Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI PSIKOANALISIS
SIGMUND FREUD

Psikologi Kepribadian

Disusun Oleh :
Muhammad Rahmadhani (201910230311436)
Psikologi I 2019

Dosen Pengampu :
Sofa Amalia S.Psi, M.Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
FREUD : PSIKOANALISIS

Biografi Singkat Sigmund Freud


Tepat pada tanggal 6 Mei 1856 seorang anak bernama Sigmund Freud lahir disebuah
kota di Eropa tepatnya Freiberg, Moravia yang sekarang menjadi bagian dari wilayah
Republik Ceko. Freud merupakan anak pertama yang lahir dari pasangan Jacob dan Amalie
Nathanson Freud, pasangan ini dikaruniai 7 anak, akan tetapi Sigmund merupakan anak yang
paling disayangi oleh Aamlie Sigmund yang pada saat itu masih muda dan selalu
memanjakan dirinya, yang mungkin sedikit banyak mempengaruhi dirinya menjadi pribadi
yang lebih percaya diri (E. Jones, 1953).
Karena kedua keluarganya meninggalkan kota kelahirannya yaitu Freiburg, akhirnya
dia pindah untuk pertama kalinya diusia 3 tahun. Pada saat itu Freud pindah ke Leizpig dan
kemudian pindah lagi ke Wina. Dia tinggal selama 80 tahun di Ibukota Austria tersebut
hingga akhirnya pada tahun 1983, Freud terpaksa pindah ke London karena invasi Nazi. Di
Ibukota inggris inilah Freud menghembuskan nafas terakhir kalinya pada tanggal 23
September 1939.

Tingkat Kehidupan Mental


Menurut Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu alam tidak sadar
(unconscious) dan alam sadar (conscious). Alam tidak sadar terbagi lagi menjadi dua bagian
yang menjadi dua tingkatan yang berbeda, alam tidak sadar dan alam bawah sadar
(prenconscious). Dalam psikologi Freudian, tiga tingkatan kehidupan mental ini baik sebagai
proses, maupun lokasi.
Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, maupun insting yang
tidak kita sadari, tetapi ternyata hal itu mendorong timbulnya perkataan, perasaan, dan
tindakan kita. Meskipun sadar akan perilaku yang kita lakukan tersebut nyata, tetapi
sering kali kita tidak menyadari proses mental yang terjadi dibalik perilaku tersebut.
Misalnya, seorang pria bisa saja tertarik dan jatuh cinta pada seorang wanita namun
tiak benar-benar memahami alasan dibalik ktertarikan tersebut yang bisa saja bersifat
rasional.
Freud menyikini bahwa keberadaan alam bawha tidak sadar ini hanya bisa
dibuktikan secara tidak langsung. Baginya, alam tidak sadar adalah penjelasan untuk
makna yang ada dibalik mimpi, keliru ucap (slip of the tounge), dan jenis yang
melupakan dikenal juga dengan represi. Misalnya, Freud meyakini bahwa
pengalaman masa kanak-kanak dapat muncul didalam mimpi orang dewasa sekalipun
orang yang bermimpi tersebut tidak dapat mengingat secara sadar akan pengalaman-
pengalaman tersebut.
Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar ini berisi semua elemen yang tidak disadari, tetapi dapat
muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sulit (Freud, 1933/1964). Isi alam
bawah sadar datang dari dua sumber. Pertama, dari persepsi sadar. Pikiran-pikiran
yang dapat keluar masuk antara alam bawah sadar dan alam sadar umumnya adalah
pikiran-pikiran yang bebas dari kecemasan, dan dalam kenyataannya, lebih mirip
dengan gambaran sadar dibandingkan dorongan tidak sadar.
Kedua, dari gambaran bawah sadar adalah alam tidak sadar. Freud meyakini
bahwa pikiran dapat menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke dalam alam
bawah sadar, dalam bentuk yang tersembunyi.

Alam Sadar
Alam sadar dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap
saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang
dapat kita raih. Ada dua pinti yang bisa dilalui oleh pikiran untuk masuk de alam
sadar. Pertama, melalui sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious), yaitu
terbuka pada dunia luar dan bertindak sebagai perantara bagi persepsi kita tentang
stimulus dari luar. Dengan kata lain, hal-hal yang kita rasakan melalui indra kita, jika
tidak dianggap mengancam, masuk ke alam sadar (Freud, 1993/1964).
Sumber kedua bagi elemen alam sadar datang dari struktur mental dan
mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar,
serta gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi tersembunyikan dengan baik
yang berasal dari alam tidak sadar.

Area Pikiran
Pada tahun 1920-an, Freud memperkenalkan model struktural yang terdiri menjadi tiga
bagian. Cara ini membantu Freud menjelaskan gambaran mental berdasarkan fungsi atau
tujuannya. Bagi Freud, bagian pikiran yang paling primitif disebut dengan das Es, atau
“sesuatu (it)” yang hampir selalu diterjemahkan sebagai id; bagian kedua adalah das Ich atau
“saya(I)” yang bisa ditejemahkan sebagai ego; dan area terkahir adalah das Uber-Ich, atau
“saya yang lebih (over-I)” yang disebut sebagai superego. Area bagian ini tentulah tidak
memiliki wilayah yang nyata, tetapi hanya kontruk hipotesis. Ketiga tingkat tersebut tentunya
saling berinteraksi, sehingga ego dapat masuk menembus berbagai tingkat topografi dan
memiliki komponen alam sadar, alam bawah sadar, dan alam tidak sadar. Sementara
superego berada pada alam bawah sadar dan alam tidak sadar, dan id sepenuhnya berada pada
alam tidak sadar.
Id
Pada bagian inti dari kepribadian yang sepenuhnya tidak disadari adalah area
psikis yang disebut juga dengan id, yaitu istilah yang diambil dari kata ganti untuk
“sesuatu (the-it)” atau komponen yang sepenuhnya tidak diakui oleh kepribadian. Id
tidak memiliki kontak dengan realitas, tetapi selalu berupaya meredam ketegangan
dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Karena satu-satunya fungsi id adalah
mencari kesenangan, kita menyebut id sebagai prinsip kesenangan (pleasure
principle).
Disamping sifatnya yang tidak realistis dan mencari kesenangan, id bersifat
tidak logis dan mampu memuaskan pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu
dengan yang lainnya. Misalnya, seorang wanita dapat menunjukan cintanya secara
sadar kepada ibunya sementara secara tidak sadar mengharapkan ibunya itu
menghilang dari kehidupannya. Hasrat yang saling bertentangan ini karena id tidak
memiliki moralitas; artinya, id tidak mampu membuat keputusan atas nilai dasar atau
membedakan hal-hal yang baik atau jahat.namun, id bukanlah perbuatan yang imoral
atau yang melanggar moral, melainkan hanyalah sesuatu yang amoral. Seluruh energi
id dicurahkan demi satu tujuan untuk mencari kesenangan tanpa peduli pakah hal itu
pantas atau tidak untuk ditampilkan (Freud, 1923/1961a, 1933/1964).
Pada intinya id adalah area yang primitif, kacau balau, dan tidak terjangkau
oleh kesadaran. Id tidak sudi diubah, amoral, tidak logis, tidak teratur, dan penuh
dengan energi yang diterima dari dorongan dasar dan dicurahkan semata-mata untuk
memuaskan prinsip kesenangan.

Ego
Ego, atau saya, adalah satu-satunya area pikiran yang berinteraksi dengan
dunia luar. Ego dikendalikan oleh prinsip realitas (reality principle) yang mencoba
menggantikan prinsip kesenangan dari id. Ego berperan sebagai pengambil keputusan
atau cabang eksekutif dari kepribadian. Namun, karena ego sebagian bersifat dasar,
sebagian bersifat bawah sadar, dan sebagian bersifat tidak sadar, ego dapat membuat
keputusan pada ketiga tingkat tersebut. Misalnya, ego seorang wanita dapat secara
sadar memilih baju yang ingin dijahit dengan rapi dan sempurna karena ia merasa
nyaman mengenakannya. Pada saat yang sama, ia bisa jadi ingat dengan samar-samar
(secara bawah sadar) dari pengalaman sebelumnya ketika ia pernah dipuji karena
memilih baju yang bagus. Selain itu, bisa juga ia secara tidak sadar terdorong untuk
berperilaku rapi dan teratur karena pengalaman masa kecilnya ketika dilatih
menggunakan toilet (training toilet). Dengan demiki, keputusannya untuk
menggenakan baju yang rapi dapat ditempatkan pada ketiga area kehidupan mental.
Kadang-kadang ego dapat mengekang dorongan pencarian kesenangan yang
tidak realistis dan membabi buta. Ego tidak memiliki kekuatan sendiri karena dia
meminjam energi dari id. Kendati demikian, ego kadang-kadang dapat memegang
kendali secara penuh, misalnya pada orang-orang yang matang secara osikolgis.

Superego
Dalam psikologi Freudian, superego, atau above-I, mewakili aspek moral dan
ideal dari kepribadian, serta dikendalikan oleh prinsip moralitas (moralistic) dan
prinsip idealistis (idealistic principles) sebagai lawan dari prinsip kesenangan id dan
prinsip relitas ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, superego tidak
memiliki energi sendiri. Namun, superego berbeda dari ego dalam hal penting-
superego tidak memiliki kontak dengan dunia luar, sehingga tuntutan superego akan
kesempurnaan pun menjadi tidak realistis (Freud, 1923/1961a).
Superego memiliki dua subsistem, suara hati (conscience) dan ego-ideal.
Freud tidak secara jelas membedakan dua sitem ini, akan tetapi secara umum suara
hati berasal dari pengalaman ketika mendapatkan hukuman dari sebuah tindakan yang
tidak pantas dan membuat kita belajar dari hal tersebut untuk tidak dilakukan lagi.
Sedangkan edo-ideal adalah sebuah penghargaan atau hadiah dari perilaku yang tepat
sehingga mengajarkan kita sebaiknya melakukan hal hal tersebut.

Dinamika Kepriadian
Freud menggunakan istilah diamika, atau prinsip motivasional, untuk menjelaskan kekuatan-
kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Menurut Freud, manusia termotivasi untuk
mencari kesenangan, serta meminimalisir terjadinya ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini
terjadi karena adanya dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki sehingga memperoleh
energi psikis dan fisik.
Dorongan-Dorongan
Freud menggunakan istilah dari bahasa Jerman, Trieb, untuk mengacu pada
dorongan atau stimulus dalam diri manusia. Dorongan bekerja sebagai desakan
motivasional yang konstan. Menurut Freud (1933/1964), berbagai dorongan dibagi
menjadi dua kategori; seks atau eros, dan agresi, distriksi, dan thanatos. Dorongan-
dorongan ini berasal dari id, tapi dibawah kendali ego.
Desakan dorongan adalah besar kekuatan dari dorongan yang keluar; sumber
dorongan adalah bagian tubuh yang mengalami ketegangan dan rangsangan; tujuan
dorongan adalah memperoleh kepuasan dengan cara meredam rangsangan dan
mengurangi ketegangan; dan objek dorongan adalah orang atau sesuatu yang
dijadikan alat memperoleh tujuan (Freud, 1915/1957a)

Seks
Tujuan dorongan seks adalah kesenangan, akan tetapi kesenangan ini terbatas
pada pemuasan genital. Freud menggunakan istilah libido pada dorongan seks. Selain
genital, mulut dan anus ada bagian tubuh lain yang dapat memenuhi kesenangan
seksual dan disebut sebagai zona erogen (erogenous zone). Tujuan utama dari
dorongan seks (pengurangan ketegangan seksual) ini tidak bisa diubah, tetapi jalur
yang ditempuh untuk mencapai tujuan dapat bervariasi.
Libido dapat diperoleh dari seseorang dan disimpan dalam alam ketegangan
yang bebas, mengambang, atau dapat diarahkan ke orang lain, termasuk diri sendiri.
Misalnya, seorang bayi dipaksa untuk melepaskan puting susu sebagai objek seksual
dan menggantinya dengan ibu jari sebagai objek kesenangan seksual. Seks dapat
memiliki banyak bentuk, termasuk narsisme, cinta, sadisme, dan masokisme.
Agresi
Menurut Freud, dorongan merusak adalah mengembalikan organisme kedalam
keadaan anorganik. Karena kondisi anorganik paling utama adalah kematian, tujuan
akhir dari dorongan agresif adalah penghancuran diri. Seperti dorongan seksual,
agresi bersifat fleksibel dan dapat berubah menjadi berbagai macam bentuk, seperti
mengolok-olok, menyindir, menggosip, mempermalukan, humor, dan menikmati
penderitaan orang lain. kecendrungan agresif ada pada dalam diri manusia dan hal
itulah yang merupakan penyebab terjadinya perang, pe,bantaian, dan pencemaran
agama.
Dorongan agresif juga menjelaskan adanya kebutuhan sesorang untuk
membangun tembok pembatas guna mengendalikan agresi. Misalnya, kata-kata bujak
seperti “ Cintailah tetanggamu seperti kamu mencintai diri sendiri” diyakini oleh
Freud berguna untuk mengekang dorongan yang kuat, dan umumnya tidak disadari,
untuk mencelakakan orang lain. Persepsi ini sebetulnya merupakan pembentukan
reaksi.

Kecemasan
Dalam mendefinisikan kecemasan, Freud (1933/1964) menekankan bahwa
kecemasan adalah situasi efektif yang dirasa tidak menyenangkan disertai dengan
sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang segera datang.
Perasaan yang tidak menyenangkan tersebut sering kali samar-samar dan sulit
dipastikan, namun selalu terasa.
Hanya ego yang dapat merasakan atau menghasilkan kecemasan. Namun id,
superego, dan dunia luar masing-masing terikat dengan salah satu dari tiga jenis
kecemasan-neurosis, moral, dan realistis. Ketergantungan ego pada id menyebabkan
munculnya kecemasan neurosis; sedangkan ketergantungan ego pada superego
menyebabkan munculnya kecemasan-moral; dan ketergantungan ego pada dunia luar
membawa pada kecemasan realita.
Kecemasan neurois (neurotic anxiety) adalah ketakutan pada bahaya yang
tidak diketahui yang akan terjadi. Perasaaan itu sendiri ada dalam ego, tetapi muncul
dari dorongan-dorongan id. Biasanya mereka akan takut dengan kehadiran guru,
atasan, atau orang penting yang sebelumnya disebabkan adanya keinginan tidak sadar
untuk menyingkirkan salah satu dari kedua orangtua mereka. Seperti saat marah
seringkali dibarengi dengan rasa takut sehingga rasa takut ini digeneralisasikan
kedalam kecemeasan neurosis tidak sadar.
Kecemasan moral (moral anxiety), berasal dari konflik ego dan superego.
Ketika anak membangun superego-biasanya pada usia 5 atau 6 tahun mereka dapat
mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik antara kebutuhan realistis dan
perintah superego. Misalnya, kecemasan moral dapat muncul dari godaan seksual jika
anak meyakini bahwa menerima godaan tersebut merupakan sikap yang salah secara
moral. Kecemasan ini juga dapat muncul ketika kegagalan dalam bersikap sesuai
dengan hal yang mereka anggap benar secara moral. Misalnya, tidak mampu
mengurusi orangtua yang memasuki usia lanjut.
Kecemasan realistis (realistic anxiety), sangat erat kaitannya dengan rasa
takut. Kecemasan realistis adalah kecemasan yang tidak menyenangkan dan tidak
spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Misalnya suatau saat kita
merasakan kecemasan realistis ketika tengah berkendara dengan kecepatan yang
tinggi didalam lalu lintas yang ramai di kota asing, situasi dengan kemungkinan
bahaya ada didepan mata.

Mekanisme Pertahanan Diri


Freud pertama kali mengembangkan pemikiran tentang mekanisme pertahanan diri
(defense mechanisms) pada tahun 1926 (Freud, 1926/1959a), dan putrinya, anna, yang
kemudian menyempurnakannya dan menyusun konsep ini (A.Freud, 1946). Kita perlu
mencurahkan energi psikis untuk menyusun dan mempertahankan mekanisme pertahanan,
semakin defensif kita, semakin berkurang energi psikis yang tersisa pada kita untuk
memuaskan dorongan-dorongan id. Mengapa ego membangun mekanisme pertahanan agar
kita tidak perlu menghadapi ledakan-ledakan seksual dan agresif secara langsung dan untuk
mempertahankan diri sendiri dan kecemasan yang mengikuti dorongan-dorongan tersebut
(Freud, 1926/1959a).
Represi
Mekanisme pertahanan yang paling dasar, karena muncul juga pada bentuk-
bentuk mekanisme pertahanan lain, adalah represi. Dalam banyak kasus, represi ini
dapat muncul sepanjang hidup. Misalnya, seorang perempuan muda bisa selamanya
merepresi (meredam) rasa marah terhadap adik perempuannya karena rasa bencinya
tersebut memunculkan kecemasan terlalu besar.

Pembentukan Reaksi
Pembentukan rekasi (reaction formation) merupakan salah satu cara agar
dorongan yang ditekan tersebut bisa disadari adalah dengan cara menyembunyikan
diri dalam selubung yang sama sekali bertentangan dengan bentuk semula. Misalnya,
seorang wanita muda merasa sangat marah dan membenci ibunya. karena ia
mengetahui bahwa seorang anak harus mencintai orangtuanya, kebencian terhadap
ibunya tersebut pun akan memunculkan kecemasan yang terlalu besar. Untuk
menghindari kecemasan itu, wanita muda itu pun memusatkan perhatian pada
dorongan sebaliknya yaitu dengan cinta. Namun cinta yang diberikannya tidak tulus,
cinta nya terlalu ditonjolkan, dibuat-buat, dan dibesar-besarkan. Sehingga orang lain
bisa dengan mudah melihat rasa cinta yang diberikan kepada ibunya, tetapi wanita
muda itu harus menipu dirinya sendiri dan berpegang pada pembentukan rekasi, yang
membantunya untuk menyembunyikan kebenaran-yaitu rasa benci-yang membuatnya
cemas.

Pengalihan
Dalam pengalihan (displacement), orang dapat mengarahkan dorongan-rongan
yang tidak sesuai ini kepada sejumlah orang atau objek, sehingga dorongan yang
sebenarnya terselubung atau tersembunyi. Misalnya, wanita yang marah terhadap
teman sekamarnya, dapat mengalihkan amarah tersebut kepada kucing peliharannya
atau kepada boneka binatang miliknya. Ia akan tetap bersikap ramah kepada teman
sekamarnya, tetapi tidak seperti pada pembentukan reaksi, ia tidak melebih-lebihkan
atau membesar-besarkan sikap ramah tersebut.

Fiksasi
Fiksasi adalah kelekatan permanen dari libido kedalam tahap perkembangan
sebelumnya yang lebih primitif (Freud, 1917/1963). Fiksasi bersifat universal, orang
yang terus menerus mendapat kepuasan melalui makan, merokok, atau berbicara bisa
jadi memiliki fiksasi oral, sedangkan mereka yang terobsesi dengan kerapian dan
keteraturan bisa jadi memiliki fiksasi anal.

Regresi
Ketika libido melewati perkembangan tertentu, di masa-masa penuh stres dan
kecemasan, libido bisa kembali ketahap sebelumnya. Langkah mundur inilah yang
disebut sebagai regresi (regression) (Freud, 1917/1963). Regresi dapat terjadi dan
terlihat pada anak-anak. Misalnya, anak yang sudah disapih total dapat mundur dan
menuntut untuk minum dari botol atau menghiap puting susu ketika adiknya lahir.
Perhatian yang diberikan kepada adik bayi tersebut merupakan ancaman bagi si
kakak. Namun, biasanya regresi bersifat sementara.

Proyeksi
Proyeksi (projection) yang didefinisikan sebagai melihat dorongan atau
perasaan orang lain yang tidak dapat diterima, padahal sebenarnya dorongan atau
perasaan tersebut ada di alam sadar diri sendiri (Freud, 1915/1957b). Jenis proyeksi
yang paling ekstrem adalah paranoid (paranoia) gangguan mental yang ditandai
dengan gangguan delusi yang kuat atas rasa cemburu dan merasa dikejar-kejar oleh
orang lain.

Introyeksi
Introyeksi (introjections) adalah mekanisme pertahanan ketika sesorang
meleburkan sifat-sifat positif orang lain kedalam egonya sendiri. Misalnya, seorang
remaja yang melakukan introyeksi atau mengadopsi perilaku, nilai, atau gaya hidup
seseorang bintang film. Introyeksi ini memberikan remaja tersebut rasa menghargai
diri sendiri yang tinggi dan meminimalkan perasaan-perasaan inferiornya.

Sublimasi
Sublimasi (sublimation) merupakan represi dari tujuan genital eros dengan
cara menggantinya secara kultural atau pun sosial. Tujuan sublimasi diungkapkan
secara jelas terutama melalui pencapaian kultural kreatif, seperti pada seni, musik
juga sastra, lebih tepatnya, pada segala bentuk hubungan antar manusia dan aktivitas-
aktivitas sosial lainnya.

Tahap Perkembangan
Bagi Freud, usia 4 atau 5 tahun pertama, atau tahap infatil (infatile stage), adalah masa
paling krusial bagi pembentukan kepribadian. Tahap ini diikuti dengan periode laten dengan
usia 6 hingga 7 tahun, ketika pertumbuhan seksual tidak atau sedikit terjadi. Kemudian, pada
masa puber, mulailah kehidupan seksual dan tahap genital (genital stage). Perkembangan
psikoseksual mencapai puncaknya pada kedewasaan (maturity).

Periode Infatil
Fase Oral
Pada Fase ini kepuasan seorang anak terletak pada mulutnya. Bayi memiliki nilai
yang jelas terhadap objek yang memberinya kesenangan dan kebutuhan mereka
biasanya terpuaskan tanpa diganggu oleh rasa frustasi maupun kecemasan. Namun
ketika beranjak dewasa, mereka cenderung mengalami perasaan frustasi dan
kecemasan karena proses penyapihan yang bertahap. Pertahanan bayi terhadap
lingkungannya banyak dibantu dengan tumbuhnya gigi. Sebagai periode sadistik oral
bayi merespon oranglain dengan menggigit, mengoceh, menutup mulut, tersenyum,
serta menangis.

Fase Anal
Suatu periode yang ditandai dengan dengan kepuasan yang diperoleh melalui perilaku
agresif dan fungsi-fungsi pembuangan atau ekskresi. Fase ini dibagi menjadi 2
subfase yaitu anal awal dan anal akhir. Anal awal, anak akan memperoleh kepuasan
dari merusak atau menghilangkan objek. Sifat menghancurkan dari dorongan sadistis
lebih kuat dibandingkan dorongan erotis sehingga anak-anak sering kali bertindak
agresif pada orangtua karena proses toilet training. Anal akhir mereka memiliki
ketertarikan pada feses atau kotoran, ketertarikan yang berakar pada kesenangan
erotis yang diperoleh dari perilaku buang air besar. Kadang-kadang anak memberikan
feses mereka pada orangtua sebagai hadiah berharga. Apabila hal ini diterima dan
dipuji maka anak akan cenderung tumbuh menjadi orang yang dewasa, dermawan,
dan murah hati. Namun, ketika orangtua menolaknya anak akan mengadopsi metode
lain untuk mendapat kepuasan anal, seperti menahan fese sampai muncul tekanan
yang menyebabkan rasa sakit sekaligus memberikan rangsangan yang erotis.

Fase Anal
Masa dimana wilayah genital menjadi zona erogen utama. Tahap ini ditandai lewat
dikotomi antara perkembangan pria dan wanita. Masturbasi yang muncul selama fase
oral, kini memasuki fase kedua yang lebih penting. Selama fase falik, masturbasi
terjadi secara hampir universal, tetapi karena orang tua menekan aktivitas tersebut,
maka anak-anak cenderung menekan keinginan sadar mereka untuk masturbasi pada
saat periode falik hampir berakhir. Akan tetapi pengalaman anak terhadap Oedipus
complex memainkan peran yang lebih penting lagi pada perkembangan kepribadian
anak. Oedipus complex pada laki-laki meyakini bahwa sebelum fase falik bayi laki-
laki membentuk identifikasi dengan ayahnya. Ia ingin menjadi seperti ayahnya.
Kemudian ia mengembangkan hasrat seksual dengan ibunya, ia ingin memiliki
ibunya. Pada saat si anak laki-laki akhirnya menganggalkan identifikasinya dengan
ayah dan mempertahankan perasaan yang lebih kuat, keinginan untuk memiliki ibu.
Anak laki-laki melihat ayahnya sebagai saingan dalam mendapatkan cinta ibu.
Kondisi persaingan dengan ayah dan perasaan cinta inses terhadap sang ibu dikenal
sebagai Oedipus complex sederhana pada laki-laki.

Periode Laten
Freud menyakini bahwa pada usia empat atau lima tahun sampai masa puber. Fase laten ini
sebagian dimunculkan oleh upaya orang tua menghukum dan mencegah aktivitas seksual.
Akan tetapi, fase laten ini biasanya juga berakar pada peninggalan filogenetis kita.

Periode Genital
Masa puber menandai penyadaran kembali atas tujuan seksual dan mulainya periode genital.
Selama masa puber memiliki perbedaan mendasar dari periode infantile. Pertama, Remaja
berhenti melakukan perilaku autoerotisme dan mengarahkannya pada orang lain. Kedua, Pada
masa ini reproduksi dapat dilakukan. Ketiga, Meskipun rasa iri pada alat kelamin pria
bertahan, kini alat kelamin wanita sudah sama. Keempat, Seluruh dorongan seksual
mengalami organisasi yang lebih utuh dan komponen-komponen dorongan yang ada pada
masa infantile mengalami sintesis pada masa ini.

Aplikasi
Dalam aplikasi untuk psikoanalisis telah banyak dipakai untuk beberapa cabang lainnya
seperti; psikopatologi psikoterapi psikosomatis dan juga pengasuhan anak. Dalam aplikasi
inilah ada beberapa tujuan yang memang jelas bahwa ini adalah tujuan dari adanya
psikoanalisis. Seperti hal nya dalam bidang psikopatologi fungsi psikoanalisis adalah untuk
memperkuat ego yang ada sehingga mampu mengontrol impuls insting dan memperbesar
kapasitas individu untuk mencintai dan berkarya.
DAFTAR PUSTAKA

Feist, Jess. Feist G.J. dan Roberts T.A. 2017. Teori Kepribadian Theoris Of Personality Edisi
8 Buku 1, Jakarta Selatan; Salemba Humanika

Anda mungkin juga menyukai