Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah singkat Sigmund Freud

Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia (sekarang
Czechoslovakia). Ia menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Vienna, tempat
keluarganya pindah pada tahun 1860, dan secara bertahap bangkit dari kelas
menengah ke kelas atas dan ketenaran dunia, meski tidak luput dari penderitaan
fisik dan mental yang cukup.

Kehidupan Freud sendiri menyediakannya banyak data psikologis. Dia sendiri


adalah seorang Oidipus (tahap perkembangan psikosksual pada masa kanak-kanak
ketika hasrat anak secara seksual memiliki ketertarikan kepada orangtua dengan
jenis kelamin yang berbeda) terhadap ibunya yang lebih muda 19 tahun dari
suaminya.

Semasa muda, Freud merupakan anak yang jenius. Ia memperoleh gelar


kedokteran dari University of Vienna pada tahun 1881. Setelah lulus, ia bekerja di
laboratorium psikologi gurunya, Ernst Brücke, dan menunjukkan beberapa
penelitian berkualitas tinggi dalam neuroanatomi mikroskopis.

Masa depan Freud tidak jelas. Keuangannya kecil, pekerjaannya tidak digaji
dengan baik, dan dua asisten senior menghalangi kesempatannya untuk maju.
Ketika ia bertunangan dengan Martha Bernays pada tahun 1882, ia menerima
saran baik Brücke untuk mencari peruntungan di suatu tempat. Ia kemudian
menikah dengan Martha pada 30 September 1886 dan memiliki 6 anak, 3 orang
putra dan 3 orang putri.

Pada tahun 1902, Freud diangkat menjadi profesor di University of Vienna


dan namanya mulai mendunia. Pada tahun 1905, ia mengejutkan dunia dengan
teori pengembangan psikoseksual yang mengatakan bahwa seksualitas adalah
faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa balita
pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual.
Secara personal, Freud dikenal sebagai orang yang sangat bermoral dan etis—
bahkan puritan. Sebagian orang mendapatinya sebagai seorang yang dingin, getir,
tipe lelaki yang tidak menderita dengan senang hati, dan lebih tertarik dengan
penemuan yang akan datang dari pasiennya daripada diri pasien itu sendiri.
Sebagian yang lain mendapatinya sebagai orang yang hangat, humoris,
pengertian, dan sangat baik.

Selama 16 tahun terakhir hidupnya, ia menderita kanker yang sangat serius di


bagian mulut dan rahangnya. Hal ini membutuhkan lebih dari 33 operasi, dan ia
terpaksa menggunakan prostesis yang kaku untuk mengisi kekosongan di antara
rongga hidung dan mulutnya, yang berkali-kali menghalanginya untuk menelan
dan berbicara. Sigmund Freud wafat di London pada tanggal 23 September 1939.

B. Teori kepribadian Sigmund Freud


a. Sifat dasar manusia
1. Insting

Freud menulis bahwa insting atau naluri adalah elemen dasar dari kepribadian,
kekuatan motivasi yang mendorong perilaku dan menentukan arahnya.
Rangsangan insting—contohnya seperti lapar dan haus—bersifat internal. Ketika
sebuah kebutuhan seperti rasa lapar terangsang dalam tubuh, maka akan
menghasilkan eksitasi keadaan psikologis atau energi. Pikiran mengubah energi
tubuh menjadi keinginan. Keinginan ini kemudian mendorong individu tersebut
bergerak untuk memuaskan keinginannya.

Ketika tubuh berada dalam kondisi memiliki sebuah keinginan, individu


tersebut akan merasakan ketegangan dan tekanan. Tujuan dari sebuah insting
adalah untuk memuaskan kebutuhan dan mengurangi ketegangan. Oleh karena itu,
teori Freud adalah sebuah pendekatan homeostatik, yang artinya kita terdorong
untuk mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan psikologis, untuk
menjaga tubuh terbebas dari ketegangan.

Menurut Freud, ada dua insting yang dimiliki manusia, yaitu insting
kehidupan dan insting kematian.
 Insting Kehidupan

Freud berpendapat bahwa seluruh perilaku manusia didorong oleh nafsu atau
instingnya, di mana insting merupakan representasi neurologis dari kebutuhan
fisik-biologis. Inting kehidupan mencakup (a) kehidupan individual dengan
mendorong individu memenuhi kebutuhan makanan dan minumannya, (b)
kehidupan spesies, dengan mendorongnya untuk melakukan hubungan seks.
Insting kehidupan bertujuan untuk agar individu tetap bertahan hidup dan mencari
kepuasan dari kebutuhan akan makanan, air, udara, dan seks.

Insting kehidupan ini berupa kekuatan yang mendorong jiwa kita untuk
mencari makan dan lawan jenis yang oleh Freud disebut dengan ‘libido’, yang
dalam bahasa Latin artinya ‘aku berhasrat’. Libido adalah sesuatu yang hidup,
prinsip kenikmatan membuat kita terus bergerak dan bertahan hidup.

Namun, pengertian libido yang awalnya mencakup seluruh bentuk kehidupan,


menciut menjadi sebatas nafsu seksual.

Freud mengatakan bahwa insting kehidupan yang paling penting untuk


kepribadian adalah seks, yang didefinisikan dalam arti yang luas. Bukan hanya
dalam arti yang erotis saja, tetapi juga termasuk semua hal yang perilaku dan
pikiran yang menyenangkan. Freud juga menganggap bahwa seks adalah motivasi
utama kita. Keinginan erotis itu sendiri berasal dari zona erotonik.

 Insting Kematian

Berkebalikan dengan insting kehidupan, Freud juga mendalilkan insting


kematian atau insting destruktif. Ia menyatakan fakta yang jelas bahwa semua
makhluk hidup akan membusuk dan mati, kembali ke keadaan ketidakadaan
mereka, Freud percaya bahwa setiap individu secara tidak sadar pasti memiliki
keinginan untuk mati.

Satu komponen dari insting kematian adalah dorongan agresif, yang dilihat
Freud sebagai keinginan untuk mati yang berbalik melawan objek selain dirinya.
Dorongan agresif memaksa kita untuk membunuh, menaklukkan, dan merusak.
Freud mempertimbangkan sifat agresi sebagai bagian yang memaksa dari sifat
manusia seperti seks.

Freud mengembangkan gagasan tentang insting kematian di kemudian hari,


sebagai cerminan atas pengalamannya sendiri. Dia menanggung kelemahan
fisiologis dan psikologisnya, kankernya semakin parah, dan dia menyaksikan
pembantaian besar-besaran dari Perang Dunia I.

Namun, gagasan tentang insting kematian ini hanya diterima oleh beberapa
kalangan saja, bahkan di antara para pengikutnya yang paling setia. Salah satu
penganut psikoanalisis mengatakan bahwa idenya harus “dibuang ke tong sampah
sejarah ”. yang lainnya berpendapat bahwa jika Freud adalah seorang jenius, maka
pendapat tentang insting kematian adalah contoh dari seorang genius yang
mengalami hari yang buruk.

2. Determinisme psikis dan parapraxis

Teori psikoanalitik menyatakan bahwa tidak ada hal di dalam jiwa yang
terjadi secara kebetulan. Semua perilaku mental (dan fisik) disebabkan oleh
penyebab sebelumnya. Rupanya pikiran acak, ketidakmampuan untuk mengingat
kata atau ide yang familier, mengucapkan atau menulis kata yang salah, cedera
yang ditimbulkan sendiri, dan mimpi, semuanya terjadi karena sebuah alasan,
yang biasanya tidak disadari. Pendapat ini dikenal juga dengan sebutan
determinisme psikis.

Kesalahan psikologis dalam tutur kata atau gaya tulisan yang


mengungkapkan motivasi yang lebih dalam disebut parapraxis, biasa juga disebut
dengan freudian slips. Freud mengakui bahwa freudian slips lebih umum terjadi
ketika seseorang sedang kelelahan atau teralihkan pikirannya, namun ia
berpendapat bahwa pada saat seperti itu, pertahanan sedang sedikit turun dan
dengan sedikit perlawanan, dorongan tidak sadar bisa lebih mudah muncul ke
permukaan.
3. Ketidaksadaran

Kemunculan umum parapraxis menyiratkan bahwa sebagian besar kepribadian


berada di bawah alam kesadaran kita. Freud menyimpulkan bahwa kebanyakan
aktivitas kepribadian dan mental merupakan ketidaksadaran dan tidak bisa
dihadirkan ke dalam pikiran meski dengan usaha yang besar.

Ada tiga jenis alam kesadaran, yaitu:

1. Alam sadar (conscious mind), yaitu apa yang kita sadari pada saat tertentu,
penginderaan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, dan perasaan apa yang
dimiliki.
2. Alam pra-sadar (preconscious), yaitu informasi yang tidak disadari pada
saat tertentu, tetapi dapat dipanggil lagi ke alam sadar dengan mudah.
Alam pra-sadar lebih dekat dengan alam sadar daripada alam tidak sadar
karena sebagian besarnya berada di dalam jangkauan kita.
3. Alam tidak sadar (unconscious), yaitu hal yang mencakup segala sesuatu
yang sangat sulit dibawa ke alam sadar, termasuk segala sesuatu yang
asalnya memang dari alam bawah sadar, seperti insting dan nafsu kita serta
segala sesuatu yang termasuk di situ karena kita tidak bisa
menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang berkaitan
dengan trauma.
b. Stuktur kepribadian

Freud tadinya mendefinisikan kepribadian dalam tiga jenis, yaitu kesadaran,


pra-sadar, dan ketidaksadaran (model topografik). Keadaan model topografik
yang membuang hal-hal ke alam ketidaksadaran (represi) berasal dari alam pra-
sadar dan alam kesadaran, dan oleh karena itu harusnya bisa diakses oleh
kesadaran. Belum lagi Freud menemukan bahwa pasiennya sering melakukan
represi tanpa memiliki pengetahuan bahwa mereka melakukannya. Oleh karena
itu ia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa ‘semua represi itu adalah
ketidaksadaran, tetapi tidak semua ketidaksadaran adalah represi’
Untuk mengatasi kesulitan seperti itu, Freud mengembangkan teori yang
direvisi (model struktural) yang menjelaskan kepribadian dalam tiga konstruksi:
id, ego, dan superego. Freud menekankan bahwa id, ego, dan superego bukanlah
bagian yang terpisah di dalam pikiran. Mereka menyatu, seperti bagian dari
teleskop atau warna dalam lukisan.

 Id

Semua teori kepribadian menyepakati bahwa manusia, seperti binatang lain,


dilahirkan dengan sejumlah insting dan motivasi. Insting yang paling dasar adalah
tangisan. Anak yang baru lahir akan menangis sebagai bentuk respons dari
stimulasi yang menyakitkan dan akan menyusu sampai mereka terpuaskan. Id
merupakan satu-satunya komponen yang sudah ada saat manusia dilahirkan.

Kekuatan Id ini bersifat individual dan mendasar. Ketika lahir, kekuatan


motivasi dalam dirinya tentunya belum terpengaruh dari dunia luar. Id merupakan
motivasi dan energi psikis dasar, yang sering disebut insting dan impuls. Id
bekerja berdasarkan tuntutan prinsip kesenangan (pleasure principle) yang hanya
bertujuan untuk memuaskan hasratnya dan sengan itu mengurangi ketegangan
dalam diri. Seluruh wilayah Id adalah alam ketidaksadaran dan mewakili kita
yang gelap dan tidak dapat diakses...sebuah kekacauan, sebuah wadah dengan
gelora yang meluap.

Id sama sekali tidak logis dan tidak bermoral, dan tidak punya konsep tentang
penjagaan diri. Satu-satunya sumber daya yang dimilikinya adalah apa yang ia
inginkan, yang biasa disebut dengan pemenuhan keinginan (wish-fullfilment). Id
seperti anak kecil impulsif yang menginginkan kesenangannya saat itu juga, biasa
juga disebut dengan proses primer (primary process)

 Ego

Mulai dari umur 6 sampai 8 bulan, Ego mulai berkembang dari Id.
Pembentukan Ego dibantu oleh pengaruh lingkungan yang membantu bayi
membedakan antara diri dan bukan diri, terutama tentang mengenai dirinya. Ego
menghubungkan antara kebutuhannya dengan realitas dunia melalui alam sadar
yang ia tempati, dan ia mencari objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu
yang dimuncilkan oleh Id untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkannya.
Inilah yang disebut dengan proses sekunder (secondary process).

Ego adalah satu-satunya komponen yang mampu berinteraksi dengan


lingkungan. Ego bersifat logis dan rasional, dan membentuk rencana realistis yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan Id. Meski Ego juga tertarik dengan
kesenangan, tetapi Ego mampu menahan prinsip kesenangannya karena Ego
memiliki prinsip realitas (reality principle) dan menunda pelepasan ketegangan
sampai menemukan objek yang pantas. Ego akan mencatat apa-apa yang
menghalangi sekaligus mengingat apa-apa yang memuluskan jalannya mencapai
tujuan, karena seing kali Ego menemukan objek-objek yang menghalanginya
mencapai tujuan.

Hal ini memungkinkan manusia untuk mengindari kesalahan-kesalahan.


Seperti meminum cairan dari pemutih ketika haus; untuk menghindari hukuman,
seperti tepukan orang tua karena mencoba untuk memakan benda terlarang; dan
untuk meningkatkan kesenangan, seperti menolak makanan yang dapat dimakan
tapi tidak mengundang selera, dan menunggu makanan yang enak.

 Superego

Catatan tentang hal-hal yang menghalangi dan memuluskan jalan Ego inilah
yang disebut superego. Prosesnya tidak berhentu sampai anak berusia 7 tahun,
bahkan pada sebagian orang prosesnya tidak pernah berakhir. Freud percaya
bahwa moral kepribadian seseorang dipelajari saat ia berusia 5 atau 6 tahun, dan
awalnya terdiri dari aturan yang ditetapkan orangtua kita.

Superego memiliki dua sisi: sisi yang pertama adalah nurani (consciense), yang
merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan. Sedangkan sisi kedua
adalah ego ideal, yang berasal dari pujian dan conntoh-contoh positif yang
diberikan kepada anak-anak. Nurani dan ego ideal mudah sekali bertentangan
dengan apa yang muncul dari id. Menurut Freud, pada waktu inilah anak-anak
belajar seperangkat aturan yang membuatnya merasa diterima atau ditolak oleh
orangtua mereka.

Sebagai penentu utama nilai moralitas, superego memiliki sifat tak belas kasih,
bahkan kejam, untuk mencapai kesempurnaan moral. Dalam hal intensitas,
irasionalitas, dan desakan untuk patuh, sama saja dengan Id. Tujuannya bukan
menunda tuntutan kesenangan yang dicari Id seperti yang dilakukan Ego, tetapi
menghalanginya sepenuhnya, khususnya tuntutan yang berkaitan dengan seks dan
agresi .

Superego tidak berusaha mencari kesenangan (seperti yang dilakukan Id)


maupun mencapai tujuan realistis (seperti yang dilakukan ego), tetapi semata-
mata berusaha untuk mencapai kesempurnaan moral. Id menekan untuk
kesenangan, ego mencoba untuk menundanya, dan superego mementingkan
moralitas di atas segalanya. Seperti Id, superego tidak mengakui adanya
kompromi terhadap tuntutannya.

Anda mungkin juga menyukai