3
Berjuang untuk Meraih Keberhasilan atau
Superioritasi
Persepsi Subjektif
Gaya Hidup
Daya Kreatif
2 Perkembangan Abnormal
4 Penelitian Terkait
4
6 TEORI ADLER
Berjuang untuk Meraih Keberhasilan
atau Superioritasi
▪ Adler mereduksi semua motivasi menjadi satu dorongan tunggal-bejuang
untuk meraih keberhasilan atau superioritas.
▪ Manusia berjuang meraih superioritas atau keberhasilan sebagai cara
untuk mengganti perasaan inferior atau lemah. Adler meyakini bahwa
semua manusia “dikariuniai” tubuh yang kecil, lemah, dan inferior ketika
lahir. Kelemahan fisik memicu perasaan inferior hanya karena manusia,
dengan sifat alami mereka, memiliki kecenderungan bawaan untuk
meraih sempurna atau lengkap. Manusia secara terus-menerus didorong
oleh kebutuhan untuk mengatasi perasaan inferior dan didorong oleh
keinginan untuk menjadi sempurna.
▪ Manusia yang berjuang untuk meraih keberhasilan dari pada superioritas
pribadi tentu saja mampu mempertahankan keadaan dirinya, tetapi
mereka lebih melihat masalah sehari-hari dari sudut pandang
masyarakat dari pada sudut pandang keuntungan pribadi. 6
Sub Bab Berjuang untuk Meraih
Keberhasilan atau Superioritasi
Tujuan Akhir
Menurut Adler (1956), manusia berjuang demi tujuan akhir, entah itu
superioritas pribadi atau keberhasilan untuk semua umat manusia. Pada
masing-masing kasus, tujuan akhir tersebut bersifat khayalan dan tidak
memiliki wujud. Meskipun demikian, tujuan akhir memiliki makna yang
besar karena mempersatukan kepribadian dan membuat semua perilaku
dapat dipahami.
Daya Juang sebagai Kompensasi
Manusia berjuang meraih superioritas atau keberhasilan sebagai cara untuk
mengganti perasaan inferior atau lemah. Adler (1930) meyakini bahwa
semua manusia “dikariuniai” tubuh yang kecil, lemah, dan inferior ketika
lahir. Kelemahan fisik memicu perasaan inferior hanya karena manusia,
dengan sifat alami mereka, memiliki kecenderungan bawaan untuk meraih
sempurna atau lengkap. Manusia secara terus-menerus didorong oleh 7
kebutuhan untuk mengatasi perasaan inferior dan didorong oleh keinginan
untuk menjadi sempurna
Berjuang Meraih superioritas Pribadi
Beberapa orang berjuang meraih superioritas peribadi dengan sedikit atau
tanpa memperhatikan orang lain. Tujuan mereka bersifat personal dan
usaha mereka dimotivasi sebagian besar oleh perasaan inferior yang
berlebihan atau munculnya kompleks inferioritas (inferiority complex).
Pembunuh, pencuri, dan penipu merupakan contoh yang jelas bagi orang-
orang yang berjuang untuk keuntungan pribadi. Beberapa orang membuat
penyamaran yang pintar dalam usahanya meraih tujuan yang bersifat
personal dan mungkin secara sadar atau tidak sadar menyembunyikan
kecenderungan meraka untuk memikirkan diri sendiri di balik tirai
keprihatinan sosial.
Berjuang Meraih Keberhasilan
Sebaliknya, orang-orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang
dimotivasi oleh minat sosial dan keberhasilan untuk semua umat manusia.
Individu-individu yang sehat ini peduli dengan tujuan-tujuan yang melebihi 8
diri mereka sendiri, mampu untuk menolong orang lain tanpa menuntut
atau mengharap imbalan, dan mampu melihat orang lain tidak sebagai
Persepsi Subjektif
Fiksionalisme
Fiksi kita yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas
atau keberhasilan, tujuan yang kita capai diawal kehidupan dan
mungkin tidak dipahami secara jelas. Tujuan akhir yang fiksional
dan subjektif ini menuntut gaya hidup kita dan menyatukan
(mengintegrasikan) kepribadian kita.
Kelemahan Fisik
Karena manusia memulai hidupnya dari kondisi kecil, lemah, dan
inferior, mereka mengembangkan fiksi atau sistem kepercayaan
tentang bagaimana mengatasi kelemahan fisik ini dengan menjadi
besar, kuat, dan superior. Akan tetapi, bahkan setelah mereka
memperoleh ukuran yang besar, kekuatan, dan superioritas, 1
mereka mungkin bersikap seolah mereka masih kecil, lemah, dan 0
infenor.
Kesatuan dan Self-Consistency dari
Kepribadian
Adler (1956) mengenal beberapa cara ketika keseluruhan diri manusia
berfungsi dengan kesatuan dan konsistensi-diri :
BAHASA ORGAN
Melalui bahasa organ, organ-organ tubuh "berbicara sebuah bahasa
yang biasanya lebih ekspresif dan mengungkapkan pikiran seseorang
dengan lebih jelas daripada yang bisa diungkapkan oleh kata-kata" .
Contoh penggunaannya adalah ketika orang tuli berkomunikasi.
KESADARAN DAN KETIDAKSADARAN
ia memandang 2 hal ini sebagai bagian yang bekerja sama dalam satu
sistem yang terpadu. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran yang
dipahami dan diperlakukan oleh seseorang sebagai hal yang
mendukungnya dalam upaya meraih keberhasilan, sedangkan pikiran-
pikiran tidak sadar adalah pikiran yang tidak mendukung usaha
1
tersebut. 1
Minat Sosial
1
2
Sub Bab Minat Sosial
1
4
Daya Kreatif
1
7
Kelemahan Fisik yang Berlebihan
Kelemahan Fisik yang Berlebihan, baik itu karena faktor bawaan, akibat
kecelakaan, maupunpenyakit. tidak cukup untuk menyebabkan
ketidakmampuan menyesuaikan diri. Hal ini harus disertai dengan
perasaan infertor yang menonjol. Perasaan subjektif ini mungkin timbul
karena tubuh yang tidak sempurna, namun perasaan adalah hasil dari daya
kreatif.
Gaya Hidup Manja
Gaya hidup manja kebanyakan dijalani oleh orang-orang neurotis. Orang-
orang yang manja memiliki minat sosial yang lemah namun mempunyai
hasrat yung kuat untuk terus mempertahankan hubungan yang bersifat
ketergantungan seperti hubungan yang mereka miliki sebelumya dengan
salah satu atau kedua orang tua mereka. Mereka mengharapkan orang lain
untuk merawat, melindungi, dan memuaskan kebutultan mereka. 1
Karakteristik yang menonjol dari mereka adalah putus asa yang berlebihan, 8
kebimbangan, oversensitif, tidak sabar, emosi yang berlebihan, terutama
Gaya Hidup Terabaikan
Faktor eksternal ketiga yang menyebabkan ketidakmampuan
menyesuaikan diri adalah pengabaian. Anak-anak yang merasa tidak
dicintai dan tidak diinginkan akan membentuk pola hidup yang terabaikan.
Pengabaian adalah konsep relatif. Tidak ada orang yang merasa benar-
benar diabaikan atau tidak diinginkan. Kenyataan hahwa seorang anak
dapat melewati masa bayi adalah bukti bahwa seseorang merawat anak
tersebut dan bahwa benih minat sosial telah ditanam.
Kecenderungan untuk Melindungi
Adler meyakinkan bahwa manusia menciptakan pola perilaku untuk
melindungi perasaan berlebihan akan penghargaan diri mereka terhadap
rasa malu di muka umum. Aiat perlindungan ini, yang disebut
kecenderungan untuk melindungi (safeguardign tendencies), membuat
manusia mampu menyembunyikan citra diri mereka yang tinggi dan 1
mempertahankan gaya hidup yang mereka jalani saat ini. 9
Membuat Alasan
Kecenderungan untuk mehndungi yang paling umum adalah membuat
alasan (excuse) yang sering diekspresikan dalam bentuk "Ya, tetapi" atau
"Jika saja”. Dalam alasan "Ya, tetapi,” orang pertama-tama akan
menyatalan sesuatu yang akan mereka lakukan—sesuatu yang bagus
untuk orang lain kemudian diikuti dengan alasan. Seorang wanita mungkin
berkata, "Ya, saya ingin kuliah, tetapi anak-anak saya lebih membutuhkan
perhatian saya." Seorang eksekutif mungkin mengutarakan, "Ya, saya
setuju dengan proposal Anda, tetapi “kebijakan perusahaan tidak akan
memperbolehkannya.”
Agresi
Adler (1956) meyakini bahwa beberapa orang menggunakan agresi
(aggresion) untuk melindungi supertoritas mereka yang berlebihan, yaitu
melindungi penghargaan–diri mereka yang rapuh. Perlindungan melalui 2
agresi bisa berbentuk depresiasi, dakwaan, atau mendakwa diri sendiri. 0
Menarik Diri
Perkembangan kepribadian dapat terhenti ketika manusia lari dari
kesulitan. Adler menyebut kecenderungan ini sebagai menarik diri
(withdrawal), atau perlindungan dengan membuat jarak. Beberapa orang
secara tidak sadar melarikan diri dari masalah hidup dengan membuat
jarak antara dirinya dengan masalah-masalah yang dihadapi.
Masculine Protest
Berkebalikan dengan Freud, Adler (1930, 1956) meyakini bahwa kehidupan
psikis wanita pada dasarnya sama dengan pria dan bahwa masyarakat
yang didominasi oleh pria bukanlah sesuatu yang alamiah, tetapi lebih
merupakan hasil artifisial dari perkembangan sejarah. Menurut Adler,
budaya dan praktik sosial-bukan anatomi-memengaruhi banyak pria dan
wanita dalam melebih-lebihkan pentingnya kejantanan, suatu kondisi yang
disebutnya masculine protest. 2
1
Asal Mula Masculine Protest
Pada sebagian besar masyarakat, baik pria maupun wanita menempatkan
nilai atau kondisi inferior akan keberadaan menjadi seorang wanita. Sejak
kecil, anak laki-laki sering diajarkan bahwa memang maskulin berarti
menjadi berani, kuat, dan dominan (berkuasa). Lambang keberhasilan
untuk anak laki-laki adalah menang, berkuasa, dan berada di atas.
Sebaliknya, anak perempuan belajar untuk menjadi pasif dan menerima
psosisi inferior dalam masyarakat.
Adler, Freud, dan Masculine Protest
Pada bab sebelunmya, kita melihat Freud (1924/1961) meyakini bahwa
'”anatomi adalah takdir" (hlm. 178). dan bahwa ia memandang wanita
sebagai “wilayah misterius” dalam psikologi (Freud 1926/1959. hlm. 212).
Lebih jauh, di akhir hidupnya, ia masih juga, bertanya "Apa yang diinginkan
wanita?" (E. Jones, 1955, hlm. 421). Menurut Adler, sikap terhadap wanita 2
bisa menjadi bukti dari scscorang dengan maskuline protest yang kuat 2
Berlawanan dengan pandangan Frettd terhadap wanita, Adler
Penerapan Psikologi Individual
KONSTELASI
KELUARGA INGATAN MASA
Terdapat perbedaan KECIL
dari karakteristik Selalu konsisten
psikologi anak dengan gaya hidup
pertama, anak saat
. ini, jika masa
tengah, anak bungsu, kecilnya bahagia
dan anak tunggal maka ia cenderung
karena perbedaan bahagia, begitu pun
posisi di keluarga. berlaku sebaliknya PSIKOTERAPI
MIMPI
jika ia sedih. Psikopatologi berasal
Orang yang bermimpi
dari kurangnya
tidak ingin mengatasi
keberanian, perasaan
masalahnya dengan
inferior yang
cara yang produktif.
berlebihan, dan minat
Mimpi itu tersamar
sosial yang kurang
untuk mengecoh para
berkembang pada
pemimpi.
manusia. 2
3
PENELITIAN TERKAIT