Anda di halaman 1dari 10

TEORI PSIKOANALISA

Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Kepribadian Semester V Tahun Akademik 2014/2015
(Dosen: Teti Ratnawulan, Dra., M.Pd.)

oleh :
Agis Tresna Dwiningrum (NIM: 41032102121163)
Anisa Sa’diyah (NIM: 41032102121201)
Burhanudin Robani (NIM: 41032102121166)
Fenni Cipta Adianti (NIM: 41032102121199)
Irman Surahman (NIM: 41032102121194)
Muhammad Arlene Ruliana (NIM: 41032102121217)
Novia Alfiatul Fiqri (NIM: 41032102121202)
Rossy Asniar (NIM: 41032102121182)
Siti Aisyah (NIM: 41032102121210)
Yuni Fitri Sujudi (NIM: 41032102121205)

PROGRAM STUDI : PLB (KELAS-C)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
Jl. Soekarno Hatta 530 Tlp. (022) 7509708 Bandung 4028
TEORI PSIKOANALISA

A. SEJARAH TOKOH TEORI PSIKOANALISA

SIGMUND FREUD adalah seorang Austria keturunanYahudi pendiri aliran


psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Nama asli Freud adalah Sigismund Scholomo.
Namun sejak menjadi mahasiswa Freud tidak mau menggunakan nama itu karena kata
Sigismund adalah bentukan kata Sigmund. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar
(unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam
bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan
pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas yang pada awalnya
dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya

Biografi

Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, Austria–Hongaria,
sekarang Republik Ceko. Ia adalah pionir cikal bakal psikoanalisa. Saat ia berumur empat
tahun keluarganya pindah ke Wina dan di situlah dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya.
Freud meraih gelar sarjana kedokteran dari Universitas Wina tahun 1881. Selama sepuluh
tahun berikutnya dia melakukan penyelidikan mendalam di bidang psikologi, membentuk staf
klinik psikiatri, melakukan praktek pribadi di bidang neurologi, bekerja di Paris bersama
neurolog Perancis kenamaan Jean Charcot dan juga bersama dokter Josef Breuer asal Wina.

Gagasan Freud di bidang psikologi berkembang tingkat demi tingkat. Pada tahun 1895,
bekerja sama dengan Breuer ia merilis buku pertamanya yakni Penyelidikan tentang Histeria.
Buku berikutnya Tafsir Mimpi terbit tahun 1900. Buku ini merupakan salah satu karyanya
yang paling orisinal dan sekaligus paling penting, meski pada awalnya penjualan buku ini
lesu,mampu membuat namanya terkenal.

Di tahun 1902 dia mengorganisir kelompok diskusi masalah psikologi di Wina. Salah seorang
anggota pertama yang menggabungkan diri adalah Alfred Adler, dan beberapa tahun
kemudian ikut pula Carl Yung. Kedua orang itu akhirnya menjadi ahli ilmu psikologi. Pada
tahun 1908 tatkala Freud memberi serangkaian ceramah di Amerika Serikat, Freud sudah jadi
orang yang terkenal.
Pada saat-saat akhir hidupnya dia terkena kanker pada tulang rahangnya dan sejak tahun 1923
dia mengalami pembedahan lebih dari tiga puluh kali dalam rangka memulihkan kondisinya.
Meski begitu, dia tetap bekerja dan menghasilkan beberapa karya penting. Di tahun 1938 saat
Nazi menduduki Austria, Sigmund Freud yang sudah berusia 82 tahun dipaksa pergi ke
London, setahun kemudian ia meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan enam
orang anak.

B. Konsep tentang Teori Kepribadian Psikoanalisis


Freud (lahir di Freiberg pada tahun 1856 dan meninggal di London tahun 1939)
memulai karir psikoanalitisnya pada tahun 1896, setelah beberapa tahun Freud buka praktik
dokter. Karena setelah beberapa tahun ia menjadi dokter, Freud tidak pernah merasa puas
dengan cara ia mengobati pasien, Freud berpikir untuk merubah cara pengobatan pasien.
Freud berpikir untuk merubah cara pengobatan pasien. Jika selama menjadi dokter ia
mencoba melakukan terapi medis, Freud berpikir melakukan semacam upaya psikoterapeutik
untuk sebagian besar pasiennya yang ternyata lebih banyak mengalami tekanan jiwa. Terapi
itu disebutnya sebagai Psikoanalisis. Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar
tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan
perkembangan mental manusia. (Minderop, 2010:10)
Psikoanalisis, mendasarkan pemikirannya pada proses bawah sadar yang membetuk
perilaku dan segala penyimpangan perilaku sebagai akibat proses tak sadar. Psikoanalisis
tidak bertujuan atau mencari apapun kecuali penemuan tentang alam bawah sadar dalam
kehidupan mental. (Freud, 2002:424)
Alam Bawah Sadar
Freud menyatakan bahwa pikiran manusia lebih dipengaruhi oleh alam bawah sadar
(unconscious mind) ketimbang alam sadar (conscious mind). Ia melukiskan bahwa pikiran
manusia seperti gunung es yang justru sebagian terbesarnya ada di bawah permukaan laut
yang tidak dapat ditangkap dengan indera. Ia mengatakan kehidupan seseorang dipenuhi oleh
berbagai tekanan dan konflik; untuk meredakan tekanan dan konflik tersebut manusia rapat
menyimpannya di alam bawah sadar.
Freud merasa yakin bahwa perilaku seseorang kerap dipengaruhi oleh alam bawah
sadar yang mencoba memunculkan diri, dan tingkah laku itu tampil tanpa disadari.
(Minderop, 2010: 13)
Menurut Freud, hasrat tak sadar selalu aktif, dan selalu siap muncul. Kelihatannya
hanya hasrat sadar yang muncul, tetapi melalui suatu analisis ternyata ditemukan hubungan
antara hasrat sadar dengan unsur kuat yang datang dari hasrat taksadar. Hasrat yang timbul
dari alam taksadar yang direpresi selalu aktif dan tidak pernah mati. (Minderop, 2010: 15)
Freud menghubungkan kondisi bawah sadar dengan gejala-gejala neurosis. Aktivitas
bawah sadar tertentu dari suatu gejala neurosis memiliki makna yang sebenarnya terdapat
dalam pikiran. Namun, gejala neurosis tersebut akan diketahui setelah gejala tersebut muncul
ke alam sadar yang sesungguhnya merupakan gambaran gejala neurosis yang diderita
seseorang di alam bawah sadarnya. (Freud, 2002: 297)
Teori Mimpi
Mimpi adalah fenomena mental. Dalam mimpi, fenomena mental adalah ucapan dan
perilaku orang yang bermimpi, tapi mimpi orang tersebut tidak bermakna bagi kita dan kita
juga tidak bisa memahaminya. (Freud, 2002:97)
Namun, dalam kasus mimpi, orang bermimpi selalu mengatakan dia tidak tahu apa
makna mimpinya. Tapi, Freud menyakini bahwa ada kemungkinan, bahkan cukup besar,
bahwa orang yang bermimpi tersebut me ngetahui apa makna mimpinya, hanya saja dia tidak
tahu bahwa dia mengetahuinya sehingga dia mengira dirinya tidak tahu apa-apa. (Freud,
2002:98)
Freud percaya bahwa mimpi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Menurutnya,
mimpi merupakan representasi dari konflik dan ketegangan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Demikian hebatnya derita karena konflik dan ketegangan yang dialami sehingga sulit
diredakan melalui alam sadar, maka kondisi tersebut akan muncul dalam alam mimpi tak
sadar. (Minderop, 2010:17)
Alam mimpi merupakan bagian ketidaksadaran manusia yang memberikan kebebasan
tak terbatas meski simbolisasi dalam mimpi mendapatkan pertentangan oleh dunia realitas,
karena dalam mimpi, si pemimpi tidak dapat membatasi impian yang akan dimunculkan.
Mimpi sebagai perilaku ketidaksadaran, dalam kesadaran muncul dalam bentuk lamunan.
Lamunan tidak harus selalu tidur karena lamunan bawah sadar juga ada. Lamunan bawah
sadar serupa dengan sumber mimpi dari gejala neurosis. (Freud, 2002:405)

Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud


Tingkah laku menurut Freud, merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem
kepribadian (id, ego dan super-ego). Faktor-faktor yang memengaruhi kepribadian adalah
faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor
lingkungan dalam pembentukan kepribadian individu.
Selanjutnya Freud membahas pembagian psikisme manusia : id (terletak dibagian tak
sadar) yang merupakan reservoir pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Ego (terletak di
antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan
pulsi dan larangan super-ego. Super-ego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi
di bagian taksadar) bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-pulsi
tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua.
Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi
kebutuhan dasar seperti misalnya : makan, menolak rasa sakit, dll. Menurut Freud, Id berada
di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja Id berhubungan dengan
prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari
ketidaknyamanan.
Ego adalah aktualitas kepribadian seseorang, ego terperangkap di antara dua kekuatan
yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi
kesenagan individu yang dibatasi oleh realitas. Egolah yang mengatur hubungan timbal balik
antara seseorang dengan dunia. Dalam hal ini Ego berkebalikan dengan Id, jika Id dikuasai
prinsip kesenangan, ego justru dikuasai prinsip kenyataan (reality principle). Namun, ego
bukan hanya mengontrol Id, tetapi juga mengatur  super-ego. Super-ego adalah kekuatan
moralitas dalam diri manusia. Super-ego sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali
nilai baik dan buruk (conscience). Sebagai contoh ; misalnya ego seseorang ingin melakukan
hubungan seks secara teratur agar karirnya tidak terganggu oleh kehadiran anak; tetapi id
orang tersebut menginginkan hubungan seks yang memuaskan karena seks memang nikmat,
kemudian superego timbul dan menengahi dengan anggapan merasa berdosa dengan
melakukan hubungan seks. (Minderop, 2011: 21-22)

Dinamika Kepribadian
1. Naluri
Menurut konsep Freud, naluri atau instink merupakan representasi psikologis bawaan
dari eksitasi akibat muncul suatu kebutuhan tubuh. Bentuk naluri menurut Freud adalah
pengurangan tegangan (tension reduction). (Minderop, 2010: 24)
2. Macam-macam Naluri
Menurut Freud, naluri yang terdapat dalam diri manusia bisa dibedakan dalam: eros
atau naluri kehidupan (life instinct) dan naluri kematian (death instinct). Naluri kehidupan
adalah naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego. Sedangkan naluri kematian adalah
naluri yang mendasari tindakan agresif. (Minderop, 2010: 25)
3. Naluri Kematian dan Keinginan Mati
Freud meyakini bahwa perilaku manusia dilandasi oleh dua energi mendasar yaitu,
pertama, naluri kehidupan (life instinct). Dan kedua, naluri kematian yang mendasari
tindakan agresif. Naluri kematian dapat menjurus pada tindakan bunuh diri atau pengrusakan
diri (self-destructive behavior). (Minderop, 2010: 27)
4. Kecemasan (Anxitas)
Situasi apa pun yang mengancam kenyamanan suatu organisme diasumsikan 
melahirkan suatu kondisi yang disebut anxitas. Berbagai konflik dan bentuk frustasi yang
menghambat kemajuan individu untuk mencapai tujuan merupakan salah satu sumber
anxitas. Ancaman dimaksud dapat berupa ancaman fisik, psikis, dan berbagai tekanan yang
mengakibatkan timbulnya anxitas.
Freud percaya bahwa kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar merupakan
akibat dari konflik antara pulsi id dan pertahanan dari ego dan super-ego. Kebanyakan dari
pulsi tersebut mengancam individu yang disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal
atau berseberangan dengan nilai-nilai dalam suatu masyarakat, oleh karena tekanan tersebut,
manusia melakukan manuver melalui mekanisme pertahanan. (Minderop, 2010: 27-28)

Mekanisme Pertahanan dan Konflik


Mekanisme pertahanan terjadi karena adanya dorongan atau perasaan beralih untuk
mencari objek pengganti. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan mengacu pada
proses alam bawah sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap anxitas.
Dalam teori kepribadian, mekanisme pertahanan merupakan karakteristik yang
cenderung kuat dalam diri setiap orang. Mekanisme pertahanan ini tidak mencerminkan
kepribadian secara umum, tetapi juga—dalam pengertian penting—dapat memengaruhi
perkembangan kepribadian.
Mekanisme pertahanan terdiri atas; represi (repression), Sublimasi, proyeksi,
Pengalihan (Displacement), Rasionalisasi (Rationalization), Reaksi Formasi (Reaction
Formation), Regresi, Agresi dan Apatis, Fantasi dan Stereotype. (Minderop, 2010: 29-31 )

Klasifikasi Emosi
Kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali dianggap sebagai
emosi yang paling mendasar (primary emotions). Situasi yang membangkitkan perasaan-
perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya dan mengakibatkan
meningkat ketegangan. Selain itu, kebencian atau perasaan benci (hate) berhubungan erat
dengan perasaan marah, cemburu, dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci ialah
timbunya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian.
Perasaan benci bukan sekedar timbulnya perasaan tidak suka atau aversi/enggan yang
dampaknya ingin menghindar dan tidak bermaksud menghancurkan. Sebaliknya, perasaan
benci selalu melekat di dalam diri seseorang, dan ia tidak akan pernah merasa puas sebelum
menghancurkannya; bila objek tersebut hancur ia akan merasa puas. Perasaan bersalah dan
menyesal, rasa malu serta cinta juga termasuk ke dalam klasifikasi emosi. (Minderop, 2010:
39)

Teori Seksualitas
Di antara beberapa aspek pemikiran Freud, ia memberi tempat khusus pada masalah
seksualitas, dan masalah ini pula yang banyak menimbulkan  kritik dan penolakan terhadap
dirinya. Banyak orang memahami seksualitas berkaitan semata pada masalah alat-alat
reproduksi. Penolakan besar-besaran terhadap Freud terjadi ketika ia membahas masalah
seksualitas pada anak-anak. Orang berpendapat, mana mungkin anak-anak memiliki
pengalaman yang berhubungan dengan seksualitas. Bagi freud, masalah seksualitas lebih
jauh, lebih luas, dan lebih awal usianya daripada sekedar seksualitas genital.
Freud membedakan tiga periode kehidupan seksual infantil: pertama periode kegiatan
seksual awal, didominasi oleh oto-erotisme, yaitu menemukan kesenangan melalui daerah
erogen. Kedua, periode laten (periode waktu seksualitas masih tersembunyi) berlangsung
sejak anak berusia empat tahun sampai masa pubertas, dan yang ketiga adalah Periode
pubertas adalah masa kepuasan seksual tertambat pada cara kerja organ genital. (Minderop,
2010: 45)

1. Narsisme
Konsep narsisme pada anak, yakni menganggap dirinya sebagai objek cinta secara
menyeluruh. (Minderop, 2010: 46)
Dengan kata lain, Narsisme sesungguhnya ialah perilaku seseorang yang menjadikan
dirinya sendiri sebagai objek yang dicintai sebagai akibat dari delusi kebesaran yang
diakibatkan oleh libido ‘objek keinginan seksualnya’. Istilah narsisme ini dipinjam dari
kondisi yang digambarkan P.Nacke, yang didalamnya seorang individu dewasa mencurahkan
pada tubuhnya sendiri semua cumbuan yang biasanya hanya dicurahkan pada objek seksual
selain dirinya. (Freud, 2002: 457)
2. Ekshibisionisme
Anak-anak juga mencari objek seksualnya kepada orang lain dengan cara mengintip
atau memperlihatkan (ekshibisionisme). (Minderop, 2010: 47)

Proses Konseling Psikoanalisa


Tujuan konseling adalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan
membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien. Proses dipusatkan pada usaha
menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau
ditata, didiskusikan, dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksikan
kepribadian.
Satu karakteristik konseling ini adalah bahwa terapi atau analisa bersikap anonim(tak
dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukan perasaan dan pengalamanya,
sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaanya kepada konselor. Konselor
terutam berkenaan dengan membantu klien mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan
berhubungan pribdi yang lebih efektif, dalam menghadapi kecemasan melaui cara-cara
realistis. Pertamam-tama konselor harus membuat suatu hubungan kerjasama dengan klien
dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor
memberikan perhatian kepada resistensi atau penolakan klien. Sementara klien berbicara,
konselor mendengarkan dan memberikan penafsiran yang memadai fungsinya adalah
pempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimapan dalam ketidaksadaran.
Tujuan konseling psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individu
dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien.
a. Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman
masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan
dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian.
b. Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak
sadaran.
c. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah
mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
d. Satu karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis bersikap anonim
(tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya,
sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi
klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisia.
e. Konselor harus membangun hunbungan kerja sama dengan klien kemudian melakukan
serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
f. Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman struktur kepribadian
dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah klien secara
sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai proses ini sehingga klien memperoleh
tilikan mengenai masalahnya.
g. Klien harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam jangka
panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam.
h. Setelah beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi bebas. Yaitu
klien mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya.
j. dan klien memberikan hasil lintasan imajinasi yang terungkap, sehingga dapat di
asosiasikan dalam pisikoanalitik ini,

Konsepsi Tentang Manusia


Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik,
dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional,
motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan
naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama
dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia
juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan segenap
kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah kematian.
Sumbangan terbesar Freud adalah konsep-konsepnya tentang kesadaran dan
ketidaksadaran yang merupakan dasar atau kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah
kepribadian. Dengan kepercayaannya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar
kawasan kesadaran,  maka sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tidak
sadar menjadi disadari. Dari perspektif ini, terapi adalah upaya menyingkap makna gejala-
gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan bagian-bagian yang direpresi yang menghalangi fungsi
psikologis yang sehat.
Selain kesadaran, kecemasan juga menjadi hal yang esensial untuk menggambarkan
tentang sifat manusia. Apabila tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang
rasional dan langsung maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak relistis yaitu
tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego. Freud menyakini bahwa  individu yang
hati nuraninya berkembang baik cenderung merasa berdosa apabila dia melakukan sesuatu
yang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya.
Berdasarkan dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang
hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a. Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b. Proses mental yang tidak disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan
libido dan agresivitasnya sejak lahir
d. Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak
kesakitan dan mencari kenikmatan
e. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f. Pembentukan simptom merupakan bentuk defensif
g. Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa
lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
h. Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa
dewasa dan diulangi dalam transferensi selama proses terapi.

C. IMPLEMENTASI PADA ABK

Implementasi Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Implementasi Teori Kepribadian Psikoanalisa pada Anak Berkebutuhan Khusus dapat
diterapkan pada Anak dengan hambatan prilaku atau Tuna Laras . Dengan menerapkan
Tehnik Konseling dalam hal ini merupakan bagian dari Teori Kepribadian Psikoanalisa
dimana Psikoanalisa disamping sebagai teori kepribadian, dapat pula berfungsi sebagai teknik
analisa kepribadian.

Anda mungkin juga menyukai