
mereka, vagina kini mendapatkan status yang sama seperti penis dimasa bayi.
• Keempat, seluruh dorongan seksual mengalami organisasi yang lebih utuh dan
komponen komponen dorongan yang semula beroperasi secara terpisah pisah daiwal
periode infakil kini mengalami sintesis selama masa remaja. Mulut, anus, dan wilayah
yang memberikan rasa menyenangkan kini melengkapi genital yang berkembang
menjadi zona erogen yang paling penting.
• Sintesis dari Eros, meningkatnya status vagina, kemampuan reproduktif dari dorongan
seksual, dan kemampuan untuk mengarahkan libido dibandingkan kepada diri sendiri,
merupakan perbedaan penting antara seksualitas pada bayi dan orang dewasa.
4. KEMATANGAN

• Freud mengungkapkan, tetapi taidak sepenuhnya mengonseptualisasikan adanya


periode kematangan psikologis, sebuah tahap yang dilalui setelah seseorang malalui
periode perkembangannya secara ideal.
• Kematangan psikologis jarang terjadi, karena manusia mempunyai begitu banyak
kesempatan untuk menumbuhkan kelainan psikologis atau sifat neurotis yang mereka
miliki sejak awal.
• Kita dapat menggambarkan individu yang dewasa secara psikoanalisis. Individu
seperti ini memiliki struktur pikiran yang seimbang dengan ego yang mengendaikan id
dan superego. Oleh karena itu, dorongan id diungkapkan secara jujur dan sadar tanpa
diikuti rasa malu atau bersalah, dan superego mereka berkembang melampaui Identifik
asi dan control orang tua serta bebas dari perasaan benci maupun dorongan inses.
• Singkatnya, orang orang yang matang secara psikologis akan melalui pengalaman
masa kanak kanak dan remaja dengan mengendalikan energi psikis dan dengan ego
yang berfungsi sebagai pusat dari alam sadar terus berkembang.
PENERAPAN TEORI PSIKOANALISIS

Freud mengidentifikasi tiga tingkatan dalam kehidupan mental,


1. alam tidak sadar (ketidak sadaran)
2. alam bawa sadar, dan
3. kesadaran

Freud mencurahkan banyak waktu untuk menemukan teori yang tidak hanya membantu pasien,
tetapi juga membantunya melihat kedalam kepribadian manusia.
TEKNIK TERAPEUTIK AWAL FREUD

studies on hysteria adalah teknik yang ia gunakan untuk membuka


kenangan masa kanak-kanak yang mengalami represi (tekanan).
Prosuder yang sangat sugestif ini memberikan hasil yang di
butuhkan oleh Freud, yaitu pengakuan akan godaan masa kanak-kanak.
Menggunakan tafsir mimpi dan hipnosis (keadaan seperti tidur).
Freud menyatakan bahwa berdasarkan teknik dibawah tekanan ini kebanyakan
pasiennya menggambarkan ingatan masa kanak-kanak ketika mereka di goda s
ecara seksual oleh orang dewasa.
.
TEKNIK TERAPEUTIK YANG BERKEMBANG KEMUDIAN

Tujuan utama dari terapi psikoanalisis adalah mengungkapkan


memori yang direpresi melalui asosiasi bebas dan analisis mimpi.
”terapi bekerja dengan cara mengubah apa yang tidak disadai menjadi disadari,
terapi dikatakan berhasil apabila mampu menyebabkan perubahan tersebut”.
Tujuan dari psikoanalisis adalah memperkuat ego, memperluas
presepsi,membuatnya mandiri dari super ego, dan mengembangkan organisasi,
sehingga ego mengambil alih id.
Tujuan asosiasi bebas (free assotiation) adalah untuk sampai ke alam
tidak sadar dengan cara mulai dari ide yang disadari saat ini.
Agar penanganan analisis ini berhasil, membutuhkan 2 tahap prosedur :
“pertama, semua liido dipaksa pindah dar gejala ke transferens, dan fokus disitu.
Kedua pergulatan di arahkan pada objek yang baru ini dan melalui dan melalui pr
oses ini, libidopun terbebaskan”.
Transferens mengacu pada perasaan seksual atau agresif yang kuat baik positif
maupun negatif.

Freud mencatat adanya sejumlah keterbatasan dari pnanganan psikoanalisis :


1. Tidak semua kenangan masa lalu bisa di bawa ke alam sadar.
2. Penanganan ini tidak efektif untuk psikosis atau penyakit menetap.
3. Setelah sembuh pasien kemungkinan dapat mengalami masalah psikis lain.
ANALISIS MIMPI

Freud menggunakan analisis mimpi (dream analysis) untuk mengubah


muatan manifest menjadi muatan latent yang lebih penting.
Muatan Manifest adalah makna mimpi atau deskripsi sadar yang disampaikan.
contoh : seperti orng yang tidur dalam keadaan lapar dan bermimpi memakan mak
anan yang enak dan banyak, akan tetapi kebanyakan upaya pemenuhan keinginan d
iungkapkan melalui muatan latent dan hanya tafsir mimpilah yang bisa mengungka
pkan keinginan mimpi tersebut.
Sedangkan Muatan Latent berarti hal-hal yang tidak disadari.
Freud meyakini bahwa mimpi dibentuk di alam tidak sadar, tatapi
mencoba maasuk ke alam sadar. Saat dalam keadaan tidur materi psikis tidak
sadar perlu bersembunyi dalam selubung penyamaran, selubung ini bekerja
dengan dua dasar, kondensasi dan pengalihan.
Pengalihan berarti gambaran mimpi digantikan oleh gagasan lain yang tidak ada
kaitannya, kondensasi mengacu pada kenyataan, dan materi tidak sadar diringkas
Kondensasi dan pengalihan berlangsung menggunakan simbol.
contohnya : penis di gambarkan dengan benda yang panjang dan bulat, seperti to
ngkat. Vagina tampil dalam bentuk kotak kecil, seperti laci atau oven.
Mimpi juga dapat menipu orang dengan cara menghambat atau
memutar balikan perasaan yang bermimpi, contohnya: laki-laki yang memiliki
perasaan ingin membunuh ayahnya memimpikan kematian ayahnya tetapi dalam
muatan manifest mimpi, ia tidak merasa senang ataupun sedih, artinya perasaann
ya terhambat.
FREUDIAN SLIPS

disebut dengan istilah paraprakis untuk menyebut apa yang kini banyak dikenal
sebagai “keliru ucap” ala Freud (Freudian Slips). Freud bersikeras bahwa kekeliru
an memiliki makna; hal itu mengungkapkan tujuan tidak sadar dari orang tersebut
Hal tersebut muncul dari tindakan-tindakan lain yang sejalan atau tepatnya,
tindakan yang sama-sama saling bertentangan dari dua tujuan yang berbeda.
Muncul dari ketidak sadaran, dari alam bawah sadar.
PEMROSESAN MENTAL TIDAK SADAR

Dua bentuk kesadaran yang berbeda :

1. Kondisi tidak sadar atau tidak terjaga di sebut juga “kesadaran inti”
Batang otak dan sistem yang mengaktivasinya secara khusus merupakan bagian d
ari otak yang terkait dengan kesadaran inti atau kondisi tidak terjaga.
contohya : kondisi koma, disebabkan oleh kerusakan pada bagaian batang otak, s
ehingga menjadi tidak sadar.
2. Kondisi sadar (dalam keawasan) di sebut sebagai “kesadaran yang diperluas”
Merupakan fungsi dari aktivitas korteks prefrontal (korteks frontal dorsal).
KESENANGAN DAN ID : HALANGAN DAN EGO
Penelitian terhadap program penghargaan (reward program) di dalam
otak kita. Berfokus pada dua neurotransmiter penting yang berperan dalam
pencarian kesenangan yang terus menerus: dopamin dan opoid (seperti endorfin). S
istem dopamin berkaitan dengan pencarian atau kecenderungan menginginkan sesu
atu, sedangkan sistem opoid berberperan dalam kesenangan yang kita rasakan
ketika keinginan id terpenuhi. Kedua sistem bekerja secara bersamaan.
Sistem pencarian (seeking system) membuat kita terbangun di pagi hari
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, membuka komputer kita dan melakukan
pencarian terhadap sesuatu sesuatu yang ingin kita cari di google.
Sistem suka (liking system) membantu kita merasakan kepuasan ketika
telah menumukan sesuatu yang kita cari.
Gagasan Freud menyatakan bahwa dorongan awal ID mendorong kita
untuk terus mencari kesenangan setelah kita berhasil mencapai kepuasan kecil.
Freud mengubah pandangannya tentang bagaimana pikiran bekerja da
n mengusulkan pandangan tentang ID,Ego, dan Superego, ego menjadi struktur ya
ng sebenanya tidak disadari, tetapi memiliki fungsi utama menghalangi doronga,
jika bagian otak yang berfungsi menghalangi impuls dan dorongan ini rusak, men
urut Solms, hal yang ada dibalik pasien yang mengalami cedera pada lobus frontal
adalah ketidak mampuan untuk tetap berpegang pada kenyataan atau ego dan kece
nderungannya untuk memaknai segala peristiwa melalui keinginan “ID”, yaitu ba
hwa mereka menciptakan kenyataan sesuai dengan keinginan atau kehendak mere
ka sendiri.
REPRESI, HALANGAN, DAN MEKANISME PERTAHANAN.
Komponen utama dari teori Freud adalah mekanisme pertahanan,
khususnya represi. Alam tidak sadar secara aktif memastikan agar pikran, perasaan,
maupun dorongan yang tidak menyenangkan atau mengancam tidak masuk ke
alam sadar.
Secara khusus Solms menggambarkan kasus-kasus yang menunjukan
terjadinya represi terhadap informasi yang dianggap tidak menyenangkan ketika
terjadi kerusakan di hemisfer sebelah kanan dan jika daerah yang rusak tersebut
mengalami simulasi secara artifisial, maka represi pun hilang, dengan kata lain,
kesadaran muncul kembali. Selain itu pasien-pasien sering kali merasionalisasaikan
hal-hal yang tidak mereka sukai dengan cara menciptakan cerita-cerita. Degan kata
lain, mereka menerapkan mekanisme pertahanan Freud guna memenuhi keinginan.
contoh : ketika ditanya soal luka parut di kepalanya, salah seorang pasien
mengarang-ngarang cerita.
Penelitian menemukan hasil bahwa semakin seseorang memiliki gaya
kepribadian yang represif, semakin lama mereka membutuhkan waktu untuk
merepresikan stimulus.
PENELITIAN TENTANG MIMPI

Penelitian terhadap 300 mahasiswa untuk membuktikan teori


Freud “keinginan yang ditekan sepanjang hari akan muncul dari mimpi”, dan
menurut Daniel Wrangler mimpi itu tidaklah acak, maka di lakukan sebuah
penelitian berupa beberapa subjek di supersi untuk memikirkan 2 hal dan hasil
yang diperoleh menunjukan bahwa subjek lebih banyak memimpikan target
yang disupersi dibandingkan target yang tidak di supersi, mereka juga lebih
banyak bermimpi tentang target-target yang disupersi dengan kata lain,
mereka lebih mungin untuk bermimpi tentang orang-orang yang mereka
pikirkan (target), tetapi lebih besar lagi kemungkinan untuk memimpikan
orang-orang yang tidak ingin mereka pikirkan (supersi).
KRITIK TERHADAP FREUD

Apakah Freud memahami wanita, gender, dan seksualitas?


Freud tidak memahami wanita dan teorinya berorientasi pada laki-laki.
mengapa? Pada abad ke-19 di Austria, saat itu di dominaso oleh kaum
laki-laki, dan perempuan dipandang sebagai warga kelas dua yang hanya
punya sedikit hak maupun kekuasaan.
Apakah Freud seorang ilmuan?
Freud berkali-kali bersikeras bahwa ia sejatinya adalah seorang ilmaun dan
bahwa psikoanalisis adalah ilmu. Tokoh-tokoh cendikiawan lain meyakini
bahwa Freud benar-benar melihat dirinya sebagi ilmuan dalam bidang ilmu
kemanusiaan, yaitu seorang humanis atau akademisi dan bukan ilmuan alam.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai