BAB 1
Point pertama dalam bab ini adalah sebab munculnya sosiologi. Pada
point ini, kita membahas tentang kenapa sosiologi bisa muncul. Menurut
Berger dan Berger, sosiologi bisa berkembang apabila masyarakat
mendapakatkan masalah atau ancaman dari apa yang selama ini mereka
anggap benar. Apabila mereka mengalami krisis atau merasa dirugikan atas
apa yang mereka anggap benar, mereka akan melakukan renungan sosiologi.
BAB 2
Contoh lain dari fakta social bias diambil dari 2 karya Durkheim: The
Division of Labor in Society (1968) dan Suicide (1968). Dalam buku yang
pertama, Durkheim mengemukakan bahwa pembagian kerja dalam
masyarakat. Penggunaan istilah lain seperti spesialisasi dan differensiasi
adalah bentuk dari fakta social. Spesialisasi dan diffrenesiasi pada semua
aspek kehidupan masyarakat seperti bidang ekonomi, pendidikan,
administrasi, politik, hokum, ilmu pengetahuan, dan kesenian ini merupakan
hal umum yang dianut oleh manusia, dan bersifat memaksa, karena berada di
luar kehendak individu yang mana tidak semua individu memiliki 2 hal
tersebut. Namun, mereka dapat menjalankan paksaan yang berasal dari
individu mereka sendiri.
Nah, dalam buku yang kedua, dijelaskan bahwa angka bunuh diri
(suicide rate) dalam tiap masyarakat yang dari tahun ketahun relatif konstan
adalah fakta social. Mengapa? Karena bunuh diri disebabkan oleh kekuatan
yang berada di luar individu. Dalam bunuh diri, ada istilah altruistic suicide
artinya bunuh diri yang disebabkan oleh integrasi social yang begitu kuat.
Dalam hal ini, Durkheim mencontohkan seorang tentara. Tentara yang rela
mati demi melindungi rekannya dan membela negaranya adalah bentuk
integrasi dari seseorang. Maka dia mati karena integritasnya yang sangat
tinggi. Ada juga egoistic suicide yang berarti orang yang melakukan bunuh
diri karena rendahnya integrasi masyarakat. Misalnya, manakala agamanya
kurang mengikatnya, bila dilanda krisis politik, atau jika keluarganya kurang
mengikatnya. Dan, pada bunuh diri anomic orang biasanya bunuh diri karena
masyarakat yang sudah tidak berpegangan lagi kepada warganya. Menurut
Durkheim, bunuh diri bukan disebabkan karena factor pribadi, melainkan
karena adanya tekanan atau paksaan dari lingkungan masyarakatnya. Oleh
karena itu, bunuh diri merupakan suatu fakta sosial.
Point Kedua adalah pandangan ahli masa kini. Kali ini, 2 ahli yang
akan berpendapat, Wright Mills dan Peter Berger.
Menurut Mills, untuk dapat mengetahui apa yang terjadi di dunia maupun didalam
diri seseorang diperlukan imajinasi sosiologi (sociological imagination). Menurut
Mills, dengan berimajinasi kita dapat memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup
pribadi, dan hubungan antar keduanya. Untuk melakukan imajinasi tersebut, kita
memerlukan 2 alat, yaitu: trouble, dan issue. Trouble adalah masalah yang biasanya
berasal dari diri sendiri dan Issue, adalah masalah bagi khalayak banyak. Contoh dari
trouble dan issue ini adalah pengangguran. Bagi penganggur, menganggur adalah
masalahnya sendiri atau personal trouble. Namun, bagi masyarakat sekitar
pengangguran mempengaruhi kemajuan suatu daerah, yang mana masalahnya bukan
menjadi miliknya seorang, tapi milik semua penduduk.
Seperti contohnya orang yang korupsi. Seorang calon politisi pasti dan harus
memiliki track record yang jelas serta bersih dari pelanggaran hokum yang berat.
Namun, nyatanya setelah menjadi politisi mereka melakukan korupsi dan beberapa
tindak criminal yang lainnya. Sebagai masyarakat biasa, kita hanya melihat bahwa itu
adalah hal yang sudah wajar dan sangat sering terjadi di kalangan politisi. Tapi,
seorang sosiolog tidak bisa hanya menggunakan pandangannya sebagai masyarakat,
harus ada variable lain yang diambil serta beberapa research yang dilakukan terhadap
politisi tersebut. Atau sebenrnya kebaikan dan ”kebersihan” yang mereka miliki
hanya sebagai formalitas untuk nyaleg? Sosiolog harus bisa membongkar kedok dan
mengungkap kepalsuan dari hal-hal diatas.