Anda di halaman 1dari 15

2

MODUL PERKULIAHAN

85005 – Sosiologi
Komunikasi
Teori-teori Sosiologi Komunikasi

Abstrak Sub-CPMK

Modul ini membahas fenomena Setelah mengikuti perkuliahan, Mahasiswa


komunikasi dapat dipahami diarahkan untuk memahami teori-teori
maknanya merujuk pada orientasi Sosiologi Komunikasi ditinjau dalam tiga
paradigma sebagai pedoman pilihan orientasi teori
merumuskan makna di balik
tindakan simbolik pelaku
komunikasi. Melalui Teori
Fungsional Struktural, Teori
Pertukaran Sosial, dan Teori
Interaksi Simbolik dapat
dipergunakan sebagai referensi
memaknai perilaku komunikasi

Pembahasan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

02
Enjang Pera Irawan., M.I.Kom
Ilmu komunikasi Ilmu komunikasi Yuliawati, M.IKom
Landasan Teori

Memahami kajian Sosiologi Komunikasi perlu kiranya memahami terlebih


dahulu pemikiran Filsafat Sosial. Dimulai abad 19 dan awal abad 20 ketika
kehidupan manusia mengalami perubahan yang belum pernah dijumpai pada
masa sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi basis
berubahnya cara hidup manusia yang semula berpijak pada tatanan ekonomi
subsistem menjadi sistem ekonomi kapitalis. Penemuan teknologi meningkatkan
teknik produksi hingga menumbuhkan industrialisasi, urbanisasi, dan birokrasi
ekonomi.
Seting sosial kapitalisme ini menghadirkan sekelompok kecil masyarakat
yang memperoleh keuntungan besar sementara sebagian besar anggota
masyarakat lain berada pada posisi sebagai kaum proletar yang bekerja keras
untuk mendapatkan kehidupan layak. Karl Marx berpendapat jika manusia
hakekatnya makhluk produktif. Untuk dapat bertahan hidup penting bagi manusia
saling bekerjasama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, peralatan, perumahan, dan kebutuhan penunjang hidup lainnya. Di
sinilah konteks manusia selaku mahluk sosial muncul sebagai representasi
kemampuan mereka menjalin kerjasama melalui interaksi sosial guna
menghasilkan kompleks kebutuhan hidup. Idealisasi demikian sejalan waktu
hancur oleh keberadaan pranata struktural kapitalisme. Ketika kebutuhan alamiah
untuk bekerjasama antar individu digantikan dengan proses produksi, produk, dan
jam kerja. Selain itu keadaan di atas menciptakan sistem dua kelas yaitu
masyarakat pemilik modal dan kelompok warganegara selaku pekerja.
Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi titik tolak berubahnya
tatanan kehidupan masyarakat menciptakan beragam permasalahan
kemanusiaan berupa revolusi politik, revolusi industri diiringi pemunculan
kapitalisme, hadirnya paham sosialis dan feminis, dan urbanisasi (Ritzer &
Goodman, 2007:9). Abad Pencerahan (Enlightenment) adalah suatu periode untuk
mengkaji ulang pemikiran Filsafat Sosial yang dianggap tidak lagi proporsional
menjelaskan dinamika sosial masyarakat berupa kapitalisme, liberalisme,

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


2 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
sosialisme, komunalisme (komunisme). Pada masa inilah penerapan metode
ilmiah terhadap masalah sosial dibutuhkan, pasalnya Filsafat Sosial memuat
keterbatasan metodologis mengantisipasi kemajemukan gejala sosial budaya
masyarakat. Di awali melalui Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sosial dengan
gagasannya yang praksis bagi dunia sosial dengan asumsi, metodologinya
memuat analis kritis terhadap statika sosial (stabilitas) dan dinamika sosial
(perubahan). Azasinya realitas dunia sosial dapat dipahami melalui kerja
penelitian yaitu mengkaji cara dunia sosial beroperasi lantas melalui theorytical
treatment yang tepat dapat dirumuskan berbagai metode mengatasi kompleks
permasalahan manusia. Lantas di mana interelasi Sosiologi dengan Sosiologi
Komunikasi?
Sosiologi Komunikasi menawarkan gagasan yang bersumber dari
pemikiran ilmuwan Sosiologi. Kontribusi Comte, Durkheim, Parson, dan Merton
melalui Paradigma Fungsional menjadi cikal bakal Teori-Teori Komunikasi yang
beraliran struktural fungsional. Marx dan Habermas melalui pemikiran Paradigma
Konflik menjadi dasar bagi Teori-Teori Kritis dalam kajian Ilmu Komunikasi
(Bungin, 2006:19). Interaksi sosial sebagai konsep utama Sosiologi menjadi
landasan bagi Teori Komunikasi. Pernyataan ini diperkuat Habermas, bahwa
tindakan rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi sosial) adalah
definsi mendasar bagi Ilmu-Ilmu Sosial dan Teori Komunikasi (Bungin, 2006:19).
Meminjam konsep utama Sosiologi yaitu interaksi sosial, konsep ini lantas
dipergunakan Sosiologi Komunikasi untuk mengkaji semua hal menyangkut
interaksi sosial atau komunikasi dengan menggunakan media. Dengan
argumentasi terdapat fungsi-fungsi komunikasi berupa menyampaikan informasi
(to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to
influence). Fungsi-fungsi ini memerlukan komunikasi. Perlu disepakati pula bahwa
kontak sosial tidak terjadi dalam ruang hampa sosial sebab adanya dinamika
antara komunikator dengan komunikan yang berlatar belakang tradisi kultural
yang tidak sama. Berangkat dari realitas demikian dapat kita pahami jika bidang
studi Sosiologi Komunikasi bersifat lintas keilmuan, memuat sumbangan dari
berbagai disiplin ilmu yang turut menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi
yang berimplikasi berubahnya institusi sosial masyarakat.

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


3 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
Pendekatan (paradigma atau model universal) merupakan tradisi intelektual
yang menawarkan cara pandang umum mengenai manusia, adapun teori adalah
penjelasan spesifik menyangkut perilaku manusia. Setiap pendekatan memiliki
logika berpikir yang berbeda oleh sebab tiga pertanyaan filosofis yang berkaitan
dengan aktifitas pengkajiannnya, yaitu asumsi ontology (pertanyaan tentang sifat
realita), asumsi epistemology (pertanyaan bagaimana kita mengetahui sesuatu),
dan asumsi axiology (pertanyaan mengenai apa yang patut diketahui).
Pendekatan yang ditawarkan untuk memahami fenomena komunikasi massa
adalah Paradigma Fakta Sosial melalui Teori Fungsional Struktural, Paradigma
Definisi Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial, dan Paradigma Definisi
Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik. Ditetapkannya pilihan pendekatan pada
tiga paradigma ini berpijak pada asumsi :

1. Pertama, Paradigma Fakta Sosial melalui teorinya berupa Struktural


Fungsional dapat digunakan untuk memahami realitas menyangkut
hubungan komunikasi massa dengan masyarakat.
2. Kedua, Paradigma Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial
menjelaskan adanya manfaat yang saling menguntungkan dalam
hubungannya antara pengelola media dengan audiennya.
3. Ketiga, Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik dapat
digunakan untuk menerangkan bahwa media massa melalui informasinya
terhadap fenomena tertentu dapat mempengaruhi pola berpikir, bersikap,
bertindak masyarakat.

Teori Fungsional Struktural

Fungsionalisme Struktural adalah perpaduan dua istilah, struktural dan fungsional


yang dalam praktik pengkajiannya tidak selalu mengkaitkan pemakaian istilah secara
bersamaan. Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa melibatkan fungsi terhadap
struktur lain – dan kita dapat mengkaji fungsi berbagai proses sosial yang mungkin saja
tidak memiliki struktur. Namun yang perlu kita mengerti, ciri utama dari Perspektif
Struktural Fungsional bahwa pendekatan ini memperhatikan aspek struktur dan fungsi, ini
artinya kita perlu memperhatikan seksama berfungsinya masyarakat oleh keberadaan

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


4 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
institusi sosial berskala luas, saling berinteraksi, dan mempengaruhi individu (Ritzer &
Goodman, 2007:118).

Stratifikasi sosial

Stratifikasi sosial. Perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat


merujuk pada status dan peran yang dimiliki adalah realitas yang tidak bisa ditawar lagi
dalam kenyataan hidup suatu masyarakat. Stratifikasi sosial adalah fenomena universal
dan menjadi prasyarat dalam berfungsinya suatu sistem sosial. Konsep stratifikasi dalam
konteks struktural fungsional memaknai posisi individu ketika menempati posisi tententu
bukan memfokuskan perhatian pada mekanisme yang digunakan individu menaiki jenjang
posisi ideal. Di sinilah definisi fungsional muncul, bahwa masyarakat memiliki kesadaran
menciptakan sistem stratifikasi sebagai medium memposisikan bakat atau keterampilan
sejurus dengan kemampuannya, dan masyarakat menyediakan hadiah (reward) sebagai
imbalannya.
Stratifikasi analog alat yang diciptakan masyarakat untuk menjamin
keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Imbalan memadai dari achieved status ini
ditandai dengan diperolehnya kekuasaan (power), kekayaan (privilege), dan posisi
terhormat (prestige). Sehingga akan ada individu-individu yang menempati status dan
peran tertentu bergantung harapan masyarakatnya. Melalui proses sosialisasi formal
pada institusi pendidikan, umumnya stratifikasi sosial melanggengkan posisi istimewa
seseorang yang memang sedari awal telah memiliki kekuasaan, kekayaan dan prestis.
Namun pemikiran Teori Stratifikasi ini tampak linier, teori ini tidak dapat menjawab
kenyataan berstratifikasi masyarakat ketika diperhadapkan pada realitas manakala
terdapat satu kampung di mana warganya terdefinsikan sebagai orang kaya semua, dan
status pengemis atau masyarakat lapisan bawah (low brow) menjadi demikian diperlukan
sebagai agen fungsional yang menerima distribusi kekayaan dari masyarakat menengah
atas (upper middle-brow) atau atas (high-brow). Atau contoh lainnya, seorang guru lebih
diperlukan oleh masyarakat ketimbang keberadaan seorang artis sinetron. Hingga tidak
selalu posisi yang terjamin imbalan material dan imaterial menjadi target pemosisian
individu, bergantung pada kebutuhan dari sistem sosial maka keberadaan status dan
peran majemuk sifatnya. Jaminan berupa kekuasaan, kekayaan, dan prestis pada
gilirannya menjadi sarana evolusi bagi masyarakat untuk bersama-sama berjuang
menempati posisi yang diidealisasikan.

Skema AGIL

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


5 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
Skema AGIL. Dalam kaitannya motivasi memperoleh kepuasaan melakukan
pekerjaan ideal maupun aktivitas yang diperlukan oleh sistem sosial, kita perlu memahami
“sistem tindakan” sebagai perangkat konsep untuk memahami struktur dan fungsi.
Merujuk Teori Struktural Fungsional, Parsons mengajukan empat fungsi penting untuk
semua sistem tindakan, yang dapat kita definisikan sebagai Skema AGIL.
Kita pahami bersama terlebih dahulu pengertian “fungsi”. Fungsi merupakan
kumpulan kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan
sistem (Rocher, 1975, dalam Ritzer & Goodman, 2007:121). Empat fungsi ini mencakup
(A) Adaptation – (G) Goal Attainment – (I) Integration – dan (L) Latensi. Ke-empat fungsi
ini dibutuhkan oleh sistem dalam kaitannya beroperasinya struktur sosial suatu
masyarakat. Mari kita simak penjelasan Skema AGIL berikut ini:

(1). Adaptation (Adaptasi), suatu sistem dapat menyesuaikan dengan setiap keadaan
utama menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungan.
“Adaptasi” diinterpretasi sebagai organisme perilaku sebagai sistem tindakan yang
melaksanakan fungsi adaptasi atau fungsi penyesuaian diri dengan mengubah
lingkungan ekternal.
Fungsi adaptasi diimperatifkan ke dalam sub sistem ekonomi sebagai bagian yang
memenuhi keperluan tenaga kerja, produksi, dan alokasi. Melalui pranata ekonomi
memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan menanggapi lingkungan
eksternal.

(2). Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), suatu sistem dapat mendefinisikan tujuan
utama.
“Pencapaian Tujuan” diinterpretasi sebagai sistem keperibadian, pelaksana fungsi
pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem melalui mobilisasi sumber
daya untuk pencapaian tujuan.
Fungsi pencapaian tujuan dilaksanakan melalui sub sistem politik. Sistem
pemerintah berperan sebagai operator sekaligus regulator dalam memobilisasi
warganegara mencapai tujuan negara.

(3). Integration (Integrasi), suatu sistem dapat mengatur hubungan antar komponen.
“Integrasi” diinterpretasi sebagai sistem sosial, yang berfungsi menanggulangi atau
mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
Fungsi integrasi atau sistem sosial mencakup seluruh fungsi masyarakat, yaitu
suatu kolektif yang relatif memenuhi kebutuhan secara mandiri.

(4). Latency (Pemeliharaan Pola), suatu sistem memiliki kemampuan memelihara dan
memperbaiki diri, berupa motivasi individu dan keberadaan kebudayaan sebagai
medium bekerjanya motivasi.“Pemeliharaan Pola” diinterpretasi sebagai sistem
kultural yang melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aturan

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


6 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
normatif yang memotivasi individu untuk melaksanakan tindakan. Fungsi laten
diberlangsungkan melalui sistem fiduciari. Sistem ini kita kenali sebagai pranata
yang membekali individu dengan pengetahuan menyangkut nilai-nilai dan norma-
norma masyarakat. Melalui institusi keluarga dan sekolah, pranata ini menyediakan
sarana sosialiasi dan internalisasi sistem simbol yang terpola yang menjadi orientasi
bertindak bagi masyarakat.

L LATENCY I INTEGRATION

Sistem Kultural Sistem Sosial


(Sistem Fiduciari) (Sistem Kemasyarakatan)

A ADAPTATION G GOAL ATTAINMENT

Organisme Perilaku Sistem Keperibadian


(Sistem Ekonomi) (Sistem Pemerintahan)

Gambar 1: Skema AGIL (struktur sistem tindakan umum dengan


subsistem fungsionalnya)

Fungsionalisme Struktural Parsonian ini memusatkan perhatian pada fungsi dari


satu struktur sosial atau fungsi dari satu institusi sosial saja. Determinisme kebudayaan
menjadi kelemahan teori ini, manakala Parson lebih menekankan pada fungsi sentral
latency sebagai kekuatan utama yang mengikat seluruh tatatan sistem tindakan individu.
Perlu dipahami bahwa asumsi fungsional struktural berpijak pada keterpaduan atau
kesetaraan pada semua tingkat analisanya menyangkut ke-empat aspek sistem.
Tindakan agen atau aktor senantiasa mempertimbangkan keberadaan dari empat fungsi
struktur tindakan. Sebagai deskripsinya; ketika sistem keperibadian (personalitas)
bertindak, perilakunya senantiasa dikontrol atau mempertimbangkan sistem kulturalnya –
personalitas turut pula mempertimbangkan kebutuhan integritas dari komunitasnya – dan
keperluan integrasi menjadi prasyarat bagi sistem politik untuk memenuhi harapan
maupun tuntutan masyarakat. Pada kenyataannya tindakan personal seseorang tidak
berlaku pasif, aktor senantiasa menginterpretasi dinamika sistem lantas mengantisipasi
sistem dengan mengadakan modifikasi pada perilakunya hingga mendorong munculnya
motivasi yang dianggap perlu.

Fakta-Fakta Sosial

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


7 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
Fakta-Fakta Sosial. Individu adalah aktor yang aktif menterjemahkan lingkungan
internal dan ekternalnya dan mewujudkannya ke dalam praktik sosial yang diperbaharui
terus-menerus mengikuti informasi terbaru yang pada gilirannya melalui kontinuitas
perilaku tersebut turut merubah tatanan struktur fungsi dari sistem sosial. Berpedoman
pada “fakta sosial” manusia dapat mempolakan perilakunya merujuk pada aturan baku
yang diidealisasikan masyarakatnya. Emile Durkheim menyebut gejala fakta sosial
sebagai kekuatan (forces) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu
(Durkheim dalam The Rules of Sociological Methode, dalam Ritzer & Goodman, 2007:21).
Fakta sosial material berisikan aturan dalam pranata birokrasi dan hukum – dan
fakta sosial imaterial bersumber pada kebudayaan dan institusi sosial. Menyambung pada
Skema AGIL – Parson, tindakan individu bukanlah suatu perilaku yang dilakukan
berlandas pada alasan peribadi melainkan berpijak pada kebutuhan individu untuk
bersikap merujuk pada aturan ke-empat fungsi tindakan. Menjadi terang bagi kita jika
rasionalisasi tindakan personal bersumber pada rasionalisasi struktur sistem sosialnya
atau dalam istilah Durkheim, berpedoman pada fakta sosial. Sebagai ilustrasi yang cukup
baik, Bunuh diri (suicide) yang dilakukan seseorang disebabkan oleh adanya fakta sosial
yang memaksa pelaku untuk mengakhiri kehidupannya di dunia. Rasionaliasi bunuh diri
bukan berpijak pada pilihan personal melainkan masyarakatlah yang menentukan pelaku
untuk mengakhiri hidup.

Teori Pertukaran Sosial

Teori Pertukaran Sosial atau SET (Social Exchange Theory), mendasarkan


konsepnya pada terjalinnya hubungan antar individu dalam konteks ekonomi dan
menggunakan istilah pengorbanan dan penghargaan yang kelak didapat ketika individu
tersebut melanjutkan hubungan. Pengorbanan atau costs didefinisikan sebagai elemen
dari suatu hubungan yang memiliki nilai negatip bagi seseorang. Implementasinya dapat
berupa perasaan negatip seperti rasa sedih, tertekan, sebagaimana diperlihatkan Meena.
Penghargaan atau rewards adalah elemen dalam suatu hubungan yang bersifat positip.
Teori SET mendeskripsikan realitas hubungan antar manusia menempatkan elemen
pengorbanan dan penghargaan sebagai sesuatu yang perlu dipertimbangkan (Monge &
Contarctor dalam West & Turner, 2008:216). Teori ini merumuskan temuan penelitiannya
dengan menyimpulkan konsep nilai (worth) dari suatu hubungan akan mempengaruhi
hasil akhir (outcome), yaitu interaksi dapat terus berlangsung sebagai hasil positip atau
nilai negatipnya jika hubungan berakhir.
Dalam Interpersonal Communication: The Social Exchange Approach, Michael
Roloff (dalam West & Turner, 2008:217), menurunkan teori menyangkut “dorongan yang

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


8 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
menuntun terjalinnya interaksi interpersonal oleh adanya kepentingan peribadi dari kedua
belah pihak”. Kepentingan peribadi ini tidak dapat dipadankan dengan nilai negatif
melainkan nilai positip yang dapat meningkatkan kualitas hubungan.

Struktur Pertukaran.

Struktur Pertukaran. Pertukaran dapat berlangsung melalalui pertukaran langsung,


pertukaran tergeneralisasi, dan pertukaran produktif. Mengacu pada sifat pertukaran yang
pertama yaitu direct exchange (pertukaran langsung), timbal balik berlangsung pada
pelaku yang saling berinteraksi. Melalui contoh kasus Migo dan Meena, pertukaran
langsung didefinisikan ke dalam situasi manakala Migo memerlukan bantuan Meena dan
Meena langsung membalas memberikan bantuan. Hal yang sama akan dilakukan Migo
suatu hari nanti, untuk ‘mengembalikan’ bantuan yang pernah diterima dari Meena.
Generalized exchange (pertukaran tergeneralisir), jenis pertukaran ini mencakup
keadaan timbal balik yang tidak langsung. Dicontohkan, ketika kita diberikan kesempatan
untuk duduk di dalam busway yang penuh sesak, maka orang yang merelakan
bangkunya untuk kita tempati kelak akan mendapatkan kesempatan yang sama dari
orang yang berbeda.
Productive exchange (pertukaran produktif), dalam jenis pertukaran ini kedua
pihak bersama-sama melakukan pengorbanan untuk suatu kegiatan yang pada akhir
kegiatan keduanya akan mendapatkan penghargaan secara bersamaan.

Perilaku Sosial

Perilaku Sosial. Teori Pertukaran Sosial berakar pada behaviorisme dalam kajian
Psikologi yang kemudian dikembangkan Sosiologi. Teori ini identik dengan George
Homans yang membangun preposisi untuk menerangkan fenomena individu di dalam
masyarakat. Preposisi yang dikembangkan merujuk pada riset psikologi yang kemudian
digunakan Sosiologi untuk mengkaji hubungan antara pengaruh perilaku seorang individu
terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap perilaku individu (Bushell &
Burgess, 1969; Baldwin & Baldwin, 1986, dalam Rotzer & Goodman, 2008:356). Perilaku
seseorang dapat ditelusuri dalam konteks sejarah masa lalu orang tersebut.
Simak ilustrasi berikut ini; perilaku seseorang dilatari oleh lingkungan sosial atau
fisik sebagai wahana berlangsungnya proses penajaman perilaku positip, negatip, atau
netral. Di masa depan, ketika diperlukan maka akan dimunculkan reaksi berupa perilaku
yang sejenis, apabila perilaku menimbulkan reaksi menyenangkan besar kemungkinan

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


9 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
perilaku senada akan diulang – ketika reaksi dari perilaku memunculkan keadaan
menyakitkan kecil peluang bagi perilaku tersebut dimunculkan di masa depan.
George Homans membangun proposisi fundamental dalam Teori Pertukaran
Sosial, yaitu:

1. Proposisi sukses. Ketika tindakan yang dilakukan seseorang mendapatkan


tanggapan positip dari orang lain, maka tindakan yang sama akan dilakukan
kembali di kemudian hari.
2. Proposisi stimulus. Dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah
menyebabkan suatu tindakan akan memperoleh hadiah.
3. Proposisi nilai. Proposisi ketiga ini merupakan penggabungan dari kedua proposisi
sebelumnya yang dapat kita definisikan sebagai proposisi rasional.
4. Proposisi deprivasi-satiasi. Ketika seseorang bertindak positip dan mendatangkan
ganjaran maka akan ganjaran yang diterima pada perilaku positip sebelumnya
semakin kehilangan maknanya.
5. Proposisi persetujuan-perlawanan. Ketika perilaku seseorang idealnya
memperoleh tanggapan positip namun justru terjadi sebaliknya, maka individu
tersebut akan bertindak negatip (reaktif, melawan, marah). Namun hal ini keadaan
terakhir ini dianggap bernilai bagi pelaku.

Teori Interaksi Simbolik

“Simbol” sebagai label arbitrer atau representasi dari fenomena menjadi konsep
yang membentuk Teori Interaksi Simbolik, di mana suatu interaksi sosial di mungkinkan
terjadi manakala pihak-pihak yang saling berkomunikasi menggunakan simbol yang
disepakati bersama. Dalam kasus di atas, Mellisa dapat berkomunikasi efektif dengan
Hermina oleh sebab dimilikinya simbol yang sama, yaitu kesamaan suku bangsa.
Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory atau SI) merupakan kerangka
berpikir yang dikembangkan George Herbet Mead melalui “Mind, Self, Society; From The
Stand Point of The Social Behaviorist”, ia merumuskan diperlukannya simbol sebagai
mekanisme yang dapat dipergunakan di dalam aktifitas berkomunikasi. Teori ini
melengkapi teori-teori sosial sebelumnya dalam mengkaji interaksi antar manusia. Melalui
hipotesanya teori ini menjembatani konsep interaksi antar individu dan kekuatan sosial
yang melatari terjalinnya interaksi sosial. Asumsinya, suatu hubungan antar manusia
dapat dimaknai manakala hubungan itu berlangsung melalui interaksi sosial yang menjadi
prasarana manusia mengembangkan dunia sosialnya.
Meminjam uraian LaRossa dan Reitzes (dalam West & Turner, 2007:98),
pemikiran Mead memuat tiga asumsi :

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


10 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
1. Pertama, pentingnya makna bagi individu. Penjelasan pertama. Makna – Individu
adalah pencipta makna, dan melalui kegiatan komunikasi berbagai simbol
ditebarkan dan akan memuat makna simbolik ketika peserta komunikasi saling
menginterpretasi. Kesamaan makna memungkinkan berlangsungnya kegiatan
komunikasi.
2. Kedua, pentingnya konsep diri. Penjelasan kedua. Manusia bertindak terhadap
manusia lain mengacu pada makna yang diberikan orang lain kepada mereka –
pernyataan ini menitik beratkan pada adanya makna di balik perilaku yang perlu
diinterpretasi untuk dapat dipahami artinya.
3. Ketiga, hubungan antara individu dengan masyarakat. Penjelasan ketiga. Makna
diciptakan dalam interaksi antar manusia – makna dapat memuat arti sama
manakala terdapat individu-individu memiliki interpretasi seragam menyangkut
simbol yang dipertukarkan dalam aktifitas komunikasi.
Konsep diri. Self concept dibentuk melalui proses sosialisasi. Konsep diri atau proses
mental sangat penting bagi manusia dalam kaitannya sebagai pedoman yang dapat
dipergunakan dalam berinteraksi dengan manusia lain. “konsep diri” didefinisikan sebagai
seperangkat persepsi yang relatif stabil yang diyakini oleh seseorang mengenai dirinya
sendiri. Melalui perangkat konsep diri, seseorang pada aktifitas sosialnya akan memiliki
keterampilan untuk mengambil peranan (role taking).
Definisi Sosial. Teori Interaksi Simbolik atau interaksionisme simbolik berakar pada
orientasi paradigma definisi sosial. Dasar pemikirannya adalah, dalam kenyataan interaksi
antar sesama manusia memerlukan konsep definisi sosial sebagai alat yang dapat
dipergunakan individu untuk mendefinisikan situasi subyektif maupun objektif lingkungan
sosial dan fisiknya. Interaksi sosial tanpa melibatkan definisi sosial akan menyulitkan
manusia, oleh sebab manusia memerlukan aktifitas menafsirkan realitas dunia sebagai
bahan membentuk realitas kehidupan.

Interelasi Pendekatan Sosiologis Terhadap Studi Komunikasi

Teori Fungsional Struktural – Paradigma Fakta Sosial


keberadaan media massa melalui sistem media cetak, elektronik, tradisional, maupun
teknologi baru menciptakan karakter fungsional bagi masyarakat. Merujuk pada Hedebro
(dalam Sutaryo, 2005:16), media massa memiliki kekuatan untuk memproduksi dan
mereproduksi pesan yang diperlukan dalam kehidupan organis struktur sosial. Dalam
Konsep AGIL – Parson, terang diuraikan jika perilaku personal individu semata dihadirkan
dengan berpijak pada komponen pembentuk struktur sistem. Di mana komunikasi

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


11 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
berfungsi sebagai fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan integratif yang menjadi
wahana bagi manusia mendefinisikan status dan peran merujuk pada kebutuhan sistem
sosialnya.

Teori Pertukaran Sosial – Paradigma Perilaku Sosial


Konsep dasar pertukaran sosial adalah azas saling manfaat jika diinteraksikan dengan
konteks komunikasi massa maka teori ini dapat menterjemahkan realitas menyangkut
hubungan antara media massa dengan khalayak berlangsung dalam rujukan nilai positip
maupun nilai negatip.

Teori Interaksi Simbolik – Paradigma Definisi Sosial


Media massa selaku agen produksi budaya, memiliki kemampuan dalam
menginternalisasi pesan-pesan merujuk pada satu kepentingan. Merujuk pada fungsinya
yang demikian, proses transformasi pengetahuan yang direfleksikan melalui sistem
simbol melalui isi pesan media menjadi sarana dalam pembentukkan konsep diri bagi
masyarakat selaku pihak yang mengkonsumsi media.

Ranah Sosiologi Komunikasi

Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ranah atau


domain. Menurut Bungin (2007:36), domain atau ranah sosiologi adalah individu,
kelompok, masyarakat, dan sistem dunia. Selanjutnya, ranah-ranah ini juga
bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti komunikasi, efek media
massa, budaya kosmopolitan, proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi
dan komunikasi.
Ranah dari sosiologi komunikasi seolah-olah, sama dengan ranah dari
sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi komunikasi tidak mengambil utuh
ranah dari sosiologi. Begitu pula dengan komunikasi. Ranah sosiologi komunikasi
juga tidak mengambil ranah komunikasi secara keseluruhan. Lalu, bagaimana
hubungan antara ranah sosiologi komunikasi dengan ranah dari sosiologi dan
komunikasi? Ternyata, sosiologi komunikasi menjembatani kajian-kajian yang
dibicarakan baik dalam bidang ilmu komunikasi maupun sosiologi. Sebagaimana
dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi komunikasi bahwa sosiologi
komunikasi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Ia merupakan salah satu cabang

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


12 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
dari sosiologi yang secara khusus membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan
proses komunikasi dalam masyarakat.
Dengan demikian, kita dapat mengerti bahwa sosiologi komunikasi
memperbincangkan berbagai isu berkenaan dengan komunikasi berdasarkan
perspektif sosiologis. Misalnya saja, dampak media massa bagi masyarakat, dan
sebagainya.

Kompleksitas Sosiologi Komunikasi

Studi sosiologi komunikasi bersifat interdisipliner. Artinya, sosiologi tidak


saja membatasi diri pada persoalan komunikasi dan seluk beluknya, tetapi juga
membuka diri pada kontribusi disiplin ilmu lainnya seiring dengan perkembangan
masyarakat dan kemajuan zaman. Karena bersentuhan langsung dengan berbagai
disiplin ilmu, maka dapatlah dikatakan bahwa studi sosiologi komunikasi sedikit
rumit atau kompleks.
Studi sosiologi komunikasi ikut dipengaruhi oleh perkembangan berbagai
bidang ilmu di sekitarnya mulai dari perkembangan teknologi, budaya, sosiologi,
hukum, ekonomi, dan bahkan negara. Bidang ilmu yang paling mempengaruhi
perkembangan sosiologi komunikasi adalah teknologi komunikasi dan informasi.
Hal ini terjadi karena perubahan dan kemajuan teknologi komunikasi cenderung
membawa dampak yang cukup besar terhadap kemajuan dan perubahan pada
bidang-bidang ilmu lainnya seperti budaya, ekonomi, dan seterusnya.

Objek Sosiologi Komunikasi

Objek materil dari semua ilmu sosial adalah manusia. Sebagai salah satu
disiplin ilmu sosial, sosiologi komunikasi juga menempatkan manusia sebagai
objek kajian materilnya. Mari kita bahas satu per satu. Manusia sebagai objek
materiil dari sosiologi komunikasi, berkenaan dengan aktifitas sosial manusia. Kita
tahu, manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri. Setiap kita butuh
orang lain. Anda masih ingat bukan bahwa salah satu aksioma dalam komunikasi
yakni manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Sehingga dalam konteks sosiologi
komunikasi, persoalan manusia difokuskan pada interaksi sosialnya dengan
manusia lainnya dalam masyarakat. Selanjutnya, objek formal dari sosiologi
komunikasi adalah proses sosial dan komunikasi dalam masyarakat atau interaksi

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


13 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
sosial. teknologi telekomunikasi, media dan informatika. Kita tahu, kemajuan
teknologi sangat membawa dampak dan perubahan yang besar dalam hampir
seluruh aspek masyarakat. Salah satunya media massa. Pengaruh media massa
bagi masyarakat tidak bisa terlepas dari kemajuan dan kecanggihan teknologi
komunikasi. Efek media massa ikut membentuk berbagai perubahan dalam
masyarakat. Sebut saja, ada perubahan pola dan gaya hidup masyarakat,
menciptakan perubahan sosial dan pola komunikasi dalam masyarakat, hingga
terciptanya komunitas atau masyarakat maya. Selain itu, pengaruh teknologi
komunikasi pun dapat merambah ke dunia ekonomi dan hukum.

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


14 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom
Daftar Pustaka

Desiana E. Pramesti. Modul Bahan Ajar Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Mercu
Buana.

Ritzer, Goerge, dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam,
Jakarta: Penerbit Prenada Media Group.

Sutaryo. 2005.Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Arti Bumi Intaran.

West, Richard, dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

2023 Sosiologi Komunikasi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


15 Enjang Pera Irawan., M.I.Kom http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yuliawati, M.IKom

Anda mungkin juga menyukai