Anda di halaman 1dari 8

Rangkuman

 Apa Itu Objek Kajian Sosiologi?

Sosiologi adalah ilmu yang memelajari tentang masyarakat. Objek kajian sosiologi
adalah masyarakat. Semua hal yang berhubungan dengan masyarakat, baik itu berbentuk
interaksi, tradisi, ataupun budaya dikaji dalam sosiologi. Sosiologi berhubungan dengan
aktivitas manusia dan masyarakat, objek kajian sosiologi sangat banyak. Oleh karena
itu, objek kajian sosiologi dibagi lagi menjadi 2, yaitu objek material dan objek formal.

Jenis-Jenis Objek Kajian Sosiologi

1. Objek Material

Sesuai namanya, objek material dalam kajian sosiologi adalah segala fenomena atau


gejala yang mempengaruhi kehidupan sosial. Objek material ini dapat berupa aspek fisik dan
aspek nonfisik. Aspek fisik berupa benda, seperti mobil, motor, pasar, sekolah, uang, ponsel,
dll. Sedangkan aspek nonfisik berupa gagasan, seperti ide, bahasa, aturan, tradisi, dll. Sebagai
contoh saya pergi ke pasar membeli ikan kembung, tentunya dengan protokol kesehatan.
Pasar dan uang pada contoh tersebut masuk ke dalam aspek fisik. Sedangkan protokol
kesehatan selaku peraturan masuk ke dalam aspek nonfisik. 

2. Objek Formal

Objek formal dalam kajian sosiologi adalah interaksi sosial dan sosialisasi yang
terjadi di masyarakat. Objek material adalah gejala sosial yang bisa kita rasakan
keberadaannya. Sedangkan pada objek formal, kita nggak cuma merasakan, tapi juga
berinteraksi secara langsung di dalamnya.

Misalnya pada contoh membeli ikan kembung selagi kegiatan jual beli itu, ternyata
aku nawar harga ikan cuenya, dari 15 ribu sebungkus jadi 10 ribu. Interaksi yang aku lakukan
berupa tawar menawar itu yang dimaksud objek formalnya. Dari satu contoh di atas, kamu
dapat mengkaji fenomena tersebut baik dari sisi objek material maupun objek formalnya.
Pasar, uang, ikan cue, masuk ke dalam objek material dari aspek fisik. Sedangkan
penggunaan uang sebagai alat pembayaran dan penerapan protokol kesehatan masuk ke
dalam objek material dari aspek nonfisik. Terakhir, kegiatan tawar-menawar atau interaksi
penjual dengan pembeli masuk ke dalam aspek formal.
Sumber : Ruang Guru

 Ciri-Ciri Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan


1. Empiris Ciri empiris dari Sosiologi mengacu pada sifat dari hasil observasinya yang
tidak spekulatif. Misalnya jika kita mempelajari penyebab kemacetan di Jakarta dengan
menggunakan sudut pandang Sosiologi, maka kemungkinan kesimpulan yang kita
dapatkan adalah kemacetan diakibatkan oleh rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap kebijakan transportasi publik, artinya transportasi publik dianggap telah gagal
menciptakan kenyamanan bagi masyarakat. Konsekuensinya, kendaraan pribadi menjadi
alat transportasi yang lebih disukai masyarakat sehingga kemacetan sukar untuk
dihilangkan. Kesimpulan tersebut tidak dilahirkan dari spekulasi, melainkan observasi
empiris.

2. Teoretis Sosiologi selalu berusaha untuk menarik kesimpulan yang menjelaskan


hubungan sebab-akibat dari gejala-gejala sosial yang diteliti. Sebagai contoh,
melanjutkan contoh mengenai kemacetan di Jakarta dalam poin sebelumnya, ciri teoretis
menghubungkan antara kemacetan dengan tingkat kepercayaan publik terhadap
pemerintah. Abstraksinya adalah pernyataan yang menegaskan tingkat kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah sebagai pemangku kebijakan dalam menyelenggarakan
transportasi umum.

3. Kumulatif Ciri Kumulatif sebagai salah satu ciri Sosiologi artinya menganalisis serta
menggabungkan beberapa hasil penelitian hingga mencapai kesimpulan baru yang lebih
presisi. Misalnya, penelitian mengenai kemacetan Jakarta sebelumnya menyimpulkan
bahwa rendahnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah dalam hal penyediaan
layanan transportasi umum merupakan penyebab macet, penelitian lain justru
menyimpulkan bahwa tingginya daya beli masyarakat yang justru menjadi penyebabnya.
Menganalisis kumpulan dari penelitian tersebut dan memberikan kesimpulan baru ialah
salah satu bentuk dari ciri kumulatif Sosiologi.

4. Non-etis Sosiologi tidak mempersoalkan baik-buruk dalam membahas suatu


permasalahan, melainkan lebih kepada menjelaskan mengapa permasalahan itu terjadi.
Kemacetan di Jakarta, misalnya, tidak dinilai buruk oleh Sosiologi, tetapi juga tidak
dinilai baik. Sosiologi bersifat non-Etis, artinya tidak menilai baik atau buruk suatu
persoalan sosial.

 Tindakan Sosial
1. Tindakan sosial adalah tindakan yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain. 
2. Ciri-ciri tindakan sosial

Sumber : Ruang Guru


Tambahan : tindakan tersebut terjadi dalam suatu situasi.

3. Menurut Max Weber, tindakan sosial mengandung makna jika ditujukan atau


memperhitungkan keberadaan orang lain.
4. Berdasarkan hal yang mendorongnya, tindakan sosial terbagi menjadi 4 jenis:
 Tindakan Rasional Instrumental
Tindakan yang didasari pada akal/rasio, sehingga mempertimbangkan antara
tujuan dan cara yang dilakukan. Misalnya, seorang murid yang begadang belajar
demi persiapan ulangan.
 Tindakan Berorientasi Nilai
Tindakan sosial ini berkaitan dengan nilai-nilai dasar yang terkandung di
masyarakat. Seperti etika, estetika, agama, dan nilai-nilai lain. Contohnya,
seorang anak yang berhenti main bola untuk melakukan ibadah (tindakan ini
didorong oleh nilai agama).
 Tindakan Afektif
Tindakan sosial ini terjadi karena dorongan dari perasaan/emosi. Contohnya,
seorang siswa yang menangis karena dihukum guru saat mencontek ulangan
teman
 Tindakan Tradisional
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan yang telah mendarah
daging. Contoh: Tradisi Ngaben di Bali sebagai bentuk penghormatan atas orang
yang telah meninggal dunia.

 Sosiologi berasal dari dari dua kata yaitu Socius dan Logos. Socius berati kawan dan
logos yang berarti ilmu.
 Secara harfiah, sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-
gejala sosial yang terjadi di masyarakat
 Auguste Comte merupakan tokoh sosiologi yang memiliki pemikiran tentang filsafat
positivisme dan dikenal sebagai bapak sosiologi.
 Tiga tahap pengetahuan menurut Auguste Comte
Auguste Comte mengemukakan teori perkembangan manusia dalam tiga tahap atau lebih
dikenal dengan The law of the three stages (hukum tiga tahap). Teori ini tidak hanya
berlaku terhadap perkembangan masyarakat, tetapi berlaku juga terhadap perkembangan
seorang individu. Hukum tiga tahap menurut Comte antara lain:
1. Tahap teologis: Tahap ini meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia
ini dikendalikan oleh kekuatan supranatural (GAIB) yang dimiliki oleh para
dewa, roh, atau Tuhan. Jadi pada tahap ini pemikiran manusia cenderung
irasional.
2. Tahap metafisik: Pada tahap ini manusia kemudian mengalami pergeseran cara
berpikir. Muncul konsep-konsep abstrak atau kekuatan abstrak selain Tuhan
seperti “alam”.
3. Tahap positivisme: Pada tahap ini suatu pemikiran yang menganggap bahwa
semua gejala alam dan isinya hanya dapat diterangkan dan dipahami melalui
kenyataan-kenyataan obyektif atau positif. Dapat dibuktikan secara empiris,
sosial dan fisik dalam upayanya menemukan hukum yang mengaturnya.
 Menurut George Ritzer paradigma dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Fakta sosial. Paradigma fakta sosial ialah cara pandang yang meletakkan fakta
sosial sebagai sesuatu yang nyata ada di luar individu, di luar self, di luar subjek.
Penekanannya ialah fakta sosial memiliki realitasnya sendiri. Garis besar
paradigma ini terbagi menjadi dua, yaitu struktur sosial dan institusi
sosial.Struktur sosial dapat dicontohkan seperti kelas, kasta dan strata sosial.
Institusi sosial misalnya, nilai, norma, peran dan posisi sosial. Teori struktural-
fungsional dan teori konflik dikategorikan oleh Ritzer ke dalam paradigma ini.
Sosiolog yang mewakilinya, antara lain Durkheim dan Marx.
2. Definisi sosial. Paradigma definisi sosial ialah cara pandang yang menekankan
bahwa realitas sosial bersifat subjektif. Eksistensi realitas sosial tidak terlepas
dari individu sebagai aktor yang melakukan suatu tindakan. Struktur sosial dan
institusi sosial dengan demikian dibentuk oleh interaksi individu. Melalui
paradigma ini, tindakan sosial berusaha untuk dipahami dan diinterpretasikan
secara subjektif. Teori tindakan Weber, teori interaksionisme simbolik, dramaturgi
dan fenomenologi masuk dalam kategori paradigma ini.
3. Paradigma perilaku sosial ialah cara pandang yang memusatkan perhatiannya
pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Realitas sosial merupakan
realitas objektif yang dibentuk melalui perilaku-perilaku individu yang nyata dan
empiris. Tingkah laku individu yang berinteraksi dengan lingkungannya
merupakan bentuk dari realitas sosial itu sendiri. Teori perilaku atau behavioral
dan teori pertukaran sosial Homans dan Blau dapat dikategorikan ke dalam
paradigma ini.
 Salah satu faktor pendorong lahirnya ilmu sosiologi adalah perubahan perubahan
pada masyarakat eropa.
 Ciri-ciri Interaksi Sosial
1. Jumlah pelaku lebih dari seorang bahkan lebih
2. Adanya komunikasi diantara para pelaku dengan menggunakan simbol-
simbol.
3. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak sama dengan yang
diperkirakan oleh para pengamat.
 Dasar pola interaksi diantaranya :
1. Kebutuhan yang nyata
2. Efisiensi
3. Penyesuaian dengan norma yang berlaku
4. Tidak memakasakan mental maupun fisik.
 Interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang per orang, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang per orang dengan kelompok manusia
 Syarat terjadinya interaksi sosial adalah Kontak dan Komunikasi
 Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan dinamis menyangkut hubungan diantara
individu bersama individu, individu bersama kelompok, maupun antara kelompok
bersama kelompok, baik bentuk persaingan, kerjasama, maupun pertikaian.
 Ciri Interaksi Sosial
Interaksi dilakukan manusia pada umumnya memiliki ciri, yaitu:
1. Jumlah pelaku satu orang lebih,
2. Terdapat komunikasi antara pelaku menggunakan simbol.
3. Terdapat dimensi waktu.
4. Terdapat tujuan tertentu.
 Bentuk Interaksi Sosial

Berdasarkan pendapat Gillin, terdapat dua jenis proses sosial karena interaksi sosial
yaitu:

1. Proses Asosiatif

Umumnya proses tersebut memiliki cenderung untuk membuat masyarakatnya bersatu


serta tingkatkan solidaritas antara kelompok. Diantara bentuk proses tersebut yaitu:

Kerjasama (cooperation), adalah bentuk interaksi pokok, kita kenali bentuk kerjasa
sama pada masyarakat yaitu kooptasi, tawar menawar, koalisi, serta usaha patungan.
Akomodasi (Acomodation) yaitu suatu proses sosial didalamnya ada 2 maupun lebih
individu maupun kelompok berusaha agar saling sesuaikan diri. Adapun bentuk
akomodasi yaitu kompromi, koersi, mediasi, arbitasi, toleransi, konsiliasi, ajudikasi,
stalemate, rasionalisasi, segregation, gencata senjata, dan despadement. 

Asimilasi, yaitu proses ditandai dengan usaha-usaha agar dapat kurangi perbedaan
yang ada antara individu maupun kelompok individu. Terdapat faktor yang bisa
memudahkan maupun mendorong terjadi asimililasi, yaitu: toleransi, saling
menghargai, keterbukaan, serta terima unsur kebudayaan lainnya, kesempatan
seimbang pada bidang ekonomi bisa kurangi kecemburuan sosial, sikap menghargai,
sikap keterbukaan, adanya pernikahan, dan adanya musuh harus dihadapi.

Akulturasi (Acculturation) yaitu suatu keadaan yang mana unsur kebudaan asing


masuk diterima pada kebudayaan sendiri tanpa hilangkan kepribadian kebudayaan.
Unsur kebudayaan mudah diterima akulturasi yaitu kebudayaan materil, kebudayaan
pengaruhnya kecil, kebudayaan mudah disesuaikan bersama kondisi setempat, dan
teknologi ekonomi bermanfaat.

2. Proses Disosiatif

Adalah proses cenderung bawa anggota kalangan masyarakat pada arah perpecahan
serta regangkan solidaritas antara anggota-anggotanya. Bentuk disosiatif, diantaraya
adalah persaingan (competition), kontravensi (contravention), konflik (conflict), 

 Faktor Mendasari Interaksi Sosial (Eksternal)

Interaksi didasarkan pada beberapa faktor, diantaranya:

Imitasi, yaitu tindakan meniru tingkah laku, sikap, maupun tampilan orang lain.

Sugesti, yaitu cara pemberian pandangan maupun pengaruh seseorang terhadap orang
lain.

Identifikasi, yaitu kecenderungan maupun keinginan pada diri seseorang agar sama


dengan khalayak lainnya yang menjadi idoanya.

Simpati, adalah perasaan yang tertari timbul pada diri seseorang serta berkemampuan
merasakan diri seolah-olah ada pada keadaan manusia lain.

Motivasi, adalah bentuk rangsangan, dorongan, pengaruh diberi oleh individu diberi
motivasi.

Empati, yaitu proses kejiwaan untuk larut pada perasaan orang lainnya, baik suka
ataupun duka.

 Perbedaan Persaingan dan Konflik


Persaingan Konflik
Aktifitas yang dilakukan tidak Aktifitas yang dilakukan mengakibatkan
menimbulkan reaksi yang berarti reaksi keras (berat fisik)
Tidak berniat menjatuhkan orang lain Ada rencana atau niat mencelakakan
pihak lain
Dapat digunakan sebagai motivasi untuk Muncul karena kesalahpahaman kedua
meraih prestasi dengan hasil yang optimal belah pihak
Dilaksanakan dengan Langkah nyata Dilaksanakan dengan penuh prasangka
untuk mencapai tujuan. sehingga merugikan orang lain

 Dimensi Identitas Sosial 

Menurut Baron (2005), terdapat empat dimensi atau aspek yang


mengkonseptualisasikan identitas sosial, yaitu sebagai berikut:

a. Persepsi dalam konteks antar kelompok 


Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah kelompok, maka status dan gengsi
yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan mempengaruhi persepsi setiap individu
di dalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut individu untuk memberikan
penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun kelompok yang lain.
b. Daya tarik in-group 
Secara umum, in-group dapat diartikan sebagai suatu kelompok dimana seseorang
mempunyai perasaan memiliki dan common identity (identitas umum). Sedangkan
out-group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan jelas berbeda dengan in-
group. Adanya perasaan in-group sering menimbulkan in-group bias, yaitu
kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri. In-group bias
merupakan refleksi perasaan tidak suka pada out-group dan perasaan suka pada in-
group. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena loyalitas terhadap kelompok yang
dimilikinya yang pada umumnya disertai devaluasi kelompok lain.
c. Keyakinan saling terkait 
Identitas Sosial merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang berasal
dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama secara emosional
dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki kelekatan
emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul setelah
menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Orang
memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri.
Semakin positif kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang
dimiliki dan akan memperkuat harga diri. Apabila terjadi sesuatu yang
mengancam harga diri maka kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan
perasaan tidak suka terhadap kelompok lain juga meningkat.
d. Depersonalisasi 
Ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah kelompok
maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang ada dalam
dirinya sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut. Namun, hal ini
juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak dianggap dalam kelompoknya
karena telah mengabaikan nilai ataupun kekhasan yang ada dalam kelompok
tersebut.
 Menurut Deux Identitas sosial merupakan bagian dari konsep diri seseornag yang
bersal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial
bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut.
Identitas sosial berkaitan dengan keterlibatan rasa peduli dan juga rasa banggsa dari
keangotaan dalam suatu kelompok tertentu.
 Ajaran Wulang Reh merupakan karya dari Sripaduka Mangkunegara IV dari
Surakarta
 Contoh contoh paradigma fakta sosial adalah korupsi, norma, alat pengendalian sosial
dan kenakalan remaja
 Tokoh pengusung paradigma definisi sosial adalah Max Weber
 Contoh fakta sosial menurut Durkheim adalah aturan lalulintas
 Khayalan sosiologi merupakan sebuah paradigma dari C. Wirght Mills
 Revolusi industri dan revolusi prancis memberikan berbagai dampak pada masyarakat
eropa. Terjadi perubahan diberbagai segi yang membuat masyarakat eropa mengalami
banyak kekacauan dan kebingunan dalam menghadapi kehidupan sosialnya..sehingga
auguste comte berusaha menjelaskan keadaan sosial masyarakat tersebut dengan
sebuah ilmu dan metode metode ilmiah yang disebut sebagai sosiologi.

Anda mungkin juga menyukai