Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk meninjau peran aktif Polsek Panakkukang dalam mengatasi konflik yang
melibatkan kelompok mahasiswa yang berafiliasi suku di universitas UMI yakni kelompok Lamellong,
menjadi tantangan tugas yang cukup berat. Pelaksanaan tugas kepolisian sesuai dengan prosedur dan
Undang – undang yang berlaku guna menimbulkan efek jera tidak serta merta menjadi alternatif
tunggal dalam penyelesaian konflik, atensi serta kerja sama dari berbagai pihak terkait menjadi faktor
penentu dalam upaya menangani konflik yang terjadi di Universitas Muslim Indonesia yang melibatkan
kelompok Mahasiswa Lamellong
Kata kunci : Mahasiswa, konflik, suku, peran polri, penegakan hukum, mediasi
Peristiwa konflik yang berujung pada permasalahan dari konflik yang terjadi selama
tawuran yang terjadi antara mahasiswa menarik ini. Pada tanggal 24 april 1996
untuk dicermati karena peristiwa tersebut
merupakan peristiwa yang bukan pertama kalinya Polisi melakukan penyerbuan ke dalam
terjadi antara mahasiswa tersebut, ditambah lagi kampus yang menyebabkan tiga mahasiswa
pertikaian tersebut memiliki latar belakang suku meninggal dan beberapa polisi luka-luka.
tertentu yang sangat rawan menimbulkan konflik Demonstrasi mahasiswa anarkis tersebut
yang meluas hingga menyentuh isu SARA. merupakan penolakan terhadap kenaikan
tarif angkutan kota yang dinilai memberatkan.
Upaya – upaya yang dilaksanakan ternyata Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Amarah
belum mampu untuk menghilangkan akar (April Makassar Berdarah) yang diperingati
setiap tahun.
* Dhimas Prasetyo S.I.K. adalah mahasiswa pascasarjana (S2) STIK-PTIK
angkatan VI.
Di Universitas Muslim Indonesia layaknya
seperti Universitas pada umumnya memiliki
paksaan, ancaman serta tindakan- tindakan mahasiswa, dapat dilihat menurut pendapat
kekerasan terhadap kelompok lain ( Johan Nasikun yang menjelaskan, bahwa terdapat
Galtung 1960, dalam Hugh Miall, 2002:22 ) tiga bentuk pengendalian konflik-konflik sosial,
yaitu konsiliasi, mediasi dan arbitrasi, namun
Lebih lanjut dengan menggunakan ketiga
penulis akan lebih fokus pada upaya mediasi.
unsur ini, Galtung membedakannya menjadi
dua macam bentuk konflik yaitu : Penanganan konflik yang melibatkan
suatu kelompok tertentu dalam masyarakat
1. Konflik total, adalah dimana konflik mencakup
biasanya dilakukan oleh pengendali sosial (
ketiga unsur tersebut.
Polri ) selaku aparat penegak hukum, pengayom,
2. Konflik laten, adalah konflik hanya mencakup pelindung, dan pelayan masarakat. Disamping
satu atau dua unsur saja dari ketiga unsur itu pengendali sosial menurut Roucek : Bahwa
tersebut. ( Johan Galtung 1960, dalam pengendali sosial dapat diklasifikasikan dengan
Hugh Miall, 2002:22 ) berbagai cara. Ada pengendali sosial yang
dijalankan melalui institusi, dan ada yang tidak,
Dalam kaitannya dengan tawuran (
ada yang dilakukan secara simbolis, dan ada
perilaku kolektif ) yang dilakukan oleh
yang dilakukan secara lisan dan secara simbolis,
mahasiswa,terbentuknya perilaku kolektif
dan ada yang menggunakan imbalan, ada yang
ditentukan oleh enam faktor yang berlangsung
bersifat formal dan ada yang informal. ( Soerjono
secara berurutan ( Smelser,1940 dalam Kamanto
Soekanto,
Sunarto, 2004:189 ) menyatakan bahwa
1990:77 )
1. Faktor yang dinamakan
(structure conduciveness) Maka dikenal tataran yang meliputi aspek
tugas pokok Polri yaitu :
2. Ketegangan structural (structure strain).
Semakin besar ketegangan structural, a. Tataran Pre-emptif,.
semakin besar pula peluang tarjadinya
b. Tataran preventif,.
perilaku kolektif.
c. Tataran represif,
3. Berkembang dan menyebarnya suatu
kepercayaan umum (growth and spread of a
Pembahasan
generalized belief ).
Dengan meninjau pandangan galtung
4. Faktor yang mendahului
apabila dikaitkan dengan konflik yang terjadi di
(precipitating factors)..
Universitas Muslim Indonesia yang melibatkan
5. Mobilitas para peserta (Mobilization of kelompok mahasiswa Lamellong maka :
participant for action).
1. Kontradiksi
6.
The operation of sosial control
Yaitu kondisi – kondisi yang
Berlangsungnya pengendalian sosial. (The
memperlihatkan perbedaan – perbedaan sosial
operation of sosial control).
ekonomi, perbedaan kepentingan, tujuan –
Resolusi konflik yang telah dilakukan tujuan dan nilai-nilai sosial. Dalam hal ini
oleh berbagai pihak baik itu aparat penegak kontradiksi merujuk pada dasar situasi konflik
hukum, pihak kampus dan pihak terkait guna yang termasuk dalam ketidakcocokan tujuan dan
mengatasi konflik yang terjadi di kalangan kepentingan yang ada yang dirasakan oleh pihak
Introduction Qualitative Research Methodes: Miall, Hugh et.al., 2002. Resolusi Damai
Phenomenological Aproacht Social, New York, A Konflik Kontemporer, Cetakan Kedua, Jakarta,
Wiley Intercience Publication, Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuper, Adam & Jessica, 1989. Ensiklopedia
Kualitatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Ilmu-Ilmu Sosial, Second Edition, Machiavelli
Creswell, John W. 2002. Desain Tulisan, – World System. Muhammad, Farouk & Djaali.
Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif, Alih 2005. Metode Tulisan Sosial, Ed. Revisi,
Bahasa Angkatan III dan IV KIK UI dan
Jakarta: PTIK Press & CV. Restu Agung
Nur Khabibah, KIK Press, Jakarta.
Nasikun. 2000. Sistem Sosial Indonesia,
Cohen, Bruce J. 1991. Sosiologi Suatu
Jakarta, P T. Raja Grafindo Persada.
Pengantar, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nitibaskara,Tubagus Ronny Rahman.,
Dharmanto, Arie. 2004. Pelayanan Bantuan
2001, Ketika Kejahatan Berdaulat, Sebuah
Proses Penyelesaian Tawuran Pelajar Pada Daerah
Pendekatan Kriminologi,Hukum dan Sosiologi,
Hukum Polres Jakarta Timur, Skripsi PTIK,
Jakarta, Peradaban,.-------- .,2002, Paradoksal
Jakarta: Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.
Konflik dan Otonomi Daerah, Sketsa Bayang–
DavidO, Sears et.al. 1992.Social Psychology, Bayang Konflik Dalam Prospek Masa Depan
diterjemahkan oleh Michael Adriyanto Dan Otonomi Daerah, Jakarta, Peradaban.
Savitri Soekrisno, Jakarta: Erlangga.
Paul B.Horton and Chester
Faisal, Sanapiah. 1995. Format-format L.Hunt,1987. Sociology, Diterjemahkan oleh
Tulisan Sosial, Jakarta: Rajawali Press Aminudin Ram.M.Ed dan Dra.Tita Sobari,
Jakarta: Erlangga.