Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SOSIO DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

KELAS 2 F
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Matematika SD
Dosen Pengampu Dra. Hidayati M.Hum

Disusun oleh:
Pipit Hidayati (19108244033)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Tugas Meringkas Paradigma dalam Sosiologi
A.Paradigma fakta sosial

a.Pengertian

Paradigma fakta sosial merupakan cara pandang yang dilakukan dengan kajian
ilmu sosial melalui fakta-fakta atau realitas yang terjadi di dalam kehidupan
bermasyarakat. Jenis paradigma fakta sosial ini terdiri dari  pokok dalam bentuknya, yaitu
struktur sosial dan institusi sosial dalam masyarakat. Paradigma fakta sosial berasumsi
bahwa individu akan senantiasa tunduk total terhadap struktur dan atau fakta sosial non
material. Individu tidak akan berdaya terhadap fakta sosial yang terus mengatur dalam
aktivitas sosialnya sehari-hari karena itu individu tidak akan mampu menjadi agen atau
mengkonstruksi ulang terhadap struktur yang mengekangnya.

Pengertian menurut para ahli :

-George Ritzer (1992)

Pengertian paradigma fakta sosial adalah cara pandang yang dilakukan


berdasarkan ilmu sosial (sosiologi) sebagai upaya menjadikan fungsi dan manfaat
sosiologi sebagai pengetahuan. Dengan melakukan kajian fakta sosial, definisi sosial dan
perilaku sosial dalam kehidupan bermasyarakat

-Thomas Kuhn (1962)

Definisi paradigma fakta sosial adalah pandangan pokok yang dilakukan oleh
seseorang dalam memahami ilmu pengetahuan dengan sistematis, lantaran dilakukan
secara objektif dan juga berdasarkan pada realistis kehidupan dalam masyarakat.

-Emil Durkheim

Arti paradigma fakta sosial adalah pandangan pokok yang menjadikan salah satu
alasan dalam sosiologi, untuk bisa berdiri sendiri dan membedakan dengan disiplin ilmu
lainnya. Yakni ilmu filsafat dan psikologi. Pengertian inilah sampai saat ini menjadi
pembeda ilmu sosiologi dengan ilmu pengetahuan sosial lainnya, melalui fakta sosial.
b.Teori dalam paradigma fakta sosial

-Teori Konflik

Teori ini dibangun dalam rangka untuk menentang secara langsung terhadap teori
fungsionalisme structural. Karena itu tidak mengherankan apabila proposisi yang
dikemukakan oleh penganutnya bertentangan dengan proposisi yang terdapat dalam teori
fungsionalisme structural. Tokoh utama teori konflik adalah Ralp Dahrendorf.

-Teori Sistem

Teori ini melihat bahwa kenyataan sosial dari suatu prespektif yang sangat luas,
tidak terbatas pada tingkat struktur sosial saja. Dalam teori sistem, Parson
mengembangkan kerangka AGIL (adaptation, goal attainment, Integration dan Laten
Pattern Maintenance).

-Teori Fungsionalisme Struktural

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah : fungsi,
disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibrium)

-Teori Sosiologi Makro

Memandang hidup keseluruhan bermasyarakat sebagai akibat suatu proses


perkembangan yang berjalan sendiri.

c.Pokok persoalan paradigma fakta sosial

Pokok persoalan paradigm ini adalah fakta-fakta sosial. Secara garis besarnya fakta sosial
terdiri atas dua tipe. Masing-masing adalah struktur sosial (sosial institution) dan pranata
sosial. 

d.Metode paradigma fakta sosial

Penganut paradigma fakta sosial cenderung mempergunakan metode kuesioner


dan intervieu dalam penelitian empiris mereka. Pilihan atas asumsi struktural seperti itu
memiliki konsekuensi terhadap pilihan metodologinya yang lebih menggunakan
penelitian kuantitatif. Logika berpikir deduktif lebih diandalkan dan karena itu bersifat
preskriptif Metode observasi umpamanya ternyata tidak begitu cocok untuk studi fakta
sosial. Metode experiment juga ditolak pemakaiannya alasannya karena terlalu sempit
untuk dapat meneliti fakta sosial yang memang bersifat makroskopik.

e.Jenis - jenis fakta sosial

-MoralitasPerspektif

-Kesadaran Kolektif

-Representasi Kolektif

-Arus Sosial

-Pikiran Kelompok

f.Karakteristik fakta sosial

Durkheim mengemukakan dengan tegas tiga karakteristik yang berbeda, yaitu :

-Gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu.

-Fakta itu memaksa individu.

-Fakta itu bersifat umum.

g.Contoh paradigma fakta sosial :

-Adanya upaya untuk menjadikan seseorang diterima dalam pekerjaan. Upaya


yang dilakukan ini seperti adanya penyogokan, atau adanya orang dalam (anggota
perusahaan) yang mementingkan rasa primodialisme dalam kelompok tertentu untuk
diterima dalam perusahaan.

- Korupsi dalam bentuk apapaun, bukan hanya korupsi uang akan tetapi korupsi
waktu. Tindakan korupsi berupa prilaku yang menyimpang, secara sedar sebenarnya
sudah diketahu bahwa hal ini adalah salah, akan tetapi demi terwujudkan impian dan
apapun seseorang akan melakukannya.

` -Mahasiswa yang setiap harinya harus tunduk terhadap peraturan misalnya dalam
perjalanan menuju kampus mahasiswa harus menaati tata tertib peraturan lalu lintas, dan
setelah masuk ke dalam kelas mahasiswa tersebut juga harus menaati peraturan seperti
bagaimana cara ia bersikap kepada dosen, mengisi absensi, dan tidak boleh ramai dikelas

B.Paradigma Definisi Sosial

a.Pengertian

Paradigma definisi sosial adalah cara pandang yang menekankan bahwa realitas
sosial bersifat subjektif. Eksistensi realitas sosial tidak terlepas dari individu sebagai
aktor yang melakukan suatu tindakan. Struktur sosial dan institusi sosial dengan demikian
dibentuk oleh interaksi individu. Melalui paradigma ini, tindakan sosial berusaha untuk
dipahami dan diinterpretasikan secara subjektif. Paradigma definisi sosial sebagai
respons ketidakpuasan terhadap asumsi yang dibangun dalam paradigma fakta sosial,
dalam sosiologi dikenal apa yang disebut sebagai paradigma definisi sosial. Tokoh
utamanya yang sering dirujuk dalam paradigma ini adalah karya-karya Max Weber dan
pengikut-pengikutnya. Jika dalam paradigma fakta sosial individu tunduk total terhadap
struktur, argumen paradigma definisi sosial justru sebaliknya. Individu adalah mahkluk
kreatif yang mampu atau setidaknya berpotensi menawar dan bernegosiasi dengan
struktur sosial pengekangnya. Sebagai subjek aktif, manusia tidak tunduk total terhadap
struktur, tetapi senantiasa melakukan penawaran, negosiasi, dan bahkan resistensi
terhadap daya kontrol struktur-struktur sosial.

b.Teori paradigma definisi sosial

-Teori Aksi(Action Theory)

Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber. Teori aksi dewasa ini tidak banyak
mengalami perkembangan melebihi apa yang sudah di capai took utamanya Weber.
Malahan teori ini sebenarnya telah mengalami semacam jalan buntu. Arti pentingnya
justru terletak pada peranannya dalam mengembangkan kedua teori berikutnya yakni
teori interaksionisme simbolis dan teori fenomenologi.

-Teori Internasionalisme Simbolik

Walaupun begitu dari keseluruhan aliran pemikiran sosiologi.


Interaksionisme simbolik adalah teori yang paling sukar disimpulkan. Teori ini
berasal dari berbagai sumber tetapi tidak ada satu sumber yangdapat memberikan
pernyataan tunggal tentang apa yang menjadi isi dari teori ini, kecuali satu hal,
yakni bahwa ide dasar teori ini bersifat menentang behaviorisme radikal yang
dipelopori oleh J.B.Watson. hal ini tercermin dari gagasan tokoh sentral teori
yakni G.H. Mead yang bermaksud untuk membedakan teori ini dari teori
behavioralisme radikal itu.

  -Teori Fenomelogi

Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru


menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimana kehidupan
bermasyarakat ini dapat terbentuk. Ada empat unsur pokok dari teori ini:
*Perhatian terhadap actor.

*Memusatkan perhatian pada kenyataan yang penting atau yang pokok dak
kepada sikap yang wajar atau alamiah (natural attitude) alasannya adalah tidak
keseluruhan gejala kehidupan sosial mampu diamati.

*Memusatkan perhatian kepada masalah mikro.

*Memperhatikan pertumbuhan, perubahan dan proses tindakan.

c.Pokok persoalan paradigma definisi sosial


Bertolak dari anggapan tersebut maka permasalahan yang terdapat pada
paradigma definisi sosial dalam sosiologi ialah tentang perilaku sosial antarhubungan
sosial.

d.Metode yang digunakan dalam paradigm definisi sosial

Secara umum metode yang digunakan dalam paradigma definisi sosial adalah
observasi. Peneliti dapat mempelajari proses berpikir pelaku atau respondennya hanya
dengan mengamati proses interaksi secara selintas. Penganut paradigma ini harus mampu
mengambil kesimpulan terhadap sesuatu yang timbul dari kekuatan intrasubyektif dan
intersubyektif dari gejala yang diamatinya.

e.Contoh paradigma definisi sosial

-Mahasiswa yang lebih memilih pulang kerumah dan segera mengerjakan tugas
daripada ikut aksi dalam memperjuangkan hak nya sebagai mahasiswa. Tindakan yang
dipilih ini merupakan hasil penyusunan dari pola pikirnya, mungkin ia berpikir bahwa
dengan rajin kuliah dan selalu mengerjakan tugas akan mempercepat dirinya untuk lulus
dan mendapatkan pekerjaan, ketimbang dia ikut aksi sampai bolos kuliah dan
menghambat dirinya untuk cepat lulus, padahal tidak dapat juga disimpulkan sedemikian
rupa.

-Student center, yang menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif yang
berpotensi memaknai, mengkonstruksi, dan bahkan menolak pada setiap informasi
pembelajaran. Di sini peserta didik bukanlah objek sebagaimana prinsip pembelajaran
teacher center, yang menempatkan guru serba tahu dan satu-satunya sumber pengetahuan

C.Paradigma perilaku sosial

a.Pengertian

Paradigma perilaku social adalah paradigma sosiologi yang memusatkan


kajiannya pada proses interaksi individu dengan lingkungannya baik social maupun non
social dengan menggunakan konseptual bahwa individu sebagai actor social tidak
sepenuhnya

Paradigma perilaku sosial memiliki kesamaan dengan paradigma fakta sosial,


terutama asumsinya terhadap posisi individu yang tunduk pada struktur sosial. Individu
bukan sebagai subyek aktif, tetapi pasif yang bisa dikontrol oleh struktur sosial yang
bermuatan nilai, sistem aturan, dan institusional.

b.Teori paradigma perilaku sosial

-Behavioral Sociology Theory


Teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara akibat dari tingkahlaku
yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku aktor, khususnya yang
dialami sekarang oleh si aktor.
-Exchange Theory
Teori ini dibangun dengan maksud sebagai rekasi terhadap paradigma fakta sosial,
terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan:
        -Pandangannya tentang emergence
  - Pandangannya tentang psikologi
       -Metode penjelasan dari Durkhei

c.Pokok persoalan paradigma perilaku sosial

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan


antara individu dan lingkungannya.

d.Metode paradigma perilaku sosial

Paradigma perilaku sosial dapat menggunakan metode yang dipergunakan oleh


paradigma yang lain seperti kuesioner, interview dan observasi. Namun demikian
paradigma ini tidak banyak mempergunakan metode ekperimen dalam penelitiannya. 

e.Contoh paradigma perilaku sosial


-Seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.

-Didalam paradigma perilaku sosial berasumsi bahwa penyalahgunaan Napza tentunya


juga terdapat keuntungan, seperti ketenangan (pecandu) dan keuntungan materiil / uang
(pengedar). Melihat fanomena sosial penyalahgunaan narkoba ini di analisis
menggunakan paradigma sosiologi ini seharusnya jika suatu fenomena itu banyak yang
kontra ataupun banyak yang ingin memberantasnya maka seharusnya suatu fenomena itu
bisa diberantas sampai ke akar-akarnya.

D.Paradigma Konstruktivistik
a.Pengertian
Paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas
sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat
relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam perspektif interpretivisme
(penafsiran) yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu interaksi simbolik, fenomenologis dan
hermeneutik. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap
paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati
oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa
dilakukan oleh kaum positivis. 
Paradigma konstruktivisme sosial ini sedikit banyak memberikan kontribusi
terhadap berbagai teori pendidikan termasuk pula pada teori pembelajaran. Lev Vygotsky
adalah salah satu penganjur teori-teori belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek
aktif.
b.Teori paradigma konstruktivistik
-Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik beranggapan bahwa khalayak adalah produk sosial. Teori
ini mempunyai metodologi yang khusus, karena interaksionisme simbolik melihat makna
sebagai bagian fundamental dalam interaksi masyarakat. Dalam penelitian mengenai
interaksi dalam masyarakat tersebut, teori interaksionisme simbolik cenderung menggunakan
metode kualitatif dibanding metode kuantitatif.

-Teori Kegunaan dan Kepuasan


Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif
dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik
di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan
alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

b. Ciri – ciri karakteristik paradigma konstruktivistik, dalam dimensi


• Epistemologi, cara pandang terhadap realitas kebenaran diyakini merupakan hasil
konstruksi manusia.
• Hubungan peneliti dan obyek penelitian bersifat interaktif dan hasil perumusan ilmu
pengetahuan sangat bersifat interpretatif subyektif.
• Ilmu pengetahuan merupakan rekonstruksi individu yang kemudian dikembangkan
menjadi sebuah konsensus masyarakat.
• Interpretasi atau pemahaman melalui pendekatan penafsiran merupakan kekuatan untuk
membangun bangunan pengetahuan, sebab menurut aliran ini akumulasi pengetahuan
terletak pada kemampuan merekonstruksi dunia pengalaman seperti yang dialaminya
sendiri (Narwaya, 2006 : 205).
• Hubungan subyek dan obyek lebih bersifat dialektis antara keduanya. Subyek seakan –
akan menjadi penafsir dari dunia pengalaman
• Paradigma konstruktvisme berusaha memberikan tafsir dengan rinci terhadap setting
kehidupan keseharian.
• Maka pendekatan yang biasa dilakukan lebih bersifat hermeneutic (tafsiran / memahami).
Contoh teori ; cultural constructivism, political economy, fenomenologi, interaksi
simbolik, dan etnometodologi
• Metodologi, dalam konstruktivisme metodologi yang dibangun adalah reflektif /
dialektik. Pencarian pemahaman bersama tentang realitas diusahakan melalui proses
interaksi seluruh pelaku sosial yang terlibat.
• Prosesnya tidak mekanis dan bisa saja berubah sesuai dengan proses konstruksi
pengalaman yang terjadi.
• Menggunakan metode penelitian kualitatif dalam proses kerjanya.
• Metode pengumpulan data dilakukan dengan ‘hermeneutik’ dan ‘dialektik’ yang
difokuskan pada konstruksi, rekonstruksi dn elaborasi suatu proses sosial.
• Konstruktivisme berupaya melakukan perubahan terhadap ‘cara pikir’ tentang
pemaknaan realitas.
• Menjadi titik penting adalah sejauh mana proses interaksi yang terjadi sudah dilakukan
untuk menyusun kembali konstruksi sosial melalui pemahaman bersama.

c.Contoh paradigma konstruktivistik


-Penerapan metode cara belajar siswa aktif, metode kooperatif learning dalam
pembelajaran tematik, dan kurikulum 2013.
-Siswa akan selalu belajar secara aktif dengan lingkungannya dan mendapatkan
pengetahuan secara diskursif dengan lingkungan sosialnya.
E.Paradigma positivistik
a.Pengertian
Kelahiran positivisme merupakan respons ketidakpuasan terhadap metode
pencarian kebenaran deduktif bersumber teologis dan metafisik, karena itu positivisme
berkaitan erat dengan emperisme. Paradigma positivistik terkait dengan hukum sebab
akibat. Untuk mencari sebuah kebenaran terhadap perstiwa yang terjadi langkah yang
dilakukan dengan menghubungkan antar variabel.
Paradigma positivistik mengambarkan fenoemena yang terjadi dalam kehidupan
tidak terbatas dan untuk menyederhankan gejala sosial yang terjadi maka diperlukan
statistik sebagai landasan dalam menyimpulkan data yang diperoleh di lapangan ketika
penelitian berlangsung. Paradigma postivistik menyatakan kriteria kebenaran dalam
penelitian terdapat diaspek validitas, reabilitas, dan objektivitas.
Menurut paradigma positivistik praktik sosial yang terjadi dalam kehidupan
berdasarkan dari pada data bersifat empiris. Penolakan yang dilakukan oleh paradigma
positivistik sebagai spekulasi teoritis dalam memperoleh ilmu pengetahuan baru.
Paradigma positivistik mengambarkan tesisnya kepada asumsi bahwa ilmu adalah satu-
satunya pengetahuan yang valid dan bersifat empiris.
Paradigma positivistik terkait dengan hukum sebab akibat. Untuk mencari sebuah
kebenaran terhadap peristiwa yang terjadi langkah yang dilakukan dengan
menghubungkan antar variabel.
Secara empiris bahwa paradigma positivistik bersifat kepastian dan data yang
diperoleh bersifat ilmiah serta menggunakan metode secara sahih dan dijamin dalam
kesatuan metode yang digunakan.
b. Ciri – ciri karakteristik paradigma positivistik, dalam dimensi
• Epistemologi, bagi positivisme memandang bahwa ada realitas obyektif yang merupakan
realitas di luar diri para peneliti.
• Peneliti dalam paradigma ini ditempatkan sebagai ‘disinterested scientist’ yaitu informan,
pengambil keputusan dan perantara perubahan, dari sini antara peneliti dan obyeknya
‘berjarak’ (Salim dalam Narwaya, 2006 : 148)
• Positivisme diidentikkan dengan teori ‘korespondensi’ (sepadan) tentang kebenaran.
Menekankan kebenaran dalam bingkai fakta empiris-visual. Sesuatu dianggap benar bila
ditemukan dalam fakta yang bisa ditangkap pancaindera.
• Kebenaran dicari lewat hubungan kausal – linier (sebab – akibat) dengan memakai
hukum teori kebenaran korespondensi (kesesuaian)
• Positivisme menyusun bangunan ilmu yang nomothetic yaitu ilmu yang selalu berupaya
membuat hukum generalisasi.
• Tujuan utama setiap penelitian ilmiah adalah usaha verifikasi atas hipotesa. Kelompok
positivisme, menempatkan hipotesa sebagai fakta sekaligus hukum.
• Realitas obyektif, tidak boleh diintervensi oleh nilai subyektif (value). Ilmu / penelitian
haruslah netral dari kepentingan nilai yang ada .
• Ontologi, asumsi mengenai objek atau realitas sosial yang diteliti. Ontologi melihat
tentang ‘ada’, eksistensi, esensi sebuah realitas.
• Paradigma positivisme mempunyai keyakinan bahwa hakikat kenyataan adalah tunggal.
Realitas pada kenyataannya taat pada hukum yang universal.
• Realitas adalah sesuatu yang berdiri di luar sana (out there), peneliti berdiri dalam batas
‘jarak’ yang sudah ditentukan
• Metodologi, merupakan prosedur atau cara kerja yang digunakan dalam ilmu
pengetahuan.
• Dalam paradigma positivisme, banyak menekankan pada metodologi kuantitatif,
pengujian hipotesis dan hukum – hukum kausal linier serta metode survei eksplanatif
yang menguji sebuah hipotesis.
• Desain penelitian harus disusun secara pasti sebelum fakta – fakta dikumpulkan.
• Aksiologi, dimensi epistemologis cukup berpengaruh terhadap sikap nilai. Positivisme
menuntut penelitian yang bebas nilai baik kepentingan, etika ataupun pilihan moral pada
subyek peneliti.
• Kebebasan nilai tersebut dipakai untuk menjaga wujud obyektifitas ilmu atau hasil
penelitian
• Nilai (value) yang dimaksud bisa berupa ideologi, interest, keyakinan, politik, budaya,
dsb.
• Konsekuensinya, sebuah penelitian hanya pada eksplanasi (menguji hipotesis, melakukan
sebuah kontrol, sekaligus prediksi).

c.Contoh paradigma positivistik


-Untuk melihat pendapatan masyarakat atau tingkat pendapatan masyarakat perlu adanya
paradigma positivistik untuk menjawab persoalan mengenai tingkat pendapatan tersebut.
-Dalam paradigma positivistik mampu menjawab mengenai sejauh mana pengaruh
kehidupan masyarakat terhadap realitas yang terjadi. Jika ditelusuri penelitian-penelitian
yang menggunakan paradigma konstruktivistik tidak terjawab mengenai tingkat dan
pengaruh dalam realitas sosial.
-Pada persoalan pembangunan dipedesaan untuk memperdayakan masyarakat dalam
keterlibatan pembangunan. Sejaumana keterlibatan masyarakat dalam pembangunan tentunya
digunakan pendekatan kuantitatif sebagai paradigma postivistik dalam memahami realitas
dan terbukti secara empirik. Paradigma positivistik memberikan asumsi terhadap persoalan
yang terjadi terkait dengan pembangunan pada masyarakat pedesaan. Paradigma postivistik
yang menyederhanakan data dilapangan akan berdampak terhadap hasil dan pengetahuan
yang baru, dijadikan sebagai penelitian yang ilmiah. Secara umum data yang bersifat
tingkatan seperti pendapatan, jenis kelamin, usia, pendidikan, status dan sebagainya bisa
diselesaikan dengan paradigma positivistik.
-Implementasi paradigma positivistik dalam pembelajaran
Hudoyo (1998:7) menjelaskan sebagai implikasi dari pandangan konstruktivistik dalam
pembelajaran, ada beberapa hal yang terkait dengan lingkungan belajar yang perlu
diupayakan, yakni:
-Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
-Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas
yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
-Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan
melibatkan pengalaman konkret dalam kehidupan sehari-hari
-Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial
yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain atau dengan
lingkungannya.
-Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif.
F.Paradigma Kritis
a.Pengertian
Paradigma kritis (critical paradigm) adalah semua teori sosial yang mempunyai
maksud dan implikassi praktis dan berpengaruh terhadap perubahan sosial. Paradigma ini
tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem yang dominan yaitu sistem
sosial kapitalisme, melainkan suatu paradigma untuk mengubah sistem dan struktur
tersebut menjadi lebih adil. Meskipun terdapat beberapa variasi teori sosial kritis seperti;
feminisme, cultural studies, posmodernisme -aliran ini tidak mau dikategorikan pada
golongan kritis- tetapi kesemuanya aliran tersebut memiliki tiga asumsi dasar yang sama.
Teori kritis mengkritik positivisme dengan argumen utama bahwa positivisme
dianggap terlalu mendewakan metode ilmiah tunggal yang dapat diterapkan pada seluruh
bidang disiplin keilmuan, positivisme dikritik karena percaya pada pengetahuan itu
netral, dan positivisme mengabaikan aktor, serta mengerdilkannya menjadi entitas pasif
yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan alamiah Ritzer, 2011: 448).
 Paradigma kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan kontruktivisme yang
kurang sensitif pada proses produksi dan reprosuksi makna yang terjadi secara historis
maupun intitusional. Analisis teori kritis tidak berpusat pada kebenaran atau
ketidakbenaran sebuah struktur tata bahasa, simbol, atau proses penafsiran seperti pada
konstruktivisme.

Paradigma kritis bersifat realism historis, sesuatu realitas diasumsikan harus


dipahami sebagai sesuatu yang plastis (tidak sebenarnya). Artinya realitas itu dibentuk
sepanjang waktu oleh sekumpulan faktor, seperti: sosial, politis, budaya, ekonomik, etnik,
dan gender; yang justru bahkan dikristalisasikan (direikasi) ke dalam serangkaian stuktur
yang sekarang ini (hal yang tidak sesuai) dianggap sebagai sesuatu yang “nyata”, dan ini
dianggap alamiah dan tetap (Pambayun, 2013:24-25)
` Paradigma kritis memahami bahwa realitas sosial itu:
•Hasil konstruksidan rekonstruksisecarakontinu
•Memerlukan perubahan radikal
•Penuh dengan konflik struktural
•Di bawah berbagai model dominasi
•Terdapat kontradiksi
•Terjajah sehingga membutuhkan emansipasi
•Memiliki potensi untuk berubah

Tes Formatif
1.Jelaskan perbedaan antara paradigma fakta sosial,definisi sosoal, dan perilaku social!

Pada paradigm fakta social individu tunduk total terhadap tunduk total terhadap
struktur dan atau fakta sosial non material. Individu tidak akan berdaya terhadap fakta
sosial yang terus mengatur dalam aktivitas sosialnya sehari-hari karena itu individu tidak
akan mampu menjadi agen atau mengkonstruksi ulang terhadap struktur yang
mengekangnya, sedangkan pada paradigm definisi social individu berperan aktif, artinya
individu adalah mahkluk kreatif yang mampu atau setidaknya berpotensi menawar dan
bernegosiasi dengan struktur sosial pengekangnya. Sebagai subjek aktif, manusia tidak
tunduk total terhadap struktur, tetapi senantiasa melakukan penawaran, negosiasi, dan
bahkan resistensi terhadap daya kontrol struktur-struktur social, dan pada paradigma
perilaku social memiliki kesamaan dengan paradigma fakta sosial, terutama asumsinya
terhadap posisi individu yang tunduk pada struktur sosial. Individu bukan sebagai subyek
aktif, tetapi pasif yang bisa dikontrol oleh struktur sosial yang bermuatan nilai, sistem
aturan, dan institusional. Metode dan pokok persoalan paradigm fakta social
menggunakan metode kuesioner, interview dan observasi serta pokok persoalan
mengenai fakta social, sedangan paradigm definisi social menggunakan metode observasi
dan yang menjadi pokok persoalan adalah perilaku social antar hubungan social, serta
paradigm perilaku social menggunakan metode seperti kuesioner, interview dan observasi
serta mempunyai pokok persoalan hubungan antara individu dengan lingkungannya.

2.Apa perbedaan paradigma positivistik dan konstruktivistik ?

a.Epistemologi
-Paradigma positivisme memandang bahwa ada realitas obyektif yang merupakan realitas di luar
diri para peneliti.
- Paradigma konstruktivistik memandang hubungan peneliti dan obyek penelitian bersifat
interaktif dan hasil perumusan ilmu pengetahuan sangat bersifat interpretatif subyektif.
b.Ontologi
-Paradigma positivisme mempunyai keyakinan bahwa hakikat kenyataan adalah tunggal. Realitas
pada kenyataannya taat pada hukum yang universal.
-Paradigma konstruktivistik meyakini “relativitas kebenaran” yang dirumuskan secara sosial.
Karena kebenaran itu relatif, maka sifat kebenaran pun relatif ditentukan oleh konteks
masyarakat yang ada.
c.Metodologi

-Paradigma positivistik,banyak menekankan pada metodologi kuantitatif, pengujian hipotesis dan


hukum – hukum kausal linier serta metode survei eksplanatif yang menguji sebuah hipotesis.

-Paradigma konstruktivistik melakukan pendekatan yang biasa dilakukan lebih bersifat


hermeneutic (tafsiran / memahami).

d.Aksiologi
-Paradigma postivistik kebebasan nilai tersebut dipakai untuk menjaga wujud obyektifitas ilmu
atau hasil penelitian .Nilai (value) yang dimaksud bisa berupa ideologi, interest, keyakinan,
politik, budaya, dsb.

-Pada paradigma konstruktivistik tujuan etis dalam konstruktivistik adalah mengupayakan


bentuk “rekonstruksi realitas” sosial secara dialektis, antara peneliti dan pelaku sosial yang
diteliti. Konstruktivistik menempatkan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai landasan pokok
yang tidak terpisahkan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

https://nanangwijayasosiologi.wordpress.com/2009/08/18/paradigma-fakta-sosial/

http://dosensosiologi.com/paradigma-fakta-sosial-pengertian-dan-contohnya-lengkap/

http://sosiologiuberallez.blogspot.com/2012/07/paradigma-sosiologi-fakta-sosial.html

https://www.gurupendidikan.co.id/fakta-sosial/

http://sosiologis.com/paradigma-sosiologi

http://gerakanaksara.blogspot.com/2016/12/paradigma-sosiologi-dalam-melihat.html

https://id.scribd.com/document/330635300/Pengertian-Paradigma-Perilaku-Sosial

http://sosiologiuberallez.blogspot.com/2012/07/paradigma-sosiologi-perilaku-sosial.html

http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2012/12/paradigma-positivisme-
konstruktivisme.html

http://khairuliksan.blogspot.com/2014/06/teori-teori-sosial-dalam-tiga-paradigma.html

file:///C:/Users/xxx/Downloads/119-622-1-PB.pdf jurnal
https://musyarak.wordpress.com/2017/12/27/paradigma-dan-metode-sosiologi/

https://safutrarantona.wordpress.com/2018/05/30/paradigma-konstruktivisme/

https://slideplayer.info/slide/2980663/

https://binham.wordpress.com/2012/04/07/paradigma-konstruktivisme-dalam-pembelajaran/

Irwan. 2018. RELEVASI PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIOLOGI


PEDESAAN. Jurnal Ilmu Sosial, 17(01),21-38. file:///C:/Users/xxx/Downloads/18510-51274-1-
PB.pdf

https://www.google.com/search?
q=paradigma+konstruktivistik+dan+positivistik&oq=parADIGMA+KONSTRUKTIVISTIK+DAN+POSI
TIVISTIK&aqs=chrome.0.69i59j0l7.20737j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8#

Anda mungkin juga menyukai