Anda di halaman 1dari 2

Awal terbentuknya meteralisasi adalah bertujuan untuk meratakan aliran air supaya

masyarakat dapat berkecukupan atau dapat pembagian yang seimbang. Meteralisasi berawal
dari adanya kendala yaitu merusak satu sama lain dan akhirnya diberikan pipa-pipa untuk
dibentuk meteralisasi agar tidak terjadi permusuhan akibat ketidakmerataan pembagian air.
Pembuatan meteralisasi ini juga bertujuan agar warga yang dulu bisa secara bebas mengambil
air sekarang dapat dikontrol dalam pembagian air ke setiap warga desa. Namun dalam
pembuatan meteralisasi, warga tidak dilibatkan dalam musyawarah yang dilakukan oleh
Kepala Desa, Ketua Hipam, dan Perangkat Desa yang terlibat. Sehingga banyak warga Desa
Sumbertempur yang tidak mengetahui segala macam yang berkaitan dengan meterlisasi.
Warga mengetahui meternisasi hanya melalui surat edaran dan langsung dibuat Tandon
(tempat penampungan air) oleh pengurus HIPAM. Surat edaran tersebut berisikan Daftar
Rencana Anggaran Belanja (DRAB) Program Pembangunan Meteralisasi.

Dalam meteralisasi warga yang menggunakan air dikenakan biaya cukup murah
sebesar Rp.40.000/Tahun dalam per 10 kubik, tetapi jika lebih dari batas yang telah
ditentukan maka akan dikenakan biaya tambahan. Namun ada yang memberatkan warga
mengenai biaya pendaftaran yang tercantum dalam surat edaran. Surat edaran tersebut
bertuliskan bahwa setiap anggota atau konsumen dimintai biaya tambahan sebesar Rp.
250.000, dengan terpaksa mereka membayar biaya tersebut. Akan tetapi masyarakat tidak
menyetujui adanya anggaran tambahan karena antara masyarakat dengan pengurus HIPAM
membuat kesepakatan bahwa bisa mendapatkan meteralisasi hanya dengan menyumbang
tenaga dalam pembangunan, tetapi pada kenyataannya untuk menikmati meteralisasi warga
harus membayar biaya tambahan tersebut. Bukan itu saja, warga hanya mengetahui hasil
rincian pemasukan dan pengeluaran dari DRAB tanpa tahu berapa nominal-nominal
diperlukan yang telah ditetapkan oleh pengurus HIPAM. Namun , jika terkait biaya pertahun,
warga mengtahui rincian untuk biaya walaupun bukan mengetahui langsung dari musyawarah
ataupun informasi dari pihak HIPAM. Warga mengetahui bahwa biaya yang harus mereka
keluarkan tersebut adalah untuk gaji pengurus HIPAM dan untuk biaya pembelian peralatan
terkait meteralisasi. Dengan biaya tersebut maka warga tidak keberatan untuk membayar
karena mereka secara tidak langsung sudah mengetahui rincian biayanya.

Dalam hal ini masyarakat merasa keberatan, namun mereka tidak bisa mengutarakan
pendapatnya dan hanya bisa mengikuti apa yang sudah ditetapkan oleh pihak HIPAM karena
resiko sangsi sosial yang kemungkinan didapat jika menolak peraturan tersebut. Sangsi sosial
yang kemungkinan didapat yaitu berupa dikucilkan karena telah menolak kebijakan desa.
sehingga mereka sampai saat ini tidak ada yang melakukan aksi protes. Namun masyarakat
banyak yang belum menyerahkan anggaran tambahan pada waktu yang telah ditetapkan oleh
HIPAM, artinya dalam hal ini masyarakat telah menunjukkan sikap penolakannya terhadap
adanya anggaran tambahan dan mengenai masalah ini, pihak HIPAM justru menambah
jangka waktu pembayaran.

http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-
ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2014/08/E-Jornal-Suhana-NIM-100565201399.pdf

http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Rural&Village/SE-
Papers/Kedudukan%20dan%20kewenangan%20Desa%20GK.pdf

Anda mungkin juga menyukai