Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Kepribadian Semester V Tahun Akademik 2014/2015
(Dosen: Teti Ratnawulan, Dra., M.Pd.)
oleh :
Agis Tresna Dwiningrum (NIM: 41032102121163)
Anisa Sa’diyah (NIM: 41032102121201)
Burhanudin Robani (NIM: 41032102121166)
Fenni Cipta Adianti (NIM: 41032102121199)
Irman Surahman (NIM: 41032102121194)
Muhammad Arlene Ruliana (NIM: 41032102121217)
Novia Alfiatul Fiqri (NIM: 41032102121202)
Rossy Asniar (NIM: 41032102121182)
Siti Aisyah (NIM: 41032102121210)
Yuni Fitri Sujudi (NIM: 41032102121205)
Biografi
Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, Austria–Hongaria,
sekarang Republik Ceko. Ia adalah pionir cikal bakal psikoanalisa. Saat ia berumur empat
tahun keluarganya pindah ke Wina dan di situlah dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya.
Freud meraih gelar sarjana kedokteran dari Universitas Wina tahun 1881. Selama sepuluh
tahun berikutnya dia melakukan penyelidikan mendalam di bidang psikologi, membentuk staf
klinik psikiatri, melakukan praktek pribadi di bidang neurologi, bekerja di Paris bersama
neurolog Perancis kenamaan Jean Charcot dan juga bersama dokter Josef Breuer asal Wina.
Gagasan Freud di bidang psikologi berkembang tingkat demi tingkat. Pada tahun 1895,
bekerja sama dengan Breuer ia merilis buku pertamanya yakni Penyelidikan tentang Histeria.
Buku berikutnya Tafsir Mimpi terbit tahun 1900. Buku ini merupakan salah satu karyanya
yang paling orisinal dan sekaligus paling penting, meski pada awalnya penjualan buku ini
lesu,mampu membuat namanya terkenal.
Di tahun 1902 dia mengorganisir kelompok diskusi masalah psikologi di Wina. Salah seorang
anggota pertama yang menggabungkan diri adalah Alfred Adler, dan beberapa tahun
kemudian ikut pula Carl Yung. Kedua orang itu akhirnya menjadi ahli ilmu psikologi. Pada
tahun 1908 tatkala Freud memberi serangkaian ceramah di Amerika Serikat, Freud sudah jadi
orang yang terkenal.
Pada saat-saat akhir hidupnya dia terkena kanker pada tulang rahangnya dan sejak tahun 1923
dia mengalami pembedahan lebih dari tiga puluh kali dalam rangka memulihkan kondisinya.
Meski begitu, dia tetap bekerja dan menghasilkan beberapa karya penting. Di tahun 1938 saat
Nazi menduduki Austria, Sigmund Freud yang sudah berusia 82 tahun dipaksa pergi ke
London, setahun kemudian ia meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan enam
orang anak.
Dinamika Kepribadian
1. Naluri
Menurut konsep Freud, naluri atau instink merupakan representasi psikologis bawaan
dari eksitasi akibat muncul suatu kebutuhan tubuh. Bentuk naluri menurut Freud adalah
pengurangan tegangan (tension reduction). (Minderop, 2010: 24)
2. Macam-macam Naluri
Menurut Freud, naluri yang terdapat dalam diri manusia bisa dibedakan dalam: eros
atau naluri kehidupan (life instinct) dan naluri kematian (death instinct). Naluri kehidupan
adalah naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego. Sedangkan naluri kematian adalah
naluri yang mendasari tindakan agresif. (Minderop, 2010: 25)
3. Naluri Kematian dan Keinginan Mati
Freud meyakini bahwa perilaku manusia dilandasi oleh dua energi mendasar yaitu,
pertama, naluri kehidupan (life instinct). Dan kedua, naluri kematian yang mendasari
tindakan agresif. Naluri kematian dapat menjurus pada tindakan bunuh diri atau pengrusakan
diri (self-destructive behavior). (Minderop, 2010: 27)
4. Kecemasan (Anxitas)
Situasi apa pun yang mengancam kenyamanan suatu organisme diasumsikan
melahirkan suatu kondisi yang disebut anxitas. Berbagai konflik dan bentuk frustasi yang
menghambat kemajuan individu untuk mencapai tujuan merupakan salah satu sumber
anxitas. Ancaman dimaksud dapat berupa ancaman fisik, psikis, dan berbagai tekanan yang
mengakibatkan timbulnya anxitas.
Freud percaya bahwa kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar merupakan
akibat dari konflik antara pulsi id dan pertahanan dari ego dan super-ego. Kebanyakan dari
pulsi tersebut mengancam individu yang disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal
atau berseberangan dengan nilai-nilai dalam suatu masyarakat, oleh karena tekanan tersebut,
manusia melakukan manuver melalui mekanisme pertahanan. (Minderop, 2010: 27-28)
Klasifikasi Emosi
Kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali dianggap sebagai
emosi yang paling mendasar (primary emotions). Situasi yang membangkitkan perasaan-
perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya dan mengakibatkan
meningkat ketegangan. Selain itu, kebencian atau perasaan benci (hate) berhubungan erat
dengan perasaan marah, cemburu, dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci ialah
timbunya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian.
Perasaan benci bukan sekedar timbulnya perasaan tidak suka atau aversi/enggan yang
dampaknya ingin menghindar dan tidak bermaksud menghancurkan. Sebaliknya, perasaan
benci selalu melekat di dalam diri seseorang, dan ia tidak akan pernah merasa puas sebelum
menghancurkannya; bila objek tersebut hancur ia akan merasa puas. Perasaan bersalah dan
menyesal, rasa malu serta cinta juga termasuk ke dalam klasifikasi emosi. (Minderop, 2010:
39)
Teori Seksualitas
Di antara beberapa aspek pemikiran Freud, ia memberi tempat khusus pada masalah
seksualitas, dan masalah ini pula yang banyak menimbulkan kritik dan penolakan terhadap
dirinya. Banyak orang memahami seksualitas berkaitan semata pada masalah alat-alat
reproduksi. Penolakan besar-besaran terhadap Freud terjadi ketika ia membahas masalah
seksualitas pada anak-anak. Orang berpendapat, mana mungkin anak-anak memiliki
pengalaman yang berhubungan dengan seksualitas. Bagi freud, masalah seksualitas lebih
jauh, lebih luas, dan lebih awal usianya daripada sekedar seksualitas genital.
Freud membedakan tiga periode kehidupan seksual infantil: pertama periode kegiatan
seksual awal, didominasi oleh oto-erotisme, yaitu menemukan kesenangan melalui daerah
erogen. Kedua, periode laten (periode waktu seksualitas masih tersembunyi) berlangsung
sejak anak berusia empat tahun sampai masa pubertas, dan yang ketiga adalah Periode
pubertas adalah masa kepuasan seksual tertambat pada cara kerja organ genital. (Minderop,
2010: 45)
1. Narsisme
Konsep narsisme pada anak, yakni menganggap dirinya sebagai objek cinta secara
menyeluruh. (Minderop, 2010: 46)
Dengan kata lain, Narsisme sesungguhnya ialah perilaku seseorang yang menjadikan
dirinya sendiri sebagai objek yang dicintai sebagai akibat dari delusi kebesaran yang
diakibatkan oleh libido ‘objek keinginan seksualnya’. Istilah narsisme ini dipinjam dari
kondisi yang digambarkan P.Nacke, yang didalamnya seorang individu dewasa mencurahkan
pada tubuhnya sendiri semua cumbuan yang biasanya hanya dicurahkan pada objek seksual
selain dirinya. (Freud, 2002: 457)
2. Ekshibisionisme
Anak-anak juga mencari objek seksualnya kepada orang lain dengan cara mengintip
atau memperlihatkan (ekshibisionisme). (Minderop, 2010: 47)