Anda di halaman 1dari 8

TEORI SOSIAL

Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Kepribadian Semester V Tahun


Akademik 2014/2015

(Dosen: Teti Ratnawulan, Dra., M.Pd.)

oleh :
Agis Tresna Dwiningrum (NIM: 41032102121163)
Anisa Sa’diyah (NIM: 41032102121201)
Burhanudin Robani (NIM: 41032102121166)
Fenni Cipta Adianti (NIM: 41032102121199)
Irman Surahman (NIM: 41032102121194)
Muhammad Arlene Ruliana (NIM: 41032102121217)
Novia Alfiatul Fiqri (NIM: 41032102121202)
Rossy Asniar (NIM: 41032102121182)
Siti Aisyah (NIM: 41032102121210)
Yuni Fitri Sujudi (NIM: 41032102121205)

PROGRAM STUDI : PLB (KELAS-C)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
Jl. Soekarno Hatta 530 Tlp. (022) 7509708 Bandung
4028
TEORI SOSIAL

A. Sejarah Tokoh Teori Sosial

Erich Fromm
Erich Fromm lahir pada tahun 1900 di Frankfurt, Jerman.
Ayahnya bekerja sbagai pengusaha dan, menurut Erich,
kepribadiannya agak “angin-anginan”. Ibunya sering
mengalami depresi. Dengan kata lain, masa kanak-kanak Erik
tidaklah terlalu menyenangkan.
Seperti keluarga Jung, keluarga Erich Fromm adalah keluarga
yang taat beragama, dalam hal ini agama Yahudi. Setelah
dewasa, Erich menyatakan dirinya sebagai seorang mistikus
yang atheis.
Dalam autobiografinya, Beyond the Chains of Illusions, Erich
menceritakan dua peristiwa penting di masa remajanya yang
kemudian menjadi titik tolak jalan hidupnya. Peristiwa
pertama adalah perkenalannya dengan seorang kerabat
keluarganya.
“Mungkin usia gadis itu 25 tahun, dia sangat cantik, menarik dan seorang pelukis, pelukis
pertama yang saya kenal. Saya ingat saat itu dia sudah bertunangan, tapi beberapa waktu
kemudian bubar; Saya ingat dia selalu menemani ayahnya yang menduda. Ayahnya sudah
tua, tidak menarik dan agak pendiam (muingkin penilaian saya ini terlalu bisa karena
cemburu). Suatu hari, saya mendengar kabar yang sangat mengejutkan; ayahnya meninggal
dan beberapa waktu kemudian dia bunuh diri dan meninggalkan secarik surat wasiat bahwa
dia ingin dimakamkan di sisi ayahnya”.
Peristiwa kedua lebih dahsyat dari peristiwa pertama, yaitu Perang Dunia I. Saat itu, dia
berusia 14 tahun dan dipaksa menyaksikan bagaimana kejamnya dampak nasionalisme. Di
sekitarnya, yang terdengar hanyalah seruan, “Kita adalah yang terbesar” (Kita mewakili
orang Jerman). Kebencian, “histeria perang”, menghantuinya, dan memang begitulah
kenyataannya.
Erich, menemukan pencerahan atas kedua peristiwa itu dari tulisan-tulisan Sigmund Freud
dan Karl Marx.
Erich, menerima gelar Ph.D-nya dari Heidelberg tahun 1922, dan setelah itu berkarier sebagai
psikoterapis. Dia pindah ke Amerika tahun 1934 –masa-masa ketika kabur dari Jerman
menjadi sangat lumrah. Di Amerika, dia tinggal di New York dan di tempat inilah dia
bertemu dengan pemikir-pemikir pelarian.
Menjelang akhir kariernya, dia pindah mengajar ke Mexico City. Selama di Mexico, dia
melakukan berbagai penelitian tentang hubungan kelas-kelas ekonomi dnegan tipe-tipe
kepribadian. Erich Fromm meninggal pada tahun 1980 di Swiss.
B. KONSEP TENTANG TEORI PSIKOANALISIS SOSIAL

Keunikan teori Fromm terletak pada usahanya menggabungkan Freud dan Mark. Di
satu sisi, Freud memfokuskan teorinya pada alam bawah sadar, kebutuhan-kebutuhan
biologis, refresi dan lain sebagainya. Freud mempostulatkan bahwa karakter manusia
ditentukan oleh aspek biologis. Sedangkan Mark berpendapat bahwa manusia ditentukan oleh
masyarakat tempat hidupnya, khususnya oleh sistem ekonomi yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
Fromm menambahi dua sistem deterministik yaitu ide tentang kebebasan. Fromm
mengarahkan orang untuk melampaui determinisme yang ditentukan oleh Freud dan Marx.
Sebenarnya Fromm menjadikan ide tentang kebebasan ini sebagai karakteristik utama
manusia. contoh determinasi sendiri adalah determinisme biologis ala Freudian yang
merupakan binatang. Binatang tidak mencemaskan masalah kebebasan, insting mereka telah
disiapkan menghadapi segala sesuatu. Tupai, misalnya, tidak perlu pusing-pusing
memikirkan mereka akan jadi apa setelah dewasa. Mereka harus jadi tupai, itu saja.
Sementara contoh determinisme ala Mark adalah masyarakat tradisional zaman
pertengahan. Seperti Tupai, sedikit sekali orang dizaman pertengahan yang memilih karir
sebagai konsultan psikologis, karena memang tidak ada yang butuh konsultasi. Pada
kenyataan bahwa kebebasan kita dibatasi oleh determinisme biologis dan sosial tidaklah
dapat diingkari.
Jadi, ide tentang individu, yaitu pikiran, perasaan, kesadaran moral, kebebasan dan
tanggung jawab individual, memerlukan waktu 500 tahun untuk tumbuh menjadi seperti
sekarang. Tapi dengan datangnya individualitas, maka muncul pula isolasi, alienasi, dan
keraguan. Kebebasan menjadi sesuatu yang susah diperoleh dan kita cenderung melarikan
dirinya.

Kondisi Eksistensi Manusia


1.      Dilema Eksistensi
Menurut Fromm hakekat manusia bersifat dualistik.
Empat dualistik dalam diri manusia yang merupakan kondisi dasar eksistensi manusia, yaitu :
1)      Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia
2)      Hidup dan mati
3)      Ketidaksempurnaan dan kesempurnaan
4)      Kesendirian dan kebersamaan

2.      Kebutuhan Manusia


Menurut Fromm arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia terbagai
dua, yaitu kebutuhan kebebasan dan keterikatan dan kebutuhan untuk memahami dan
beraktivitas.
1)      Kebutuhan kebebasan dan keterikatan
a.      Keterhubungan (relatedness)
Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri.
b.       Keberasalan (rootedness)
Kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di dunia.
c.        Menjadi pencipta (transcendency)
Manusia membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif dikuasai alam
menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta.
d.       Kesatuan (unity)
Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat binatang dan non binatang
dalam diri individu.
e.      Identitas (identity)
Kebutuhan untuk menjadi “aku” kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai
sesuatu yang terpisah.
2)      Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas
a.      Kerangka orientasi (frame of orientation)
Orang membutuhkan peta hidup mengenai dunia sosial dan dunia yang dialaminya. Kerangka
orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah
laku bagaimana yang harus dikerjakan, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan
jiwa.
b.      Kerangka kesetiaan (frame of devotion)
Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Kerangka pengabdian adalah peta yang
mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari
semua perjuangan.
c.       Keterangsangan-stimulasi (excitation-stimulation)
Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak.
d.      Keefektivan (efectivity)
Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih
kompetensi.
3.      Mekanisme melarikan diri dari kebebasan
Menurut Fromm ciri orang yang mentalnya sehat adalah orang yang mampu bekerja
produktif sesuai dengan tuntunan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi
dalam kehidupan penuh cinta.
Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian)
dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
Ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan. Pertama,
mencapai kebebasan positif dan kedua, memperoleh rasa aman.

Fromm mengemukakan 3 bentuk pelarian diri dari kebebasan(escape from Freedom) :


1. otoritarianisme. Kita lari dari kebebasan dengan cara meluruhkan diri dengan orang lain.
Misalnya, dengan melibatkan diri ke dalam sistem yang otoriter seperti masyarakat zaman
tengah. Ini terjadi dengan dua cara, pertama dengan takluk pada kekuasaan orang lain,
menjadi pasif dan tunduk. Kedua, anda akan menjadi orang yang otoriter, artinya Anda
menjadi orang yang menentukan struktur bagi orang lain.
Fromm mengatakan bahwa bentuk paling ekstrem dari otoritarianisme adalah
Mesokhisme dan Sadisme. Menurutnya kedua sifat ini membuat orang dikuasai oleh
keinginannya untuk memainkan peranan yang aneh dan berbeda dengan orang lain.
2. Destruktif. Orang yang otoriter menanggapi penderitaan mereka dengan cara mengecilkan,
bahkan meniadakan diri mereka sendiri. Fromm menambahkan bahwa kalau keinginan
seseorang orang dirusak untuk menghalangi keadaan sekelilingnya, dia akan mengarahkan
keinginan ini ke dalam (kepada dirinya sendiri). Bentuk paling ekstrem dari menyakiti diri
sendiri ini adalah bunuh diri, tapi bentuk-bentuk lainnya juga sangat beragam seperti narkoba,
alkoholisme sampai pada keinginan sampai selalu pasif. Dia membalik insting kematian ala
Frued, karena keinginan menyakiti diri sendiri adalah wujud dari keputusasaan.
3. konformitas otomaton. Orang-orang otoriter lari dari kebebasan dengan cara bersembunyi
dibalik hierarki kekuasaan yang otoriter. Masalahnya adalah masyarakat saat ini lebih
mengutamakan kesetaraan, artinya tidak terlalu banyak hierarki kekuasaan yang bisa
dijadikan tempat bersembunyi.
Cara ketiga ini adalah imbangan horizontal dari otoritarianisme yang bersifat vertical.
Orang yang menggunakan konformitas otomaton persis seperti bunglon. Dia akan berubah
sesuai dengan warna yang ada disekelilingnya. Keberadaan “hakiki” manusia adalah
kebebasan, maka bentuk-bentuk pelarian dari kebebasan ini memencilkan kita dari diri
sendiri. Maksud Fromm disini adalah kebebasan yang betul-betul bersifat pribadi, bukan
kebebasan politik (yang sering disebut “kemerdekaan”). Sebagai contoh, orang mengidap
sadisme seksual (masokhisme seksual), orang seperti ini adalah orang yang memiliki
persoalan psikologis sehingga mempengaruhi perilaku seksualnya.

Keluarga
Bentuk pelarian dari kebebasan yang anda lakukan sangat terkait dengan kondisi keluarga
di mana Anda dibesarkan. Fromm menunjukan dua jenis keluarga yang tidak produktif :
1.      Keluarga-keluarga simbiotik
Simbiosis adalah hubungan dua makhluk hidup di mana keberadaan yang satu
menentukan keberadaan yang lain. Dalam keluarga simbiotik beberapa anggota keluarga
“dikuasai” oleh anggota keluarga yang lain. Contoh yang paling jelas adalah orang tua yang
“menguasai” anaknya, sehingga kepribadian anak tumbuh menjadi bayangan keinginan orang
tua. Dalam masyarakat tradisional hal ini biasa terjadi terutama pada diri anak-anak
perempuan. Tapi ada pula anak yang menguasai orang tua, dalam kasus ini, anak
mendominasi atau memanipulasi orang tua yang keberadaannya hanya melayani keinginan
anaknya.
2.      Keluarga yang acuh tak acuh
Ciri keluarga ini adalah pengabaian yang dingin, kalau bukan kebencian yang dingin.
Jenis keluarga yang “dingin” ini adalah bentuk pertama dari dua bentuk keluarga yang
acuh tak acuh dalam peradaban manusia. Dalam keluarga ini, tuntunan orang tua kepada
anak-anaknya sangat kuat, mereka diharapkan mampu meraih standar penghidupan yang
lebih baik. Hukuman yang diberikan apabila anak berbuat salah dilaksanakan dengan “darah
dingin” yang dijatuhkan “demi kebaikanmu sendiri”. Anak-anak yang dibesarkan dalam
keluarga ini sangat terdorong bahkan cenderung bernapsu untuk meraih kesuksesan
sebagaimana yang diinginkan budaya yang membesarkan mereka. Bentuk kedua dari
keluarga acuh tak acuh adalah keluarga modern. Perubahan cara pandang tentang
bagaimana mengasuh anak telah membuat para orang tua tidak mau lagi menjatuhkan
hukuman fisik dan perasaan bersalah kepada anak-anak mereka yang bersalah. Cara ini
ditukar dengan gagasan yang lebih baru, yakni dengan menjadikan anak-anak setara dengan
orang tua.seorang ayah menjadi “sahabat” anaknya. Atau seorang ibu menjadi “teman
curhat”anaknya. Tapi masalahnya adalah ketika mereka mengontrol emosi anak-anak, orang
tua cenderung tidak terlalu tanggap. Dalam keluarga seperti ini anak-anak tumbuh tanpa
tuntunan orang tua mereka. Mereka meperoleh nilai-nilai yang diperlukan untuk tumbuh
dewasa dari teman-teman atau dari media massa. Lari dari keluarga sangat kentara dalam
keluarga ini, yaitu konformitas otomaton. Keluarga semacam inilah yang sanagat dicemaskan
Fromm. Menurut Fromm keluarga sangat ideal jika orang tua bertanggung jawab dalam
mendidikan dan memberdayakan akal pikiran anak-anaknya dalam suasana yang penuh cinta.
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga semacam ini mampu memperlihatkan kebebasan
mereka dan bertanggung jawab pada diri mereka sendiri serta kepada masyarakat secara
keseluruhan.

Alam bawah sadar sosial


Hampir setiap keluarga merupakan refleksi dari masyarakat dan kebudayaan dimana
keluarga itu berada. Fromm menegaskan bahwa setiap kita “menghisap” masyarakat itu
bersamaan dengan menghisap air susu ibu sewaktu kita bayi dulu. Masyarakat begitu dekat
dengan diri kita, sehingga kita sering lupa bahwa masyarakat itu sendiri berisi begitu banyak
cara dalam menghadapai kehidupan. Kita sering menganggap bahwa cara kita
memperlakukan sesuatu adalah satu-satunya cara yang tersedia. Kita harus belajar bahwa
semua itu telah menjadi alam bawah sadar bagi kita semua atau lebih tepatnya alam bawah
sadar sosial.
Fromm yakin bahwa alam bawah sadar sosial dapat dipahami dengan menelaah
sistem ekonomi yang berlaku. Dia mendefinisikan sekaligus menciptakan nama bagi 5 tipe
kepribadian berdasarkan system ekonomi. Kelima tipe itu disebut orientasi.
1.      Orientasi reseptif
Mereka selalu berharap memperoleh keinginannya secara langsung.
Orientasi jenis ini diidentikkan dengan keluarga simbiotik, khususnya ketika orang tua
“mengeyampingkan” anak-anak mereka dalam bentuk otoritarianisme masokhistik (pasif).
Orientasi ini mirip dengan tahap oral pasif dari Freud, sifat tunduk dari Adler,
menguasai dari Horney.
Dalam bentuk yang ektrem orientasi ini dicirikan oleh sifat terlalu patuh atau terlalu
memaksakan keinginan. Dalam bentuk moderat dilihat dalam sifat rela menerima atau
optimistis.
2.    Orientasi eksploitatif
Mereka berusaha keras mendapatkan keinginan mereka.
Orientasi eksploitatif diidentikkan dengan sisi “penaklukan” dalam keluarga simbiotik
dan gaya masokhis dari otoritarianisme. Tipe ini sama dengan tahap oral agresif dari Freud,
sifat menguasai dari Adler, dan tipe agresif dari Horney. Dalam bentuk paling ekstrem, tipe
ini orangnya cenderung agresif dan menindas. Ketika orang dengan kepribadian ini juga
memiliki kualitas kepribadian positif, dia akan menjadi orang yang asertif, menyenangkan
dan percaya diri.
3.      Orientasi memiliki
Mereka melihat dunia sebagai hak milik / yang patut dimiliki. Berdasarkan pemikiran
Mark, Fromm mengaitkan tipe kepribadian ini dengan kelas borjuis, kelas menegah
pedagang, petani yang kaya, dan para buruh yang berketerampilan tinggi.
Tipe kepribadian memiliki identik dengan keluarga acuh tak acuh dan dingin. Tipe
kepribadian ini sangat berhubungan dengan perfeksionisme, Freud menyebutnya tipe anal
retentive, Adler menyebutnya tipe penolakan, dan Horney menyebutnya tipe menguasai.
Dalam bentuk yang asli tipe ini keras kepala, kaku , tidak imajinatif.
Dalam wujudnya yang sedang-sedang saja, tipe ini bisa dilihat pada orang yang
bersemangat, rajin, ekonomis, dan praktis.
4.      Orientasi pasar
Orang yang kepribadiannya berorientasi pasar berharap selalu bisa menjual. Di mana
tipe kepribadian modern ini lahir dari keluarga yang acuh tak acuh dan dingin, serta
cenderung memilih konformitas otonom sebagai bentuk pelarian diri dari kebebasan.
Kepribadian di tahap Phallic yang dikemukankan Freud mungkin mirip dengan ini, yaitu tipe
kepribadian yang menjalani kehidupan dengan prinsip untung rugi. Tipe kepribadian ini dapat
dilihat dalam sifat-sifat seperti oportunistik, kekanak-kanakan, tidak peduli perasaan orang
lain. Sementara bentuk yang positifnya dilihat dalam diri orang-orang yang memiliki tujuan
hidup jelas,berdarah muda dan mudah bergaul.
5.      Orientasi produktif.
Kepribadian yang sehat / tanpa topeng. Ini adalah orang yang disatu sisi tidak
mengingkari kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosialnya, namun di sisi lain tidak pernah
mencoba lari dari kebebasan dan tanggung jawabnya. Orang-orang dengan tipe kepribadian
semacam ini datang dari keluarga-keluarga yang mencintai tanpa mengekang kebebasan
individual, keluarga yang lebih menekankan pertimbangan akal sehat dan kebebasan
ketimbang aturan dan ketundukan.

Kejahatan
Kelima orintasi yang telah dibicarakan tadi, baik yang produktif maupun yang tidak,
atau yang “memiliki” atau “menjadi”, memiliki satu kesamaan yaitu sebagai usaha menjalani
hidup, sebagaimana Horney, Fromm yakin bahwa orang yang mengidap nheorotik akut
paling tidak ingin menaklukan hidup. Artinya mereka memiliki sifat biophilus(terlalu
mencintai hidup)
Tapi masih ada tipe kepribadaian lain yang dia sebut necrophilous(mencintai
kematian). Fromm mengasumsikan beberapa hal yang menyebabkan orang bisa
berkepribadian seperti itu, ada pengaruh keturunan yang menyebabkan orang tidak memiliki
perasaan saying atau respon afektif. Kepribadian necrophiliac juga bisa disebabkan oleh
kenyataan hidup yang penuh keputusasaan sehingga orang menghabiskansisa hiduypnya
dengan persaan dendam dan kebencian, dan mungkin penyebabnya adalah ibu yang
membesarkan seseorang yang memiliki kepribadian seperti ini, sehingga tidak ada tempat
untuk belajar artyio cinta dan kasih saying.
Fromm bisa dikatakan sebagai sosok transisi. Dia adalah seorang teoritikus yang
berhasil menggabungkan beberapa teori sekaligus. Aspek lain yang menjadi keunikan
teorinya adalah ketertarikannya pada struktrur ekonomi dan budaya yang mempengaruhi
keperibadian.
C. IMPLEMENTASI TERHADAP ABK

Implementasi Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Implementasi Teori Kepribadian Psikoanalisa Sosial pada Anak Berkebutuhan
Khusus dapat diterapkan pada Anak yang mengalami hambatan prilaku (Tunalaras) dan Anak
yang membutuhkan pelayanan khusus seperti anak korban sosial-ekonomi (Pekerja anak,
anak pemulung, anak pelacur, pelacur anak, anak korban trafficking, lapas anak, anak korban
narkoba, anak korban HIV/AIDS, anak jalanan, anak korban perceraian, yatim-piatu, anak
putus sekolah, anak miskin absolute (UU Sisdiknas Pasal 32 Ayat 2). Teori kepribadian
Psikoanalisa sosial dapat dijadikan acuan,pedoman atau salahsatu referensi untuk mengetahui
tipe kepribadian dari anak berkebutuhan khusus, sehingga dapat dijadikan pedoman atau
rujukan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai