Anda di halaman 1dari 6

Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590

Rancangan Intervensi Berbasis “Cognitive-Behavioral Therapy”


untuk Menanggulangi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Unisba
1
Umar Yusuf, 2Milda Yanuvianti, 3Farida Coralia

1,2,3
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Taman Sari No. 1 Bandung 40116

Abstrak. Prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda yang dilakukan pada


jenis-jenis tugas akademik, seperti tugas akhir atau skripsi. Terapi Kognitif
Behavioral (CBT) adalah bentuk psikoterapi yang bertujuan membantu individu
mengatasi masalahnya melalui pengenalan, identifikasi dan modifikasi isi kognisi
individu yang tidak berfungsi (dysfunctional) yang dapat berupa asumsi, sikap, dan
aturan yang irasional dan pikiran otomatis yang negatif. Tujuan penelitian ini untuk
mendapatkan gambaran prokrastinasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi
Unisba yang sedang menyelesaikan skripsi, dan merancang intervensi berbasis
pendekatan CBT untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif, dengan pengambilan sampel secara purposive. Subyek
penelitian terdiri dari 32 orang mahasiswa fakultas psikologi Unisba yang sedang
mengerjakan skripsi. Berdasarkan Tuckman Procrastination Scale diperoleh
gambaran bahwa prokrastinasi yang dialami oleh subyek berada pada kategori
ringan, sedang, dan berat; hasil terbanyak pada kategori sedang. Hasil
wawancara mendalam terhadap 14 orang dari 32 subyek, mengungkapkan bahwa
seluruh subyek menampilkan karakteristik prokrastinasi secara umum, yaitu :
Menunda mengerjakan tugas skripsi, dan adanya perasaan tidak nyaman selama
penundaan dilakukan. Hasil juga mengungkapkan dua jenis core belief yaitu tidak
mampu pada 10 orang, dan tidak disayang pada 4 orang. Intermediate beliefs yang
muncul, berupa: Skripsi dimaknakan sebagai tugas yang berat, menimbulkan
ketidaknyaman, tugas yang melelahkan, menimbulkan rasa sedih, marah dan
kecewa. Asumsi dan aturan irasional yang muncul diantaranya: harus pandai untuk
menyelesaikan skripsi, terlalu bodoh untuk mengerjakan skripsi, saya harus pintar
bahasa Inggris untuk menyelesaikan skripsi, dan saya harus pandai menulis agar
skripsi selesai. Pikiran otomatis yang terungkap berkaitan dengan pengerjaan
skripsi: Saya takut salah, saya malas mengerjakan skripsi, skripsi terlalu sulit buat
saya, saya tidak akan pernah bisa mengikuti keinginan pembimbing, dan saya tidak
peduli dengan skripsi.

Key Words: prokrastinasi akademik, Cognitive Behavioral Therapy

1. Latar belakang masalah


Mahasiswa dalam konteks sebagai pembelajar di perguruan tinggi diharapkan
sejak awal mampu menampilkan perilaku produktif, diantaranya menyelesaikan tepat
waktu berbagai tugas yang berkaitan dengan perkuliahan yang diikutinya. Berdasarkan
hasil penelitian BEM Fakultas Psikologi Unisba tahun akademik 2008/2009 terhadap
mahasiswa yang sedang melakukan skripsi didapatkan beberapa data, yaitu (1) rata-rata
waktu kelulusan mahasiswa fakultas Psikologi Unisba adalah 5,5 tahun, (2) mahasiswa
yang mengambil skripsi tepat di tahun pengambilan (pada semester ke-8) membutuhkan
waktu rata-rata 3 semester untuk menyelesaikannya, dan jumlah mahasiswa yang lulus
tepat waktu hanya 3-5 orang per semester. Sementara itu, data bagian akademik fakultas

431
432 | Yusuf Umar, et al.

Psikologi Unisba menunjukkan sedikitnya sekitar 200 mahasiswa yang


mengontrak skripsi pada tiap semester, namun hanya 25% yang berhasil lulus dalam
semester tersebut, dan kurang dari 10% dari mahasiswa yang lulus tersebut merupakan
kelulusan tepat waktu (data tahun akademik 2009/2010). Data-data di atas juga sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 mahasiswa fakultas Psikologi
Unisba yang tergolong lama dalam penyelesaian skripsinya (mengontrak skripsi lebih
dari 2 semester), yang menunjukkan bahwa sebesar 51,2% dari subjek penelitian
merupakan prokrastinator dengan arah prokrastinasi yang tinggi dengan indikasi sebagai
berikut: merasa tidak yakin dengan kemampuannya meskipun memiliki IPK lebih dari
2,50; berencana untuk melakukan bimbingan skripsi namun tidak dilakukan;
mengerjakan aktivitas yang tidak berhubungan dengan skripsi; dan menghayati skripsi
sebagai tugas yang tidak menyenangkan sehingga memilih untuk menghindar (Ilma,
Yanuvianti, dan Damayanti, 2010)
Prokrastinasi pada dasarnya merupakan suatu perilaku menunda, baik dalam
mengambil keputusan, melakukan suatu tugas yang seharusnya diselesaikan karena
adanya perasaan tidak nyaman yang dimaknakan secara subjektif atau internal sifatnya
(Haycock, McCarthy, dan Skay, 1998; Solomon dan Rothblum, 1984). Menurut Ellis
dan Knaus (1977, dalam Solomon dan Rothblum, 1984), sekitar 95% mahasiswa
melakukan prokrastinasi. Fakta mengungkapkan bahwa prokrastinasi menyebabkan
penurunan prestasi akademik (Sem, Glick, dan Spencer, 1979 dalam Solomon dan
Rothblum, 1984). Selain itu, ada kecenderungan meningkatnya prokrastinasi seiring
dengan semakin lamanya mahasiswa berada di fakultas atau perguruan tinggi. Secara
internal, konsekuensi prokrastinasi menimbulkan penyesalan, mudah terluka perasaan,
kecewa, bahkan menyalahkan diri sendiri (Rothblum, Solomon, dan Murakami, 1986;
Solomon dan Rothblum, 1984, dalam Haycock, McCarthy dan Skay, 1998).
Pendekatan Kognitif-Behavioral dipilih sebagai dasar penyusunan rancangan intervensi
oleh karena seperti yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum (1984) bahwa tidak
cukup hanya disebabkan oleh pengelolaan waktu yang buruk ataupun kebiasaan belajar
yang tidak baik, prokrastinasi lebih didasari oleh penyebab yang lebih kompleks yaitu
interaksi antara tiga komponen yang saling berhubungan yaitu kognitif, afektif dan
aspek perilaku.
Maksud penelitian ini adalah untuk menyediakan suatu rancangan intervensi
yang berbasis pendekatan Kognitif-Behavioral untuk mengatasi masalah prokrastinasi
akademik pada mahasiswa fakultas psikologi Unisba. Tujuan penelitian adalah: (1)
Memetakan dan menganalisis permasalahan prokrastinasi akademik di fakultas
Psikologi Unisba, dan (2) Menyusun suatu rancangan intervensi berdasarkan analisis
terhadap permasalahan yang ditemukan. Dengan demikian, rumusan permasalahan
penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar derajat (taraf) prokrastinasi akademik pada mahasiswa fakultas
Psikologi Unisba yang menunda penyelesaian skripsinya?
2. Keyakinan irasional apa sajakah yang melatarbelakangi mahasiswa skripsi yang
melakukan prokrastinasi akademik?
3. Bagaimanakah modul intervensi yang efektif untuk mengubah keyakinan
irasional berdasarkan pendekatan CBT?

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Rancangan Intervensi Berbasis “Cognitive-Behavioral Therapy” untuk Menangulangi Prokrastinasi ... | 433

2. Metodologi

2.1 Prokrastinasi akademik


Solomon dan Rothblum (1984) membagi enam area akademik yang biasa terjadi
prokrastinasi. Enam area akademik tersebut, yaitu: (1) Tugas menulis, contohnya antara
lain keengganan dan penundaan mahasiswa dalam melaksanakan kewajiban menulis
makalah, laporan, dan tugas menulis lainnya, (2) Belajar menghadapi ujian, contohnya
mahasiswa melakukan penundaan belajar ketika menghadapi ujian, baik ujian tengah
semester, ujian akhir semester, kuis-kuis, maupun ujian yang lain, (3) Tugas membaca
per minggu, contohnya antara lain penundaan dan keengganaan mahasiswa membaca
buku referensi atau literatur-literatur yang berhubungan dengan tugas akademiknya, (4)
Tugas administratif, meliputi penundaan pengerjaan dan penyelesaian tugas-tugas
administratif, seperti menyalin catatan materi perkuliahan, membayar SPP, mengisi
daftar hadir (presensi) kuliah, presensi praktikum, dan lain-lain, (5) Menghadiri
pertemuan, antara lain penundaan dan keterlambatan dalam menghadiri kuliah,
praktikum, seminar, dan pertemuan lainnya, dan (6) Tugas akademik lainnya pada
umumnya, yaitu penundaan mahasiswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas-
tugas akademik lainnya secara umum.

2.2 Konseptualisasi Kognitif dalam CBT


Konseptualisasi kognitif dalam CBT merupakan suatu kerangka kerja
berdasarkan model kognitif, digunakan terapis untuk memahami masalah klien.
Konseptualisasi kognitif menekankan bahwa emosi dan perilaku individu dipengaruhi
oleh persepsinya terhadap suatu kejadian/peristiwa. Bukan situasi atau hal-hal yang
terkandung dalam situasi tersebut yang menentukan apa yang dirasakan atau dilakukan
oleh individu, melainkan bagaimana individu mengkonstruk suatu situasi (Beck, 1964;
Ellis, 1962, dalam Beck, 1995). Ada 2 unsur penting dalam menyusun suatu
konseptualisasi kognitif yang didasarkan oleh model kognitif, yaitu: (1) Pikiran
Otomatis (automatic thoughts) yang merupakan pikiran-pikiran yang munculnya secara
cepat dan bersifat evaluatif terhadap sesuatu. Pikiran ini bukan muncul berdasarkan
proses nalar, tetapi lebih otomatis dan spontan sifatnya; (2) Keyakinan-keyakinan
(beliefs), yang terdiri dari core belief dan intermediate beliefs.

2.3 Rancangan Intervensi Berbasis Cognitive-Behavioral Therapy


Kegiatan pembuatan rancangan intervensi ini dilakukan berdasarkan atas analisis
kuantitatif dan kualitatif perilaku prokrastinasi serta studi literatur pada konsep dan teori
yang berkaitan dengan perancangan intervensi. Proses pembuatan rancangan intervensi
ini dilakukan dua tahap, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis perilaku prokrastinasi akademik pada
mahasiswa skripsi fakultas Psikologi Unisba
2. Membuat rancangan intervensi berbasis Cognitive-Behavioral Therapy untuk
mengubah perilaku prokrastinasi.

2.4 Subjek Penelitian


Populasi penelitian adalah mahasiswa fakultas Psikologi Unisba yang sedang
menyelesaikan skripsi. Subyek penelitian sebanyak 32 orang diperoleh dengan
menggunakan teknik sampling purposif yaitu mahasiswa yang sedang menyelesaikan
skripsi, dengan waktu pengambilan lebih dari dua semester

ISSN 2089-3590 | Vol 2, No.1, Th, 2011


434 | Yusuf Umar, et al.

2.5 Teknik Pengambilan Data dan Alat Ukur


Pengambilan data, yaitu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara
(qualitative inquiry), dengan rincian sebagai berikut:
1. Tuckman Procrastination Scale (TPS) merupakan kuesioner untuk mendapatkan
data mengenai taraf perilaku prokrastinasi. Kuesioner ini disusun oleh Tuckman
(1991, dalam Ferrari dkk., 1995) yang dikembangkan untuk mendeteksi apakah
mahasiswa memiliki kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik. Alat ukur
dapat dilihat selengkapnya di lampiran.
2. Wawancara (qualitative inquiry) disusun oleh peneliti berdasarkan pendekatan
Cognitive-Behavioral Therapy. Guidance wawancara yang disusun bertujuan
untuk mendapatkan data mengenai konseptualisasi kognitif subjek penelitian
mengenai perilaku penundaan dalam menyelesaikan skripsi. Guidance
wawancara dapat dilihat di lampiran.

3. Hasil dan Pembahasan


Pengukuran menggunakan Tuckman Procrastination Scale mengungkapkan
bahwa taraf prokrastinasi dari subjek penelitian berada pada taraf rendah sebanyak 14
orang (41,18%), yang berada pada taraf sedang sebanyak 18 orang (52,94%), dan yang
berada pada taraf tinggi sebanyak 2 orang (5,88%). Dari 14 subyek ditemukan bahwa
seluruh subyek memenuhi kriteria tergolong tipe umum dari prokrastinator menurut
Bosco (2010), yaitu melakukan penundaan secara sadar terhadap tugas yang dihadapi
sehingga tugas tidak selesai. Ciri lain dari tipe umum ini adalah bahwa mereka pada
saat menunda, tetap memikirkan tentang tugas skripsi yang belum juga diselesaikan, ada
perasaan bersalah, namun membuat alasan untuk tidak segera memulainya. Secara
spesifik, terdapat prokrastinator tipe avoidant yaitu berupaya menghindari situasi yang
menekan atau mengandung stres dengan menunda mengerjakan hal yang
menyebabkannya tertekan tersebut. Contoh: BN yang menyatakan cemas bila ia cepat
lulus atau cepat menyelesaikan skripsinya, karena itu berarti ia akan terancam untuk
menganggur. Ada subyek NN dan AP yang tergolong tipe avoidant juga karena
beranggapan bahwa menulis adalah tugas yang sulit, termasuk skripsi. Oleh karena itu
mereka juga memilih untuk menunda pengerjaan skripsi. Prokrastinator yang tidak
terorganisir (disorganized type) muncul pada subyek CT yang merasa sudah terlalu
lelah untuk mengerjakan skripsinya karena ia bekerja. Dalam hal ini CT tidak mampu
menentukan prioritas dan menurut Bosco (2010), prokrastinasi tipe disorganisasi ini
cenderung menyepelekan tentang berapa banyak waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu tugas dan lebih melihat bahwa waktu yang tersedia untuk
mengerjakannya lebih banyak, meskipun pada kenyataannya tidak demikian.
Prokrastinator tipe peragu (self doubting) merupakan mereka yang menunda
menyelesaikan skripsi karena ragu-ragu atau tidak yakin dengan kemampuan dirinya.
Mereka tidak percaya diri dan ada ketakutan akan melakukan kesalahan atau gagal. Hal
ini ditemukan pada subyek EV yang menunda-nunda menyerahkan hasil pengambilan
datanya dan sedang mempertimbangkan untuk mengganti topik skripsinya karena
merasa tidak yakin dengan hasil yang diperolehnya setelah pengambilan data. Tipe ini
juga muncul pada DN yang menilai dirinya bodoh, tidak bisa memahami maksud
pembimbing sehingga tidak juga menyelesaikan skripsi, bahkan belum mengalami
kemajuan dari bab 1 pada skripsinya tersebut.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Rancangan Intervensi Berbasis “Cognitive-Behavioral Therapy” untuk Menangulangi Prokrastinasi ... | 435

CBT menekankan pada pentingnya peran isi kognitif seseorang terhadap perilaku
maupun suasana hatinya. Jadi bagaimana seseorang memaknakan suatu stimulus yang
terjadi di lingkungan, maka hal itulah yang akan menentukan perilaku dan atau emosi
apa yang akan muncul. Ada 3 komponen utama yang mendapat perhatian dari
psikoterapi berbasis CBT, yaitu pikiran otomatis, intermediate beliefs dan core belief.
Menurut Beck (1995), core belief merupakan hal yang paling mendasar dan hal ini
terbentuk melalu pengalaman dan proses interaksi yang terjadi sejak masa awal
kehidupan individu. Misalnya, pengalaman masa kecil bersama orang tua atau saudara
kandung akan berpengaruh dan membentuk core belief tertentu pada individu. Ada dua
kategori core belief , yaitu tidak mampu dan tidak disayang.
Dari data hasil wawancara, diperoleh bahwa 4 orang dari 14 subyek (28,57%)
memiliki core belief tidak disayang ( unlovably). Sementara 10 orang lainnya (71,43%)
memiliki core belief tidak mampu. Kedua kategori core belief tersebut dalam
kenyataannya sama-sama menimbulkan perilaku menunda skripsi, namun berbeda
dalam alasan melakukannya. Yang membedakannya adalah unsur berikutnya yaitu
intermediate belief, yaitu bagaimana sikap, asumsi dan aturan-aturan yang
mempengaruhi perilaku subyek.
Selain didapatkan gambaran mengenai sikap, asumsi, aturan dan pikiran otomatis dari
subyek penelitian, dari hasil wawancara juga diperoleh data bahwa mereka adalah
prokrastinator dalam menyelesaikan tugas skripsi. Ciri prokrastinator tampak pada
penundaan yang dilakukan terhadap tugas skripsi dengan berbagai alasan. Dari 14
subyek ditemukan bahwa seluruh subyek memenuhi kriteria tergolong tipe umum dari
prokrastinator menurut Bosco (2010), yaitu melakukan penundaan secara sadar terhadap
tugas yang dihadapi sehingga tugas tidak selesai. Ciri lain dari tipe umum ini adalah
bahwa mereka pada saat menunda, tetap memikirkan tentang tugas skripsi yang belum
juga diselesaikan, ada perasaan bersalah, namun membuat alasan untuk tidak segera
memulainya.
Selanjutnya, secara spesifik diantara 14 orang yang diwawancarai terdapat
prokrastinator tipe avoidant yaitu berupaya menghindari situasi yang menekan atau
mengandung stres dengan menunda mengerjakan hal yang menyebabkannya tertekan
tersebut. Seperti halnya subyek BN yang menyatakan cemas bila ia cepat lulus atau
cepat menyelesaikan skripsinya, karena itu berarti ia akan terancam untuk menganggur.
Ada pula subyek NN dan AP yang tergolong tipe avoidant juga karena beranggapan
bahwa menulis adalah tugas yang sulit, termasuk skripsi. Oleh karena itu mereka juga
memilih untuk menunda pengerjaan skripsi.

4. Penutup
Simpulan
1. Hasil pengukuran yang diperoleh dari Tuckman Procrastination Scale
menunjukkan bahwa 32 subjek penelitian memunculkan perilaku prokrastinasi
dengan taraf yang bervariasi. 52,94% dari 32 orang subjek berada pada taraf
sedang, 41,18% berada pada taraf rendah sedangkan sisanya, yaitu 5,88% berada
pada taraf tinggi.
2. Faktor yang melatar belakangi prokrasinasi akademik adalah:
 Core belief merasa tidak disayang sebesar 28,57%
 Core belief merasa tidak kompeten sebesar 71,43%
3. Teknik terapi yang dirancang untuk mengatasi pikiran dan tindakan yang tidak
rasional dilakukan melalui konseling dengan menggunakan pendekatan

ISSN 2089-3590 | Vol 2, No.1, Th, 2011


436 | Yusuf Umar, et al.

Cognitive Behavior Therapy, terutama untuk mengubah asumsi, sikap, dan


aturan (rule) yang menyimpang ke dalam perilaku yang sehat.

Saran
1. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa perilaku prokrastinasi
seringkali diiringi dengan kecemasan, oleh sebab itu untuk penelitian
selanjutnya peneliti menyarankan menggunakan tambahan perangkat
pengukuran yang dapat menggali kecemasan pada perilaku prokrastinasi.
2. Untuk melihat efektivitas dari rancangan intervensi, maka penelitian selanjutnya
yang harus dilakukan adalah menguji efektivitas dari rancangan intervensi.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh fakultas lain untuk mengidentifikasi
lebih awal perilaku prokrastinasi pada mahasiswa sehingga dapat segera
ditangani.

Ucapan terima kasih


Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada LPPM Unisba yang telah membantu
dalam pendanaan penelitian ini hingga selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Beck, Judith S. 1995. Cognitive Therapy, Basics and Beyond. New York : The Guilford
Press.
Burka, J.B., & Yuen, L.M. 1983. Procrastination: Why you do it, what to do about it,
Reading, MA: Addison-Wesley.
Basco, Monica R. 2010. The Procrastinator’s Guide to Getting Things Done. New York
: The Guilford Press.
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & Mc Cown, W. G. 1995. Procrastination and Task
Avoidance: Theory, Research and Treatment. New York: Plenum Press.
Ghufron, M. Nur. 2003. Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja terhadap
Penerapan Disiplin Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Haycock, A. Laurel, Patricia McCarthy, Carol L. Skay. 1998. Procrastinationin College
Students: The Role of Self-Efficacy and Anxiety. Journal of Counseling &
Development, Summer 1998. Volume 76.
Ilma, L.N., Yanuvianti, M., & Damayanti, T. 2010. Hubungan antara Efikasi Diri
dengan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang menyelesaikan skripsi. Skripsi.
Bandung: Universitas Islam Bandung.
Knaus, W. 2010. End Procrastination Now!. Get it Done with a Proven Psychological
Approach. New York : McGraw-Hill.
Knaus, W. 2010.The Procrastination Workbook. Your Personalized Program for
Breaking Free from the Patterns That Hold You Back. New Harbinger Publ.Inc.
Perina, K. How do Students cope with their Procrastination. They Lie. Psychology
Today; Nov/Dec 2002; 35, 6.
Solomon, L.J.& Rothblum, E.D. 1984. Academic Procrastination: Frequency and
Cognitive-Behavioral Correlates. Journal of Counseling Psychology, 31, 504-
510.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Anda mungkin juga menyukai