Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rahmad Dika

NPM : 193503516031

Mata Kuliah : TESOS II

Dosen Penguji : Dr. ERNA ERMAWATI CHOTIM, M.Si

Jawaban UTS TESOS II

Pada contoh kasus realitas sosial yang diberikan dalam soal yang diberikan
dapat kita analisa dengan menggunakan berapa teori, yaitu interaksinoisme
simbolik , teori dramaturgi, serta dapat dilihat juga dengan Teori structural
fungsional. Yang pertama kita akan menganalisa dengan teori interaksionisme
simbolik. Teori interaksionisme simbolik yang pencetus awal dan utamanya adalah
George Herbert Mead, ini memiliki artian landasan pemikiran tentang bagaimana
seorang individu seorang dan masyarakat yang didefinisikan melalui interaksi
dengan orang lain dimana komunikasi memegang peranan penting. Prinsip dasar
dalam teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk
berpikir dan makna pemikiranya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses
interaksi, manusia mempelajari makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya
pada kapasitas menjadi berbeda dengan lainnya.Dalam teori interaksionisme
simbolik mempunyai beberapa asumsi sebagai dasaranya, yaitu sebagai berikut :

➢ Manusia adalah hasil ciptaan yang unik karena memiliki kemampuan dalam
menggunakan berbagai macam simbol.
➢ Manusia memiliki karakterstik sebagai manusia melalui interaksi yang
dilakukan dengan manusia lainnya.
➢ Manusia adalah makhluk sadar yang memiliki refleksi pada dirinya dan
secara aktif membentuk perilaku mereka sendiri.
➢ Manusia adalah makhluk tujuan yang bertindak di dalam dan terhadap suatu
situasi tertentu.
➢ Masyarakat manusia terdiri dari individu-individu yang terikat dalam
interaksi simbolik.
➢ Tindakan sosial hendaknya menjadi unit dasar bagi analisis psikologi sosial.

➢ Untuk memahami tindakan sosial setiap individu, kita perlu menggunakan


berbagai metode yang memungkinkan kita untuk melihat makna yang
diberikan oleh mereka terhadap tindakan yang dilakukan.
Dengan asumsi dasar tersebut, dapat diterapkan pada realitas pada kasus di soal,
yaitu asumsi dasar yang diterapkan di wacana tersebut terdapat pada poin ke 2, ke 3,
dan ke 4. Pada poin ke 2, dapat dilihat bahwa manusia memiliki karakteristik
sebagai manusia melalui interaksi yang dilakukan dengan manusia lainnya. Hal ini
terefleksikan dengan realitas pada paragraf ke 2 yaitu masyarakat yang membentuk
dan bergerak untuk memberikan bantuan kepada masyarakat agar memenuhi
kebutuhan makanan dan gizi balita dan lansia agar terpenuhi selama terjadinya
pandemi covid-19. Poin ke 3, diterapkan pada bagian pembentukan Gerakan sosial
yang terdapat pada soal diatas ini berarti pada poin ke 3 manusia secara aktif yang
hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang secara reflek membentuk perilaku
mereka sendiri untuk membantu yang kesusahan dan mempunyai keterbatasan.
Pada poin ke 4, yaitu manusia sebagai makhluk tujuan yang bertindak di dalam dan
terhadap suatu situasi tertentu, yang dibuktikan dengan adanya Gerakan Sosial yang
bertuju membantu manusia lainya pada situasi Covid-19.

Teori kedua yang dipakai adalah teori dramaturgi. Teori dramaturgi merupakan
sebuah teori yang dikembangman Erving Goffman yang menjelaskan bahwa di
dalam kegiatan interaksi satu sama lain seperti sebuah pertunjukkan drama. Teori
ini mempunyai dua pendekatan, yaitu depan panggung dan belakang panggung .
Pada teori ini manusia sebagai aktor itu sendiri untuk mendapatkan dan
mewujudkan tujuan tertentu. Teori dramaturgi menganggap identitas aktor dapat
berubah-ubah tergantung situasi yang dihadapi oleh aktor itu sendiri. Asumsi dari
teori dramaturgi adalah bahwa Goffman tidak berupaya menitikberatkan pada
struktur sosial, melainkan pada interaksi tatap muka atau kehadiran bersama.
Pada contoh kasus realitas di soal, teori dramaturgi ini dapat kita Analisa pada
paragraf terakhir, dimana pada kegiatan sosial yang berjalan tersebut ada sejumlah
masyarakat yang memang benar tujuan mereka membantu terhadap sesama
manusia lainya karena mereka mempunyai sikap simpati dan merasa kehidupanya
lebih baik , namun dilain itu ada sebagian orang yang mengikuti kegiatan tersebut
hanya untuk untuk mendapatkan eksistensi dengan mengunggah kegiatan sosial
mereka di media sosial tertentu dengan memanfaatkan situasi ini. Hal tersebut tadi
bisa di Analisa dengan dramaturgi, dengan melihat sejumlah orang yang di
panggung depan melakukan hal baik yaitu berkegiatan sosial , tapi nyatanya pada
belakang mereka hanya mencari pengakuan dan eksistensi di dalam sosial
masyarakat dengan mengunggah di media sosialnya. Akan tetapi, identitas mereka
yang ingin mendapatkan eksistensi dapat berubah tergantung dari bagaimana reaksi
lingkungan nya pada dirinya. Misalnya yang mereka dapat adalah hal positif dari
masyarakat mereka akan tetap melakukan kegiatan tersebut karena ia menganggap
yang mereka lakukan itu tidak menimbulkan hal ke negative ke dirinya, tapi jika
sebaliknya apabila responan masyarakat negative dan mencela mungkin hal yang
mereka lakukan akan berubah menjadi kegiatan sosial tanpa mencari eksistensi.

Dalam kedua analisa realitas sosial diatas dengan menggunakan teori


interaksionisme simbolik dan teori dramaturgi mempunyai beberapa persamaan dan
perbedaan. Persamaan dari kedua analisa diatas adalah bahwa teori interaksionisme
simbolik dan teori dramaturgi dilakukan pada kegiatan interaksi sosial. Pada analisa
dengan teori interkasionisme simbolik, interaksi antar manusia yang terjadi
membuat sebagian manusia berbuat dan melakukan tindakan pada situasi tertentu,
dalam hal ini dalam situasi pandemi Covid-19 dimana banyak masyarakat
kesusahan yang membuat timbul kesadaran suatu kelompok yang menganggap
lebih baik untuk membantu sesame yang kesusahan dengan kegiatan “Dapur
Balita” untuk memenuhi kebutuhan makanan dan gizi balita juga lansia “Gerakan
Relawan Mengajar”, “Gerakan Berbagi Pulsa”, “Gerakan Berbagi Masker” juga
memaksa manusia untuk melakukan interaksi sosial dengan sesama manusia,
berkomunikasi individu dengan individu, atau individu dengan kelompok agar
mencapai sesuatu yang dituju.

Pada teori kedua, yaitu teori dramaturgi juga dibangun pada prinsip interaksi sosial,
dalam hal ini teori dramaturgi mempunyai dua pendekatan yaitu depan panggung
dan belakang panggung. Pada teori dramaturgi, interaksi sosial kebanyakan terjadi
pada bagian depan panggung atau panggung belakang. Pada kasus di soal, analisa
menggunakan teori dramaturgi terjadi saat sekelompok masyarakat yang hanya aktif
dalam kegiatan sosial tersebut demi mendapatkan pengakuan dan eksistensi dari
masyarakat. Interaksi sosial yang terjadidi depan panggung membuat seolah-olah
aktor mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi terhadap sesama, tapi yang terjadi
di belakang panggung pelaku atau Sebagian individu mempunyai maksud berbeda
dari depan panggungnya. Juga persamaan kedua teori ini pada kasus di soal adalah
interaksi sosial yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu, pada interaksionisme
simbolik mempunyai tujuan untuk membantu sesama dan menolong yang
kesusahan karena Covid-19, sedangkan pada teori dramaturgi, interaksi sosial yang
terjadi maknanya terbagi dua, ada sebagian masyarakat yang benar membantu dan
bertujuan hanya untuk mendapatkan atensi dan eksistensi di media sosial.

Selain dengan teori interaksionisme simbolik dan teori dramaturgi, realitas


sosial di soal juga dapat kita analisa dengan menggunakan teori struktural
fungsional .

Teori structural fungsional ini mempunyai asumsi dasar salah satu paham atau
prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian
yang satu tidak dapat berfungsi tanpaadanya hubungan dengan bagian yang lainya.
Kemudian perubahan yang terjadi pada satu bagian akan menyebabkan
ketidakseimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian
lainya. Jadi sistem sosial bagai organ tubuh, jika salah satu tidak berfungsi, maka
sistem akan kacau dan mengalami disorganisasi. Fungsi dalam teori struktural
fungsional ini berguna untuk memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari
sebuah sistem. Jadi dalam teori ini maksudnya sesuatu saling mempunyai fungsi
dan saling berkesinambungan , ada empat syarat agar masyarakat bisa berfungsi,
keempat persyaratan itu disebut AGIL, dengan penjelasannya adalah sebagai berikut
:

▪ Adaptasi (adaptation)

Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan


lingkungan itu dengan kebutuhannya.

▪ Pencapaian tujuan (goal attainment)

Sebuah sistem harus punya dan beruasaha mencapai tujuan utamanya.

▪ Integrasi (integration)

Sebuah sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi


komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi
penting lainnya (A,G,I,L).

▪ pemeliharaan pola ( Latency ): sebuah sistem harus memperlengkapi,


memelihara dan memperbaiki pola agar semua fungsi dapat berjalan dengan
baik dan tidak mengalami disorganisasi.

Dengan beberapa fungsi pada teori struktural fungsional diatas, dapat kita
terapkan pada realita tersebut, seperti contohnya pada fungsi adaptasi. Pada
realitas sosial di soal, proses adaptasi yang terkait adalah banyak masyarakat
indoensia yang mengalami keterpurukan ekonomi akibat PHK dan lain-lain
dikarenakan pemberlakuan protokol kesehatan dalam beradaptasi dengan
pandemi covid-19. Lalu pada fungsi pencapaian tujuan, adalah dengan
pembentukan beberapa kegiatan sosial dan “Dapur Balita” yang mempunyai
tujuan untuk membantu sesama dalam menghadapi pandemi covid-19 ini dan
dapur balita bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan lansia.
Merujuk pada penjelasan diatas juga dapat kita terapkan pada realitas yang
terdapat pada soal yaitu dengan fungsi integrasi dapat kita lihat bahwa sistem
Rukun Warga atau RW dalam mengatur “Dapur Balita” harus benar-benar dapat
terjaga fungsinya dengan baik, karena pada sistem berbasis RW itulah
kebutuhan gizi balita dan lansia dapat terpenuh. Apabila RW tidak
menajalankan fungsinya dengan baik maka kekacauan dan disorganisasi akan
cenderung terjadi, karena tidak adanya yang mengatur hubungan tersebut.
Fungsi ke empat yaitu fungsi pemeliharaan pola , dalam hal ini pada kegiatan
sosial yaitu dimana seluruh komponen masyarakat yang tergabung dalam
kegiatan-kegiatan sosial seperti kegiatan seperti “Gerakan
Relawan Mengajar”, “Gerakan Berbagi Pulsa”, “Gerakan Berbagi Masker”
harus terpelihara dengan baik, agar sekelompok masyarakat yang terdampak
tetap bisa merasakan dengan kelebihan dan kondisi yang dimiliki oleh
penderma.

Anda mungkin juga menyukai