Oleh :
Atika Yulianti
Lutfiani Zahra
JURUSAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
Kemandirian Ekonomi Solusi Untuk Kemajuan Bangsa
1. Konsep Kemandirian
Kemandirian adalah satu sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam
mengatasi pelbagai masalah demi mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai
kemungkinan, kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam pengertian sosial (kelompok
atau komunitas), kemandirian juga memiliki makna sebagai organisasi diri atau manajemen
diri. Unsusr-unsur tersebut saling berinteraksi sehingga muncul keseimbangan. Pada arah ini,
pancarian pola yang tepat, agar interaksi antar unsur selalu mencapai keseimbangan. Proses
kemandirian adalah proses berjalan tanpa unjung. Sikap mandiri harus di jadikan tolak ukur
kemandirian, yakni melihat masyarakat apakah menjadi semakin mandiri atau justru semakin
bergantung. Sebagai implikasi dari unsur-unsur yang saling berkaitan dalam kemandirian,
proyek-proyek di bidang ekonomi bagi golongan miskin harus dirancang secara tepat, yakni
sesuai dengan tingkat keseimbangan yang ada pada mereka. Kemiskinan yang mereka
tangungkan tidak boleh di lihat sebagai masalah fisik, melainkan juga harus dilihat sebagai
tantangan yang baru untuk memberikan harapan baru untuk memperbaiki kondisi yang lebih
baik. Sehingga proyek yang di bangun harus dapat di jangkau oleh kemampuan mereka.
Dengan kata lain, proyek ini harus memungkinkan glongan miskin untuk berpartisipasi, baik
pada tingkat implementasi maupun tingkat pengambilan keputusan. Jadi masyarkat memiliki
landasan untuk terbentuknya proses self-management.
Perhimpunan Indonesia di Negri Belanda pada tahun 1921 memantapkan diri sebagi
perhimpunan politik yang kemudian sangat berperan menetukan perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Perkembangan politik di Hinda Belanda mempunyai hubungan yang tidak bisa di
pisahkan dengan perhimpunan Indonesia di Negri Belanda. Pada tahun 1923, perhimpunan
Indonesia telah mengeluarkan pernyataan bahwa untuk mencapai kemerdekaan maka tiap-
tiap orang harus bersungguh-sungguh dengan kekuatan dan tekad sendiri, terlepas dari
bantuan orang lain. lahirnya pernyataan asas-asas Perhimpunan Indonesia tahun 1925 di
sebutkan oleh Kartodirdjo, sebagai Manifesto Politik 1925. Mohammad Hatta adalah sebagai
penggerak utamanya yang disiapkan sejak 1923. Asas kerakyatan mengandung arti sebagia
kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum harus bersandar pada keadilan dan kebenaran
yang hidup dalam hati rakyat yang banyak, dan aturan penghidupan haruslah sempurna
dengan kebahagiaan bagi rakyat kalau ini beralasan sebagai kedaulatan rakyat. Jadi
kedaulatan rakyat ini menjadi sendi pengakuan oleh jenis manusia bahwa manusia berhak
menentukan nasib sendiri.
3. Menolak Subordinasi dan Humiliasi & Pola Produksi dan Tugas Restrukturiasi
Indonesia merdeka dituntut untuk mandiri. Kemandirian adalah bagian integral dan
makna dari merdeka itu sendiri. Dikarenakan kemandirian memberikan suatu martabat bagi
bangsa yang merdeka. Dari hal tersebut, suatu bangsa memperoleh suatu hakikat yang hanya
dapat dipahami oleh bangsa yang mampu mengenal harga diri dan percaya diri. Humanisme,
Humanisasi dan Emansipasi semacam ini bersumber dari ajaran agama Islam.
Masa jajahan merupakan masa subordinasi, distriminasi dan humiliasi. Maka dari itu,
mengakhiri masa jajahan adalah mengakhiri subordinasi dan distriminasi untuk menegakkan
emansipasi. Oleh karena itu, untuk mengakhiri kejahatan sosial politik, sosial struktural dan
sosial ekonomi tidak ada istilah beum matang untuk merdeka (Hatta, 1998). Mohammad
Hatta menegaskan perlunya terselenggara kemandiran ekonomi dengan cara segera
merestrukturperekonomian Indonesia, merubah Indonesia menjadi posisi “export economic”
dimasa jajahan yang menempatkan Hindia-Belanda sebagai usaha besar dan penyediaan
buruh rumah dengan cara eksploitatif, menjadi perekonomian yang mengutamakan
peningkatan tenaga beli rakyat dan menghidupkan tenaga produktif rakyat berdasarkan
kolektifisme (Suasono, 1992).
Saat ini menjadi kolonialisme yang baru dengan bertopeng globalisasi dan globalisme
dengan turbo kapitalisme asing sebagai aktor utama merupakan menjadu suatu living realty.
Adanya hal tersebut karena mulai berkembangnya industri, baik industri subsitusi impor
maupun industri promosi ekspor. Dan indonesia menjadi tempat empuk bagi penghisapan
ekonomi surplus oleh pihak asing. Pasar bebas menjadi suatu berhala yang baru secara
absolut dengan anggapan sebagai pendekar omniscient dan omnipotent, padahal pasar bebas
adalah instrumen ekonomi kaum globalis untuk memanfaatkan kelemahan secara struktural
bagi perekonomian di negara-negara berkembang. Hal ini telah terlihat dengan naiknya
investasi asing namun keuntungan untuk negara Indonesia sendiri menjadi menurun. Selain
itu akibat adanya hutang luar negri menyebabkan meningkatnya inervensi-intervensi negara
donor maupun negara-negara penerima bantuan, yang mana hal ini justru merusak perinsip
perekonomian, dengan mengabaikan keunggulan-keunggulan komparatif di negara-negara
penerima bantuan. Pinjaman tersebut merupakan “skenario Barat” untuk mempertahankan
negara terbelakang agar tetap dalam “status quo in depedency”.
Jika kita menyinggung badan keuangan dunia seperti IMF dapat diibaratkan sebagai
“Dewa Amputasi” dan bukan yang diharapkan yaitu; “Dewa Penyelamat” bagi ekonomi
Indonesia. Dan celakanya lagi setelah melakukan amputasi, biaya amputasinya yang
seharusnya ditanggung pihak yang menyebabkan kecelakaan atau accident tapi sebaliknya
dibebankan kepada sang pasien. Kekhawatiran tersebut terlihat terutama berdasarkan
pengalaman empiris yang telah terjadi dimana menunjukkan bahwa tingkat akan keberhasilan
(success rate) dari badan ekonomi IMF di berbagai banyak negara dinyatakan rasionya
dibawah dari 30 persen. Yang lebih tidak mengkhawatirkan adalah keberhasilan di bawah
30% tersebut hanya terlihat dari Negara kecil atau sedang tahap pembangunan (seperti
Indonesia), sedangkan untuk Negara yang berada diatasnya sedikit hampir menyentuh angka
nol persen.
Hal ini tentunya menjadi pertanyaan bagi seluruh pemimpin di dunia agar dapat
melakukan interopeksi diri dan mencari jalan alternative yang lebih baik supaya tidak terjatuh
ke dalam jurang yang sama. Sudah saatnya ekonomi di dunia tidak dikuasai dan dikendalikan
oleh Negara maju saja, namun semua Negara di dunia ini harus memiliki peranan yang sama
pentingnya. Beberapa Negara maju seperti Amerika Serikat memang tetap mempertahankan
argumentasinya bahwa dengan menggunakan system kapitalisme dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi dunia lebih cepat. Oleh karena itu, tidak heran jika hal itu tidak akan
membawa perubahan yang berarti, karena masing-masing Negara lebih mengutamakan
kepentingan sendiri dari pada kepentingan masa depan ekonomi dunia agar dapat berjalan
lebih baik. Tidak hanya keras dalam menghasilkan kesepakatan keputusan yang lebih baik,
namun diperlukan niat yang tulus dan ikhlas untuk mencapai semua itu.
Pada kesempatan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa tidak
akan meminta bantuan lagi kepada Dana Moneter Internasional (IMF) jika dampak keuangan
krisis suatu saat akan semakin membebani perekonomian nasional. SBY menyatkan bahwa
IMF harus menerapkan dan melaksanakan kebijakannya dengan “country by country”,
dimana setiap Negara memerlukan penanganan khusus untuk keluar dari krisis yang
dihadapinya dimana dapat dikatakan memerlukan bantuan dengan persyaratan tertentu
dengan juga kondisi-kondisi tertentu agar kebijakan moneter tersebut dapat berhasil dan
suskses sesuai yang diharapkan oleh semua pihak. Karena permasalahn ekonomi dari suatu
Negara tidak boleh disamaratakan masalahnya dan begitu juga cara penyelesaian masalahnya.
Oleh karena itu sudah saatnya kebijakan ekonomi yang dikeluarkan IMF yang lama dimana
lebih bersifat general dan harus segera dirubah dan ditinggalkan.
1. Pendekatan program IMF terutama berdasarkan pada penambahan beban utang untuk
mendukung posisi neraca pembayaran.
2. Program IMF mencakup bidang di luar kemampuan profesional dan kompetensi utama staf
IMF. Jika Indonesia ingin segera bangkit dan bermimpi menjadi lima negara terbesar di Asia
dalam waktu 15 tahun, maka sudah saatnya reformasi dan vitalisasi di sektor infrastruktur,
investasi, perbankan, industri, pertanian, birokrasi, dan kelembagaan harus segera dilakukan.
Selain IMF yang berperan dalam ketidakmandirian negara Indonesia adalah adanya
Pasar-bebas akan menggagalkan cita-cita mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pasar-bebas dapat mengganjal cita-cita Proklamasi Kemerdekaan untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, pasar-bebas
memarginalisasi yang lemah dan miskin. Dari hal ini dapat terlihat bahwa adanya sistem
“pilih kasih” yang berlaku di pasar bebas, mana yang produktivitasnya sekit mereka tidak
bisa mendapatkan kredit, selain itu mereka yang tidak memiliki uang atau modal hanya dapat
berdiri sebagai penonton dalam pasar bebas tersebut. Sebenarnya kita tidak menghindari
pasar namun kita lebih mengkritisi adanya pasar bebas. Sebenarnya pasar bebas hanyala
sebuah hal yang imaginer yang hanya ada dalam teks dan buku, pasar bebas terdapat asumsi
bahwa terjadi persaingan yang bebas, namun bebas yang dimaksud ternyata bukanlah bebas
yang sepenuhnya, bukan hanya epentingan ekonomi yang ada dalam pasar bebas, namun
kepentingan non-ekonomi khususnya politik ang muncul dan mendistorsi dan menghalangi
terjadinya persaingan bebas Tanpa persaingan bebas, sebagaimana dalam kenyataannya, tidak
akan ada pasar-bebas yang sebenarnya. Maka Adam Smith boleh terperanjat bahwa the
invisible hand has turned into a dirty hand.
Induk dari lahirnya privatisasi sendiri adaah paa bebas, dengan adanya pasar bebas
sektor produksi yang penting bagi negara dilepaskan dan menjadi hak milik pribadi padahal
jika hal itu diolah dengan baik maka dapat memperbaiki ekonomi rakyat. Pemujaan dan
penyandaran (reliance) pada pasar-bebas merupakan ujud dan parsialitas pemikiran ekonomi
(mainstream) yang hanya mampu mengakui persaingan (competition) dan inisiatif individual
sebagai penggerak kemajuan ekonomi global, mengabaikan kerjasama (cooperation) sebagai
penggerak kekuatan ekonomi berdasar mutualitas antar individu yang tak kalah handalnya.
7. Penutup
Reformasi dalam konteks kenegaraan tidak saja berarti pembaharuan menuju
Indonesia maju dan terbentuknya civil society tetapi juga mengandung arti back to basics,
kembali ke rel sesuai dengan cita-cita Kemerdekaan Indonesia. Untuk itu reformasi perlu
diselenggarakan berdasar platforms nasional yang tegas sebagai landasan berpija. Berikut
merupakan hasil dari pemikiran pemikiran dari Mohamad Hatta yaitu:
1. Mempertahankan Indonesia Merdeka, Berdaulat dan Bersatu (menjunjung tinggi
national sovereignity dan territorial integrity)
2. Berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, berkepribadian dalam budaya.
3. Kepentingan nasional adalah utama, tanpa mengabaikan tanggung jawab global,
dengan menganut politik luar negeri “bebas aktif”.
4. Pembangunan ekonomi adalah derivat untuk mendukung pembangunan rakyat,
bangsa dan negara. Dalam bidang ekonomi pengembangan ekonomi rakyat memberi
rnakna substantif terhadap platform ini.
5. Hubungan ekonomi nasional berdasar “kebersamaan” (mutuality) dan “asas
kekeluargaan” (brotherhood atau ukhuwah, bukan kinship, atau kekerabatan) yang
partisipatif dan emansipatif. Keadilan yang genuine hanya bisa terwujud di dalam
suasana kekeluargaan (brotherhood atau ukhuwah) itu.
6. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya sebagai pokokpokok
kehidupan rakyat, digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, dari generasi ke
generasi.
7. Proaktif ikut mendisain ujud globalisasi, berposisi sebagai subyek, bukan obyek
dalam globalisasi.
8. Untuk melaksanakan Otonomi Daerah dalam NKRI, kita harus tetap membangun
Pemerintah Pusat yang kuat, yang kita tolak adalah Sentralisme Pusat.
9 Yang kita tuju adalah “Pembangunan Indonesia” bukan sekedar “Pembangunan di
Indonesia “.
10 Hutang luar negeri bersifat pelengkap dan sementara. Investasi asing berdasar pada asas
mutual benefit bukan predominasi (tidak overheersen).
Daftar Pustaka
Mukeri. Kemandirian Ekonomi Solusi Untuk Kemajuan bangsa