Anda di halaman 1dari 10

MATERI AJAR

I. SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI


Secara umum definisi dari sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang
masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi
adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial termasuk perubahan sosial. Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan
perhatian pada segi-segi kemasyarakatan, yang bersifat umum dan berusaha untuk
mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat, definisi ini dikemukakan
Soerjono Soekanto, ahli sosiologi Indonesia. Sementara, Paul B. Horton
berpendapat, sosiologi adalah ilmu yang memusatkan kajian pada kehidupan
kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut. Dibawah ini adalah tokoh-
tokoh Sosiologi yang pemikirannya berpengaruh besar dalam ilmu Sosiologi.
1. August Comte
Beberapa ahli sosiologi berpendapat bahwa August Comte adalah Bapak
Sosiologi. Comte dalam buku Cours De Philosope positive menyebutkan bahwa
sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu Socius (teman/kawan) dan Logos (ilmu
pengetahuan). Comte juga mengemukakan pandangannya mengenai “Hukum Tiga
Jenjang”. Menurut Comte sejarah manusia akan melewati ti ga jenjang yang
mendaki yaitu, jenjang teologi, jenjang metafisika, dan jenjang positif. Comte
juga dikenal sebagai Perintis Positivisme. Ciri-ciri metode positif adalah bahwa
objek yang dikaji harus berupa fakta, bermanfaat, serta mengarah ke kepastian dan
kecermatan. Menurut Comte sosiologi dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu,
Statika Sosial (stabilitas) dan Dinamika sosial (perubahan).
2. Karl Marx
Marx dikenal sebagai ahli filsafat, ekonomi politik dan sejarah yang
mengembangkan teori mengenai sosialisme yang dikenal dengan nama Marxisme.
Dalam salah satu buku yang ditulisnya bersama dengan Friedrich Engles, The
Communist Manifesto, disebutkan bahwa sejarah manusia merupakan sejarah
perjuangan kelas (teori kelas). Menurut Marx perkembangan pembagian kerja
dalam Kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda yaitu, Kaum
bourgeoisie (pemilik alat produksi dan modal) dan Kaum proletar (tidak memiliki
alat produksi).
3. Emile Durkheim
Beberapa karya Durkheim seperti Rules of Sociological Method (1965),
The Elementary Forms of the Religious Life (1966), The Division of Labour in
Society (1968), Suicide (1968), Moral Education (1973) memberikan sumbangan
pemikiran dalam sosiologi. Durkheim melihat bahwa setiap manusia memerlukan
solidaritas. Durkheim membedakan solidaritas menjadi dua tipe utama yaitu,
Solidaritas Mekanis (didasarkan atas persamaan dan hati nurani) dan Solidaritas
organis (didasarkan atas hukum dan akal). Menurut Durkheim bidang yang
dipelajari sosiologi adalah fakta sosial yaitu, setiap cara bertindak, yang telah
baku ataupun tidak, yang dapat melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu.
Fakta sosial antara lain, hukum, moral, kepercayaan, tata cara berpakaian, dan
kaidah ekonomi.
4. Max Webber
Di tahun 1964 Webber menyebutkan, “sosiologi ialah ilmu yang b erupaya
memahami tindakan sosial”. Di dalam salah satu bukunya, Th e Protestant Ethic
and the Spirit of Capitalism, Webber membahas mengenai keterkaitan antara
Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat yang berlangsung
secara bersamaan dengan perkembangan Sekte Kalvisme dalam agama Protestan.
Menurut Webber ajaran kalvisme mengharuskan umatnya untuk menjadikan
dunia tempat yang makmur. Mereka bekerja keras dan memiliki harapan
kemakmuran dapat menuntun mereka ke Surga. Webber berkesimpulan bahwa
Kalvisme membuat kapitalisme di Eropa Barat berkembang.
5. Herbert Spencer
Pada tahun 1876 Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik,
yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang
terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.

Selain tokoh-tokoh di atas pemikiran tokoh Prespektif masa kini


(Contemporary Prespectives) seperti, Mead, Goffman, Homans, Thibaut, Kelly,
Blau, Parsons, Merton, Mills, Dahrendorf, Coser, dan Collins juga memberi
kontribusi besar dalam sejarah perkembangan sosiologi.
II. POKOK PEMBAHASAN SOSIOLOGI

Menurut beberapa tokoh sosiologi, pokok pembahasan sosiologi adalah


sebagai berikut.

1. Emile Durkheim – Fakta Sosial


Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakannya
fakta sosial (Social Fact) yaitu, cara bertindak, berpikir dan berperasaan yang
berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang
mengendalikannya.
Contohnya adalah laju bunuh diri dalam tiap masyarakat dari tahun ke
tahun disebabkan kekuatan-kekuatan yang berada di luar individu. Seperti adanya
egoistic suicide yaitu dimana sejumlah orang melakukan bunuh diri dengan
adanya faktor tertentu yang menjadi alas an bunuh diri tersebut dilakukan. Hal ini
pernah terjadi di Jepang, dimana pelaku Hikikomori melakukan bunuh diri masal
dengan cara menjatuhkan diri ke rel kereta api.
Durkheim mengklasifikasikan sosiologi menjadi bagian-bagian yang terdiri atas
sosiologi umum, sosiologi agama, sosiologi hokum dan moral, sosiologi kejahatan
dan statistic moral, sosiologi ekonomi, morfologi sosial dan pokok bahasan
lainnya, mencakup sosiologi estetika, teknologi, bahasa dan perang.

2. Max Webber – Tindakan Sosial


Tindakan adalah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi
pelakunya. Sementara itu, tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain, dan berorientasi pada perilaku orang lain.
Menurut Webber hanya dengan menempatkan diri di tempat seorang
pelaku tindakanlah, seorang ahli sosiologi dapat memahami makna subjektif,
dampak serta alasan dari tindak sosial tersebut.

3. Wright Mills – Khayalan Sosiologis


Mills berpandangan bahwa untuk dapat memahami apa yang terjadii di
dunia maupun apa yang ada dalam diri sendiri, manusia memerlukan apa yang
dinamakan khayalan Sosiologi (sociological imagination). Khayalan sosiologi ini
memungkinkan kita untuk memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi,
dan hubungan antara keduanya. Untuk melakukan khayalan sosiologi diperlukan
adanya personal troubles of milieu (permasalahan pribadi) dan public issues of
social structure (permasalahan dalam sistem masyarakat).

4. Peter Ludwig Berger – pemahaman terhadap interaksi sosial


Menurut Berger seorang ahli sosiologi bertujuan memahami masyarakat.
Tujuannya bersifat teoritis, yaitu memahami semata-mata. Para ahli sosiologi
harus menyingkapkan berbagai lapis tabir yang merupakan realitas yang tidak
terduga dalam proses mengungkapkan realitas sosial. Para ahli sosiologi
didorong oleh “debunking motif” untuk membuka realitas.

Umumnya para ahli sosiologi masa kini mengklasifikasikan pokok


bahasan sosiologi ke dalam dua bagian yaitu, sosiologi mikro dan sosiologi
makro (Randall Collins, 1981). Menurut Collins ada dua faktor yang
membedakan sosiologi Makro dan sosiologi mikro yaitu, faktor ruang dan waktu.
Sosiologi mikro difokuskan pada individu dan kelompok kecil dalam jangka
waktu pendek (detik, menit, jam). Sementara sosiologi makro difokuskan pada
pengelompokan yang lebih besar seperti kerumunan, organisasi, komunitas, dan
masyarakat territorial dalam jangka waktu yang lebih panjang. Gerhard Lenski
(1985) membagi pokok bahasan sosiologi menjdai tiga jenjang analisa yaitu,
sosiologi mikro (dampak sistem sosial dan kelompok primer pada individu),
sosiologi meso (institusi-institusi khas dalam masyarakat), dan sosiologi makro
(ciri-ciri masyarakat menyeluruh serta sistem masyarakat dunia).

Selain dua tokoh diatas, Inkeles (1965) melihat sosiologi mempunyai tiga
pokok bahasan yang khas yaitu, hubungan sosial, institusi, dan masyarakat. Sistem
kompleks hubungan sosial membentuk institusi. Menurut Inkeles sosiologi
tidak hanya membahas bagian-bagian tertentu masyarakat melainkan dapat pula
mempelajari masyarakat itu sendiri sebagai satuan analisa.

III. METODE SOSIOLOGI

Metode sosiologi adalah sebuah prosedur ilmiah yang dilakukan para ahli
sosiologi untuk dapat melakukan penelitian sosial dan menemukan fakta-fakta
baru mengenai gejala sosial serta pemecahan masalah dalam kehidupan sosial
yang dapat menambah pemahaman mengenai sosiologi. Ciri metode sosiologi
yaitu, ada permasalahan yang dikaji atau diteliti, ada hipotesa (kesimpulan yang
bersifat sementara, yang harus dibuktikan terlebih dulu kebenarannya), dan ada
usulan mengenai penyelesaian permasalahan.

Menurut Soerjono Soekanto terdapat dua jenis Penelitian yaitu, penelitian


kualitatif (mengutamakan hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka-
angka atau ukuran matematis, meskipun kejadian-kejadian itu nyata dalam
masyarakat) dan penelitian kuantitatif (mengutamakan data yang dapat diukur
dengan menggunakan skala, indeks, tabel, dan formula). Berikut adalah metode-
metode yang digunakan dalam penelitian sosial yaitu,

a. Metode Survai yang dirintis oleh Samuel A Stouffer dan Paul F. Lazarsfeld,
yang menggunakan pertanyaan tertutup (Optional Questionares) dan
pertanyaan terbuka. Metode ini mirip dengan sensus, tetapi subjek dari survai
merupakan contoh dari suatu populasi saja yang dipilih secara acak atau
dengan teknik penarikan lain.
b. Metode pengamatan yang secara langsung peneliti dapat mengamati perilaku
para subjek penelitiannya. Terdapat empat macam jenis pengamatan yaitu,
Complete participation/Participant observation, Participant as observer,
Observer as participant, dan Complete observer.
c. Metode historis (riwayat hidup) yang menganalisis peristiwa-peristiwa di
masa lalu untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
d. Metode komparatif (Analisa isi) yang membandingkan satu hasil
survai/pengamatan dengan hasil lainnya.
e. Metode studi kasus adalah pengamatan (participant observe technique),
wawancara (interview), dan survai secara langsung yang dilakukan oleh
peneliti.
f. Eksperimen adalah metode yang banyak dipakai pada penelitian ilmu
psikologi. Dalam Sosiologi eksperimen juga digunakan untuk meneliti reaksi
dari perlakuan beberapa individu yang diberi perlakuan khusus maupun
individu lain yang tidak diberi perlakuan khusus.
g. Metode deduktif yang dimulai dari hal-hal yang berlaku umum untuk
menarik simpulan yang bersifat khusus.
h. Metode induktif yang mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan
simpulan yang bersifat umum.
i. Metode empiris yang mengutamakan keadaan nyata di dalam masyarakat.
j. Metode rasional yang mengutamakan penalaran dan logika akal sehat untuk
mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.
k. Metode fungsional yang dipergunakan untuk menilai kegunaan lembaga-
lembaga sosial masyarakat dan struktur sosial masyarakat.

Beberapa hal harus diperhatikan pada sebuah penelitian yaitu,


memperhitungkan hasil penelitian dari peneliti lain. Jika hanya ingin merumuskan
hasil penelitian dari peneliti lain maka seorang ilmuwan wajib menyertakan
pengakuannya terhadap hasil karya penelitian dari ahli sosiologi tersebut dengan
menyebutkan hasil karya dan nama penelitinya untuk menghindari terjadinya
penjiplakan. Selain itu, suatu penelitian hendaknya tidak boleh menyinggung atau
mencederai subjek secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu peneliti
juga diminta untuk menjaga asas anonimitas dan kerahasiaan. Penelitian pun harus
mengikuti aturan etika penelitian mengenai pembuktian ilmiah, menyertakan hasil
penelitian secara objektif dan menghindari prasangka, pilihan, dan pendapat
subjektif.

Setelah pengumpulan data hasil penelitian, peneliti akan melakukan


analisa data dan penulisan hasil penelitian. Analisa data sendiri dibagi menjadi
tiga yaitu, Analisa data Univariat (satu variabel), Bivariat (dua variabel), dan
Multivariat (tiga variabel). Hasil dari data univariat adalah sebuah deskripsi
mengenai hasil analisa, sementara untuk bivariat dan multivariate
memungkinkan peneliti untuk melakukan penjelasan sebab-akibat.

IV. SOSIALISASI

Arti Sosialisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:


1
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal
2
dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya. Sosialisasi juga
dapat diartikan sebagai usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik
umum; dan atau, upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga men-jadi dikenal,
dipahami, dihayati oleh masyarakat; pemasyarakatan.

Definisi sosialisasi menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut.

1. Peter Ludwig Berger (Society in man – 1978)


Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Melalui sosialisasi, manusia
masuk ke dalam masyarakat dan diajarkan bentuk peranan – perana nnya dalam
masyarakat.
2. George Herbert Mead (Mind Self and Society – 1972)
Manusia yang baru lahir belum memiliki diri. Karena, diri manusia
berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain.
Menurut Mead setiap anggota masyarakat baru harus mempelajari peranan-
peranan dalam masyarakat melalui suatu proses yang dinamakannya role taking
(pengambilan peranan). Melalui penguasaan peranan seseorang dapat berinteraksi
dengan orang lain. Tahap penguasaan peranan dibagi menjadi tiga tahap yaitu,
play stage, game stage, dan generalized others. Play stage adalah proses awal di
mana seorang anak mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada
disekitarnya, yang berinteraksi dengan anak tersebut (Significant others), tanpa
sepenuhnya memahami alasan dan makna dari peranan tersebut. Pada tahap game
stage, seorang anak telah mengetahui fungsi dan peranannya, serta peranan orang
lain dalam masyarakat. Tahap terakhir yaitu generalized others, seorang anak
yang sudah mampu berinteraksi dengan orang lain di luar anggota keluarga dan
orang yang biasa berinteraksi dengannya, serta sudah memahami peranan yang
dilakukannya dalam masyarakat
3. Charles Horton Cooley (Teori “ Looking-glass self”)
Menurut Cooley konsep diri seseorang berkemban melalui interaksinya
dengan orang lain (looking-glass self). Teori Looking-glass self ini terbentuk
melalui tiga tahap. Awalnya seseorang mempunyai presepsi mengenai pandangan
orang lain terhadap dirinya. Lalu, seseorang mempunyai presepsi mengenai
penilaian orang lain terhadap penampilannya. Pada tahap akhir, seseorang
mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain
terhadapnya. Sehingga terbentuklah perasaan seseorang mengenai penilaian orang
lain terhadap dirinya, yang menentukan penilaiannya mengenai dirinya sendiri.
Contohnya di Korea Selatan, remaja putri memutuskan untuk mengoperasi
bagian kelopak mata mereka (eyelid/kopula) karena menurut pandangan umum
masyarakat Korea Selatan, wanita baru bias dikatakan cantik jika memiliki lipitan
pada kelopak mata mereka.

Agen-agen sosialisasi adalah bagian penting dalam proses sosialisasi.


Agen sosialisasi tersebut, antara lain adalah keluarga, teman bermain, sekolah,
Media Massa dan agen sosialisasi lainnya baik formal maupun informal. Agen
sosialisasi hendaknya saling mendukung. Karena pola sosialisasi yang berlainan
antar agen mengakibatkan kesimpangsiuran dalam pembentukan karakter
seseorang.
Menurut Charles Horton Cooley, sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu,
sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi Primer adalah sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil. Sosialisasi sekunder adalah
kelompok sosial yang terdiri dari banyak orang, antara siapa hubungannya tidak
perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga sifatnya tidak begitu
langgeng.
Pola-pola Sosialisasi ada dua yaitu, Repressive Socialization(menekankan
pada penggunaan hukuman terhadap sebuah kesalahan) dan Participatory
Socialization (pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku
baik – hukuman dan imbalan bersifat simbolis).

V. INTERAKSI SOSIAL

Pada tahun 2004, Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian


ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi
ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain
yang menjadi pasangannya. Menurut Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial
sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih
hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi
satu sama lain. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang terjadi
antarindividu, seperti individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan
timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang
hidupnya didalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial
diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk
hubungan sosial. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk
mempengaruhi individu lain.

Untuk mempelajari interaksi sosial ada pendekatan yang dikenal dengan


nama interaksionisme simbolis (simbol-simbol interaksi). Hebert Blumer
menjabarkan pokok pikiran interaksionisme simbolis menurut Mead yang dibagi
menjadi tiga yaitu, manusia bertindak (act), terhadap sesuatu (thing) atas dasar
makna (meaning) yang dimilikinya. Makna yang dimiliki sesuatu tersebut berasal
atau muncul dari interaksi sosial antara individu dengan individu lain. Makna
diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang
dalam menghadapi sesuatu yang dijumpai.

Ada 6 faktor yang menjadi pendorong terjadinya interaksi sosial yaitu,


1. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap,
tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang.
2. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan
seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan
tanpa berfikir rasional.
3. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang
lain karena penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai dengan nilai-
nilai yang dianut oleh orang yang menaruh simpati.
4. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan
orang lain yang ditiru (idolanya)
5. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh
orang lain. Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain.
6. Motivasi, merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang
diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi
motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara kritis,
rasional, dan penuh rasa tanggung jawab.

Di dalam sebuah interaksi ada aturan-aturan yang mengatur interaksi.


Menurut Edward T. Hall dalam bukunya The Hidden Dimension, 1982 bahwa ada
empat macam jarak dalam interaksi sosial yaitu, jarak intim (0-45cm, adanya
kontak panca indera), jarak pribadi (45cm-122cm, orang yang memiliki hubungan
dekat), jarak sosial (122cm-366cm, situasi formal), dan jarak public (>366cm,
situasi umum). Teori jarak ini hanya berlaku di Amerika.

Sementara di Jepang berlaku sistem Orang dalam kelompok (uchi) dan


orang luar kelompok/orang asing (soto). Sistem ini berlaku sejak jaman penutupan
negara (Sakoku). Perbedaan penggunaan bahasa dan cara berinteraksi akan
terlihat dari perilaku secara langsung orang Jepang terhadap orang dalam
kelompoknya dengan orang yang dianggapnya asing.

Anda mungkin juga menyukai