Anda di halaman 1dari 21

A.

Konteks Sejarah Psikoanalisis


Sejarah psikoanalisa menegaskan bahwa istilah "psikoanalisa" pada mulanya hanya dipergunakan dalam
hubungan dengan pemikiran Freud tentang hidup psikis manusia, sehingga "psikoanalisa" sama artinya
dengan "psikoanalisa Freud". Dengan penegasan itu diakui bahwa Freud merupakan pemimpin gerakan
psikoanalisa, yang timbul di daratan Eropa lalu menyebar ke Inggris, Amerika Serikat, dan ke seluruh
dunia. Dialah pencetus dasar-dasar pemikiran psikoanalisa, yang berkembang sampai sekarang. Gerakan
psikoanalisa berhasil membawa manusia semakin jauh melangkah ke dalam medan rahasia pribadi
manusia.
Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 mei 1858, orangtuanya adalah keturunan yahudi. Pada waktu berumur
4 tahun keluarganya pindah ke wina dan ia menetap di kota itu selama 78 tahun. Setelah hitler menyerbu
Austria, Ia mengungsi ke london, dan belajar ilmu kedokteran di universitas Wina, dia pernah berkerja di
laboratorium profesor bruecke (1876-1885) dan juga pernah bekerja di rumah sakit jiwa wina (1882-
1882). Psikoanalisis menurut hall (1980:24), mempunyai dua dimensi: teoritis dan praktis. Dimensi
teoritis, yaitu menyangkut teori kepribadian dan dimendi itulah yang menempatkan psikoanalisi sebai
bagian ilmu jiwa, sedangkan dimendi praktis, yaitu merupakan cara-cara pengobatan penyakit
jiwa.Sebelum sampai pada teori yang lengkap, psikoanalisis mengalami proses panjang: priode 1 (1895-
1905), priode 2 (1895-1920), dan priode 3 (1920-1939).
Priode pertama merupakan dasar yang kemudian di kembangkan pada priode kedua dan ketiga. Tentu
saja, meskipun teori psikoanalisis telah mencapai tahap kesempurnaan, tidak berarti luput dari kritikan-
kritikan.Pada tahun 1885-1886 Freud belajar pada Jen Charcot mengenai pengobatan misteri dengan
metode hipnotis, Freud tidak puas dengan metode itu karena hasilnya di anggap bersifat sementara dan
tidak menyinggung sumber penyakit. Setelah itu dia belajar pada Dr. breuer tentang metode katarsis,
suatu cara pengobatan dengan membiarkan pasien mencurahkan kesulitannya dan dokter mendengarkan.
Pada waktu dia mengobati pasien dengan metode breuer itulah Freud menemukan psikoanalisis dalam hal
ini terlihat kaitan antara ingatan yang di lupakan dengan gejala histeri dan arti gejala itu dapat di nyatakan
setelah pasian di masukan dalam keadaan hipnotis. Freud nampaknya kurang puas dengan metode breur,
kemudian dia menggunakan sugesti dalam keadaan sadar yang kemudian di tinggalkannya pula dan
setelah itu dia beralih pada metode asusiasi bebas dan metode itulah yang definitif dalam psikoanalisis.
Ada tiga prinsip fundamental dalam teori Freud, yaitu prisip konstansi, prinsip kesenangan, dan prinsip
realitas. Prisip konstansi cenderung mempertahankan kuantitas ketegangan psikis pada taraf yang
serendah mungkin atau setidak-tidaknya pada taraf yang sedapat munkin stabil. Konstansi atau stabilitas
itu di hasilkan dengan cara: menghindarkan bertambahnya ketegangan, misalnya, melalui jalan
“pertahanan” (melawan pertahanan ketegangan) dan dengan melepaskan energi psikis yang ada dalam
subjek. Prinsip kesenangan mengutamakan pada penghindaran katidaksenangan dan sebanyak mungkin
memperoleh kesenangan. Prinsip itu di anggap sebagai versi subjektif prinsip konstansi dalam arti sejauh
ketidaksenangan bertalian dengan bertambahnya kuantitias ketegangan psikis dan kesenangan di kaitkan
denga berkurangnya kuantitas ketegangan psikis. Pada awal kehidupan psikis, yaitu pada anak, kedua
prinsip itu lama-kelamaan, subjek (pencari kesenanga) harus mempertimbangkan realita sehingga
pemuasan secara lansung di tangguhkan, dalam hal ini di sesuaikan dengan realitas dan justru itu hadir
prinsip realitas, suatu prinsip kesenangan yang di sesuaikan dengan realitas. Suatu prinsip kesenangan
yang di sesuaikan dengan realitas. Kehidupan psikis adalah konflik daya-daya psikis yang berlansung
menurut tiga prinsip tadi.
• Latar Belakang Psikoanalisis
Bagaimana Freud sampai pada pemikiran psikoanalisis? Pengetahuan merupakan produk akumulasi, dan
tidak terjadi dalam suasana vakum Di balik suatu pemikiran, selalu saja ada prakondisi-prakondisi yang
sudah disampaikan oleh pemikir-pemikir sebelumnya. Demikian puli dengan munculnya pemikiran
psikoanalisis Freud. Apa yang disampaikan Sigmund Freud bukanlah semata-semata baru. Ada beberapa
tokoh yang pemikirannya, langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap pemikiran Freud.
Menurut Schultz dan Schultz (2011), terdapat tiga faktor yang melatarbelakangi munculnya psikoanalisis
Pertama, sebelumnya memang sudah terdapat pakar yang berspekulasi dengan adanya ketidaksadaran,
seperti Gottfried Wilhelm Leibniz (1646- 1716), Johann Friedrich Herbart (1776-1841), dan Fechner
(1801-1881). Jadi, ide tentang ada unsur ketidaksadaran dalam struktur jiwa manusia sebenarnya
bukanlah hal baru. Leibniz yang terkenal dengan monadologinya, menyatakan bahwa kejadian mental itu
terjadi karena aktivitas monal atau semacam persepsi, dan kejadian mental itu bertingkat-tingkat, dari
mulai aktivitas monad yang tidak disadari (petites perception) sampai dengan aktivitas monad yang
disadari (apperception); Herbart menyatakan bahwa kesadaran itu ada ambangnya, dan sesuatu yang ada
di bawah ambang batas kesadaran, tidak akan disadari; Fechner mengibaratkan pikiran manusia itu seperti
gunung es di lautan dan bagian yang ada di permukaan lautin adalah pikiran yang tidak sadari serta
berpengaruh besar pada kesadaran seseorang. Kedua, masalah gangguan psikologis dan penanganannya
pun bukanlah hal yang baru. Pandangan dan penanganan gangguan psikologis tersebut berkembang dari
waktu ke waktu. Ada banyak penjelasan mengenal gangguan psikologis, dari mulai karena gangguan
setan, gangguan fisiologis gangguan proses pikir, dan lain-lain. Begitu juga dengan penanganannya, ada
yang menggunakan dukun, ahli agama, dipenjara, dipasung, dihipnosis, dan lain-lain. Pada abad ke-18-an,
pandangan ilmu kedokteran terhadap gangguan psikologis terbagi dua, ada yang menjelaskan karena
faktor fisik, dan ada yang menjelaskannya karena faktor psikis. Walaupun tidak terlalu dominan,
penanganan gangguan psikologis dengan menggunakan pendekatan faktor psikis tampaknya cukup
memengaruhi Sigmund Freud. Ketiga, teori evolusi dari Charles Darwin pun mempunyai pengaruh besar
terhadap Sigmund Freud, terutama ide Darwin mengenai ketidaksadaran, konflik mental, pentingnya
mimpi, perkembangan anak, dan dorongan seksual. Pandangan Darwin bahwa manusia merupakan
produk evolusi yang mengasumsikan bahwa manusia pun dipengaruhi oleh insting juga berpengaruh pada
pemikiran Sigmund Freud.

B. Konsep Utama Dari Aliran Psikoanalisis


Psikoanalisis merupakan aliran psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada tahun 1890-an
dan menjadikan ketidaksadaran sebagai fokus perhatiannya. Sigmund Freud sendiri sebenarnya bukan
orang yang menggeluti ilmu psikologi. la seorang neurolog yang bergelut dalam praktik kedokteran, dan
psikoanalisis dikembangkannya semata untuk membantu profesinya dalam menolong pasien-pasien yang
mengalami gangguan mental. la berkeyakinan bahwa terdapat proses mental yang tidak disadari yang
berpengaruh pada gangguan psikologis yang dialami seseorang.
Yang menarik adalah perkembangan psikoanalisis tersebut terjadi justru di tengah-tengah dominannya
behaviorisme yang lebih menekankan pada perilaku yang tampak. Bagi behaviorisme, jangankan
ketidaksadaran, kesadaran sekalipun yang sebelumnya menjadi pusat perhatian Wundt, Tichener, ataupun
James ditolaknya sebagai sesuatu yang tidak bisa diukur. Jadi, kemunculan ide untuk menjadikan
ketidaksadaran sebagai subject matter ilmu psikologis sesuatu yang bertentangan dengan tren pemikiran
psikologi pada saat itu.
Hal lain yang menarik adalah ide Sigmund Freud menjelaskan gangguan mental dengan menggunakan
pendekatan nonmedis pun sesuatu yang out of the box. Pada saat itu, dalam ilmu kedokteran, pasien yang
mengalami gangguan mental umumnya dipahami didekati dengan pendekatan medis. Menurut Pickren
dan Rutherford (2010), pada pertengahan abad ke-9, dipimpin oleh Jean Martin Charcot, Piere Janet, dan
lain-lain, dunia kedokteran memang sedang didominasi oleh penjelasan fisik terhadap gangguan mental.
Seperti penjelasan Charcot terhadap kasus yers yaitu sebagai gejala-gejala neurologis akibat adanya
gangguan fungi dalam sistem sarafnya (Pickren & Rutherford (2010). Sigmund Freud ye sebenarnya
pernah belajar pada Jean Martin Charcot, yang saat itu dikem sebagai ahli saraf termasyhur, dan
menggunakan hipnosis untuk menang pasien hysteria, justru mengambil langkah berbeda dengan
menggunakan pendekatan psikologis dalam menjelaskan gangguan mental.
Psikoanalisa adalah sistem menyeluruh dalam psikologi yang dikembangkan oleh freud secara berlahan
ketika ia menangani orang yang mengalami neurosis dan masalah mental lainnya. Teori Kepribadian
Psikoanalisa merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah sebuah
model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis
Psikoanalisa adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme,
sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensial- humanistik.
Teori psikoanalisis adalah salah satu teori yang membahas tentang hakikat danperkembangan bentuk
kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek
kepribadian lainnya. Dasar teori psikoanalisis adalahmengasumsikan bahwa kepribadian akan mulai
berkembang saat terjadi konflik- konflik dariaspek- aspek psikologis itu sendiri. Gejala tersebut biasanya
terjadi pada anak- anak atau usiadini. Kemudian pendapat Sigmund Freud tentang kepribadian manusia
ini didasarkan pada pengalaman- pengalaman yang dialami pasiennya.
Sigmund Freud adalah ilmuwan psikologis yang terkenal karena gagasannya tentangkepribadian manusia
berdasarkan analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentangberbagai literatur ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman- pengalaman inilah yang menjadi data yang mendasar bagi
evolusi teori kepribadian Freud atau kita kenal juga dengan teori psikoanalisa. Bagi Freud, teori ini
cenderung mengikuti observasi dalam konsep kepribadian, sehingga akan terus mengalami revisi, bahkan
sampai 50 tahun terakhir hidupnya.Karena teorinya yang terus berevolusi, Freud menegaskan teori ini
tidak boleh jatuh kedalam eklektisisme. Itulah sebabnya para pengikutnya yang memiliki
pandanganberseberangan dari ide- ide dasar teori psikoanalisis akan dikucilkan secara pribadi, bahkan
profesional oleh Freud. Ia menganggap dirinya sebagai ilmuwan, namun, ia memiliki definisiyang
berbeda tentang ilmu dibandingkan kebanyakan psikolog saat ini.
Menurut Freud, lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan
masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat didalam
ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan- dorongan.
• Perkembangan Psikoanalisis
Psikoanalisis Freud tidak terbentuk dalam semalam. Seperti aliran - aliran lainnya, Psikoanalisis pun
berkembang secara bertahap sehingga sampai pada rumusan psikoanalisis seperti yang dikenal sekarang.
Menurut Freud terdapat empat tahap perkembangan psikoanalisis.
Tahap pertama adalah pre-analyticphase (1885-1897). Pada tahapan ini, Freud menunjukkan
ketertarikannya pada metode hipnosis yang dipakai oleh Charcot dalam menangani pasien hysteria. Pada
tahapan ini, Freud pun sering kali berdiskusi dengan teman dekatnya, Breuer, tentang pasiennya yang
bernama Anna O yang menderita hysteria. Berdasarkan pengalamannya tersebut, Freud menyimpulkan
beberapa hal, yaitu: (1) tidak semua pasien bisa ditangani dengan menggunakan teknik hipnosa; (2)
metode hipnosa lebih menekankan pada peran terapis; (3) munculnya fenomena transference antara
pasien dan terapis; (4) dan sexual trauma pada masa anak-anak diyakini sebagai faktor yang bisa
menjelaskan pasien yang mengalami masalah psikologis.
Tahap kedua disebut dengan psychoanalysis proper (1897-1908). Yaitu tahapan yang ditandai dengan
ditinggalkannya metode hipnotis dan menggantikannya dengan metode free association. Pada tahapan ini,
Freud mulai menyadari bahwa masalah psikologis bukan disebabkan masalah-masalah neurologis, tapi
lebih karena konfliks yang tidak disadari, terutama konfliks yang berhubungan dengan seksualitas Freud
meyakini bahwa konfliks tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian
seseorang.
Tahap ketiga adalah mulainya gerakan psikoanalisis (1907/1908-1920). Pada tahapan ini, psikoanalisis
mulai diikuti oleh banyak pemikir, dan menyelenggarakan kongres pertama dan jurnal psikoanalisis yang
didirikan pada tahun 1908. Walaupun sebagian pengikutnya menunjukkan penolakan terhadap sebagian
pemikirannya, Freud dengan psikoanalisisnya tetap terus berkembang ke beberapa kota seperti Budapest,
Berlin, London, dan kota lainnya. Pada tahun 1920, menanggapi Perang Dunia I yang menelan banyak
korban, Freud menyampaikan pikiran mengenai sisi gelap dari manusia yaitu insting kematian atau
thanatos, dan di saat metode lain mempunyai keterbatasan, psikoanalisis menjadi alternatif yang serius
untuk menangani trauma paska perang yang dialami para tentara.
Terakhir, tahapan menjelang kematian Freud (1920-1939), Reputasi Freud tidak tergoyahkan sampai
akhir hayatnya. Pada tahun 1923, Freud mempublikasikan bukunya yang berjudul The Ego and the Id.
Buku tersebut menyampaikan pikirannya mengenai model tripartite, yaitu Id, Ego, dan Superego
menggantikan topographical model yang terdiri dari unconscious, preconscious, dan conscious. Pada
tahun 1926, ia pun merevisi teorinya mengenai kecemasan yang tadinya sebagai manifestasi dari terlalu
banyaknya energi erotik, atau libido menjadi sebagai tanda adanya ancaman terhadap diri. Selain itu,
Freud pun berspekulasi mengenai agama dan seksualitas perempuan, sampai akhirnya meninggal pada
tahun 1939.

C. Tokoh – Tokoh Aliran Psikoanalisis


1. Sigmund Freud (1856-1939)
2. Franz Anton Mesmer (1734-1815)
3. Jean Martin Charcot (1825-1893)
4. Pierre Janet (1859-1947)
5. Carl Gustav Jung (1875-1961)
6. Alfred Adler (1870-1937)
7. Granville Stanley Hall (1844-1924)
8. Gustav Le Bon (1841-1931)
9. Karen Danielson Horney (1885-1952)
10 . Jacques Marie Emile Lacan (1901-1981)

D. Ide/gagasan teoritis yang disampaikan oleh masing masing tokoh


Psikoanalisis
1. Sigmund Freud (1856-1939)
Freud lahir di Freiberg, Moravia yang sekarang disebut Republik
Czekoslavia pada tanggal 6 Mei 1856. Pada usia empat tahun, karena bisnis
bapaknya bangkrut, Freud pindah ke Leipzig, dan kemudian menetap di
Vienna. Bapaknya seseorang yang otoriter dan ditakutinya, sedangkan
ibunya adalah seseorang yang perhatian dan supportif. Freud memiliki
kedekatan dengan ibunya daripada dengan bapaknya. Di sekolah, Freud
termasuk anak yang cerdas la kuliah di University of Vienna pada tahun
1872 dengan konsentrasi ilmu biologi. Pada tahun 1881, Freud
menyelesaikan studi kedokteran. Selepas itu, walaupun tertarik pada bidang penelitian, karena kesulitan
ekonomi, atas saran dari Ernst Brucke, Freud kemudian membuka praktik kedokteran. Pada tahun 1884,
ia pernah melakukan penelitian mengenai kokain, dan menulis artikel mengenai keuntungan kokain.
Menurutnya, kokain bisa meningkatkan energi, kekuatan, dan mengatasi masalah depresi. Bukan hanya
itu, Freud pun menggunakan kokain, bahkan merekomendasikannya kepada teman dan kolegarnya.
Namun demikian, keyakinannya tersebut ternyata didapati tidak tepat. Kecanduan terhadap kokain justru
bisa membuat orang meninggal, dan karena itulah ia mendapatkan banyak kritik. Sampai akhir hidupnya,
Freud merupakan seorang pecandu rokok. la berusaha berhenti, dan tidak pernah berhasil.
Salah satu momen penting bagi berkembangnya psikoanalisis adalah pertemanan Freud dengan Josef
Breuer, murid Brucke yang berprofesi sebagai dokter. Bagi Freud, Breuer bukan hanya sekadar teman.
Mereka berdua menjalin pertemanan yang sangat dekat. Dari Breuer inilah, Freud belajar bagaimana
menangani pasien hysteria yang bernama Fraulein Anna O, yang kemudian nama aslinya diketahui
sebagai Bertha Pappenheim (Hergenhahn, 2009). Breuer sering kali mengajak Freud untuk berdiskusi
mengenai Anna O ini.
Anna O sendiri adalah seorang perempuan muda berusia 21 tahun, cerdas, dan berparas menarik. la
mengalami hysteria ketika merawat ayahnya yang sakit parah dan meninggal. Ia menunjukkan gejala-
gejala hysteria seperti kelumpuhan pada lengan dan tangan, gangguan penglihatan, gangguan bicara,
gangguan memori, dan lain-lain. Dengan metode hipnotis, Breuer yang didampingi oleh Freud berhasil
menyembuhkan gejala-gejala hysteria yang dialarni oleh Anna O. Dalam keadaan trance, emosi negatif
dan trauma yang dalam beberapa bulan terakhir dialami Anna O dikeluarkan sehingga membuatnya
terlepas dari gejala-gejala hysteria yang dialaminya. Breuer dan Freud kemudian menyimpulkan bahwa
gejala ganguan fisik yang dialami Anna O tersebut berhubungan dengan pengalaman-pengalaman
traumatis yang pernah dialaminya. Pengalaman traumatis yang tidak diungkapkan akan menyebabkan
gangguan secara fisik dan ketika pengalaman traumatis tersebut diberi jalan untuk keluar, maka gangguan
fisik tadi pun dengan sendirinya hilang, baik untuk sementara ataupun permanen. Metode ini kemudian
dinamai dengan metode Katarsis.
Berdasarkan temuan-temuannya tersebut, Breuer dan Freud kemudian menulis artikel berjudul On the
Psychological Mechanism of Hysterical Phenomena: Preliminary Communication pada tahun 1893 dan
Studies on Hysteria pada tahun 1895 yang memuat pokok-pokok pikiran psikoanalisis. Selain
menjelaskan tentang katarsis, Breuer dan Freud pun menjelaskan munculnya fenomena transference dan
counter-transference dalam situasi terapeutik. Transference menunjuk pada fenomena muncul perasaan
pasien terhadap terapis yang sebenarnya perasaan terhadap ayahnya, sedang counter-transference
menunjuk pada fenomena munculnya kelekatan emosional yang ditujukan terapis terhadap pasiennya.
Dalam menangani pasien hysteria dengan menggunakan teknik hipnosis, selain dari Breuer, Freud pun
belajar dari Jean Martin Charcot. Pada tahun 1885, Freud berkesempatan untuk bertemu Charcot di Paris,
dan melakukan pengamatan terhadap proses terapi pasien hysteria dengan menggunakan hipnosis, Schultz
dan Schultz (2011) menyebutkan bahwa pertemuan dengan Charcot itulah yang menginspirasi Freud
untuk merumuskan bahwa gangguan psikologis i itu bisa bersumber dari masalah- masalah seksual.
Pada tahun 1986, Freud mulai membuka praktik sendiri. la menggunakan beberapa metode seperti mandi,
pijat, electrotherapy, hipnosis, dan juga katarsis. Namun, karena alasan kurang efektif, adanya sebagian
pasien yang tidak mau dihipnotis atau menolak apa yang diceritakannya ketika trance, dan kurang
berdampak untuk waktu yang relatif lama, Freud kemudian meninggalkan teknik hipnosis, dan
menggantikannya dengan teknik asosiasi bebas (free association). Pada tahun 1892, Freud mulai
menggunakan metode free association dalam menangani pasien-pasiennya. Pada metode free association,
si pasien diminta untuk berbaring senyaman-nyamannya, dan secara terbuka dan spontan menceritakan
apa pun yang ada dalam benaknya. Cerita pasien kemudian dianalisis agar apa yang direpres oleh pasien
dapat diketahui, sehingga pasien bisa menyadarinya dan menanganinya dengan baik.
Berdasarkan pengalamannya dalam menangani pasien dengan menggunakan Free Association ini, Freud
sampai pada kesimpulan bahwa masalah seksual yang dialami pada masa kecil sering kali menjadi dasar
bagi munculnya ganguan psikologis, dan akhirnya Freud berkeyakinan bahwa kehidupan seksual
merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan gangguan psikologis. Walaupun berbeda pendapat
dengan Breur, Freud tetap menyimpulkan bahwa motivasi seksual yang tidak disadari merupakan faktor
penting yang memengaruhi kehidupan seseorang.
• Pokok Pikiran Freud
Pada awal abad ke-20-an, Freud dianggap sebagai tokoh yang paling berpengaruh terhadap psikologi
abnormal dan psikiatri. Pemikiran-pemikirannya banyak digunakan dalam mendiagnosis suatu gangguan
mental dan menjelaskan dinamika kepribadian seorang klien. Pemikiran Freud memang dinamis dan
berkembang. Namun, terdapat beberapa pokok pikiran yang menjadi karakteristik pemikiran Freud.
Berikut adalah beberapa pokok dari pemikiran Freud.
1) Freud mempunyai keyakinan bahwa semua kejadian, termasuk kejadian mental, tidak terjadi secara
kebetulan, tapi bersifat deterministik. Freud percaya ada hukum sebab-akibat yang memengaruhi setiap
kejadian mental.
2) Pemikiran Freud tidak lepas dari pengaruh Teori Evolusi Darwin. Seperti halnya Darwin, Freud
meyakini bahwa terdapat kesamaan karakteristik biologis antara manusia dan spesies lainnya. Oleh
karena itu, Freud pun meyakini bahwa mengetahui proses alamiah (natural processes) penting dalam
memahami proses mental manusia. Selain itu, Freud pun meyakini bahwa manusia pun didorong oleh
dorongan-dorongan biologis yang bersifat innate, yang kemudian disebutnya dengan insting 3) Freud
meyakini bahwa ketidaksadaran memiliki peranan penting dan berpengaruh besar terhadap dinamika
kepribadian seseorang. Karakteristik unik yang membedakan Freud dari yang lainnya adalah
penekanannya terhadap pengaruh ketidaksadaran.
4) Freud meyakini adanya tahap-tahapan perkembangan mental, danmenganggap adanya tahapan yang
paling berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
5) Freud meyakini bahwa kategori normal dan normalitas bersifat kontinum, dan yang membedakannya
hanyalah tingkatannya saja.
6) Motivasi merupakan faktor penting dalam teorinya Freud. Motivasi kesenangan merupakan salah satu
motivasi yang dianggapnya sangat penting.
7) Teori Freud dibangun untuk kepentingan terapeutik. Dalam membangun teorinya, Freud lebih
menekankan pada sejauh mana teorinya tersebut dapat diterapkan dalam membantu pasien-pasiennya.
8) Dalam membangun teorinya, Freud lebih banyak menggunakan data-data klinis yang diperoleh dari
para pasiennya, daripada data eksperimental.
• Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian merupakan salah satu konsep penting dalarn psikoanalisis Freud. Struktur
kepribadian tersebut dianggap berpengaruh besar terhadap keunikan dan bagaimana seseorang
berperilaku. Awalnya, Freud menyebutkan adanya tindak tingkatan kesadaran: ada kesadaran (conscious),
prakesadaran (preconscious), dan ketidaksadaran (uncounsious). Kesadaran menunjuk pada apa-apa yang
disadari dalam suatu waktu tertentu, prakesadaran menunjuk pada apa- apa yang tidak disadari tapi
mudah disadari kembali, dan ketidaksadaran menunjuk pada hal-hal yang direpres ke dalam
ketidaksadaran, dan untuk menyadarinya kembali tidak mudah.
Dalam perjalanannya, Freud kemudian merevisi pandangannya tersebut. Menurut Freud, struktur
kepribadian manusia itu terdiri dari tiga elemen: Id, Ego, dan Super ego. Ketiga elemen tersebut satu
sama lain saling berkait dan terus-menerus mengalami konflik. Kemampuan kita dalam menjaga
keseimbangan di antara ketiga elemen tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Id berasal dari bahasa Latin yang berarti "it" atau "das es" dalam bahasa Jerman. Id ini merupakan salah
satu elemen dari sistem kepribadian Freud yang merupakan sumber dari segala dorongan dasar. Dorongan
yang bersumber dari Id tersebut sifatnya primitif dan tidak disadari, seperti lapar, haus, dan seks serta
selalu berupaya untuk dipenuhi. Jika belum terpenuhi, dorongan tersebut akan selalu berupaya untuk
dipenuhi. Id ini dikendalikan oleh prinsip kesenangan. Id tidak terlalu perduli dengan keyataan dan
norma-norma yang ada dalam masyarakat. Id selalu mendesak ego untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya agar mendapatkan kesenangan. Id tidak bisa membedakan antara kenyataan dan ilusi.
Proses ini kemudian dinamai Freud dengan primary process thinking.
Superego merupakan bagian dari elemen kepribadian yang berisi norma- norma sosial yang sudah
terinternalisasikan dalam diri seseorang yang diperoleh dari keluarga ataupun masyarakat. Viney dan
King (2003) menjelaskan bahwa superego pun menuntut ego untuk merealisasikan keinginan-
keinginannya. Seperti halnya Id, tuntutan superego pun kadang tidak realistis, tidak rasional, bahkan tidak
mungkin. Yang membedakan Id dan Superego adalah prinsip yang digunakannya. Jika Id menggunakan
prinsip kesenangan, superego menggunakan yang sebaliknya, yaitu prinsip kesempurnaan atau morality
principle. Tidak heran jika dorongan id dan superego itu selalu bertentangan.
Ego atau das ich dalam bahasa Jerman berarti "aku" dan merupakan "center of organization and
integration" diri seseorang. Ego pun merupakan pusat dari kepribadian seseorang. Fungsi ego adalah
menjaga kesimbangan kepribadian dengan memperhatikan dorongan Id dan harapan superego. Dengan
memperhatikan tuntutan realitas (reality principle), ego kemudian berusaha mencari solusi dalam
mengatasi tuntutan Id dan Superego, melalui kompromi, penundaan, ataupun subtitusi. Proses ini
kemudian disebut dengan Secondary Process Thinking. Ada hal yang membedakan antara Primary
process thinking dan secondary process thinking: (a) primary process thinking belum bisa membedakan
mana kebutuhan mana realitas. Pada secondary process thinking, pemenuhan kebutuhan sudah juga
mempertimbangkan realitas yang ada; (b) Pada primary process thinking sulit diakses oleh kesadaran,
sedangkan secondary process thinking bisa diakses oleh kesadaran.
• Mekanisme Pertahanan Diri
Ketika dihadapkan pada situasi yang tidak bisa diatasi, ego akan mengalami kecemasan. Kecemasan
tersebut sebetulnya bersifat biologis yang merupakan mekanisme adaptasi ketika ego tidak lagi sanggup
mengatasi situasi. Freud membagi kecemasan ini menjadi tiga jenis, yaitu objective anxiety, neurotic
anxiety, dan moral anxiety. Objective anxiety terjadi ketika ancaman nyata menghampiri seseorang,
neurotic anxiety terjadi ketika kekuatan id sangat kuat dan ego merasa kurang mampu mengontrol
kekuatan id; dan moral anxiety terjadi ketika munculnya perasaan malu atau bersalah akibat adanya nilai-
nilai yang diyakininya dilanggar.
Kecemasan itu tentu tidak menyenangkan. Untuk itu, ego berupaya melakukan pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan diri tersebut berlangsung secara tidak disadari, menimbulkan rasa puas, dan
mendistorsi realitas. Untuk mengatasi kecemasan neurotic dan kecemasan moral, ada beberapa
mekanisme pertahanan diri yang biasa dilakukan oleh ego.
1) Represi. Represi merupakan strategi pertahanan diri dengan menekan memori, pikiran, dan persepsi
yang membahayakan diri ke dalam ketidaksadaran. Represi ini merupakan strategi yang sangat penting
dan merupakan isi dari ketidaksadaran. Materi-materi yang direpres ini adakalanya menemukan jalan
untuk muncul secara simbolik dalam kesadaran seperti dalam mimpi, humor, ataupun slip of tongue.
Mimpi menjadi salah satu jalan yang cukup mudah untuk keluarnya materi-materi yang direpres, karena
dalam kondisi tidur, represi yang dilakukan lebih lemah dibanding ketika terjaga.
2) Displacement. Displacement merupakan strategi pertahanan diri dengan "mengganti objek atau tujuan
yang menimbulkan kecemasan dengan tujuan yang tidak menimbulkan kecemasan". Misal, seorang
pegawai yang marah kepada atasannya bisa saja mengalihkan kemarahannya tersebut terhadap anak atau
istrinya. Jika, pengalihannya dari materi seksual ke materi nonseksual, strategi pertahanan dirinya disebut
sublimasi.
3) Proyeksi. Proyeksi merupakan strategi pertahanan diri dengan mengalamatkan kekurangan atau
kesalahan pribadinya kepada benda, kejadian, ataupun orang lain. Hal ini dilakukan terutama ketika
keinginan ataupun motif pribadi yang secara sosial tidak bisa diterima direpres ke dalam ketidaksadaran
Misal, orang yang suka berbohong mengaks bahwa orang lainlah yang suka membohongi dirinya
4) Regresi. Regresi merupakan strategi pertahanan diri dengan kembali ke tahap perkembangan
sebelumnya. Orang yang melakukan pertahanan diri ini akan menunjukkan sikap dan perilaks yang mirip
dengan tahap perkembangan sebelumnya. Misal, ngompol di celana pada anak usia SD boleh jadi
merupakan salah satu ben regresi karena ngompol bukanlah perilaku yang pantas dilakukan ole anak SD.
5) Reaksi formasi. Reaksi formasi merupakan strategi pertahanan diri dengan melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan apa yang diinginkan sebenarnya. Hal itu dilakukan jika melakukan apa yang sesuai
dengan yang diinginkan akan mengancam ego. Freud memang mempunyai keyakinan, bahwa dorongan
insting itu kadang muncul ke arah yang berlawanan. Misal, Seorang anak remaja yang menyukai
temannya, justru menunjukkan sikap dan perilaku yang dingin, cuek, dan tidak bersahabat.

• Tahapan Perkembangan Psikoseksual

Motivasi seksual merupakan hal penting dalam psikoanalisis. Freud menyatakan bahwa seks itu tidak
hanya berhubungan dengan organ-organ tertentu saja, tapi seluruh bagian tubuh bisa menjadi sumber
kepuasan seksual. Freud percaya bahwa seluruh bagian tubuh bersifat erotogenic sensitif terhadap
stimulasi seksual. Walaupun demikian, dalam menjelaskan perkembangan psikoseksual, Freud ternyata
hanya menunjuk pada beberapa organ tertentu saja, seperti bibir, anus, dan alat kelamin. Menurut Freud
(Hergenhahn, 2009), manusia mengalami tahap-tahap perkembangan psikoseksual yang setiap
tahapannya memiliki sumber kepuasan seksualnya. Pada setiap tahapannya, anak memiliki
kecenderungan untuk menstimulasi organ- organ erotiknya untuk mendapatkan kesenangan seksual atau
"autoerotic". Tahapan yang sumber kepuasan seksualnya berasal dari mulut disebut oral stage; tahapan
yang sumber kepuasan seksualnya berasal dari anus disebut anal stage; tahapan yang sumber kepuasan
seksualnya bersumber dari alat kelamin disebut phallic stage dan genital stage. Selain keempat tahapan
tersebut, Freud menambahkan satu tahapan antara pallic stage dan genital stage, yaitu latency stage.
1) Oral stage, Oral stage dimulai pada usia 0 sampai 18 bulan. Organ tubuh yang menjadi sumber
kepuasan seksual berasal mulut, lidah, bibir, dan sekitarnya. Pada usia ini, anak biasanya suka menghisap,
mengemut, menjilat, atau mengunyah. Anak selalu memainkan benda apa pun dengan mulutnya.
Pemenuhan yang berlebihan atau kurang akan mengakibatkan munculnya fiksasi. Orang yang mengalami
fiksasi pada masa ini bisa menjadi orang yang suka makan atau minum berlebihan, agresif secara verbal
dan juga sinis .
2) Anal stage. Anal stage dimulai pada usia 18 sampai 36 bulan. Organ tubuh yang menjadi sumber
kepuasan anus. Untuk mendapatkan kepuasan seksual dari anus ini mendapatkan tantangan dari norma
sosial, seperti toilet training. Fiksasi pada masa ini akan menyebabkan munculnya karakter anal seperti
jorok, boros, dermawan, perfeksionis, dan lain-lain.
3) Phallic stage. Pallic stage dimulai pada usia 3 sampai 6 tahun. Organ tubuh yang menjadi sumber
kepuasan adalah alat kelamin, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Freud, Phallic stage
merupakan tahapan yang paling penting. Sebab, pada tahapan inilah munculnya Oedipus Complex dan
Castration Anxiety. Freud berkeyakinan bahwa pada tahapan ini anak laki-laki menunjukkan ketertarikan
kepada ibunya, dan menganggap ayahnya sebagai rival sehingga muncul kecemasan akan dikebiri oleh
ayahnya yang dianggapnya lebih superior. Konsep Freud mengenai Oedipus Complex ini sebenarnya
berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap dirinya sendiri (self analysis). Ketika kecil, Freud memang
mengakui bahwa dirinya menyukai ibunya dan cemburu terhadap ayahnya. Istilah Oedipus Complex
sendiri diambil dari mitos yang berkembang di masyarakat Yunani. Oedipus adalah seorang raja yang
menikahi ibunya, dan membunuh ayahnya. Menurut Freud, untuk mengatasi Oedipus complex tersebut,
anak kemudian berusaha mengidentifikasikan dirinya terhadap orangtua yang jenis kelaminnya sama
sehingga kemudian membentuk superego anak. Anak perempuan mengidentifikasikan dirinya terhadap
ibunya, dan anak laki-laki mengidentifikasikan dirinya terhadap ayahnya. Dengan identifikasi ini, secara
simbolik, anak bisa menjadi seperti ayahnya sehingga ia bisa berbagi dengan ayahnya dan juga bisa
menghindarkan diri dari ancaman kastrasi ayahnya.
4) Latency stage. Latency stage dimulai pada usia 6 sampai 12 tahun Latency stage berakhir sampai usia
puber. Tahapan ini ditandai dengan ketertarikan terhadap peer group dan memiliki rasa ingin tahu yang
sangat besar . Aktifitas fisik anak begitu menonjol. Ketertarikan seksual terhadap lawan jenis sudah mulai
muncul, tapi tidak diperlihatkan.
5) Genital stage. Genital stage dimulai pada usia 12 tahun ke atas. Pada tahapan ini, anak sibuk dalam
menjalin relasi dengan teman sebayanya dan terlibat dalam aktivitas sosial. Dorongan seksual menjadi
lebih intens, dan anak berlajar untuk menjalin relasi dengan lawan jenis. Viney dan King (2003)
menyebutkan bahwa genital stage ini bertujuan untuk reproduksi dan aktivitas sosial serta kerja.

2. Franz Anton Mesmer (1734-1815)


Franz Anton Mesmer (1734 – 1815). Menurut Mesmer, dalam tubuh manusia terdapat kekuatan magnetik
dan cairan universal yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Jika aliran cairan
universaldalam tubuh seseorang mengalami gangguan, maka orang tersebut juga dapat mengalami
gangguan kesehatan mental dan fisik.Mesmer juga mengklaim bahwa dia mempunyai kekuatan magnetik
yang mampu menghilangkan sumbatan dan memperlancar aliran cairan universal dalam tubuh manusia.
Dalam melakukan terapi terhadap pasien, Mesmer mengisi penuh sebuah bak dengan air dan kemudian
memasukkan besi magnet ke dalamnya. Pasien yang akan diobati diminta
untuk memegang besi magnet itu dengan harapan akan mengalir energi dari
magnet ke tubuh pasien dan energi tersebut diyakini dapat melancarkan
aliran cairan universal yang tersumbat. Mesmer kemudian melakukan teknik
penyembuhan dengan menggunakan kalimat-kalimat sugesti yang dapat
membuat pasien masuk dalam kondisi trance dan menerima sugesti-sugesti
penyembuhan yang diberikannya. Teknik penyembuhan yang dipraktikkan
oleh Mesmer di atas dikenal sebagai “animal magnetism” atau lebih populer
dikenal sebagai “mesmerism”(Martin & Bobgan, 2001). Teori animal
magnetism atau mesmerism yang diajukan Franz Anton Mesmer
mengundang rasa ingin tahu banyak ahli. Seorang dokter Skotlandia yang
berpraktik di kota Manchester, Inggris, James Braid (1795 – 1860) menguji teori animal magnetism atau
mesmerism. Berdasarkan pengujian yang ia dilakukannya, Braid menemukan bahwa kondisi trance pada
teknik penyembuhan Mesmer tidak ada hubungannya sama sekali dengan animal magnetism, tetapi murni
reaksi dari suatu kekuatan sugesti. Lebih lanjut Braid menjelaskan bahwa fenomena yang dialami pasien
dalam proses mesmerism adalah fenomena tidurnya saraf (nervous sleep) dan Braid menyebut fenomena
tersebut sebagai neuro-hypnotism.
Sejarah menginformasikan bahwa ilmu hipnotis mulai dipopulerkan pada abad ke 18 oleh Franz Anton
Mesmer (1743-1814), seorang tabib di kota Wina yang menggunakan hipnotis untuk pasien-pasiennya
yang sakit saraf. Teknik yang dilakukan Masmer ini dilakukan dengan menggunakan sifat alamiah
magnetisme hewani. Masmer beranggapan bahwa pasiennya sembuh karena mendapat transfer
magnetisme hewani dari dirinya. Selanjutnya teknik mesmer dilakukan oleh James Braid seorang dokter
dari Inggris pada abad ke 19 yang kemudian menyimpulkan bahwa hipnotis bersifat psikologis. (Noer,
Muhammad, 2010).Pada tahun 1958, American Medical Association mengesahkan penggunaan hipnosis
dalam dunia kedokteran. Selanjutnya The British Medical Association dan Italian Medical Association for
the Study of Hypnosis juga dibentuk dan menjadi salah satu ilmu yang resmi dipelajari dan diakui dalam
dunia kedokteran.
Ia bukanlah seorang tokoh psikoanalisa, karena pada masa hidupnya aliran itu belum ada, tetapi perana
dan pengaruhnya terhadap psikoanalisa dikemudian hari itu tidak kecil artinya. Mesmer menemukan
teknik hipnotisme sebagin teknik penyembuhan orang sakit, tetapi pada waktu itu tekniknya belum
disebut hipnotisme, melainkan mesmerisme.
Pada dasarnya, Mesmer berteori bahwa semua makhluk hidup terhubung oleh cairan magnetis yang tidak
terlihat . Agak ambigu apakah itu fluida sebenarnya atau lebih seperti suatu gaya. Namun pada dasarnya
itu hanya meliputi alam semesta.
Menurut Mesmer, sebagian besar penyakit disebabkan oleh tersumbatnya cairan di suatu tempat di dalam
tubuh. Dan penyembuhan untuk hampir semua hal melibatkan pemulihan aliran cairan ini. Dengan
“menarik” pasien. Oleh karena itu… jenis perawatan “medis” yang dia temukan. Awalnya Mesmer
menyuruh pasiennya menelan serbuk besi, yang menurutnya dapat dipandu ke seluruh tubuh dengan
menggunakan magnet. Namun, dengan cepat, dia menyadari bahwa menggunakan tangannya saja sudah
cukup, dan akan menghasilkan efek yang sama.

Dalam teorinya entang “animal magnetism” Mesmer mengatakan bahwa dalam dirinya terdapat
“currative power of magnetic iron”( daya penyembuhan magnetis ) yang timbul dari semacam cairan
yang terdapat dalam dirinya yang dapat disalurkannya keluar melalui sebatang sebatang besi berani
kepada pasien yang membutuhkan pengobatan.
Sebagai seorang dokter, Mesmer berminat sekali pada teknik terapi yang berbau mistik ini, karena di
samping ilmu kedokterannya Mesmer juga mempelajari teologi ( ilmu ketuhanan ).

3. Jean Martin Charcot (1825-1893)


Tokoh yang tidak kurang pentingnya dalam menumbuhkan aliran
psikoanalisis. Charcot adalah seorang dokter dirumah sakit Paris, dan
Charcot menjadi profesor di Akademi Kedokteran di Paris tahun 1873.
Charcot mengembangkan teknik hipnose dan sugesti mental untuk
menyembuhkan pasien-pasien psikoneurotis, khususnya penderita
histeria. Dengan teknik hipnosis, Charcot menurunkan ambang
kesadaran pasien, sehungga perisstiwa menggoncangkan, yang menjadi
penyebab ganggguan emosi itu, yang selamaini dihindari oleh
kesadaran dan ditekan ke dalam ketidaksadaraan, ditimbulkan kembali
ke alam kesadaran . James Charcot mulai menggunakan hipnosis sebagai bentuk penelitian eksperimental
dan sebagai metode untuk mempelajari histeria dan tentu saja itu adalah selama ini setelah tahun 1878
dimana Charcot yang juga semasa hidupnya dikenal sebagai bapak histeria.
Salah satu penyebab histeria adalah mati rasa pada anggota badan, jadi misalnya ketika seseorang
mengalami serangan histeris, mereka mungkin kehilangan perasaan sepenuhnya pada lengannya, tetapi
apa yang Charcot juga tunjukkan adalah bahwa jika ini murni gangguan histeria pada tahap katalepsi, kita
seharusnya bisa melakukannya. memanipulasi lengan yang berarti individu harus mampu menahannya
dan menunjukkan bahwa mati rasa yang mereka alami ketika mereka sadar bukanlah masalah fisik yang
sebenarnya. Tidak ada kerusakan fisik yang terjadi karena selama katalepsi mereka dapat menahan posisi
tersebut.

4. Pierre Janet (1859-1947)


Pierre Janet Janet lahir pada 30 Mei 1839 dan wafat pada 24 Feb 1947. Janet belajar filsafat dan ilmu
kedokteran di Universitas Paris pada tahun 1889 Ia mendapatkan gelar doktor
dalam filsafat dengan tesisnya tentang” Psikologi dari Aktivitas Otomatis”. Dalam
bidang kedokteraan dengan tesis “ Keadaaan Mental Pada Histeria” dimana dia
mencoba untuk menggolongkan secara sistematis berbagai jenis histeria dengan
teori teori psikologi.
Ia merupakan tokoh yang berpengaruh dalam menghubungkan bidang Psikologi
dan penyembuhan penyakit mental secara klinis beliau berfokus Pada hipnosis dan
berkontribusi dalam konsep modern dari kesehatan mental dan emosional seperti
kecemasan atau anxiety fobia psikopat dan perilaku abnormal lainnya. Menurut
pemikirannya studi ilmiah dari psikologi hanya dapat dilaksanakan bila semua
proses mental diterjemahkan sebagai tingkah laku ia menekankan bahwa manusia itu dinamis bukan
tergantung lingkungan. Janet juga terkenal mempunyai suatu teori yang disebut teori strata. Menurut teori
ini kepribadian terdiri dari kecenderungan-kecenderungan yang tersusun secara hierarkis dari yang paling
rendah(reflrks) sampai yang paling tinggi(akal) kecenderungan ini memiliki sejumlah energi tertentu yang
berasal dari fisiologis psikologis dan keturunan energi tersebut jika diaktifkan akan menjadi
kecenderungan tingkah laku.
Teori strata dari janet ini dapat dibandingkan dengan teori id,ego, super ego yang dikemukakan oleh
Freud,sedangkan energi energi Janet dapat dipersamakan dengan dorongan dorongan (seksual dan agresi)
dari Freud .

5. Carl Gustav Jung (1875-1961)


Carl Gustav Jung atau Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di sebuah
desa kecil, Kesswil, Swiss. Schultz & Schultz (2011) menceritakan bahwa
masa kecil Jung tidak cukup bahagia, ia termasuk anak yang mengisolasi
diri dan menyendiri. la sibuk dengan mimpi dan fantasinya sendiri. Jung
dibesarkan oleh seorang ayah yang mudah marah, dan seorang ibu yang
menderita gangguan emosional. Pada usianya yang ke-32, Jung pernah
merasa seperti gila, dan kehilangan arah sampai tiga tahun. Schultz (1991)
menjelaskan bahwa upaya Jung untuk mengatasi kekalutannya tersebut
akhirnya mencapai pada titik, yaitu Jung tidak lagi menggunakan
pertimbangan intelektual, tapi menyerahkan dirinya terhadap apa yang diinginkan ketidaksadarannya.
Proses ini kemudian justru merupakan titik balik sekaligus menginspirasi Jung untuk membangun teori-
teorinya.
Jung sebenarnya memiliki ketertarikan pada ilmu filsafat, namun ia kemudian mengambil kuliah
kedokteran dalam bidang psikiatri, di Basel Swiss dan selesai pada tahun 1900. Ia sempat bekerja sebagai
asistennya Profesor Eugen Bleuler, psikiater yang menekuni schizophrenia, di rumah sakit jiwa
Burgholzli Zurich sampai tahun 1909. Pada kesempatan inilah, atas rekomendasi Bleuler, Jung melakukan
penelitian word association test pada penderita psikotik.
Perbedaan Jung dan Freud
1. Jung menjelaskan kepribadian lebih kompleks daripada Freud. Struktur kepribadian terdiri dari Ego,
Personal Unconsciousness, dan Colective Unconsciousness.
2. Jung menentang seks dijadikan sebagai energi utama atau libido yang menggerakan kepribadian
seseorang. Bagi Jung, libido adalah energi kehidupan yang mendorong manusia untuk tumbuh dan
berkembang.
3. Jung menentang pengalaman anak sebagai pengalaman yang penting. Baginya pengalaman pada usia
menengah jauh lebih penting.
4. Jung menentang oedipus complex. Baginya tidak mungkin dirinya tertarik pada ibunya yang secara
fisik tidak menarik.
Hal lain yang membedakan Jung dengan Freud adalah teorinya rentang ketidaksadaran (unconscious).
Bagi Jung, ketidaksadaran dapat terjadi pada tingkat individu (personal unconscious) dan secara kolektif
(collective unconscious). Jung beranggapan bahwa ke- tidaksadaran kolektif yang tersimpan paling dalam
di psike manusia inilah yang sebenarnya merupakan landasan terkuat dan komponen utama kepribadian
manusia. Komponen ini merupakan kumula si dari pengalaman kemanusiaan selama perjalanan evolusi.
Jung menyebutnya archetypes, yaitu "tempat atau deposit" pengalaman manusia sejak jutaan tahun yang
lalu dan setiap zaman menyum- bangkan pengalaman baru yang akan memberikan pengaruh pada tingkah
laku manusia. Adanya archetypes menyebabkan manusia tidak lahir sebagai kertas putih lagi, tetapi sudah
dengan kencede- rungan tertentu karena ada pengalaman bersama yang tidak disadari dari generasi ke
generasi. Aspek emosional archetypes ini menjadi penting karena memberikan kerangka persepsi dan
reaksi emosional yang sama. Mitos-mitos dari zaman prasejarah sampai modern berfungsi memberikan
kerangka pandang dan emosional pada suatu komunitas tertentu mengenai sesuatu yang penting dalam
hidup mereka. Hal-hal tertentu diekspresikan oleh manusia dengan cara yang hampir sama, seperti naluri
melindungi anak atau ibu dan reaksi anak terhadap ibunya.
• Struktur Kpribadian
Menurut Jung, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari ego, personal unconsciousness, dan collective
unconsciousness. Konsep ego jung dengan Freud hampir sama, yaitu bahwa ego ini seluruhnya
berhubungan dengan kesadaran, dan merupakan aspek kepribadian yang berhubungan dengan lingkungan.
Struktur kepribadian Jung, tampak lebih kompleks daripada Freud. Ketidaksadaran Jung juga menjangkau
kesadaran kolektif yang tidak dibahas dalam struktur kepribadian Freud. Selain itu, Jung membedakan
antara istilah Ego dan Self. Jika ego seluruhnya berhubungan dengan kesadaran, self meliputi kesadaran
dan ketidaksadaran sekaligus.
Collective unconscious. Dalam pandangan Jung terdapat dua level ketidaksadaran, yaitu personal atau
individual unconscious dan collective uncounscious. Individual unconscious merupakan ketidaksadaran
yang tidak terlalu dalam, dan mengandung ingatan, impuls, keinginan dan pengalaman-pengalaman hidup
yang sudah dilupakan, atau ditekan, sedangkan level ketidaksadaran yang lebih dalam lagi disebut dengan
collective unconscious yaitu akumulasi dari pengalaman-pengalaman nenek moyang atau generasi
sebelumnya, dan merupakan basis dari kepribadian seseorang. Menurut Hergenhahn (2009), collective
unconscious merupakan konsep Jung yang sangat mistis dan kontroversial. Bagi Jung, begitu terlahir ke
dunia, pikiran manusia tidaklah kosong seperti diklaim John Locke, melainkan terdapat collective
unconscious.
Archetypes. Dalam collective unconscious terdapat pengalaman- pengalaman umum yang biasa dilalui
manusia, yang dicatat dan diturunkan dalam bentuk kecenderungan untuk merespons secara emosional
terhadap suatu pengalaman tertentu, yang kemudian disebut dengan archetypes . Menurut Jung archetype
ini merupakan kerangka perceptual dan emosional yang mendorong seseorang untuk memiliki pandangan
dan pengalaman emosional tertentu, dan merupakan hasil evolusi pada struktur biologis dalam otak
manusia. Melalui archetype inilah yang memungkinkan manusia bertindak seperti para pendahulunya.
Namun demikian, Jung pun meyakini bahwa kita pun sebenarnya bisa memodifikasi archetype, dan hal
itu tergantung pada proaktivitas kita masing-masing, apakah mau secara kreatif mengubahnya atau tidak.
Dalam konsepsi Jung, ada banyak jenis archetypes, namun yang paling terkenal antara lain Persona,
Animus dan Anima, shadow, dan self.

Persona menunjuk pada topeng yang dipakai seseorang ketika berinteraksi dengan dunia luar. Persona ini
merupakan sistem yang kita pakai ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial dengan persona tersebut,
kita hanya menampilkan sebagian kepribadia yang memang ingin diketahui oleh orang lain, dan
menyembunyikan sebagiannya lagi. Menurut Schultz dan Schulz (2011), ketika berinteraksi dengan orang
lain, setiap orang pasti menggunakan persona, dan kita hanya menampilkan apa yang ingin diketahui oleh
orang lain sehingga apa yang kita tampilkan belum te tenta menggambarkan kepribadian kita
sesungguhnya. Dalam arsitektur psikis menurut Jung, persona ini merupakan bagian paling luar yang
berfungsi melindungi ego dari keterbukaan .
Berbeda dengan Persona, Anima dan Animus merupakan archetypes yang berkaitan dengan
kecenderungan kita untuk memiliki karakteristik jenis kelamin yang berseberangan. Anima berarti
seorang laki-laki selain memiliki karakteristik maskulin, juga memiliki karakteristik feminim, sebaliknya
Animus berarti seorang perempuan selain memiliki karakteristik feminim juga memiliki karakteristik
maskulin. Jadi, konsep anima dan animus Jung menunjukkan bahwa kita itu memiliki dua karakteristik,
baik feminim maupun maskulin.
Menurut Jung, manusia pun memiliki kecenderungan untuk bertentangan dengan nilai-nilai moral.
Archetype yang mengendalikan kecenderungan tersebut adalah shadow. Shadow ini merupakan bagian
gelap dari diri manusia, dan merupakan warisan dari zaman sebelum. Menurut Schultz dan Schultz
(2011), shadow terdiri dari aktivitas dan keinginan yang bertentangan dengan moralitas, dan tidak dapat
diterima secara sosial. Walaupun demikian, shadow ini tidak selamanya negatif. Sisi positif dari shadow
adalah dapat membuat manusia bertindak spontan, kreatif, mempunyai insight, dan mengalami emosi
yang dalam.

Terakhir, adalah archetype yang mengitegrasikan dan menjaga kesimbangan semua aspek ketidaksadaran,
serta menjaga stabilitas dan kesatuan dari kepribadian seseorang, yaitu self. Self ini merupakan archetype
yang paling penting.

• Tipologi Psikologis
Jung menyebutkan bahwa kesadaran itu memiliki sika dan fungsi yang berbeda. Ketika berinteraksi
dengan lingkungan, sikap seseorang bisa diorientasikan ke dalam dirinya atau ke luar dirinya. Orang yang
energinya (libido) diarahkan dan terfokus pada sesuatu yang ada di luar dirinya, baik orang atau kejadian,
disebut orang yang memiliki tipe psikologi ekstravert (biasa disingkat E), sedangkan orang yang
energinya diarahkan dan terfokus ke dalam dirinya disebut dengan introvert (biasa disingkat I). Orang
dengan tipe E memiliki karakteristik yang mudah bergaul (sociable), ekspresif, banyak bicara (talkative)
menyukai tugas-tugas kelompok, dan lebih bagus belajar dengan mendengarkan, sedangkan orang dengan
tipe I lebih suka menahan diri, pendiam dan tidak banyak bicara, lebih baik belajar dengan membaca, dan
lebih suka berkerja secara mandiri.

Menurut Jung, sikap seseorang terhadap lingkungannya tersebut bisa dipengaruhi fungsi kesadaran, yaitu
bagaimana suatu informasi diterima dan bagaimana suatu keputusan diambil. Suatu informasi bisa
diterima melalui fungsi indrawi atau melalui intuisi. Orang yang menerima informasi dengan
menggunakan fungsi indranya disebut dengan tipe Sensing (biasa disebut tipe S) dan orang yang
menerima informasi dengan menggunakan intuisi atau ketidaksadaran disebut dengan tipe Intuition (biasa
disebut tipe N). Seperti halnya bagaimana suatu informasi diterima, bagaimana suatu keputusan diambil
pun terdiri dari dua tipe yang saling bertentangan. Ada orang yang mengambil keputusan dengan
menggunakan pertimbangan kognitif, dan ada orang menggunakan pertimbangan perasaan. Orang
mengambil keputusan dengan pertimbangan kognitif disebut dengan tipe Thinking (biasa disebut tipe T),
sedangkan orang yang mengambil keputusan dengan pertimbangan perasaan disebut dengan tipe Feeling
(biasa disebut tipe F).

6. Alfred Adler (1870-1937)


Adler dilahirkan di Vienna pada tahun 1870 Hergenhahn (2009) menuturkan
bahwa masa keol Adler tidak begitu bahagia. Selain termasuk anak yang
sakit-sakitan, memiliki perawakan yang dirasa tidak menyenangkan, ia pun
terlibat persaingan (sibling rivalry) dengan kakak kandungnya. la cemburu
pada kakaknya, dan merasa kehadirannya tidak dikehendaki ibunya, sehingga
tidak heran kalau Adler kemudian lebih dekat kepada ayahnya dibanding
ibunya, Pengalaman masa kecilnya tersebut rupanya kemudian berpengaruh
besar pada bagaimana Adler merumuskan dan mengembangkan teori
kepribadiannya. Awalnya, Adler memandang dirinya rendah, dan demikian
juga guru-gurunya Namun, kesungguhan dan keberhasilannya dalam
mengalahkan inferiority-nya membawa dia menjadi dokter dari University of
Vienna pada tahun 1895, dengan spesialisasi Ophthamology.
Perkenalannya dengan ilmu psikologi ketika membaca buku Sigmund Freud tentang Dream Interpretation
pada tahun 1902. la pun kemudian mempunyai pandangan tersendiri mengenai mimpi. Bukan hanya itu,
Adler pun punya pandangan yang berbeda dari Freud tentang motivasi dasar, peran masa lalu, kesadaran-
ketidaksadaran, dan juga kehendak bebas manusia. Namun demikian, walaupun terdapat beberapa
perbedaan, Adler kemudian diangkat sebagai Presiden Vienna Psychoanalytic Society pada tahun 1910.
Freud berharap Adler akan menjadi penerus psikoanalisis di Vienna. Namun, pertentangan Adler dan
Freud ternyata menjadi semakin intens, dan Adler pun kemudian mengundurkan diri pada tahun 1911.
Pada tahun 1912, Adler kemudian mendirikan Individual Psychology, yaitu psikologi tentang hubungan
interpersonal (social psychology), bahwa manusia selalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
orang lain, dan satu sama lain saling memengaruhi.
Berbeda dengan Sigmund Freud yang lebih menekankan pada libido seksual sebagai energi, Adler justru
lebih menekankan pada faktor sosial, khususnya pada apa yang dia sebut dengan istilah social interest
atau "potensi bawaan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan personal dan
sosial". Social interest ini merupakan konsep yang dianggap sangat penting, yang bisa digunakan dalam
menjelaskan dan mengatasi masalah-masalah psikologis yang dihadapi manusia. Orang yang social
interest-nya kurang akan lebih negatif dalam memandang kehidupan, dan cenderung akan terlibat dalam
perilaku-perilaku anti-sosial.
Hal lain yang membedakan antara psikoanalisis dan individual psychology, adalah penekanannya pada
masa depan. Jika psikoanalisis menggarisbawahi pentingnya pengalaman masa lalu dalam menjelaskan
perilaku hari ini, bagi individual psychology justru masa depanlah yang lebih penting. Bagi Adler (1997),
perilaku manusia selalu terarah pada suatu tujuan tertentu yang dianggapnya menarik, dan tujuan tersebut
berpengaruh pada perilaku sekarang. Menetapkan tujuan di masa depan dianggapnya sebagai upaya kita
untuk melewati capaian-capaian masa kini, atau mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada sekarang.
Tujuan ini kemudian akan membuat kita merasa bermakna karena dalam pikiran kita paling tidak sudah
mempunyai gambaran bahwa ke depan akan lebih baik daripada sekarang.
Bagi Adler (1997), semua mimpi mempunyai tujuan yang kalau dianalisis dengan benar akan memberi
petunjuk dalam menghadapi kehidupan nyata. bahwa mimpi bertujuan dalam meraih tujuan superioritas".
Keinginan-keinginan seseorang untuk mengatasi kerendahan diri dan bagaimana mengatasinya
merupakan sebagian tujuan yang mendasari mimpi.
Menurut Adler, tujuan terpenting manusia adalah mengatasi perasan rendah diri (feeling of inferiority).
Setiap manusia dianggapnya terlahir dalam keterbatasan dan kebergantungan pada orang lain, yang
mengakibatkan manusia merasa rendah diri. Adler menyebutkan bahwa perasaan rendah diri ini
merupakan sesuatu sangat wajar. Secara alamiah, sosial, dan fisik, manusia memang berada dalam posisi
yang lemah. kekuatan manusia terbatas dibanding alam, dan secara sosial pun manusia terdiri dari
berbagai karakter ideografis yang satu sama lain memiliki keterbatasan. Secara fisik tampak lemah
terutama begitu manusia lahir yang kondisinya sangat tergantung pada bantuan orang lain.
Perasaan rendah diri ini kemudian yang menjadi motivasi dasar manusia untuk tumbuh. Manusia selalu
berupaya untuk, mencapai kesempurnaan dan superioritas. Dorongan untuk mencapai kesempuranaan dan
superioritas ini bersifat universal. Namun demikian, style of life atau gaya setiap orang dalam mencapai
kesempurnaan tersebut tidaklah sama. Masing-masing mempunyai keunikan. Style of life ini terbentuk
terutama pada usia empat atau lima tahun. Walaupun mengakui peran masa kanak-kanak terhadap
pembentukan style of life, Adler meyakini bahwa style of life tersebut bisa dibentuk secara sadar.
Hal lainnya lagi yang membedakan Freud dengan Adler adalah pandangan mengenai kebebasan
berkehendak. Menurut Adler, manusia bukanlah korban faktor lingkungan ataupun faktor biologis. Kedua
faktor tersebut hanyalah sebagai bahan dasar yang bisa dengan bebas diatur oleh manusia. Manusia
dianggapnya memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri, yang biasa disebut
dengan creative self.
Cara manusia mengatasi kelemahan bisa menggunakan konsep konvensasi atau over-konvensasi.
Konvensasi adalah mengatasi kekurangan pada satu aspek dengan berupaya lebih baik pada aspek yang
lain, sedangkan over-konvensasi adalah mengatasi kekurangan pada satu aspek dengan memperbaiki
aspek tersebut menjadi lebih baik. Adakalanya, manusia berhasil mengatasi perasaan rendah diri tersebut,
dan adakalanya gagal. Orang yang dikuasai oleh perasaan rendah diri yang juga disebut sebagai perasaan
abnormal ini sering kali disebut dengan orang yang mengalami inferiority complex.

7. Granville Stanley Hall (1844-1924)


Tesisnya berjudul “ The Muscular Perception of Space (1878). Teori hall adalah teori
evolusi. Teori evolusi berbunyi “Ontogeny recapitulates Phylogeny” proses
perkembangan individu sejak dia lahir sampai ia dewasa. Hal ini terbukti dalam
eksperimen yang dilakukan Hall reaksi reaksi yang diberikan oleh binatang satu sel
= reaksi reaksi sel –sel telur atau sperma pada manusia. Demikian juga reaksi reaksi
dari makhluk makhluk bersel banyak (reaksi janin dengan jumlah sel yang kira kira
sama.

8. Gustav Le Bon (1841-1931)


Le Bon bukanlah murni seorang psikoanalisis, Tetapi pikiran pikirannya banyak sejalan dengan pikiran
pikiran psikoanalisa,hanya Le Bon lebih banyak membicarakannya dalam rangka tingkah laku kelompok
daripada dalam tingkah laku perorangan. Le Bon menulis bukunya yang terkenal The Crowd (1895)
konformitas, alienasi dan kepemimpinan dalam kelompok.
Le Bon mencoba menerangkan tingkah laku kelompok (crowd)dengan teori
teori tentang ketidaksadaran, dorongan dorongan irasional, baik dorongan
biologis maupun rasial yang diperoleh turun temurun. Le Bon menyelidiki
tingkah laku kelompok dari sudut antropologi, arkeologi, dan biologi, individu
individu dalam kelompok bertingkah laku implusif,iritable, intoleran, sugestibel
dan dikatorial.

9. Karen Danielson Horney (1885-1952)


Horney dilahirkan pada tanggal 15 September 1885 di Hamburg Jerman. Ayahnya
seorang kapten kapal yang taat beragama dan memiliki pandangan bahwa laki-laki
lebih superior daripada perempuan. Berbeda dengan ayahnya, ibunya yang
usianya jauh lebih muda daripada ayahnya, justru merupakan perempuan yang
berpikiran liberal. Tidak heran jika hubungan kedua orangtuanya tersebut bisa
dibilang tidak harmonis. Horney sendiri tidak menyukai ayahnya yang suka
merendahkan tampilan dan kecerdasannya. Harganhahn (2009) menyebutkan
bahwa jika sedang marah, ayah Horney kerap kali melempar ibunya dengan bible
dan pengalaman inilah yang membuat Horney tidak suka dengan agama. Horney
pun tidak menyukai ibunya karena menolak kelahirannya dan lebih memanjakan saudara laki-lakinya.
Pengalaman masa kecilnya tersebut membuat Horney merasa rendah diri dan menyimpan rasa iri serta
permusuhan dan berpengaruh pada teori- teori yang dibangunnya. Pada tahun 1923-an, Horney pernah
mengalami depresi karena berbagai masalah yang dihadapinya, khususnya perceraian dengan suaminya
Oskar Horney, dan saudaranya yang meninggal karena penyakit Pneumonia .
Horney mengambil kuliah kedokteran di University of Berlin dan lulus pada tahun 19131. Ia kemudian
mendapatkan pelatihan mengenai psikoanalisis di Berlin Psychoanalytic Institute, dan kemudian
membuka praktik, serta mengajar di Berlin Pdychoanalytic Institute tersebut.
• Kecemasan Dasar ( Basic Anxiety )
Menurut Horney, manusia memiliki dua kebutuhan dasar. Pertama manusia mempunyai kebutuhan untuk
mendapatkan perasaan aman atau kebutuhan untuk terbebas dari perasaan takut, bahaya, dan sakit,
sedangkan kebutuhan lainnya adalah kebutuhan akan terpenuhinya segala kebutuhan biologisnya.
Kebutuhan inilah yang dicari oleh seorang anak dari orang-orang yang ada di sekitarnya termasuk
orangtua. Bagi Horney, hubungan orangtua dan anak merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika hubungan anak dan orangtua tersebut tidak memberikan rasa aman,
misal, hubungan tersebut dipenuhi dengan penolakan, permusuhan, pengabaian orangtua terhadap
anaknya, maka anak tersebut kemudian akan mengalami apa yang disebut dengan Basic Anxiety.
Basic Anxiety yang ditandai dengan perasaan terisolasi dan tidak berdaya ini merupakan konsep yang
sangat penting dalam Psikologi Horney . Menurut Horney Basic Anxiety ini merupakan "the feeling a
child has of being isolated and helpless in a potentially hostile world". Basic Anxiety ini sebenarnya
bersumber dari Basic Hostility yang dirasakan oleh seorang anak terhadap orangtuanya. Anak yang
posisinya lemah tentu tidak mungkin menumpahkan Basic Hostility- nya terdapa orangtuanya. Ketika
Basic Hostility ini direpres oleh anak, maka munculah Basic Anxiety .
Hal-hal yang membedakan Horney dari Freud antara lain:

1. Honey memang mengakui bahwa pengalaman masa kecil merupakan sesuatu yang penting. Namun,
Horney percaya bahwa manusia mempunyai kuasa untuk mengubahnya.
2. Jika Freud lebih menekankan pada faktor ketidaksadaran yang berpengaruh pada manusia, Horney
justru lebih menekankan pada pengaruh situasi. Seperti, bagi Horney, basic anxiety terbentuk karena
lingkungan bukan karena pengaruh insting atau dorongan tidak sadar lainnya.
3. Horney berkeyakinan bahwa gangguan mental lebih dikarenakan masalah- masalah interpersonal dan
hubungan sosial, bukan karena konflik intrapsikis seperti yang disampaikan Freud.
4. Horney percaya bahwa pembentukan kepribadian seseorang lebih banyak dipengarhi budaya, daripada
faktor-faktor biologis. Termasuk pandangannya mengenai karakteristik gender. Perempuan sering merasa
inferior, katanya, bukan karena penis envy, tapi karena secara kultural cenderung merendahkan
perempuan.
5. Berbeda dengan Freud yang percaya adanya tahap-tahap perkembangan, Horney justru menolaknya.
Menurutnya, kecenderungan anak apa anal ataupun oral lebih banyak dipengaruhi oleh pola asuh
orangtua.
Horney, menyebutkan tiga mekanisme yang mungkin dilakukan oleh seorang anak dalam mengadaptasi
kecemasannya tersebut.
Pertama, ada anak yang menyampaikan keberatannya secara langsung kepada orangtuanya (moving
toward). Anak yang mengambil cara ini disebut dengan compliant style yang didasari oleh kebutuhan
untuk menghadapi dan mengekspresikan kebutuhannya untuk mendapatkan persetujuan, kasih sayang,
penghargaan, penerimaan dan afeksi.
Kedua, ada anak yang mengambil cara dengan menunjukkan permusuhan terhadap orangtuanya (moving
againt). Anak yang mengambil cara ini disebut dengan hostile style yang didasari dengan kebutuhan akan
kekuasaan, prestige, pujian, dan prestasi.
Ketiga, ada anak yang mengambil jarak dari orangtuanya (moving away). Anak yang mengambil cara ini
disebut detached style, yang didasari kebutuhan untuk mandiri dan mengambil jarak.

10. Jacques Marie Emile Lacan (1901-1981)


Lacan adalah seorang psikoanalisis kelahiran Francis. Lacan lahir pada
tanggal 13 April 1901 di Paris, Prancis dan meninggal pada tanggal 9
September 1981. Latar belakang pendidikan Lacan adalah kedokteran
dengan spesialisasi psikiatri. Pendidikan dokternya diperoleh dari
University of Paris pada tahun 1932-an dengan disertasi mengenai
Paranoid Psychosis in its Relation with the Personality. Pada tahun itu,
Lacan mulai Setelah menyelesaikan kuliah doktornya, Lacan diundang dan
kemudian menjadi anggota Paris Psychoanalytic Society. Walaupun belajar
ilmu kedokteran, Lacan juga tertarik dengan ilmu filsafat. la tertarik dengan
pemikiran Karl Jespers, Martin Heidegger, dan juga Hegel. Tidak heran
jika, pemikiran-pemikiran Lacan kemudian memiliki horizon yang cukup
luas, bukan hanya psikiatri tapi juga meliputi ilmu lain seperti ilmu filsafat, bahasa, politik, dan lain-lain.
Posisinya dalam psikoanalisis cukup penting, terutama di Prancis. Lacan disebut-sebut sebagai orang
yang memperkenalkan psikoanalisis di Prancis. la secara rutin memberikan seminar di University of Paris
dari tahun 1953 sampai dengan tahun 1981, dan karenanya reputasi Lacan sebagai psikoanalis Prancis
kemudian menjadi sangat kuat.
Lacan merupakan pengikut Freud yang sangat loyal. Sampai akhir hayatnya, Lacan menyatakan bahwa
dirinya adalah Freudian. Walaupun demikian, pemikiran Psikoanalisis Lacan memiliki beberapa
perbedaan dengan Psikoanalisis Freud. Lacan mencoba melakukan sintesis antara psikoanalisis dan
linguistik. Tidak seperti Freud yang lebih menekankan pada aspek biologis seperti libido ataupun insting,
Lacan lebih menekankan pada arti penting bahasa dalam menjelaskan dinamika psikologis seseorang.
Salah satu penjelasan Lacan yang paling terkenal adalah mengenai ketidaksadaran. Menurut Lacan ,
ketidaksadaran itu terstruktur seperti halnya bahasa. Ketidaksadaran terdiri dari "serangkaian penandaan
yang tidak acak, tetapi teratur dan solid" Hal ini tentu berbeda dengan Freud yang menyatakan Nahwa
kalaupun ketidaksadaran itu mau dianalogikan dengan bahasa, ketidaksadaran itu seperti bahasa tanpa tata
bahasa atau grammar.
Psikoanalisis Lacan yang fokus pada peran bahasa tersebut, tidak lepas dari pengaruh ahli bahasa
berkebangsaan Swiss, Ferdinand De Saussure yang terkenal dengan structural linguistic-nya. Saussure
yang juga pendiri semiotika - ilmu tentang tanda (signs) dan simbol, serta penggunaannya - berpandangan
bahwa "tanda bahasa itu bukan sekadar hubungan antara sesuatu benda dengan suatu nama, tapi hubungan
antara konsep (pertanda - signified) dan pola suara (penanda - signifier)". Lebih lanjut, Seassure meyakini
bahwa baik konsep atau pola suara tersebut keduanya bersifat psikologis. Seperti halnya Saussure, Lacan
meyakini bahwa penar dalah yang menentukan pertanda sehingga yang lebih penting itu adalah apa yang
dikatakan bukan apa yang dipikirkan. Dengan demikian, mempelajari bahasa menjadi penting dalam
memahami manusia.
Pemikiran Lacan lainnya antara lain mengenai mirror stage. Mirror stage ini merupakan tahapan ketika
identitas seorang sudah mulai terbentuk. Seperti halnya Freud, Lacan pun meyakini adanya tahap-tahapan
perkembangan psikoseksual. Namun, jika Freud membagi perkembangan psikoseksual itu menjadi lima
tahap (oral, anal, phallic, latency, dan genital), Lacan membaginya menjadi tiga tahap (real, mirror,
simbolik). Mirror stage tadi merupakan tahapan kedua dalam perkembangan psikoseksual Lacan.
Pembagian perkembangan psikoseksual Lacan didasarkan pada kemampuan anak dalam memahami
tanda-tanda dan bahasa. Tahapan pertama, yaitu tahapan yang ditandai dengan belum terbentuknya citra
diri yang jelas. Anak belum bisa membedakan antara dirinya dan orang lain bahkan dengan benda yang
ada di sekitarnya. Tahapan yang sering disebut tahapan nyata (real) ini berlangsung pada usia 0 sampai 6
bulan. Tahapan kedua merupakan tahapan mirror stage, yaitu tahapan yang ditandai dengan mulai
terbentuknya bayangan mengenai ego anak. Melalui orang lain, ibarat cermin, anak mulai membangun
bayangan tentang dirinya. Tahapan ini penting untuk mengenal diri sebagai orang lain dan penting untuk
mempelajari bahasa. Tahapan mirror stage berlangsung dari bulan 6 sampai 18 bulan. Tahapan ketiga
biasa disebut tahap simbolik yang berlangsung dari usia 18 bulan sampai 4 tahun. Pada tahapan ini, anak
mengidentifikasikan dirinya dengan penanda-penanda sehingga sampai pada keteraturan simbolik.
Berkaitan dengan pembentukan ego pada mirror stage, Lacan membedakan antara istilah "subjek" dan
istilah "ego". Subjek adalah siapa pun yang menggunakan bahasa. Walalupun subjek itu sebagai pengguna
bahasa, namun bahasa tersebut pada gilirannya akan menentukan subjek Apa yang dikatakan (subjek)
dengan apa yang ingin dikatakan (ego) tidak selalu sejalan. Lacan menjelaskan fenomena slip of the
tongue merupakan petunjuk adanya sensor ego terhadap subjek .

Anda mungkin juga menyukai